PENDAHULUAN
Telinga adalah organ penginderaan dengan fungsi ganda dan kompleks (pendengaran dan
keseimbangan) . Indera pendengaran berperan penting pada partisipasi seseorang dalam
aktivitas kehidupan sehari-hari. Sangat penting untuk perkembangan normal dan
pemeliharaan bicara, dan kemampuan berkomunikasi dengan orang lain melalui bicara
tergantung pada kemampuan mendengar.
Infeksi pada telinga bagian luar atau yang sering disebut sebagai otitis eksterna
memiliki beberapa penyebab seperti bakteri dan juga jamur. Dua penyebab ini terkadang sulit
dibedakan karena memiliki keluhan yang hampir sama dan tidak spesifik. Hal ini
menyebabkan pengobatan dari infeksi itu sendiri sering tidak tepat sasaran.
Telinga luar dipisahkan dengan telinga dalam oleh membrana timpani. Telinga luar
berfungsi mengumpulkan dan menghantarkan gelombang bunyi ke struktur-struktur telinga
tengah. Karena keunikan anatomi aurikula serta konfigurasi liang telinga yang melengkung
atau seperti spiral, maka telinga luar mampu melindungi membran timpani dari trauma, benda
asing dan efek termal.
Panjang liang teliga kira-kira 2,5cm, membentang dari bibir depan konka hingga
membrana timpani. Sepertiga bagian luar adalah bagian kartilaginosa sedangkan duapertiga
dalam adalah bagian tulang. Bagian yang sempit dari liang telinga adalah dekat perbatasan
tulang dan tulang rawan. Hanya sepertiga bagian luar atau bagian kartilaginosa dari liang
telinga yang dapat bergerak saat ditarik. Liang telinga membentuk suatu kantung berlapis
epitel yang dapat memerangkapkan kelembaban, sehingga daerah ini menjadi rentan infeksi
pada keadaan tertentu.
Kulit yang melapisi bagian kartilaginosa lebih tebal daripada kulit bagian tulang,
selain itu juga mengandung folikel rambut yang banyaknya bervariasi antar individu namun
ikut membantu menciptakan suatu sawar dalam liang telinga. Anatomi liang telinga bagian
tulang sangat unik karena merupakan satu-satunya tempat dalam tubuh di mana kulit
langsung terletak di atas tulang tanpa adanya jaringan subkutan. Dengan demikian daerah ini
sangat peka, dan tiap pembengkakan akan sangat nyeri karena tidak terdapat ruang untuk
ekspansi.
Salah satu cara perlindungan yang diberikan telinga luar adalah dengan pembentukkan
serumen atau kotoran telinga. Sebagian besar struktur kelenjar sebasea dan apokrin yang
menghasilkan serumen terletak pada bagian kartilaginosa. Eksfoliasi sel-sel stratum korneum ikut
pula berperan dalam pembetukan materi yang membentuk suatu lapisan pelindung penolak air pada
dinding kanalis ini. pH gabungan berbagai bahan tersebut adalah sekitar , suatu faktor tambahan yang
berfungsi mencegah infeksi. Lagipula, migrasi sel-sel epitel yang terlepas membentuk suatu
mekanisme pembersihan sendiri dari membran timpani ke arah luar.
Infeksi dan radang liang telinga merupakan salah satu masalah THT yang paling sering,
khususya pada cuaca panas dan lembab. Pasien dengan gangguan aurikula atau liang telinga
seringkali datang dengan keluhan berikut nyeri (otalgia), gatal, pembengkakan, perdarahan dan
perasaan tersumbat.
BAB II
LANDASAN TEORI
Meatus akustikus externus (liang telinga) adalah tabung berkelok yang terbentang
antara auricular sampai membarana tympani. Berfungsi menghantarkan gelombang suara dari
auricular ke mebran tympani. Pada orang dewasa panjang nya 2,5 cm 3 cm dan dapat
diluruskan untuk memasang otoskop dengan menarik auricular keatas dan kebelakang. Pada
anak, auricular cukup ditarik lurus ke belakang, atau ke bawah dan kebelakang. Daerah
meatus yang paling sempit 5mm dari membarana tympani yang miring, maka meatus
paling panjang pada dinding anterior inferiornya.
Sepertiga meatus bagian luar mempunyai kerangka tulang rawan elastic dan dua
pertiga dalam oleh tulang, yang dibentuk lempeng tympani. Meatus dilapisi kulit dan
sepertiga bagian luarnya memiliki rambut, kelenjar sebasea dan kelenjar serumen. Yang
terakhir ini adalah modifikasi kelenjar keringat, yang menghasilkan lili coklat kekuningan.
Rambut dan lilin ini merupakan sawar lengket yang mencegah masuknya benda-benda asing.
Suplai saraf sensoris kekulit pelapisnya, berasal dari n. Auriculotemporalis dan cabang n.
Vagus. Drainase limf ken l. Parotidei superficialis, mastoidei dan cervicales superficiales.
Membran timpani atau gendang telinga adalah suatu bangunan berbentuk kerucut
dengan puncaknya, umbo,mengarah ke medial.membran timpani umumnya bulat penting
untuk disadari bagian dari rongga telinga tengah epitimpanum yang mengandung korpus
maleus dan inkus,meluas melampaui btas atas membran timpani ,dan bahwa ada bagian
hipotimpanum yang meluas melampaui batas bawah membran timpani.
Membran timpani tersusun oleh suatu lapisan epidermis dibagian luar ,lapisan fibrosa
dibagian tengah di mana tangakai maleus diletakkan, dan lapisan mukosa bagian
dalam.lapisan fibrosa tidak terdapat di atas proseus lateralis maleus dan ini menyebabkan
bagian membran timpani yang disebut membrana Shrapnell menjadi lemas ( flaksid ).
PEMBAHASAN
peradangan area berbeda dari telinga. Disebabkan infeksi virus, jamur dan bakteri.
Infeksi oleh bakteri memerlukan antibiotik menyebabkan komplikasi serius. Infeksi telinga
dapat terjadi pada telinga luar, tengah dan dalam. Infeksi telinga lebih sering pada anak
karena saluran telinga lebih pendek dan sempit.
3.2.Daun Telinga.
3.2.1.kelainan kongenital
Perkembangan daun telinga dimulia pada minggu ketiga kehidupan embrio dengan
terbentuknya arkus brakialis pertama atau arkus mandibula dengan arkus brakialis pertama
atau arkus hyoid.pada minggu keenam arkus brakialis ini mengalami diferensiasi menjadi
enam buah turbukel.secara bertahap duan telinga akan terbentuk dari penganbungan keenam
tuberkel ini.pada keadaan normal di bulan ketiga daun telinga suda terbentuk. Bila
pengabungan tuberkel tadak sempurna maka timbul fistel preawiri ularn
1. Fistula
Fistula preawiri kula terjadi bila terdapat kegagalan pengambungan tuberkel ke I
dan tuberkel kedua. Fistil jinis ini merupakan kelainan hereditel yang bersifat dominal
sering ditemukan di depan tragus berbentuk bulat atau lonjol dengan ukuran seujung
pensil. Dari muara fistel sering keluar cairan sebasea. (jangan lupa masukan gambar)
Biasanya paisen datang karena terdapat obstruksi atau infeksi fistula, senhingga
terjadi pioderma selulitis pasial infeksi akut di atasi dengan pemberian antibiotik dan
bila suda terbentuk apses, dilakukan insisi drainase apses. Tindakan oprasi dilakukan
bila cairan keluar berkepanjangan atau terjadi infeksi berulang sehingga menggu
aktifitas. Sewaktu oprasi, fistel di akat seluruhnya untuk mencega kekambuan.
