Anda di halaman 1dari 46

BAB I

PENDAHULUAN

Telinga adalah organ penginderaan dengan fungsi ganda dan kompleks (pendengaran
dan keseimbangan) . Indera pendengaran berperan penting pada partisipasi seseorang
dalam aktivitas kehidupan sehari-hari. Sangat penting untuk perkembangan normal dan
pemeliharaan bicara, dan kemampuan berkomunikasi dengan orang lain melalui bicara
tergantung pada kemampuan mendengar.
Infeksi pada telinga bagian luar atau yang sering disebut sebagai otitis eksterna
memiliki beberapa penyebab seperti bakteri dan juga jamur. Dua penyebab ini terkadang
sulit dibedakan karena memiliki keluhan yang hampir sama dan tidak spesifik. Hal ini
menyebabkan pengobatan dari infeksi itu sendiri sering tidak tepat sasaran.
Telinga luar dipisahkan dengan telinga dalam oleh membrana timpani. Telinga luar
berfungsi mengumpulkan dan menghantarkan gelombang bunyi ke struktur-struktur telinga
tengah. Karena keunikan anatomi aurikula serta konfigurasi liang telinga yang melengkung
atau seperti spiral, maka telinga luar mampu melindungi membran timpani dari trauma,
benda asing dan efek termal.
Panjang liang teliga kira-kira 2,5cm, membentang dari bibir depan konka hingga
membrana timpani. Sepertiga bagian luar adalah bagian kartilaginosa sedangkan
duapertiga dalam adalah bagian tulang. Bagian yang sempit dari liang telinga adalah dekat
perbatasan tulang dan tulang rawan. Hanya sepertiga bagian luar atau bagian kartilaginosa
dari liang telinga yang dapat bergerak saat ditarik. Liang telinga membentuk suatu kantung
berlapis epitel yang dapat memerangkapkan kelembaban, sehingga daerah ini menjadi
rentan infeksi pada keadaan tertentu.
Kulit yang melapisi bagian kartilaginosa lebih tebal daripada kulit bagian tulang,
selain itu juga mengandung folikel rambut yang banyaknya bervariasi antar individu
namun ikut membantu menciptakan suatu sawar dalam liang telinga. Anatomi liang telinga
bagian tulang sangat unik karena merupakan satu-satunya tempat dalam tubuh di mana
kulit langsung terletak di atas tulang tanpa adanya jaringan subkutan. Dengan demikian
daerah ini sangat peka, dan tiap pembengkakan akan sangat nyeri karena tidak terdapat
ruang untuk ekspansi.
Salah satu cara perlindungan yang diberikan telinga luar adalah dengan pembentukkan
serumen atau kotoran telinga. Sebagian besar struktur kelenjar sebasea dan apokrin yang

1
menghasilkan serumen terletak pada bagian kartilaginosa. Eksfoliasi sel-sel stratum
korneum ikut pula berperan dalam pembetukan materi yang membentuk suatu lapisan
pelindung penolak air pada dinding kanalis ini. pH gabungan berbagai bahan tersebut
adalah sekitar , suatu faktor tambahan yang berfungsi mencegah infeksi. Lagipula, migrasi
sel-sel epitel yang terlepas membentuk suatu mekanisme pembersihan sendiri dari
membran timpani ke arah luar.
Infeksi dan radang liang telinga merupakan salah satu masalah THT yang paling
sering, khususya pada cuaca panas dan lembab. Pasien dengan gangguan aurikula atau
liang telinga seringkali datang dengan keluhan berikut nyeri (otalgia), gatal,
pembengkakan, perdarahan dan perasaan tersumbat.

BAB II

2
LANDASAN TEORI

2.1 Anatomi Telinga

Telinga terdiri atas telinga luar, telinga tengah dan telinga dalam

Gambar 1: Anatomi Telinga dan Pembagian Telinga

2.1.1 Telinga Luar


Telinga luar terdiri dari daun telinga (auricular) dan liang telinga sampai
membrane tymphani. Daun telinga merupakan struktur tulang rawan yang berlekuk
dan ditutupi oleh kulit tipis dan dipertahankan pada tempatnya oleh otot-otot dan
ligamentum. Lekukan- lekukan ini dibentuk oleh heliks, anti heliks, tragus,
antitragus, fossa skafoidea, fossa triangularis, konka dan lobulus. Tepi daun telinga
yang melengkung disebut heliks. Pada bagian posterior-superiornya terdapat tonjolan
kecil yang disebut tuberkulum telinga (Darwinss tubercle). Pada bagian posterior
heliks terdapat lengukngan yang disebut antiheliks.
Bagian superior antiheliks membentuk dua buah krura antiheliks dan bagian
kedua krura ini disebut fossa triangularis.Diatas kedua krura ini terdapat fossa

