Anda di halaman 1dari 14

NAMA : YUSAK

PANCASILA SEBAGAI
N.I.M : 215097
KELASSOLUSI
: 1A PROBLEM
BANGSA
A) PANCASILA SEBAGAI SOLUSI PROBLEM BANGSA
SEPERTI KORUPSI

Situasi negara Indonesia saat ini begitu memprihatinkan.Begitu banyak masalah


menimpa bangsa ini dalam bentuk krisis yang multidimensional.Krisis ekonomi,
politik, budaya, sosial, hankam, pendidikan dan lain-lain, yang sebenarnya
berhulu pada krisis moral.Tragisnya, sumber krisis justru berasal dari
badanbadan yang ada di negara ini, baik eksekutif, legislatif maupun yudikatif,
yang notabene badan-badan inilah yang seharusnya mengemban amanat
rakyat.Setiap hari kita disuguhi beritaberita mal-amanah yang dilakukan oleh
orang-orang yang dipercaya rakyat untuk menjalankan mesin pembangunan ini.
Sebagaimana telah dikatakan bahwa moralitas memegang kunci sangat penting
dalam mengatasi krisis. Kalau krisis moral sebagai hulu dari semua masalah,
maka melalui moralitas pula krisis dapat diatasi.Indikator kemajuan bangsa tidak
cukup diukur hanya dari kepandaian warganegaranya, tidak juga dari kekayaan
alam yang dimiliki, namun hal yang lebih mendasar adalah sejauh mana bangsa
tersebut memegang teguh moralitas.Moralitas memberi dasar, warna sekaligus
penentu arah tindakan suatu bangsa.Moralitas dapat dibedakan menjadi tiga,
yaitu moralitas individu, moralitas sosial dan moralitas mondial.
Moralitas individu lebih merupakan kesadaran tentang prinsip baik yang bersifat
ke dalam, tertanam dalam diri manusia yang akan mempengaruhi cara berpikir
dan bertindak. Seorang yang memiliki moralitas individu yang baik akan muncul
dalam sikap dan perilaku seperti sopan, rendah hati, tidak suka menyakiti orang
lain, toleran, suka menolong, bekerja keras, rajin belajar, rajin ibadah dan lain-
lain. Moralitas ini muncul dari dalam, bukan karena dipaksa dari luar. Bahkan,
dalam situasi amoral yang terjadi di luar dirinya, seseorang yang memiliki
moralitas individu kuat akan tidak terpengaruh. Moralitas individu ini terakumulasi
menjadi moralitas sosial, sehingga akan tampak perbedaan antara masyarakat
yang bermoral tinggi dan rendah. Adapun moralitas mondial adalah moralitas
yang bersifat universal yang berlaku di manapun dan kapanpun, moralitas yang
terkait dengan keadilan, kemanusiaan, kemerdekaan, dan sebagainya.
Moralitas sosial juga tercermin dari moralitas individu dalam melihat kenyataan
sosial.Bisa jadi seorang yang moral individunya baik tapi moral sosialnya kurang,
hal ini terutama terlihat pada bagaimana mereka berinteraksi dengan masyarakat
yang majemuk. Sikap toleran, suka membantu seringkali hanya ditujukan kepada
orang lain yang menjadi bagian kelompoknya, namun tidak toleran kepada orang
di luar kelompoknya. Sehingga bisa dikatakan bahwa moral sosial tidak cukup
sebagai kumpulan dari moralitas individu, namun sesungguhnya lebih pada
bagaimana individu melihat orang lain sebagai manusia yang memiliki harkat dan
martabat kemanusiaan yang sama. Moralitas individu dan sosial memiliki
hubungan sangat erat bahkan saling tarik-menarik dan mempengaruhi.Moralitas
individu dapat dipengaruhi moralitas social, demikian pula sebaliknya.Seseorang
yang moralitas individunya baik ketika hidup di lingkungan masyarakat yang
bermoral buruk dapat terpengaruh menjadi amoral.Kenyataan seperti ini
seringkali terjadi pada lingkungan pekerjaan. Ketika lingkungan pekerjaan berisi
orang orang yang bermoral buruk, maka orang yang bermoral baik akan
dikucilkan atau diperlakukan tidak adil. Seorang yang moralitas individunya
lemah akan terpengaruh untuk menyesuaikan diri dan mengikuti. Namun
sebaliknya, seseorang yang memiliki moralitas individu baik akan tidak
terpengaruh bahkan dapat mempengaruhi lingkungan yang bermoral buruk
tersebut.
Moralitas dapat dianalogikan dengan seorang kusir kereta kuda yang mampu
mengarahkan ke mana kereta akan berjalan. Arah perjalanan kereta tentu tidak
lepas dari ke mana tujuan hendak dituju. Orang yang bermoral tentu mengerti
mana arah yang akan dituju, sehingga pikiran dan langkahnya akan diarahkan
kepada tujuan tersebut, apakah tujuannya hanya untuk kesenangan duniawi diri
sendiri saja atau untuk kesenangan orang lain atau lebih jauh untuk kebahagiaan
ruhaniah yang lebih abadi, yaitu pengabdian pada Tuhan.