2. Microtia atresia liang telinga
Pada microtia daun telinga bentuknya lebih kecil dan tak sempurna disertai dengan
tidak terbentuknya (atresia ) linang telinga karena perkembangan embriologi yang
berbeda antara telinga dalam dan telinga tenga kejadian ini lebih sering pada lelaki
daripada perempuan. Angka kejadian 1:7000 lebih sering pada telinga kanan kejadian
pada telinga unilateral banding bilateral adalah 3:1 bila ditemukan microtia yang
bilateral pikirkan kemukinan adanya kraniofasial (sindroma tracher collins, sindroma
nager) penyebab kelainan ini belum diketahui dengan jelas diduga faktor ginetik,
infeksi firus intoksikasi bahan kimia dan obat teratogenik pada kehamilan muda
adalah penyebabnya.
Diaknosis microtia atresia telinga konenital dapat ditegakan dengan hanya melihat
bentuk daun telinga yang tidak sempurna dalam liang telinga yang aktresia biasanya
semakin tidak sempurna bentuk daun telinga dapat menjadi petunjuk buruknya
keadaan telinga di tenga.
Pemeriksaan fuksi pendegaran CT scen tulang tempora dengan selusi tinggi
diperlukan untuk menilai telinga tenga dan teliga dalam. Pemeriksaan ini pentin untuk
membantu dalam menentukan kemukinan berhasilnya oprasi konstruksi kelainan
telinga tenga oprasi bertujuan untuk memperbaiki pendengaran dan memperbaiki
penampilan secara kosmetik. Pada atresia liang telinga bilateral, untuk mencega
terlambatnya perkembangan berbahasa diajurkan untuk memakai alat bantu dengar
antara tulang (Bone Conduction Haearing ailo) sejak dini apabila CT-scen tanpa
adanya koklea yang normal oprasi pembentukan lian telinga (Kanaloplasti) baru
dikerjakan pada usia 5-7 tahun oprasinya dilakukan dalam beberapa tahap. Tahap
pertama adalah pembentukan daun telinga. Kemudian pada tahap berikutnya baru
dibentuk liang telinga dan penataan telinga tengah.
Sedangkan pada atresia yang unilateral oprasi dikerjakan setelah usia ini
adalah paresis N VII, hilangnya pendengaran dan yang paling sering adalah terjadinya
restenosis.
3. Telinga camplang/jabang (Bats ear)
Daun telinga tampak lebih lebar dan menonjol. Fungsi pendengaran tidak terganggu.
Namun karena bentuknya yang tidak normal serta tidak enak dipandang kadang kala
menimbulkan masalah psikis sehingga perlu dilakukan 0perasi otoplasti.
3.2.2.1.Perikondritis
Definisi
Perikondritis adalah radang pada tulang rawan dan telinga yang terjadi apabila suatu
trauma atau radang menyebabkan efusi atau pus diantara lapisan perikondrium dan kartilago
telinga luar. Adakalanya perikondritis terjadi setelah suatu memar tanpa adanya hematoma.
Dalam stage awal infeksi, pinna dapat menjadi merah dan kenyal. Ini diikuti oleh
pembengkakan yang general dan membentuk abses subperikondrial dengan pus terkumpul
diantara perikondrium dengan tulang rawan dibawahnya .
Gambaran Klinis
Penderita dengan perikondritis pada umumnya dating ke dokter dengan keluhan daun
telinga terasa sakit, berwarna merah, dan tegang
Diagnosis Banding
Othematoma
Suatu hematom daun telinga akibat ruda paksa yang menyebabkan timbulnya darah
dalam ruangan antara perikondrium dan kartilago. Mekanisme biasanya melibatkan
gangguan traumatis pembuluh darah perikondrial. Akumulasi darah dalam hasil ruang
subperikondrial dalam pemisahan perikondrium dari tulang rawan. Penanganan dengan
cara aspirasi dan dilanjutkan penekanan memakai gips sebagai fiksasi .
Pseudokista
Terdapat benjolan di daun telinga yang disebabkan oleh adanya kumpulan cairan
kekuningan diantara lapisan perikondrium dan tulang rawan telinga. Biasanya pasien
dating ke dokter karena ada benjolan di daun telinga yang tidak nyeri dan tidak diketahui
penyebabnya.
Polikondritis Berulang
Suatu penyakit autoimun yang melibatkan struktur tulang rawan secara generalisata,
terutama telinga, hidung, dan laringotracheobrachial. Tampak deformitas aurikula
menyerupai perikondritis akut. Biasanya terdapat serangan tunggal atau berulang. Untuk
pengobatan diberikan pada fase akut dengan salisilat dan steroid .
Penatalaksanaan
Sebaiknya dilakukan kultur dan tes sensitivitas sebelumnya. Pada daun telinga
diberikan kompres panas. Bila terdapat fluktuasi, dilakukan insisi secara steril dan diberi
perban tekan selama 48 jam
2.3.2 Othematom
2.3.1 Definisi
2.3.2 Etiologi
Othematom umunya terjadi akibat trauma secara langsung ke daerah telinga seperti
yang ditemui pada petinju, pegulat dan seni bela diri, sehingga terdapat penumpukan bekuan
darah diantara perikondrium dan tulang rawan menerima pasokan darah dari perichondrium
atasnya. Luka geser menyebabkan gangguan hubungan anatomi normal dari perichondrium
ke tulang rawan, dengan nekrosis tulang rawan yang dihasilkan.
2.3.3 Patofisiologi
Secara normal cedera jaringan atau adanya bahan asing mnejadi pemicu kejadian
yang mengikut sertakan enzim, mediator, cairan ekstravasasi, migrasi sel, kerusakan jaringan
dan mekanisme penyembuhan. Hal tersebut menimbulkan tanda inflamasi berupa kemerahan,
pembengkakan, panas, nyeri dan hilangnya fungsi.
Terjadi 3 proses utama selama reaksi inflamasi ini yaitu, aliran darah kedaerah itu
meningkat, permeabilitas kapiler meningkat, leukosit mula-mula neutrophil dan makrofag,
lalu limfosit keluar dari kapiler menuju ke jaringan. Selanjutnya bergerak ketempat cedera
dibawah pengaruh stimulus stimulus kemotaktik. Bila ada antigen tersebut, mulu-mula
respon imun non spesifik bekerja untuk mengeliminasi antigen tersebut. Bila ini berhasil,
inflamasi akut berhenti. Apabila respon imun non spsifik tidak berhasil, maka respon imun
spesifik diaktivasi untuk menangkis antigen tersebut. Inflamasi berhenti apabila usaha ini
berhasil. Bila tidak maka inflamasi ini menjadi kronik dan sering kali menyebabkan destruksi
yang irreversible pada jaringan.