3
scapha. Didepan antiheliks terdapat lekukan menyerupai corong yang menuju
meatus yang disebut konka, yang terdiri atas dua bagian samba konka, merupak an
bagian antero-posterior yang ditutupi oleh krus heliks dan kavum konka yang
terletak dibawahnya berseberangan dengan konka yang terletak dibawah krus
heliks terdapat tonjolan kecil berbentuk segitiga tumpul yang disebut tragus.
Bagian diseberang tragus dan terletak pada batas antihelik disebut antitragus.
Satu-satunya bagian daun telinga yang tidak mempunyai tulang rawan adalah
lobules. Tulang rawan daun telinga ini berlanjut dengan tulang rawan liang telinga
luar.

Gambar 2 : Anatomi Telinga Luar

4
Meatus akustikus externus (liang telinga) adalah tabung berkelok yang terbentang
antara auricular sampai membarana tympani. Berfungsi menghantarkan gelombang
suara dari auricular ke mebran tympani. Pada orang dewasa panjang nya 2,5 cm 3
cm dan dapat diluruskan untuk memasang otoskop dengan menarik auricular keatas
dan kebelakang. Pada anak, auricular cukup ditarik lurus ke belakang, atau ke bawah
dan kebelakang. Daerah meatus yang paling sempit 5mm dari membarana tympani
yang miring, maka meatus paling panjang pada dinding anterior inferiornya.

Sepertiga meatus bagian luar mempunyai kerangka tulang rawan elastic dan dua
pertiga dalam oleh tulang, yang dibentuk lempeng tympani. Meatus dilapisi kulit dan
sepertiga bagian luarnya memiliki rambut, kelenjar sebasea dan kelenjar serumen.
Yang terakhir ini adalah modifikasi kelenjar keringat, yang menghasilkan lili coklat
kekuningan. Rambut dan lilin ini merupakan sawar lengket yang mencegah masuknya
benda-benda asing. Suplai saraf sensoris kekulit pelapisnya, berasal dari n.
Auriculotemporalis dan cabang n. Vagus. Drainase limf ken l. Parotidei superficialis,
mastoidei dan cervicales superficiales.

2.2 Perikondritis

2.2.1. Definisi

Perikondritis adalah radang pada tulang rawan dan telinga yang terjadi
apabila suatu trauma atau radang menyebabkan efusi atau pus diantara lapisan
perikondrium dan kartilago telinga luar. Adakalanya perikondritis terjadi setelah
suatu memar tanpa adanya hematoma. Dalam stage awal infeksi, pinna dapat
menjadi merah dan kenyal. Ini diikuti oleh pembengkakan yang general dan
membentuk abses subperikondrial dengan pus terkumpul diantara perikondrium
dengan tulang rawan dibawahnya.

2.2.2. Etiologi dan Faktor Predisposisi

Perikondritis dapat disebabkan oleh mikroorganisme. Mikroorganisme


penyebab tersering adalah Pseudomonas aeruginosa. Faktor predisposisinya ialah
sebagai berikut :