Pelajaran yang sangat berharga dapat diteladani dari para pendahulu kita yang
berjuang demi meraih kemerdekaan.Moralitas individu dan sosial yang begitu
kuat dengan dipayungi moralitas mondial telah membuahkan hasil dari cita-cita
mereka, meskipun mereka banyak yang tidak sempat merasakan buah
perjuangannya sendiri.Dasar moral yang melandasi perjuangan mereka
terabadikan dalam Pembukaan Undang Undang Dasar Negara Republik
Indonesia tahun 1945 yang termuat dalam alinea-alineanya.
Alinea pertama, bahwa kemerdekaan itu adalah hak segala bangsa, oleh karena
itu penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan
perikemanusiaan dan perikeadilan.Alinea ini menjadi payung moral para
pejuang kita bahwa telah terjadi pelanggaran hak atas kemerdekaan pada
bangsa kita. Pelanggaran atas hak kemerdekaan itu sendiri merupakan
pelanggaran atas moral mondial, yaitu perikemanusiaan dan perikeadilan.
Apapun bentuknya penjajahan telah meruntuhkan nilai-nilai hakiki
manusia.Apabila ditilik dari Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia tahun
1945 tampak jelas bahwa moralitas sangat mendasari perjuangan merebut
kemerdekaan dan bagaimana mengisinya.Alasan dasar mengapa bangsa ini
harus merebut kemerdekaan karena penjajahan bertentangan dengan nilai
kemanusiaan dan keadilan (alinea I).Secara eksplisit founding fathers
menyatakan bahwa kemerdekaan dapat diraih karena rahmat Allah dan adanya
keinginan luhur bangsa (alinea III).Ada perpaduan antara nilai ilahiah dan nilai
humanitas yang saling berkelindan. Selanjutnya, di dalam membangun negara
ke depan diperlukan dasar-dasar nilai yang bersifat universal, yaitu nilai
ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan dan keadilan.
Moralitas, saat ini menjadi barang yang sangat mahal karena semakin langka
orang yang masih betul-betul memegang moralitas tersebut.Namun dapat juga
dikatakan sebagai barang murah karena banyak orang menggadaikan moralitas
hanya dengan beberapa lembar uang.Ada keterputusan (missing link) antara
alinea I, II, III dengan alinea IV.Nilai-nilai yang seharusnya menjadi dasar
sekaligus tujuan negara ini telah digadaikan dengan nafsu berkuasa dan
kemewahan harta.
Egoisme telah mengalahkan solidaritas dan kepedulian pada sesama.Lalu
bagaimana membangun kesadaran moral anti korupsi berdasarkan Pancasila?
Korupsi secara harafiah diartikan sebagai kebusukan, keburukan, kebejatan,
ketidakjujuran, dapat disuap, tidak bermoral, penyimpangan dari kesucian (Tim
Penulis Buku Pendidikan anti korupsi, 2011: 23).Kasus korupsi yang terjadi di
Indonesia semakin menunjukkan ekskalasi yang begitu tinggi.Oleh karenanya,
penyelesaian korupsi harus diselesaikan melalui beragam cara/pendekatan,
yang dalam hal ini saya menggunakan istilah pendekatan eksternal maupun
internal.
Pendekatan eksternal yang dimaksud adalah adanya unsur dari luar diri manusia
yang memiliki kekuatan memaksa orang untuk tidak korupsi. Kekuatan
eksternal tersebut misalnya hukum, budaya dan watak masyarakat. Dengan
penegakan hukum yang kuat, baik dari aspek peraturan maupun aparat penegak
hokum, akan mengeliminir terjadinya korupsi. Demikian pula terciptanya budaya
dan watak masyarakat yang anti korupsi juga menjadikan seseorang enggan
untuk melakukan korupsi.Adapun kekuatan internal adalah kekuatan yang
muncul dari dalam diri individu dan mendapat penguatan melalui pendidikan dan
pembiasaan.Pendidikan yang kuat terutama dari keluarga sangat penting untuk
menanamkan jiwa anti korupsi, diperkuat dengan pendidikan formal di sekolah
maupun non-formal di luar sekolah.
Maksud dari membangun kesadaran moral anti korupsi berdasar Pancasila
adalah membangun mentalitas melalui penguatan eksternal dan internal tersebut
dalam diri masyarakat.Di perguruan tinggi penguatan tersebut dapat dilakukan
melalui pendidikan kepribadian termasuk di dalamnya pendidikan
Pancasila.Melihat realitas di kelas bahwa mata kuliah Pendidikan Pancasila
sering dikenal sebagai mata kuliah yang membosankan, maka dua hal pokok
yang harus dibenahi adalah materi dan metode pembelajaran.Materi harus selalu
up to date dan metode pembelajaran juga harus inovatif menggunakan metode-
metode pembelajaran yang dikembangkan.Pembelajaran tidak hanya kognitif,
namun harus menyentuh aspek afektif dan konatif.