Hematoma daun telinga ditandai dengan daun telinga yang terlihat membengkak,
garis lipatan konka menghilang, terjadi pembengkakan besar kebiru-biruan yang biasanya
dapat mengenai seluruh daun telinga, meskipun kadangkadang terbatas hanya pada setengah
bagian atas saja.
Tidak dijumpai nyeri pada daun telinga, namun bila ada nyeri tidak begitu nyata, daun
telinga terasa panas dan adanya rasa tidak nyaman.
Bila tidak segera diobati, darah ini akan terkumpul menjadi jaringan ikat yang
menyebabkan nekrosis tulang rawan, karena adanya gangguan nutria. Massa jaringan parut
yang berlekuk-lekuk ini, terutama dari trauma yang berulang, akan menimbulkan deformitas
yang disebut cauliflower ear. Bila dijumpai oklusi total liang telinga akan menyebabkan
kehilangan pendengaran.
2.3.6 Diagnosis
2.3.6.1 Anamnesa
Dari anamnesa dijumpai adanya riwayat trauma. Misalnya karena hantaman atau
pukulan saat berolahraga seperti gulat dan lainnya. Telinga dapat terasa nyeri dan bengkak.
Jika pembengkakan berlanjut, pasien sering kali mengeluhkan pendengarannya terganggu.
Pada pemeriksaan fisik, dari inspeksi dijumpai benjolan kemerahan pada daun telinga.
Pada palpasi terdapat fluktuasi tanpa adanya nyeri tekan atau nyeri tekan yang ringan. Pada
kasus yang telah lama dan berulang dapat timbul pengerutan pada daun telinga (cauliflower
ear). Kemudian dilakukan aspirasi dan dijumpai cairan serohemoragis.
2.3.7 Diagnosa Banding
Perikondritis
Radang pada tulang rawan yang menjadi kerangka daun telinga. Biasnya terjadi
karena trauma akibat kecelakaan, operasi daun telinga yang terinfeksi.
Pseudokista
Terdapat benjolan didaun telinga yang disebabkan oleh adanya kumpulan cairan
kekuningan diantara lapisan perikondrium dan tulang rawan telinga.
2.3.8 Penatalaksanaan
Indikasi :
Anterior aurikularis bengkak setelah trauma, yang mrusak bentuk anatomi normal dari
pinna.
Presentasi dalam waktu 7 hari setelah trauma (setelah 7 hari , pembentukan jaringan
granulasi dapat menyulitkan prosedur. Pada saat itu pasien harus dirujuk kespesialis).
Kontra indikasi
Hal yang perlu diperhatikan pada penanganan hematoma daun telinga antara lain
Aspirasi dilakukan dalam kondisi yang steril dan setelah aspirasi penting diberikan
antibiotic yang adekuat.
Pemantauan yang ketat diperlukan untuk memastikan hematom tidak berulang
kembali dan dapat berkembang terbentuknya deposit fibrous ataupun infeksi.
Untuk mencegah reakumulasi maka setelah aspirasi atau insisi perlu dilakukan
penekanan.
Anestesi
Dilakukan anestesi local dengan lidokain 1% dengan 1:100.000 epinefrin atau tanpa
epinefrin, dan diinfiltrasi secara langsung pada daerah yang akan diinsisi dan
drainase.
Banyak penulis mendukung penggunaan lidokain tanpa disertai pemberian agen
vasokontriktif seperti epinefrin. Namun demikian, beberapa literature menyetujui
keamanan penggunaan agen vasokonstriktor pada lokasi seperti hidung dan daun
telinga.
Dengan persiapan : bersihkan kulit dengan betadine dan alcohol, dapat juga digunakan
betadine scrub, dengan anestesi local lidokain 1%.
Lakukan penekanan 5-10 menit, lalu lakukan kompresi dengan balut tekan. Teknik
yang sederhana biasanya tidak adekuat, dan dapat menyebabkan reakumulasi
hematoma.
Kompresi balut tekan dapat dibuat dengan berbagai cara metode sederhana,
diantaranya :
o Letakkan kapas kering pada kanal eksternal
Isi celah aurikuler eksternal dengan kassa yang lembab (yang telah direndam dengan salin
atau vasselin)
Gambar 6 : Kompresi dengan kassa vaselin pada pina anterior
Dengan menambahkan 3-4 lapis kassa dibelakang telinga sebagai tampon pada bagian
posterior, potong kassa menjadi bentuk V, sehingga pas untuk diletakkan dibelakang telinga.
Pemasangan balut tekan khusus pada konka, seperti silicon splint atau dental rolls, ke bagian
anterior dan posterior telinga
Gambar 10 : Balut tekan khusus dengan dental rolls
2.3.9 Komplikasi
Bila tindakan tidak steril, bisa timbul komplikasi yaitu perikondritis. Perikondritis
adalah radang pada tulang rawan daun telinga, yang terjadi akibat trauma, pasca operasi
telinga, serta sebagai komplikasi hematoma daun telinga, otitis eksterna kronik, otitis media
kronik, pseudokista. Pengobatan dengan antibiotika sering gagal. Dapat terjadi komplikasi,
yaitu tulang rawan hancur dan menciut serta keriput, sehingga terjadi telinga lingsut. Selain
itu bisa juga terjadi reakumulasi dari hematom, luka parut dan site infeksi.
2.4.1 Definisi
Pseudokista daun telinga adalah suatu kondisi yang relatif jarang di mana cairan
serosa terakumulasi di antara ruang intracartilaginous telinga dan bermanifestasi sebagai
suatu pembengkakan, dan tanpa rasa sakit pada telinga luar.
2.4.2 Gejala Klinis
Pseudokista bermanifestasi sebagai pembengkakan tanpa rasa sakit pada permukaan
lateral atau anterior pinna, yang terus berkembang selama 4-12 minggu. Riwayat trauma
mungkin menyertai perjalanan klinis, termasuk menggosok, menarik telinga, tidur di bantal
keras, atau memakai helm sepeda motor atau earphone. Ini juga telah dikaitkan dengan kasus
kulit gatal atau penyakit sistemik termasuk dermatitis atopik dan limfoma.
Pseudokista bukanlah suatu peradangan, terjadi pembengkakan yang asimptomatik
pada permukaan lateral atau anterior dari pinna, biasanya pada fossa skafoid atau fosa
triangular. Ukuran mulai dari diameter 1-5 cm, dan mengandung cairan kental bening atau
kekuningan, dengan konsistensi yang sama dengan minyak zaitun.
2.4.5 Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan dari Pseudokista daun telinga adalah menjaga struktur anatomi
dan pencegahan kekambuhan. Tanpa pengobatan, cacat permanen dari daun telinga dapat
terjadi. Pilihan pengobatan termasuk aspirasi jarum dengan pembalutan, pengobatan (baik
sistemik atau oral), dan perawatan bedah. Konsensus pada manajemen terbaik untuk
Pseudokista dari daun telinga belum ditentukan, dan kombinasi pengobatan mungkin
diperlukan untuk mencapai hasil yang optimal.