5
1) Inadekuat pada terapi selulitis daun telinga (pinna) dan otitis eksterna akut.
2) Accidental atau surgical (sesudah aspirasi atau insisi hematomadaun telinga).
3) Infeksi sekunder dari laserasi atau hematoma.
4) Infeksi superfisialis meatus akustikus.
5) Luka abakar atau frostbite.
6) Penusukan anting-anting pada tulang rawan, dapat terjadi septicemia
Streptococcus beta hemoliticus
2.2.3 Patofisiologi
Infeksi superfisial dari liang telinga luar atau dari daun telinga menyebar lebih
kedalam ke perikondrium. Pada keadaan ini disebut stadium dini, daun telinga (pinna)
merah dan nyeri kemudian mulai terbentuk abses subperikondrial. Hal ini menyebabkan
tulang rawan kekurangan blood supply, sehingga terjadi nekrosis tulang rawan sehingga
dapat terjadi deformitas pada daun telinga yang disebut dengan cauliflower.
2.2.4 Gambaran Klinis
Penderita dengan perikondritis pada umumnya dating ke dokter dengan keluhan daun
telinga terasa sakit, berwarna merah, dan tegang
2.2.5 Pemeriksaan Fisik dan Laboratorium
Pada keadaan perikondritis dapat ditemukan pinna merah dan tender, kemudian
bengkak, serta terdapat abses pada daun telinga. Tampak daun telinga membengkak,
merah, panas, dirasakan nyeri, dan nyeri tekan. Pembengkakan ini dapat menjalar ke
bagian belakang daun telinga sehingga sangat menonjol. Terdapat demam, pembesaran
kelenjar limfe regional, dan leukositosis. Serum yang terkumpul di lapisan subperikondrial
menjadi purulen, sehingga terdapat fluktuasi difus atau terlokalisasi,.
Pada pemeriksaan laboratorium, dapat diambil sampel dari abses daun telinga untuk
dikultur, mengetahui jenis bakteri penyebab sehingga dapat diberikan terapi yang adekuat
2.2.6 Diagnosis Banding
Othematoma
Suatu hematom daun telinga akibat ruda paksa yang menyebabkan timbulnya darah
dalam ruangan antara perikondrium dan kartilago. Mekanisme biasanya melibatkan
gangguan traumatis pembuluh darah perikondrial. Akumulasi darah dalam hasil ruang
subperikondrial dalam pemisahan perikondrium dari tulang rawan. Penanganan dengan
cara aspirasi dan dilanjutkan penekanan memakai gips sebagai fiksasi .
Pseudokista
Terdapat benjolan di daun telinga yang disebabkan oleh adanya kumpulan cairan
kekuningan diantara lapisan perikondrium dan tulang rawan telinga. Biasanya pasien
dating ke dokter karena ada benjolan di daun telinga yang tidak nyeri dan tidak
diketahui penyebabnya.

6
Polikondritis Berulang
Suatu penyakit autoimun yang melibatkan struktur tulang rawan secara generalisata,
terutama telinga, hidung, dan laringotracheobrachial. Tampak deformitas aurikula
menyerupai perikondritis akut. Biasanya terdapat serangan tunggal atau
berulang.Untuk pengobatan diberikan pada fase akut dengan salisilat dan steroid .
2.2.7 Penatalaksanaan

Pengobatan dengan antibiotic sering gagal karena bakteri Pseudomonas aeruginosa


sering resisten terhadap sebagian besar antibiotik. Untuk pengobatan dapat diberikan
antipseudomonas yaitu golongan aminoglikosida (gentamicin), fluorkinolon (kuinolon)
seperti siprofloksasin.

Sebaiknya dilakukan kultur dan tes sensitivitas sebelumnya. Pada daun telinga diberikan
kompres panas. Bila terdapat fluktuasi, dilakukan insisi secara steril dan diberi perban
tekan selama 48 jam

2.3 Othematom

2.3.1. Definisi

Othematom merupakan hematoma daun telnga akibat suatu rudapaksa yang


menyebabkan tertimbunnya darah dalam ruangan antara perikondriom dan kartilago.
Keadaan ini biasanya terdapat pada remaja atau orang dewasa yang mempunyai
kegiatan memerlukan kekerasan namun bisa saja dijumpai pada usia lanjut dan anak-
anak.

2.3.2 Etiologi

Othematom umunya terjadi akibat trauma secara langsung ke daerah telinga seperti
yang ditemui pada petinju, pegulat dan seni bela diri, sehingga terdapat penumpukan
bekuan darah diantara perikondrium dan tulang rawan menerima pasokan darah dari
perichondrium atasnya. Luka geser menyebabkan gangguan hubungan anatomi normal dari
perichondrium ke tulang rawan, dengan nekrosis tulang rawan yang dihasilkan.

2.3.3 Patofisiologi

7
Secara normal cedera jaringan atau adanya bahan asing mnejadi pemicu kejadian yang
mengikut sertakan enzim, mediator, cairan ekstravasasi, migrasi sel, kerusakan jaringan
dan mekanisme penyembuhan. Hal tersebut menimbulkan tanda inflamasi berupa
kemerahan, pembengkakan, panas, nyeri dan hilangnya fungsi.