Nilai-nilai Pancasila apabila betul-betul dipahami, dihayati dan diamalkan tentu


mampu menurunkan angka korupsi. Penanaman satu sila saja, yaitu Ketuhanan
Yang Maha Esa, apabila bangsa Indonesia menyadari jati dirinya sebagai
makhluk Tuhan, tentu tidak akan mudah menjatuhkan martabat dirinya ke dalam
kehinaan dengan melakukan korupsi. Perbuatan korupsi terjadi karena hilangnya
kontrol diri dan ketidakmampuan untuk menahan diri melakukan
kejahatan.Kebahagiaan material dianggap segala-galanya disbanding
kebahagiaan spiritual yang lebih agung, mendalam dan jangka
panjang.Keinginan mendapatkan kekayaan dan kedudukan secara cepat
menjadikannya nilai-nilai agama dikesampingkan. Kesadaran manusia akan nilai
ketuhanan ini, secara eksistensial akan menempatkan manusia pada posisi yang
sangat tinggi. Hal ini dapat dijelaskan melalui hirarki eksistensial manusia, yaitu
dari tingkatan yang paling rendah, penghambaan terhadap harta (hal yang
bersifat material), lebih tinggi lagi adalah penghambaan terhadap manusia, dan
yang paling tinggi adalah penghambaan pada Tuhan. Manusia sebagai makhluk
ciptaan Tuhan yang paling sempurna tentu tidak akan merendahkan dirinya
diperhamba oleh harta, namun akan menyerahkan diri sebagai hamba Tuhan.
Buah dari pemahaman dan penghayatan nilai ketuhanan ini adalah kerelaan
untuk diatur Tuhan, melakukan yang diperintahkan dan meninggalkan yang
dilarang-Nya.
Penanaman satu nilai tentunya tidak cukup dan memang tidak bisa dalam
konteks Pancasila, karena nilai-nilai Pancasila merupakan kesatuan organis yang
tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain. Dengan demikian, akan menjadi
kekuatan moral besar manakala keseluruhan nilai Pancasila yang meliputi nilai
ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan dan keadilan dijadikan
landasan moril dan diejawantahkan dalam seluruh kehidupan berbangsa dan
bernegara, terutama dalam pemberantasan korupsi. Penanaman nilai
sebagaimana tersebut di atas paling efektif adalah melalui pendidikan dan
media.Pendidikan informal di keluarga harus menjadi landasan utama dan
kemudian didukung oleh pendidikan formal di sekolah dan nonformal di
masyarakat.Peran media juga sangat penting karena memiliki daya jangkau dan
daya pengaruh yang sangat kuat bagi masyarakat.Media harus memiliki visi dan
misi mendidik bangsa dan membangun karakter masyarakat yang maju namun
tetap berkepribadian Indonesia