Tidak ada pengobatan medis yang efektif untuk Pseudokista daun telinga. Dosis tinggi
terapi kortikosteroid oral dan kortikosteroid intralesi telah dilaporkan, dengan hasil yang
bervariasi. Beberapa penulis berpendapat terhadap penggunaan steroid intralesi,
menyebabkan deformitas permanen pada telinga, sementara yang lain mendukung terapi
injeksi steroid atau bahkan terapi steroid oral. Para pendukung terapi injeksi steroid
menganggapnya sebagai prosedur lebih sederhana daripada operasi. Kim dkk melaporkan
terapi steroid intralesi dalam kombinasi dengan pembalutan.
Beberapa teknik penatalaksanaan telah banyak dilakukan seperti : aspirasi dengan
jarum, insisi dan drainase disertai balut tekan, aspirasi jarum disertai balut tekan, pemberian
tingture iodine pada intralesi, pemberian asam trikloroasetat pada intrakartilago disertai balut
tekan dengan suatu penyokong (button bolster), terapi steroid intramuskular, terapi steroid
oral dosis tinggi, dan terapi steroid intralesi, serta kuretase dengan pemberian lem fibrin.
2.4.5.1 Aspirasi
Aspirasi jarum sederhana cairan pseudokista diikuti dengan penempatan pembalut
tekan adalah salah satu metode yang paling umum dilakukan. Namun, tanpa menggunakan
pembalut tekan, kekambuhan sering terjadi. Patigaroo dkk menggunakan teknik yang umum
digunakan yaitu aspirasi sederhana diikuti dengan injeksi steroid intralesi diikuti dengan balut
tekan. Tingkat keberhasilan mereka adalah 57% dengan komplikasi minimal, termasuk
penebalan pinna.
Gambar 12 : Teknik penatalaksanaan Pseudokista daun telinga dengan menggunakan button
bolsters.
2.4.5.2 Bedah
Berbagai metode telah banyak dilakukan, hasil yang memuaskan diperoleh dengan
insisional drainase, diikuti dengan obliterasi secara kimia atau mekanik. Namun, kekambuhan
masih sering terjadi dan tingkat keberhasilan masih belum memuaskan. Untuk itu, Tuncer et
al menggunakan metode kuret dan lem fibrin.
Intervensi bedah Tuncer, dkk dilakukan dengan bius lokal. Sebuah sayatan 3 cm
dilakukan pada fossa skafoid untuk membuka rongga. Setelah dilakukan penyayatan, cairan
kental kuning, cairan serosa 'seperti minyak zaitun' keluar, khas untuk Pseudokista aurikula.
Lapisan jaringan granulasi dan permukaan dalam tulang rawan dikuret dengan pisau
bedah no: 15. Setelah itu lem fibrin dimasukkan 2 ml ke dalam rongga kista. Penutupan kulit
dilakukan dengan nilon 5/0. Tarik jahitan keluar, ikat pada penyangga kapas (cotton bolsters)
yang lebih baik diletakkan pada fossa skafoid dan fossa triangular sebagai kompresi dan
dibuka pada hari ketiga pasca operasi
Gambar 13: lapisan jaringan granulasi dan dinding tulang rawan anterior dan posterior yang
dikuret. (Kiri) jahitan dengan penyangga kapas (cotton bolsters) mengkompresi lem fibrin
dan penutupan kulit (Kanan).
2.5.1 Definisi
Otitis eksterna, juga dikenal sebagai telinga perenang atau swimmers ear, adalah
radang telinga luar baik akut maupun kronis. Kulit yang melapisi saluran telinga luar menjadi
merah dan bengkak karena infeksi oleh bakteri atau jamur dengan tanda-tanda khas yaitu rasa
tidak enak di liang telinga, deskuamasi, sekret di liang telinga, dan kecenderungan untuk
kambuh kembali. Pengobatan amat sederhana tetapi membutuhkan kepatuhan penderita
terutama dalam menjaga kebersihan liang telinga. Infeksi ini sangat umum dan
mempengaruhi semua kelompok umur. Saluran telinga luar adalah sebuah terowongan
pendek yang berjalan dari lubang telinga hingga gendang telinga yang berada di dalam
telinga. Secara normal bagian ini dilapisi kulit yang mengandung rambut dan kelenjar yang
memproduksi lilin.
Gambar 14: Otitis Eksterna
2.5.2 Etiologi
Swimmers ear (otitis eksterna) sering dijumpai. Terdiri dari inflamasi, iritasi atau
infeksi pada telinga bagian luar. Dijumpai riwayat pemaparan terhadap air, trauma
mekanik dan goresan atau benda asing dalam liang telinga. Berenang dalam air yang
tercemar merupakan salah satu cara terjadinya otitis eksterna (swimmers ear).
Kebanyakan disebabkan alergi pemakaian topikal obat tetes telinga. Alergen yang
paling sering adalah antibiotik, contohnya: neomycin, framycetyn, gentamicin,
polimixin, dan anti histamin. Sensitifitas poten lainnya adalah metal dan khususnya
nikel yang sering muncul pada kertas dan klip rambut yang mungkin digunakan untuk
mengorek telinga.
Suka membersihkan atau mengorek-ngorek telinga dengan cotton buds, ujung jari
atau alat lainnya
Sering berenang, air kolam renang menyebabkan maserasi kulit dan merupakan
sumber kontaminasi yang sering dari bakteri
Penggunaan bahan kimia seperti hairsprays, shampoo dan pewarna rambut yang
bisa membuat iritasi dan mematahkan kulit rapuh, yang memungkinkan bakteri dan
jamur untuk masuk
kondisi kulit seperti eksema atau dermatitis di mana kulit terkelupas atau pecah, dan
tidak bertindak sebagai penghalang atau pelindung dari kuman atau jamur
diabetes.
2.5.5 Patofisiologi
Secara alami, sel-sel kulit yang mati, termasuk serumen, akan dibersihkan dan
dikeluarkan dari gendang telinga melalui liang telinga. Cotton bud (pembersih kapas telinga)
dapat menganggu mekanisme pembersihan tersebut sehingga sel-sel kulit mati dan serumen
akan menumpuk di sekitar gendang telinga. Masalah ini juga diperberat oleh adanya susunan
anatomis berupa lekukan pada liang telinga.
Keadaan diatas dapat menibulkan timbunan air yang masuk ke dalam liang telinga
ketika mandi atau berenang. Kulit yang basah, lembab, hangat, dan gelap pada liang telinga
merupakan tempat yang baik bagi pertumbuhan bakteri dan jamur.
Otitis eksterna sirkumkripta (furunkel/bisul) terjadi oelh karen kulit sepertiga luar
liang telinga mengandung adneksa kulit, seperti folikel rambut, kelenjar sebasea dan kelenjar
serumen maka di tempat tersebut dapat terjadi infeksi pada pilosebaseus sehingga
membentuk furunkel. Kuman penyebab biasanya adalah staphylococus aureus atau
sthapylococus albus.