Terjadi 3 proses utama selama reaksi inflamasi ini yaitu, aliran darah kedaerah itu
meningkat, permeabilitas kapiler meningkat, leukosit mula-mula neutrophil dan makrofag,
lalu limfosit keluar dari kapiler menuju ke jaringan. Selanjutnya bergerak ketempat cedera
dibawah pengaruh stimulus stimulus kemotaktik. Bila ada antigen tersebut, mulu-mula
respon imun non spesifik bekerja untuk mengeliminasi antigen tersebut. Bila ini berhasil,
inflamasi akut berhenti. Apabila respon imun non spsifik tidak berhasil, maka respon imun
spesifik diaktivasi untuk menangkis antigen tersebut. Inflamasi berhenti apabila usaha ini
berhasil. Bila tidak maka inflamasi ini menjadi kronik dan sering kali menyebabkan
destruksi yang irreversible pada jaringan.

2.3.4 Manifestasi Klinis

Pada othematom aurikula dapat terbentuk penumpukan bekuan darah diantara


prikondrium dan tulang rawan. Bila bekuan darah ini tidak segera dikeluarkan maka dapat
terjadi organisasi dari hematoma, sehingga tonjolan menjadi padat dan permanen serta
dapat berakibat terbentuknya telinga bunga kol. Penampilan karakteristik telinga kembang
kol adalah konsekuensi dari fibrosis berikutnya, kontraktur dan pembentukan neokartilage.

2.3.5 Tanda dan Gejala

Hematoma daun telinga ditandai dengan daun telinga yang terlihat membengkak, garis
lipatan konka menghilang, terjadi pembengkakan besar kebiru-biruan yang biasanya dapat
mengenai seluruh daun telinga, meskipun kadangkadang terbatas hanya pada setengah
bagian atas saja.

Tidak dijumpai nyeri pada daun telinga, namun bila ada nyeri tidak begitu nyata, daun
telinga terasa panas dan adanya rasa tidak nyaman.

Bila tidak segera diobati, darah ini akan terkumpul menjadi jaringan ikat yang
menyebabkan nekrosis tulang rawan, karena adanya gangguan nutria. Massa jaringan parut

8
yang berlekuk-lekuk ini, terutama dari trauma yang berulang, akan menimbulkan
deformitas yang disebut cauliflower ear. Bila dijumpai oklusi total liang telinga akan
menyebabkan kehilangan pendengaran.

Gambar 3: Hematoma Auricular

2.3.6 Diagnosis

2.3.6.1 Anamnesa

Dari anamnesa dijumpai adanya riwayat trauma. Misalnya karena hantaman atau
pukulan saat berolahraga seperti gulat dan lainnya. Telinga dapat terasa nyeri dan bengkak.
Jika pembengkakan berlanjut, pasien sering kali mengeluhkan pendengarannya terganggu

2.3.6.2 Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik, dari inspeksi dijumpai benjolan kemerahan pada daun telinga.
Pada palpasi terdapat fluktuasi tanpa adanya nyeri tekan atau nyeri tekan yang ringan. Pada
kasus yang telah lama dan berulang dapat timbul pengerutan pada daun telinga
(cauliflower ear). Kemudian dilakukan aspirasi dan dijumpai cairan serohemoragis.

2.3.7 Diagnosa Banding

Perikondritis

Radang pada tulang rawan yang menjadi kerangka daun telinga. Biasnya terjadi
karena trauma akibat kecelakaan, operasi daun telinga yang terinfeksi.

9
Pseudokista

Terdapat benjolan didaun telinga yang disebabkan oleh adanya kumpulan cairan
kekuningan diantara lapisan perikondrium dan tulang rawan telinga.

2.3.8 Penatalaksanaan

Tujuan pengobatan adalah sepenuhnya untuk mengevakuasi darah subperikondrial dan


untuk mencegah reakumulasi. Dahulu dilakukan aspirasi sederhana pada hematoma,
namun kini kebanyakan dokter menganjurkan terapi yang lebih ekstensif dengan insisi dan
drainase kumpulan darah dalam kondisi steril, diikuti dengan pemasangan balutan tekan
khusunya pada konka. Tekanan setempat akan lebih baik bila membuat jahitan menembus
diatas dental roll atau materi serupa. Terapi paling baik dilakukan setelah cedera, sebelum
terjadi organisasi hematoma.