B) PANCASILA SEBAGAI SOLUSI PROBLEM BANGSA


SEPERTI KERUSAKAN LINGKUNGAN
a) Pemeliharaan Lingkungan Hidup
Dalam Pasal 1 angka 2 Undang-Undang No. 23 Tahun 1997 Tentang
Pengelolaan Lingkungan Hidup dikatakan, bahwa pengelolaan lingkungan hidup
adalah upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup yang meliputi
kebijaksanaan penataan, pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan,
pemulihan, pengawasan dan pengendalian ingkungan hidup.
Dalam Pasal 3 undang-undang di atas dijelaskan lebih jauh, bahwa pengelolaan
lingkungan hidup yang diselenggarakan dengan asas tanggung jawab negara,
asas berkelanjutan dan asas manfaat bertujuan untuk mewujudkan
pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup dalam rangka
pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat
Indonesia seluruhnya yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa.
Dalam Pasal 4 Undang-Undang No. 23 Tahun 1997 ditegaskan lebih lanjut,
bahwa sasaran pengelolaan lingkungan hidup adalah:
Tercapainya keselarasan, keserasian dan keseimbangan antara manusia dan
lingkungan hidup;
Terwujudnya manusia Indonesia sebagai insan lingkungan hidup yang memiliki
sikap dan tindak melindungi dan membina lingkungan hidup;
Terjaminnya kepentingan generasi masa kini dan generasi masa depan;
Tercapainya kelesatarian fungsi lingkungan hidup;
Terkendalinya pemanfaatan sumber daya secara bijaksana;
Terlindunginya Negara Kesatuan Republik Indonesia terhadap dampak usaha
dan/ atau kegiatan di luar wilayah negara yang menyebabkan pencemaran
dan/atau perusakan lingkungan hidup.
Tujuan pembangunan yang dilakukan bangsa Indonesia adalah untuk
meningkatkan kesejahteraan dan meningkatkan mutu hidup rakyat. Proses
pelaksanaan pembangunan di satu pihak menghadapi permasalahan jumlah
penduduk yang besar dengan tingkat pertambahan yang tinggi dan di lain pihak
sumber daya alam yang dipunyai sangat terbatas.
Kegiatan pembangunan yang dilakukan dan pertambahan jumlah penduduk yang
semakin banyak mau tidak mau dapat mengakibatkan tekanan terhadap sumber
daya alam. Pendayagunaan sumber daya alam untuk meningkatkan
kesejahteraan dan mutu hidup rakyat harus disertai dengan upaya untuk
melestarikan kemampuan lingkungan hidup yang serasi dan seimbang guna
menunjang pembangunan yang berkesinambungan dan dilaksanakan dengan
kebijaksanaan yang terpadu dan menyeluruh serta memperhitungkan kebutuhan
generasi sekarang dan mendatang. Oleh karena itu, pembangunan untuk
meningkatkan kesejahteraan dan mutu kehidupan rakyat itu, baik generasi
sekarang dan mendatang, adalah pembangunan berwawasan lingkungan.
Mengacu pada pengertian yang disebutkan dalam Undang-Undang No. 23 Tahun
1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup yang dimaksud pembangunan
berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup adalah upaya sadar dan
terencana, yang memadukan lingkungan hidup, termasuk sumber daya, ke
dalam proses pembangunan untuk menjamin kemampuan, kesejahteraan dan
mutu hidup generasi masa kini dan generasi masa depan.
Sebagai konsekwensi pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan
hidup ini, maka banyak hal-hal yang harus diperhatikan oleh pemerintah maupun
masyarakat, antara lain yang diatur dalam Pasal 3 dan Pasal 4 Undang-Undang
No. 23 Tahun 1997 yang mengatur Pengelolaan Lingkungan Hidup. Dalam Pasal
3 dijelaskan, bahwa pengelolaan lingkungan hidup yang diselenggarakan dengan
asas tanggung jawab negara, asas berkelanjutan dan asas manfaat bertujuan
untuk mewujudkan pembangunann berkelanjutan yang berwawasan lingkungan
hidup dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan
pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Dalam Pasal 4 diatur mengenai sasaran pengelolaan lingkungan hidup yang
pengaturannya adalah sebagai beirkut :
Tercapainya keserasian, keselarasan dan keseimbangan antara manusia dan
lingkungan hidup;
Terwujudnya manusia Indonesia sebagai insan lingkungan hidup yang memiliki
sikap dan tindak melindungi dan membina lingkungan hidup;
Terjaminnya kepentingan generasi masa kini dan generasi masa depan;
Tercapainya kelestarian fungsi lingkungan hidup;
Terkendalinya pemanfaatan sumber daya secara bijaksana;
Terlindunginya Negara Kesatuan Republik Indonesia terhadap dampak usaha
dan atau kegiatan di luar wilayah negara yang menyebabkan pencemaran dan
atau perusakan lingkungan hidup.