Otitis eksterna difus biasanya mengenai kulit liang telinga dua pertiga dalam. Tampak
kulit liang telinga hiperemis dan edema yang tidak jelas batasnya. Kuman penyebab biasanya
adalah staphylococcus aureus, escherichia coli dan sebagainya. Otitis eksterna difus dapat
juga terjadi sekunder pada otitis media supuratif kronis.
Kulit liang telinga luar beralaskan periostium dan perikondrium bukan bantalan
jaringan lemak sehingga memudahkan cedera atau trauma. Selain itu, edema dermis
akan menekan serabut saraf yang mengakibatkan rasa sakit yang hebat.
Kulit dan tulang rawan 1/3 luar liang telinga luar bersambung dengan kulit dan tulang
rawan daun telinga sehingga gerakan sedikit saja pada daun telinga akan dihantarkan
ke kulit dan tulang rawan liang telinga luar sehingga mengakibatkan rasa sakit yang
hebat pada penderita otitis eksterna.
.
Merupakan radang pada 1/3 lateral canalis auditori eksterna yang terinfeksi pada
pilosebaseus sehingga membentuk furunkel. Disebabkan oleh bakteri Staphylococcus aureus
dan Staphylococcus albus.
Gejala rasa nyeri yang hebat, nyeri saat aurikula digerakkan, nyeri saat membuka
mulut dan tidak sesuai dengan besar bisul/furunkel, karena kulit liang telinga tidak
mengandung jaringan longgar di bawahnya sehingga rasa nyeri timbul pada penekanan
perikondrium. Dapat terjadi penurunan pendengaran, kalau furunkel yang besar menyumbat
telinga.
Terapi tergantung pada keadaan furunkel. Bila sudah abses, diaspirasi secara steril
untuk mengeluarkan nanahnya. Lokal diberikan antibiotik dalam bentuk salep seperti
polymixin B atau bacitracin atau antiseptik (asam asetat 2-5% dalam alkohol 2%). Bila
terdapat furunkel dilakukan insisi kemudian dipasang drain untuk mengalirkan nanah.
Diberikan obat simtomatik seperti analgesik dan penenang.
Merupakan radang canalis auditori eksterna 2/3 medial. Tampak kulit liang telinga
hiperemis dan edema yang tidak jelas batasnya. Disebabkan oleh golongan Pseudomonas
dan dapat juga terjadi sekunder pada otitis media supuratif kronis.
Gejalanya adalah nyeri tekan tragus, liang telinga sangat sempit, kadang kelenjar
getah bening regional membesar dan nyeri tekan, terdapat sekret yang berbau. Sekret ini tidak
mengandung lendir seperti sekret yang keluar dari kavum timpani pada otitis media.
2.5.9 Anamnesa
Rasa sakit di dalam telinga (otalgia) bisa bervariasi dari yang hanya berupa rasa tidak
enak sedikit, perasaan penuh didalam telinga, perasaan seperti terbakar hingga rasa sakit
yang hebat serta berdenyut. Meskipun rasa sakit sering merupakan gejala yang dominan,
keluhan ini juga sering merupakan gejala mengelirukan. Rasa sakit bisa tidak sebanding
dengan derajat peradangan yang ada. Ini diterangkan dengan kenyataan bahwa kulit dari
liang telinga luar langsung berhubungan dengan periosteum dan perikondrium, sehingga
edema dermis menekan serabut saraf yang mengakibatkan rasa sakit yang hebat. Lagi
pula, kulit dan tulang rawan 1/3 luar liang telinga bersambung dengan kulit dan tulang
rawan daun telinga sehingga gerakan yang sedikit saja dari daun telinga akan dihantarkan
ke kulit dan tulang rawan dari liang telinga luar dan mengkibatkan rasa sakit yang hebat
dirasakan oleh penderita otitis eksterna.
Rasa penuh pada telinga merupakan keluhan yang umum pada tahap awal dari otitis
eksterna difusa dan sering mendahului terjadinya rasa sakit dan nyeri tekan daun telinga.
Gatal merupakan gejala klinik yang sangat sering dan merupakan pendahulu rasa sakit
yang berkaitan dengan otitis eksterna akut. Pada kebanyakan penderita rasa gatal disertai
rasa penuh dan rasa tidak enak merupakan tanda permulaan peradangan suatu otitis
eksterna akuta.
Kurang pendengaran mungkin terjadi pada akut dan kronik dari otitis eksterna. Edema
kulit liang telinga, sekret yang serous atau purulen, penebalan kulit yang progresif pada
otitis eksterna yang lama sering menyumbat lumen kanalis dan menyebabkan timbulnya
tuli konduktif. Keratin yang deskuamasi, rambut, serumen, debris, dan obat -obatan yang
digunakan kedalam telinga bisa menutup lumen yang mengakibatkan peredaman
hantaran suara.
Gambar 15 : Radang Saluran Telinga Luar
MAE terisi sekret serus (alergi), purulen (infeksi kuman), keabu-abuan atau kehitam-
hitaman (jamur)
Pada furunkel didapatakn oedem, hiperemi pada pars kartilageneus MAE, nyeri tarik
aurikula dan nyeri tekan tragus. Bila oedema hebat membran timpani dapat tidak tampak
Tanda otitis ekstern menggunakan otoskop yaitu kulit pada saluran telingga tampak
hiperemi, oedema, bisa berisi nanah dan serpihan sel-sel kulit yang mati.
Demam (jarang)
Pada kasus yang berat, infeksi dapat menyebar ke jaringan lunak sekitarnya, termasuk
kelenjar parotis. Ekstensi tulang juga dapat terjadi ke dalam tulang mastoid, sendi
temporomandibular, dan dasar tengkorak, dalam hal saraf kranial VII (wajah), IX
(glossopharingeus), X (vagus), XI (aksesori), atau XII (hypoglossal) dapat terpengaruh.
2.5.12 Petalaksanaan
Terapi utama dari otitis eksterna melibatkan manajemen rasa sakit, pembuangan
debris dari kanalis auditorius eksternal, penggunaan obat topikal untuk mengontrol
edema dan infeksi, dan menghindari faktor pencetus.
Dengan lembut membersihkan debris dari kanalis auditorius eksternal dengan irigasi atau
dengan menggunakan kuret plastik lembut atau kapas di bawah visualisasi langsung.
Pembersihan kanal meningkatkan efektivitas dari obat topikal.
Obat topikal oral biasanya termasuk asam ringan (untuk mengubah pH dan untuk
menghambat pertumbuhan mikroorganisme), kortikosteroid (untuk mengurangi
peradangan), agen antibiotik, dan / atau agen antijamur.
Infeksi ringan: otitis eksterna ringan biasanya merespon dengan penggunaan agen
acidifying dan kortikosteroid. Sebagai alternatif, campuran perbandingan (2:1) antara
alkohol isopropil 70% dan asam asetat dapat digunakan.