Indikasi :

Anterior aurikularis bengkak setelah trauma, yang mrusak bentuk anatomi normal
dari pinna.
Presentasi dalam waktu 7 hari setelah trauma (setelah 7 hari , pembentukan
jaringan granulasi dapat menyulitkan prosedur. Pada saat itu pasien harus dirujuk
kespesialis).

Kontra indikasi

Hematoma yang lebih dari 7 hari


Hematoma berulang atau hematoma kronis (dalam kasus ini, buja debridement
bedah oleh dokter spesialis diindikasikan karena hematom, granulasi jaringan atau
keduanya dapat ditemukan didalam tulang rawan dan bukan di subperichondrial).

Hal yang perlu diperhatikan pada penanganan hematoma daun telinga antara
lain

Aspirasi dilakukan dalam kondisi yang steril dan setelah aspirasi penting diberikan
antibiotic yang adekuat.

10
Pemantauan yang ketat diperlukan untuk memastikan hematom tidak berulang
kembali dan dapat berkembang terbentuknya deposit fibrous ataupun infeksi.
Untuk mencegah reakumulasi maka setelah aspirasi atau insisi perlu dilakukan
penekanan.

Instrumren dan bahan yang disediakan :

Spuilt 5 ml dengan jarum ukuran 20 G


Scalpel No. 11 dan No. 15 dengan pemegangnya
Curved hemostat (mosquito)
Penrose drain
Salep betadine
Betadin scrub
Kain kassa steril
2-0 nylon atau prolene
Lidokain 1 % (dengan atau tanpa epinefrin)
Peralatan irigasi (spuilt, normal salin)
Bahan untuk penekanan
o Balut tekan sederhana : kapas kering, kass dengan vasselin, kassa dengan
elastic bandage
o Balut tekan khusus : dental rolls (cotton bolsters, slicon slint, plaster mold),
balut tekan dengan kancing banjo yang difiksasi dengan nilon atau benang
prolen dan penekanan dengan gips.

Anestesi

Dilakukan anestesi local dengan lidokain 1% dengan 1:100.000 epinefrin atau


tanpa epinefrin, dan diinfiltrasi secara langsung pada daerah yang akan diinsisi dan
drainase.
Banyak penulis mendukung penggunaan lidokain tanpa disertai pemberian agen
vasokontriktif seperti epinefrin. Namun demikian, beberapa literature menyetujui
keamanan penggunaan agen vasokonstriktor pada lokasi seperti hidung dan daun
telinga.

11
Dengan persiapan : bersihkan kulit dengan betadine dan alcohol, dapat juga digunakan
betadine scrub, dengan anestesi local lidokain 1%.

Teknik yang digunakan :

Aspirasi Jarum
o Walaupun secara luas masih sering digunakan, metode ini tidak lagi
direkomendasikan karena dapt menyebabkan reakumulasi hematoma.
Aspirasi sering kali tidak ade kuat dan hematoma memerlukan penanganan
yang lebih lanjut. Beberapa sumber merekomendasikan aspirasi terlebih
dahulu yang diikuti dengan metode insisi jika terjadi reakumulasi.
o Gunakan jarum ukuran 18 atau 20 G untuk aspirasi darah dari daerah yang
paling berfluktiasi atau daerah yang paling bengkak.

Gambar 4 : Aspirasi Othematoma

Insisi dan drainase


o Insisi pada tepi hematom harus dibuat pada skafa sejajar dengan heliks.
Pembukaan harus cukup luas untuk mengeluarkan seluruh hematoma.
o Perlahan-lahan dipisahkan kulit dengan perikondrium dari hematoma dan
tulang rawan, kemudian lakukan pengeluaran hematoma. Perlu kehati-
hatian karena dapat merusak perikondrium.
o Bila kumpulan bekuan darah telah terjadi karena keterlambatan tindakan,
dapat digunakan kuret tajam untuk mengeluarkan bekuan darah.
o Dilakukan irigasi dengan normal salin.
o Pemasangan drain dilakukan pada kasus kasus dengan hematoma yang
sangat luas. Namun hal ini dapat menyebabkan luka pada drain dan dapat
pula menjadi predisposisi infeksi. Jika dilakukan pemasangan drain, pasien

12
harus diberikan antibiotic adekuat. Drain harus dilepas dalam 24 jam jika
tidak terdapat perdarahan yang signifikan.