b) Aplikasi Nilai-Nilai Pancasila


Penjabaran, pengamalan atau aplikasi nilai-nilai Pancasila dalam aspek
pembangunan berwawasan lingkungan tidak bisa dipisahkan, sebab Pancasila ,
seperti dijelaskan dalam Penjelasan Umum Undang- Undang No. 23 Tahun 1997
di atas, merupakan kesatuan yang bulat dan utuh yang memberikan keyakinan
kepada rakyat dan bangsa Indonesia, bahwa kebahagiaan hidup akan tercapai
jika didasarkan atas keselarasan, keserasian dan keseimbangan, baik dalam
hubungan manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa maupun manusia dengan
manusia, manusia dengan alam, dan manusia sebagai pribadi, dalam rangka
mencapai kemajuan lahir dan kemajuan batin. Antara manusia, masyarakat dan
lingkungan hidup terdapat hubungan timbal balik, yang harus selalu dibina dan
dikembangkan agar dapat tetap dalam keselarasan, keserasian dan
keseimbangan yang dinamis (Koesnadi Hardjasoemantri, 2000 : 575).
Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila dari Sila ke I sampai Sila ke V yang
harus diaplikasikan atau dijabarkan dalam setiap kegiatan pengelolaan
lingkungan hidup adalah sebagai berikut ( Soejadi, 1999 : 88- 90) :
Dalam Sila Ketuhanan Yang Maha Esa terkandung nilai religius, antara lain :
Kepercayaan terhadap adanya Tuhan Yang Maha Esa sebagai pencipta segala
sesuatu dengan sifat-sifat yang sempurna dan suci seperti Maha Kuasa, Maha
Pengasih, Maha Adil, Maha Bijaksana dan sebagainya;
Ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, yakni menjalankan semua perintah-
NYA dan menjauhi larangan-larangannya. Dalam memanfaatkan semua potensi
yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Pemurah manusia harus menyadari,
bahwa setiap benda dan makhluk yang ada di sekeliling manusia merupakan
amanat Tuhan yang harus dijaga dengan sebaik-baiknya; harus dirawat agar
tidak rusak dan harus memperhatikan kepentingan orang lain dan makhluk-
makhluk Tuhan yang lain.