Dalam beberapa kasus, kasa (dengan panjang 1/4 inci) dapat dimasukkan ke dalam kanal,
dan obat ototopic dapat diterapkan secara langsung ke kasa (2-4 kali sehari tergantung
pada frekuensi ). Setelah kasa digunakan, harus dicabut kembali 24-72 jam setelah
insersi.
Dalam kasus pasien dengan tympanostomy atau diketahui adanya perforasi, persiapan
non-ototoxic topical (misalnya, fluorokuinolon, dengan atau tanpa steroid).
Merupakan infeksi difus di liang telinga luar dan struktur lain yang ada disekitarnya.
Sering terjadi pada orangtua dengan penyakit diabetes melitus. Pada otitis eksterna maligna
peradangan dapat meluas secara progresif ke lapisan subkutis dan organ sekitarnya sehingga
dapat menimbulkan kelainan berupa kondritis, osteitis dan osteomielitis yang mengakibatkan
kehancuran temporal.
2.6.1 Etiologi
2.6.2 Patofisiologi
Otitis eksterna maligna menyebar melalui Fisura Santorini untuk sampai ke dasar
tulang tengkorak. Data histopatologi menunjukkan bahwa infeksi menyebar sepanjang
vaskuler. Di bagian anterior dapat mempengaruhi fossa mandibula dan kelenjar parotis. Di
sebelah anteromedial infeksi, dapat menyebar ke arteri karotis. Selain itu juga dapat
menyebar melalui tuba eustachius untuk sampai ke fossa infratemporal dan nasofaring.
Hipestesia ipsilateral dapat terjadi jika saraf kelima dilibatkan. Penyebaran ke intrakranial
dapat menyebabkan meningitis, abses otak, kejang dan kematian. Bagian posteroinferior
dapat menyebabkan flebitis dan trombosis supuratif bulbus juguler dan sinus sigmoid. Ini
dapat menyebabkan mastoiditis dan kelumpuhan saraf fasial. Penyebaran secara inferior
dapat menyebabkan paralisis saraf glosofaringeal (IX), vagus (X), hipoglosus (XI), dan
aksesorius (XII), menyebabkan disfagia, aspirasi dan suara serak.
Gambar 16. Gambaran anatomi tempat terjadinya infeksi pada otitis eksternal maligna
Gejala otitis eksterna maligna adalah: rasa gatal di liang telinga yang dengan cepat
diikuti dengan nyeri, sekret yang banyak serta pembengkakan liang telinga. Kemudian rasa
nyeri tersebut akan semakin hebat, liang telinga tertutup oleh jaringan granulasi yang cepat
tumbuhnya. Saraf fasialis dapat terkena, sehingga menimbulkan paresis atau paralisis fasial.
Kelainan patologik yang penting adalah osteomielitis yang progresif, yang disebabkan
oleh kuman Pseudomonas aeroginosa. Penebalan endotel yang mengiringi diabetes mellitus
berat, kadar gula darah yang tinggi yang diakibatkan oleh infeksi sedang aktif, menimbulkan
kesulitan pengobatan yang adekuat.
Penyakit ini dapat membahayakan dan kecurigaan lebih tinggi ditujukan pada pasien
dengan diabetes atau immunocompromized state atau berumur lanjut. Tanda khas yang
dijumpai dari otoskopi pada penyakit ini adalah otitis eksterna dengan jaringan granulasi
sepanjang posteroinferior liang telinga luar (pada bony cartilaginous junction) disertai lower
cranial neuropathies (N. VII, IX, X, XI) yang biasanya juga disertai dengan nyeri pada
daerah yang dikenai (otalgia). Eksudat pada liang telinga dan membrane timpani intak.
2.6.4 Diagnosis
2.6.4.1 Anamnesis
Pasien yang menderita otitis eksterna maligna umumnya usia lanjut, menderita
diabetes. Adanya otalgia, sakit kepala temporal, otore purulen dapat ditemukan pada
pasien ini. Kadang kadang pasien mempunyai riwayat penggunaan antibiotik dan obat
tetes telinga pada otitis eksterna tanpa adanya perubahan gejala yang bermakna.
Laboratorium
Radiologi
Pemeriksaan tambahan dapat berupa foto X-ray mastoid (foto Schuller). Pada foto
X-ray ini ditemukan adanya perselubungan air cell mastoid dan destruksi tulang.
Ga mbar 18. Foto Schuller kanan ta mpak ga mbaran ma stoiditis kronik (bulatan
me rah)
Otitis media supuratif kronik adalah infeksi kronis di telinga tengah dengan perforasi
membrane timpani dan sekret yang keluar dari tengah terus-menerus atau hilang timbul dan
sekretnya mungkin encer, kental, bening atau berupa nanah. Terjadinya otitis media supuratif
kronik adalah disebabkan oleh adanya gangguan fungsi pada tuba eustachius atau infeksi
yang lama pada bagian telinga tengah. Sebagian besar otitis media supuratif kronik
merupakan kelanjutan dari otitis media akut dengan perforasi membrane timpani yang sudah
terjadi lebih dari 2 bulan. Otitis media supuratif kronik menimbulkan gejala otore dengan
sekret yang bersifat purulen atau mukoid tergantung dari stadium peradangan, gangguan
pendengaran, otalgia dan vertigo.
Biasanya mengenai kulit liang telinga dua pertiga dalam. Tampak kulit liang telinga
hiperemis dan edema yang tidak jelas batasnya. Kuman penyebab biasanya golongan
Pseudomonas. Kuman lain yang dapat sebagai penyebabnya adalah Staphylococcus albus,
Escherichia coli dan sebagainya. Otitis eksterna difus dapat juga terjadi sekunder pada otitis
media supuratif kronis. Gejalanya adalah nyeri tekan tragus, liang telinga sangat sempit,
kadang kelenjar getah bening membesar dan nyeri tekan, terdapat sekret yang berbau. Sekret
ini tidak mengandung lendir (musin) seperti sekret yang keluar dari kavum timpani pada
otitis media.
Otomikosis
Infeksi jamur diliang telinga dipermudah dengan kelembaban yang tinggi didaerah
tersebut. Yang tersering adalah Pityrosporum dan Aspergillus. Kadang-kadang ditemukan
juga Candida albicans atau jamur lain. Pityrosporum menyebabkan terbentuknya sisik yang
menyerupai ketombe dan merupakan predisposisi otitis eksterna bakterialis. Gejala biasanya
berupa rasa gatal dan rasa penuh di liang telinga, tapi sering pula tanpa keluhan.
2.6.6 Pengobatan
Pengobatan harus cepat diberikan sesuai dengan hasil kultur dan resistensi. Mengingat
kuman penyebab tersering adalah Pseudomonas aeroginosa, diberikan antibiotika dosis
tinggi yang sesuai dengan Pseudomonas aeroginosa. Sementara menunggu hasil kultur dan
resistensi, diberikan golongan fluoroquinolone (ciprofloxacin) dosis tinggi peroral. Pada
keadaan yang lebih berat diberikan antibiotika parenteral kombinasi dengan antibiotika
golongan aminoglikosida yang diberikan selama 6-8 minggu.