Gambar 5: Insisi dan drainase hematoma auricular

Kompresi dan balut tekan

Lakukan penekanan 5-10 menit, lalu lakukan kompresi dengan balut tekan.
Teknik yang sederhana biasanya tidak adekuat, dan dapat menyebabkan
reakumulasi hematoma.
Kompresi balut tekan dapat dibuat dengan berbagai cara metode sederhana,
diantaranya :
o Letakkan kapas kering pada kanal eksternal

13
Gambar 10 : Kompresi dengan kapas kering yang diletakkan dikanal eksternal

Isi celah aurikuler eksternal dengan kassa yang lembab (yang telah direndam dengan
salin atau vasselin)

Gambar 6 : Kompresi dengan kassa vaselin pada pina anterior

Dengan menambahkan 3-4 lapis kassa dibelakang telinga sebagai tampon pada bagian
posterior, potong kassa menjadi bentuk V, sehingga pas untuk diletakkan dibelakang
telinga.

Gambar 7 : Kompresi dengan meletakkan kasa pada belakang telinga

Tutup telinga dengan kassa berlapis

14
Gambar 8: Kompresi kasa pada telinga anterior

Balut dengan perban elastic

Gambar 9 : Kompresi kasa dengan perban elastic.

Pemasangan balut tekan khusus pada konka, seperti silicon splint atau dental rolls, ke
bagian anterior dan posterior telinga

15
Gambar 10 : Balut tekan khusus dengan dental rolls

2.3.9 Komplikasi

Bila tindakan tidak steril, bisa timbul komplikasi yaitu perikondritis. Perikondritis
adalah radang pada tulang rawan daun telinga, yang terjadi akibat trauma, pasca operasi
telinga, serta sebagai komplikasi hematoma daun telinga, otitis eksterna kronik, otitis
media kronik, pseudokista. Pengobatan dengan antibiotika sering gagal. Dapat terjadi
komplikasi, yaitu tulang rawan hancur dan menciut serta keriput, sehingga terjadi telinga
lingsut. Selain itu bisa juga terjadi reakumulasi dari hematom, luka parut dan site infeksi.

2.4 Pseudokista daun telinga

2.4.1 Definisi
Pseudokista daun telinga adalah suatu kondisi yang relatif jarang di mana cairan serosa
terakumulasi di antara ruang intracartilaginous telinga dan bermanifestasi sebagai suatu
pembengkakan, dan tanpa rasa sakit pada telinga luar.
2.4.2 Gejala Klinis
Pseudokista bermanifestasi sebagai pembengkakan tanpa rasa sakit pada permukaan
lateral atau anterior pinna, yang terus berkembang selama 4-12 minggu. Riwayat trauma
mungkin menyertai perjalanan klinis, termasuk menggosok, menarik telinga, tidur di bantal
keras, atau memakai helm sepeda motor atau earphone. Ini juga telah dikaitkan dengan
kasus kulit gatal atau penyakit sistemik termasuk dermatitis atopik dan limfoma.

16
Pseudokista bukanlah suatu peradangan, terjadi pembengkakan yang asimptomatik pada
permukaan lateral atau anterior dari pinna, biasanya pada fossa skafoid atau fosa triangular.
Ukuran mulai dari diameter 1-5 cm, dan mengandung cairan kental bening atau
kekuningan, dengan konsistensi yang sama dengan minyak zaitun.