Banyak hal yang bisa dilakukan untuk mengaplikasikan Sila ini dalam kehidupan
sehari-hari, misalnya menyayangi binatang; menyayangi tumbuhtumbuhan dan
merawatnya; selalu menjaga kebersihan dan sebagainya. Dalam Islam bahkan
ditekankan, bahwa Allah tidak suka pada orang-orang yang membuat kerusakan
di muka bumi, tetapi Allah senang terhadap orang-orang yang selalu bertakwa
dan selalu berbuat baik.
Lingkungan hidup Indonesia yang dianugerahkan Tuhan Yang Maha Esa kepada
rakyat dan bangsa Indonesia merupakan karunia dan rahmat-NYA yang wajib
dilestarikan dan dikembangkan kemampuannya agar tetap dapat menjadi
sumber dan penunjang hidup bagi rakyat dan bangsa Indonesia serta makhluk
hidup lainya demi kelangsungan dan peningkatan kualitas hidup itu sendiri.
Sila Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab terkandung nilai-nilai perikemanusiaan
yang harus diperhatikan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini antara lain
sebagai berikut :
Pengakuan adanya harkat dan martabat manusia dengan sehala hak dan
kewajiban asasinya;
Perlakuan yang adil terhdap sesama manusia, terhadap diri sendiri, alam sekitar
dan terhadap Tuhan;
Manusia sebagai makhluk beradab atau berbudaya yang memiliki daya cipta,
rasa, karsa dan keyakinan.
Penerapan, pengamalan/ aplikasi sila ini dalam kehidupan sehari hari dapat
diwujudkan dalam bentuk kepedulian akan hak setiap orang untuk memperoleh
lingkungan hidup yang baik dan sehat; hak setiap orang untuk mendapatkan
informasi lingkungan hidup yang berkaitan dengan peran dalam pengelolaan
lingkungan hidup; hak setiap orang untuk berperan dalam rangka pengelolaan
lingkungan hidup yang sesuai dengan ketentuanketentuan hukum yang berlaku
dan sebagainya (Koesnadi Hardjasoemantri, 2000 : 558).
Dalam hal ini banyak yang bisa dilakukan oleh masyarakat untuk mengamalkan
Sila ini, misalnya mengadakan pengendalian tingkat polusi udara agar udara
yang dihirup bisa tetap nyaman; menjaga kelestarian tumbuh-tumbuhan yang
ada di lingkungan sekitar; mengadakan gerakan penghijauan dan sebagainya.
Nilai-nilai Sila Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab ini ternyata mendapat
penjabaran dalam Undang-Undang No.23 Tahun 1997 di atas, antara lain dalam
Pasal 5 ayat (1) sampai ayat (3); Pasal 6 ayat (1) sampai ayat (2) dan Pasal 7
ayat (1) sampai ayat (2).
Dalam Pasal 5 ayat (1) dinyatakan, bahwa setiap orang mempunyai hak yang
sama atas lingkungan hidup yang baik dan sehat; dalam ayat (2) dikatakan,
bahwa setiap orang mempunyai hak atas informasi lingkungan hidup yang
berkaitan dengan peran dalam pengelolaan lingkungan hidup; dalam ayat (3)
dinyatakan, bahwa setiap orang mempunyai hak untuk berperan dalam rangka
pengelolaan lingkungan hidup sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
Dalam Pasal 6 ayat (1) dikatakan, bahwa setiap orang berkewajiban memelihara
kelestarian fungsi lingkungan hidup serta mencegah dan menanggulangi
pencemaran dan perusakan lingkungan hidup dan dalam ayat (2) ditegaskan,
bahwa setiap orang yang melakukan usaha dan/ atau kegiatan berkewajiban
memberikan informasi yang benar dan akurat mengenai pengelolaan lingkungan
hidup.
Dalam Pasal 7 ayat (1) ditegaskan, bahwa masyarakat mempunyai kesempatan
yang sama dan seluas-luasnya untuk berperan dalam pengelolaan lingkungan
hidup; dalam ayat (2) ditegaskan, bahwa ketentuan pada ayat (1) di atas
dilakukan dengan cara :
Meningkatkan kemandirian, keberdayaan masyarakat dan kemitraan;
Menumbuhkembangkan kemampauan dan kepeloporan masyarakat;