2.6.7 Komplikasi
Pada otitis eksterna maligna peradangan meluas secara progresif kelapisan subkutis,
tulang rawan dan ke tulang sekitarnya, sehingga timbul kondritis, osteitis dan osteomielitis
yang menghancurkan tulang temporal
2.6,8 Prognosis
2.7.1 Definisi
Otomikosis atau otitis eksterna fungi adalah infeksi akut, subakut, dan kronik pada epitel
skuamosa dari kanalis auditorius eksterna oleh ragi dan filamen jamur. Komplikasinya dapat
mencapai ke telinga tengah dan kavitas terbuka mastoid. Meskipun jamur merupakan patogen primer,
hal ini bisa juga dampak dari infeksi kronis dari kanalis eksternus atau telinga tengah.
2.7.2 Etiologi
Infeksi jamur di liang telinga dipermudah oleh kelembaban yang tinggi di suatu daerah.
Jamur yang menyebabkan otomikosis pada umumnya adalah spesies jamur saprofit yang
berlimpah di alam dan bentuk itu adalah bagian dari flora komensalis dari EAC yang sehat.
Jenis jamur yang paling sering adalah Pityrosporum dan Aspergillus (A. niger, A. flavus, A.
funigatus, A. terreus), Candida albikans, dan C. parapsilosis (yeast-like fungi) juga sering.
Kadang-kadang juga ditemukan Phycomycetes, Rhizopus, Actinomyces, dan Penicillium.
Otomikosis dapat terjadi karena hilangnya proteksi lipid atau asam dari telinga.
Kegagalan dari mekanisme pertahanan dari telinga (perubahan pada lapisan epitel, perubahan
PH, perubahan kualitas dan kuantitas serumen, infeksi bakteri, alat bantu dengan atau
prosthesis hearing, trauma yang ditimbulkan sendiri (membersihkan telinga menggunakan Q-
tips, berenang, atau neoplasma).
Pada hasil penelitian didapatkan C. Albicans dan C. parapsilosis dan jamur mycelia
yang lainnya adalah bagian dari flora normal dari EAC dan terkadang bergeser ke status
patogen dibawah pengaruh beberapa faktor.
Beberapa faktor yang menyebabkan transformasi jamur saprofit menjadi patogen antara
lain:
Faktor lingkungan (panas, kelembaban) biasa didapatkan pasien padasaat musim panas
dan gugur.
Perubahan pada epitel yang menutupi (penyakit dermatologi, mikro trauma)
Peningkatan PH pada EAC (mandi). Ozcan et al (2003) mendapati perenang memiliki
faktor predisposisi untuk otomikosis.
Pergeseran kualitas dan kuantitas serumen.
Faktor sistemik (perubahan imunitas, penyakit yang melemahkan, kortikosteroid,
antibiotik, sitostatik, neoplasia). Jackman et al (2005) mendapati ofloxacin berkontribusi
dalam perkembangan otomikosis.
Riwayat otitis bakterialis, otitis media supuratif kronis (OMSK) dan post bedah mastoid.
Kontaminasi bakteri dari kulit EAC awalnya terjadi pada OMSK atau otitis media
eksternus. Kerusakan pada permukaan epitel adalah media yang baik bagi pertumbuhan
mikroorganisme. Kerusakan epitel juga menyebabkan penurunan sekresi apokrin dan
glandula serumen dimana mengubah lingkunga EAC menjadi cocok untuk pertumbuhan
mikroorganisme (pH normal 3-4).
Dermatomikosis dapat menjadi faktor resiko untuk rekurensi karena autoinokulasi
menjadi mungkin di antara bagian-bagian dari tubuh.
Kondisi dan kebiasaan sosial. Penutup kepala tradisional contohnya dapat meningkatkan
kelembaban dari kanal telinga dan menciptakan lingkungan yang ideal untuk
pertumbuhan jamur.
Jamur melimpah pada tanah atau pasir yang mengandung bahan organik yang
membusuk. Materi ini cepat mengering pada kondisi tropis dan tertiup oleh angin sebagai
partikel debu yang kecil. Spora jamur yang menyebar melalui udara terbawa oleh uap air,
suatu fakta bahwa adanya hubungan antara tingginya jumlah infeksi dengan monsoon,
dimana terjadi peningkatan kelembapan relatif hingga 80%.
Jamur tidak pernah menonjol keluar dari EAC, bahkan pada kasus kronis sekalipun.
Hal ini dikarenakan jamur tidak menemukan kebutuhan nutrisinya di luar EAC. Hasil
penelitian terbaru didapatkan pertumbuhan Aspergillus ditemukan paling banyak pada
temperatur 370C, sebuah fakta bahwa kondisi klinis ini didukung oleh predileksi dari jamur
untuk tumbuh di sepertiga dalam dari EAC.
Gejala dari otitis eksterna bakteri dan otomikosis sering sulit dibedakan. Bagaimanapun
pruritus merupakan karakteristik paling sering dari infeksi mikosis dan juga tidak nyaman di
telinga, otalgia (nyeri telinga), rasa penuh di liang telinga, rasa terbakar pada telinga,
ottorhoea, hilangnya pendengaran, tinnitus, keluarnya cairan tetapi sering juga tanpa keluhan.
Pada otoskopi sering ditemukan mycelia yang dapat menegakkan diagnosis. EAC
menjadi eritem dan debris jamur tampak putih, abu-abu, atau hitam. Pasien biasanya tidak
ada perbaikan signifikan dengan pengobatan antibiotik. Diagnosis dapat dikonfirmasi dengan
preparasi KOH atau positifnya kultur jamur.
Karakteristik pemeriksaan fisik dari infeksi jamur pada umumnya terlihat hifa halus dan
spora (conidiophores) tampak pada Aspergillus Candida, ragi, mycelia dengan karakteristik
putih ketika bercampur dengan serumen menjadi kekuningan.
Infeksi kandida dapat lebih sulit dideteksi secara klinis karena kurangnya penampakan
karakteristik layaknya Aspergillus seperti otorrhea dan tidak respon terhadap antimikroba.
Otomikosis oleh kandida biasanya diidentifikasi oleh data kultur.
Morfologi dari koloni dapat membedakan antara yeast-like dan filamentous fungi.
Mayoritas koloni dengan krim putih, halus, dan kasar adalah ragi atau, sangat jarang, yeast-
like colonies dari jamur dimorfik. Filamentous fungi cenderung tumbuh membentuk debu,
helaian, untaian, berudu, atau lipatan yang terlihat dengan rentang berbagai warna seperti
putih, kuning, hijau, biru kehijauan, hitam, dll.
Otomikosis terkadang sulit dibedakan dari otitis eksterna terutama otitis eksterna
difusa. Infeksi campuran kadang terjadi. Biasanya isolasi bakteri terdiri dari negative
coagulase staphylococci, pseudomonas sp., Staphylococcus aureus, E. coli, dan Klebsialla sp.
Infeksi jamur dapat juga berkembang dari OMSK.