Menumbuhkan ketanggapsegeraan masya-rakat untuk melakukan pengwasan
sosial;
Memberikan saran pendapat;
Menyampaikan informasi dan/atau menyam-paikan laporan.
Dalam Sila Persatuan Indonesia terkandung nilai persatuan bangsa, dalam arti
dalam hal-hal yang menyangkut persatuan bangsa patut diperhatikan aspek-
aspek sebagai berikut :
Persatuan Indonesia adalah persatuan bangsa yang mendiami wilayah Indonesia
serta wajib membela dan menjunjung tinggi (patriotisme);
Pengakuan terhadap kebhinekatunggalikaan suku bangsa (etnis) dan
kebudayaan bangsa (berbeda-beda namun satu jiwa) yang memberikan arah
dalam pembinaan kesatuan bangsa;
Cinta dan bangga akan bangsa dan Negara Indonesia (nasionalisme).
Aplikasi atau pengamalan sila ini bisa dilakukan dengan beberapa cara, antara
lain dengan melakukan inventarisasi tata nilai tradisional yang harus selalu
diperhitungkan dalam pengambilan kebijaksanaan dan pengendalian
pembangunan lingkungan di daerah dan mengembangkannya melalui
pendidikan dan latihan serta penerangan dan penyuluhan dalam pengenalan tata
nilai tradisional dan tata nilai agama yang mendorong perilaku manusia untuk
melindungi sumber daya dan lingkungan (Salladien dalam Burhan Bungin dan
Laely Widjajati , 1992 : 156-158).
Di beberapa daerah tidak sedikit yang mempunyai ajaran turun temurun mewarisi
nilai-nilai leluhur agar tidak melakukan perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh
ketentuan-ketentuan adat di daerah yang bersangkutan, misalnya ada larangan
untuk menebang pohon-pohon tertentu tanpa ijin sesepuh adat; ada juga yang
dilarang memakan binatang-bintang tertentu yang sangat dihormati pada
kehidupan masyarakat yang bersangkutan dan sebagainya. Secara tidak
langsung sebenarnya ajaran-ajaran nenek leluhur ini ikut secara aktif melindungi
kelestarian alam dan kelestarian lingkungan di daerah itu.
Dalam Sila Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam
Permusyawaratan Perwakilan terkandung nilainilai kerakyatan. Dalam hal ini ada
beberapa hal yang harus dicermati, yakni:
Kedaulatan negara adalah di tangan rakyat;
Pimpinan kerakyatan adalah hikmat kebijaksanaan yang dilandasi akal sehat;
Manusia Indonesia sebagai warga negara dan warga masyarakat mempunyai
kedudukan, hak dan kewajiban yang sama;
Keputusan diambil berdasarkan musyawarah untuk mufakat oleh wakilwakil
rakyat.
Penerapan sila ini bisa dilakukan dalam berbagai bentuk kegiatan, antara lain
(Koesnadi Hardjasoemantri, 2000 : 560) :
Mewujudkan, menumbuhkan, mengembangkan dan meningkatkan kesadaran
dan tanggung jawab para pengambil keputusan dalam pengelolaan lingkungan
hidup;
Mewujudkan, menumbuhkan, mengembangkan dan meningkatkan kesadaran
akan hak dan tanggung jawab masyarakat dalam pengelolaan lingkungan hidup;
Mewujudkan, menumbuhkan, mengembangkan dan meningkatkan kemitraan
masyarakat, dunia usaha dan pemerintah dalam upaya pelestarian daya dukung
dan daya tampung lingkungan hidup.
Dalam Sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia terkandung nilai
keadilan sosial. Dalam hal ini harus diperhatikan beberapa aspek berikut, antara
lain:
Perlakuan yang adil di segala bidang kehidupan terutama di bidang politik,
ekonomi dan sosial budaya;
Perwujudan keadilan sosial itu meliputi seluruh rakyat Indonesia;
Keseimbangan antara hak dan kewajiban;
Menghormati hak milik orang lain;
Cita-cita masyarakat yang adil dan makmur yang merata material spiritual bagi
seluruh rakyat Indonesia;
Cinta akan kemajuan dan pembangunan.