2.7.8 Terapi
Boric acid adalah medium asam dan sering digunakan sebagai antiseptik dan
insektisida. Dapat diberikan bila penyebabnya adalah Candida Albicans.
Gentian Violet
Castellanis paint (acetone, alkohol, fenol, fuchsin, resocinol)
Cresylate (merthiolate, M-cresyl acetate, propyleneglycol, bric acid, dan alkohol)
Nystatin adalah antibiotik makrolid polyene yang dapat menghambat sintesis sterol di
membran sitoplasma. Keuntungan dari nistatin adalah tidak diserap oleh kulit yang
intak. Dapat diresepkan dalam bentuk krim, salep, atau bedak. Efektif hingga 50-80%.
Azole adalah agen sintetis yang mengurangi konsentrasi ergosterol, sterol esensial pada
membran sitoplasma normal.
2.7.8.2 Spesifik
Clotrimoxazole digunakan secara luas sebagai topikal azole. Efektif hingga 95-100%.
Clotrimoxazole memiliki efek bakterial dan ini adalah keuntungan untuk mengobati
infeksi campuran bakteri-jamur. Clotrimazole tersedia dalam bentuk bubuk, lotion, dan
solusio dan telah dinyatakan bebas dari efek ototoksik.
Ketokonazole dan fluconazole memiliki spektrum luas. Ketokonazole (2% krim) efektif
hingga 95-100% melawan Aspergillus dan C. Albicans. Fluconazole topikal efektif
hingga 90% kasus.
Miconazole (2% krim) adalah imidazole yang telah dipercaya kegunaannya selama
lebih dari 30 tahun untuk pengobatan penyakit superfisial dan kulit. Agen ini dibedakan
dari azole yang lainnya dengan memiliki dua mekanisme dalam aksinya. Mekanisme
pertama adalah inhibisi dari sintesis ergosterol. Mekanisme kedua dengan inhibisi dari
peroksida, dimana dihasilkan oleh akumulasi peroksida pada sel dan menyebabkan
kematian sel. Efektif hingga 90%.
Bifonazole. Solusio 1% memiliki potensi sama dengan klotrimazol dan miconazole.
Efektif hingga 100%.
Itraconazole memiliki efek in vitro dan in vivo melawan spesies Aspergillus.
Bentuk salep lebih memiliki beberapa keuntungan dibandingkan dengan formula tetes
telinga karena dapat bertahan di kulit untuk waktu yang lama. Salep lebih aman pada kasus
perforasi membran timpani karena akses ke telinga tengah sedikit diakibatkan tingginya
viskositas. Penggunaan cresylate dan gentian violet harus dihindari pada pasien dengan
perforasi MT karena memiliki efek iritasi pada mukosa telinga tengah.
Serta menghentikan penggunaan antibiotik topikal bila dicurigai sebagai penyebabnya.
Pada pasien immunocompromised, pengobatan otomikosis harus lebih kuat untuk mencegah
komplikasi seperti hilangnya pendengaran dan infeksi invasif ke tulang temporal.
Otomikosis terkadang sulit diatasi walaupun telah diobati dengan pengobatan yang
sesuai. Maka dari itu perlu ditentukan apakah kondisi ini akibat penyakit otomikosis itu
sendiri atau berhubungan dengan gangguan sistemik lainnya atau hasil dari gangguan
immunodefisiensi yang mendasari.
Pengobatan lain selain medikamentosa yaitu menjaga telinga tetap kering dan
mengarahkan pada kembalinya kondisi fisiologis dengan mencegah gangguan pada EAC.
2.7.9 Komplikasi
Perforasi membran dapat terjadi sebagai komplikasi dari otomikosis yang bermula pada
telinga dengan membran timpani intak. Insidens perforasi timpani pada mikosis ditemukan
menjadi 11%. Perforasi lebih sering terjadi pada otomikosis yang disebabkan oleh Candida
Albicans. Kebanyakan perforasi terjadi bagian malleus yang melekat pada membran timpani.
Mekanisme dari perforasi dihubungkan dengan trombosis mikotik dari pembuluh darah
membran timpani, menyebabkan nekrosis avaskuler dari membran timpani. Enam pasien
pada grup immunocompromised mengalami perforasi timpani. Perforasi kecil dan terjadi pada
kuadran posterior dari membran timpani. Biasanya akan sembuh secara spontan dengan
pengobatan medis. Jarang namun jamur dapat menyebabkan otitis eksterna invasif , terutama
pada pasien immunocompromised. Terapi antifungal sistemik yang adekuat sangat diperlukan
pada pasien ini.
Defenisi
Hespes zoster otikus adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus varicell
zoster.virus ini menyerang satu atau lebih dermatom saraf kranial.dapat mengenai saraf
trigeminus,ganglion genikulatum dan radiks servikalis bagiaan atas.keadaan ini disebut juga
sindroma Ramsay Hunt.
2.8.1 Etiologi
Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan benda asing diliang telinga yaitu :
Faktor kesengajaan, biasanya terjadi pada anak-anak balita.
Faktor kecerobohan sering terjadi pada orang dewasa sewaktu menggunakan
alat alat pembersih telinga misalnya kapas, tangkai korek api atau lidi yang
tertinggal di dalam telinga, yang terakhir adalah faktor kebetulan terjadi tanpa
sengaja dimana benda asing masuk kedalam telinga contoh masuknya serangga,
kecoa, lalat dan nyamuk.
2.8.3 Patofisiologi
Benda asing yang masuk ke telinga biasanya disebabkan oleh beberapa factor antara lain
pada anak anak yaitu factor kesengajaan dari anak tersebut , factor kecerobohan misalnya
menggunakan alat-alat pembersih telinga pada orang dewasa seperti kapas, korek api ataupun
lidi serta factor kebetulan yang tidak disengaja seperti kemasukan air, serangga lalat, nyamuk
dan lain-lain.
Masukknya benda asing ke dalam telinga yaitu ke bagian kanalis audiotorius eksternus
akan menimbulkan perasaaan tersumbat pada telinga, sehingga klien akan berusaha
mengeluarkan benda asing tersebut. Namun, tindakan yang klien lakukan untuk
mengeluarkan benda asing tersebut sering kali berakibat semakin terdorongnya benda asinr
ke bagian tulang kanalis eksternus sehingga menyebabkan laserasi kulit dan melukai
membrane timpani. Akibat dari laserasi kulit dan lukanya membrane timpanai, akan
menyebabkan gangguan pendengaran , rasa nyeri telinga/otalgia dan kemungkinan adanya
resiko terjadinyainfeksi.
2.8.4 Diagnosis
2.8.4.1 Anamnesis
Pada anamnesis kasus dengan corpus alienum, pasien akan mengeluhkan gejala yang
mirip dengan otitis media/eksterna seperti:
- penurunan pendengaran
- rasa penuh/ mengganjal di telinga
- keluar cairan dari telinga
- nyeri telinga
disertai dengan riwayat kemasukan benda asing, baik disengaja maupun
tidak. Setelah keluhan utama tergali dan faktor pencetus berupa
kemasukan benda asing didapat, maka selanjutnya bisa dilakukan
pemeriksaan fisik.