Pengamalan sila ini tampak dalam ketentuan-ketentuan hukum yang mengatur


masalah lingkungan hidup. Sebagai contoh, dalam Ketetapan MPR RI Nomor
IV/MPR/1999 tentang Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN), Bagian H yang
mengatur aspekaspek pengelolaan lingkungan hidup dan pemanfaatan sumber
daya alam.

C) PANCASILA SEBAGAI SOLUSI PROBLEM BANGSA


SEPERTI DEKADENSI MORAL
Pancasila adalah dasar negara kita atau juga dikenal sebagai ideologi bangsa
merupakan pedoman pokok dalam mengatur kehidupan masyarakat berbangsa
dan bernegara dalam segi politik, ekonomi dan sosial. Konstitusi di Negara
Indonesia yang berlandaskan Pancasila sejak Negara Indonesia berdiri hingga
sekarang telah banyak mengalami pasang surut. Tapi hingga kini tetap dapat
berdiri dengan kokoh. Adapun dicanangkannya Pancasila sebagai dasar negara,
karena isinya dianggap sesuai dengan situasi kondisi manusia atau masyarakat
yang memiliki latar belakang kehidupan yang beraneka ragam. Apabila kita
sebagai makhluk ciptaanNya dan menjadi masyarakat Indonesia khususnya
wajib bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta menjalankan semua
perintahNya, itu sesuai dengan sila pertama. Tapi dari masa ke masa semakin
banyak manusia-manusia yang tidak memiliki jiwa Pancasila. Mereka membaca
Pancasila hanya sebatas di bibir saja, tapi tidak mengamalkan atau
mengaplikasikan dalam kehidupannya sehingga disana sini marak dengan
perkelahian pelajar, penggunaan obat-obatan terlarang/ narkoba bahkan
penyakit yang paling parah yang tidak dapat disembuhkan dikalangan pejabat
yaitu korupsi. Semua ini adalah tanda-tanda dari kemerosotan akhlak bangsa
yang sulit untuk diobati karena sila pertama untuk manusia-manusia seperti itu
hanyalah tulisan belaka. Kita tahu benar bahwa manusia itu terdiri dari jiwa dan
raga, diberikan akal oleh Tuhan Yang Maha Kuasa, tapi seringkali akal itu
dikalahkan oleh nafsu sehingga terciptalah kebobrokan dalam mental dan moral.
Sebenarnya manusia diberikan dua pilihan, baik atau buruk. Karena pribadi-
pribadi semacam ini tidak menjiwai Pancasila sehingga akal menjadi nomor yang
kesekian. Sedangkan nafsulah yang menjadi nomor satu. Persatuan Indonesia
dalam sila ketiga adalah sesuatu yang bulat, tidak dapat dipisah-pisah. Oleh
karena itu dalam pergaulan kita harus saling menunjukkan rasa persatuan
walaupun berbeda-beda agama, suku, adat dan latar belakang. Yang ada
sekarang malah bukannya bersatu tapi perbedaan pandangan sedikit saja bisa
memicu pertentangan atau perkelahian bahkan yang lebih mengenaskan lagi
bisa terjadi pembunuhan. Saya sebagai mahasiswa atau yang lebih dikenal
dengan kaum intelektual merasa prihatin dan miris dengan kondisi sosial
sekarang. Karena dengan mereka berkelakuan seperti itu, sama saja mereka
tidak memahami atau tidak mengerti bahkan boleh dibilang tidak menjunjung
nilai-nilai yang ada dalam Pancasila. Tapi sebaliknya saya sebagai generasi
penerus berkewajiban menjunjung tinggi dan mencintai Pancasila sebagai
pandangan hidup saya karena kelima sila dalam Pancasila itu sendiri sesuai
dengan apa yang diajarkan oleh agama dan seyogyanya kita harus menjadi
sarjana yang berakhlak karena maju tidaknya suatu bangsa ditentukan oleh
moral masyarakat bangsa itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
https://harrbiyyani.wordpress.com/2013/03/21/pancasila-sebagai-solusi-
kerusakan-lingkungan/
http://anislestarihasim.blogspot.com/2014/01/pancasila-dalam-berbangsa-dan-
bernegara.html
http://www.kompasiana.com/ferranikasma/pancasila-sebagai-benteng-dekadensi-
moral_55186adfa333113107b665e5

Anda mungkin juga menyukai