Gambar 11: Pseudokista aurikula pada telinga kanan. (Kiri-Tengah)

2.4.3 Etiologi
Etiologi untuk Pseudokista daun telinga tidak diketahui, tetapi beberapa mekanisme
patogenik telah dilaporkan, termasuk trauma ringan kronis. Beberapa pendapat
menyatakan bahwa sebuah kecacatan kecil dalam embriogenesis aurikularis dapat juga
berkontribusi terhadap pembentukan pseudokista. Kecacatan ini dapat menyebabkan
pembentukan suatu bidang jaringan sisa di dalam tulang rawan aurikularis. Ketika
mengalami trauma minor berulang atau stres mekanik, bidang ini dapat membuka jaringan,
membentuk pseudokista. Tulang rawan aurikularis khususnya mungkin lebih rentan
terhadap trauma karena kurangnya jaringan ikat yang melapisi tulang rawan pada kulit.
Sesuai dengan mekanisme yang dilaporkan, dermatitis atopik yang menyertai
keterlibatan daerah wajah dan telinga mungkin merupakan kondisi predisposisi untuk
pembentukan pseudokista. Meskipun kejadian pseudokista pada pasien dengan dermatitis
atopik tampaknya rendah. Pasien ini memiliki insidensi yang lebih besar untuk terjadi lesi
bilateral dibandingkan dengan populasi umum.

17
Pseudokista juga telah dilaporkan pada pasien dengan pruritus yang hebat yang
kemudian didiagnosis dengan limfoma. Setelah kemoterapi untuk limfoma, pruritus
membaik dengan pengurangan spontan dari volume pseudokista tersebut. Para penulis
mengusulkan bahwa trauma saat menggaruk dan menggosok telinga adalah penyebab
utama yang dapat memperburuk pseudokista tersebut.
2.4.4 Diagnosis Banding
Penyakit lain yang dapat menjadi diagnosis banding pada kasus ini adalah seperti
Chondrodermatitis Nodularis Helicis, Relapsing Polychondritis, Subperichondrial
hematoma, Traumatic perichondritis. Namun ketika dilakukan insisi pada lesi, yang
menjadi ciri khas pada pseudokista daun telinga adalah isi kista dengan jaringan granulasi
dan kental, steril, dan berwarna kuning seperti minyak zaitun yang berada dalam dua
lapisan tulang rawan.
2.4.5 Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan dari Pseudokista daun telinga adalah menjaga struktur anatomi dan
pencegahan kekambuhan. Tanpa pengobatan, cacat permanen dari daun telinga dapat
terjadi. Pilihan pengobatan termasuk aspirasi jarum dengan pembalutan, pengobatan (baik
sistemik atau oral), dan perawatan bedah. Konsensus pada manajemen terbaik untuk
Pseudokista dari daun telinga belum ditentukan, dan kombinasi pengobatan mungkin
diperlukan untuk mencapai hasil yang optimal.
Tidak ada pengobatan medis yang efektif untuk Pseudokista daun telinga. Dosis tinggi
terapi kortikosteroid oral dan kortikosteroid intralesi telah dilaporkan, dengan hasil yang
bervariasi. Beberapa penulis berpendapat terhadap penggunaan steroid intralesi,
menyebabkan deformitas permanen pada telinga, sementara yang lain mendukung terapi
injeksi steroid atau bahkan terapi steroid oral. Para pendukung terapi injeksi steroid
menganggapnya sebagai prosedur lebih sederhana daripada operasi. Kim dkk melaporkan
terapi steroid intralesi dalam kombinasi dengan pembalutan.
Beberapa teknik penatalaksanaan telah banyak dilakukan seperti : aspirasi dengan
jarum, insisi dan drainase disertai balut tekan, aspirasi jarum disertai balut tekan,
pemberian tingture iodine pada intralesi, pemberian asam trikloroasetat pada intrakartilago
disertai balut tekan dengan suatu penyokong (button bolster), terapi steroid intramuskular,

18
terapi steroid oral dosis tinggi, dan terapi steroid intralesi, serta kuretase dengan pemberian
lem fibrin.
2.4.5.1 Aspirasi
Aspirasi jarum sederhana cairan pseudokista diikuti dengan penempatan pembalut tekan
adalah salah satu metode yang paling umum dilakukan. Namun, tanpa menggunakan
pembalut tekan, kekambuhan sering terjadi. Patigaroo dkk menggunakan teknik yang
umum digunakan yaitu aspirasi sederhana diikuti dengan injeksi steroid intralesi diikuti
dengan balut tekan. Tingkat keberhasilan mereka adalah 57% dengan komplikasi minimal,
termasuk penebalan pinna.

Gambar 12 : Teknik penatalaksanaan Pseudokista daun telinga dengan menggunakan


button bolsters.

2.4.5.2 Bedah
Berbagai metode telah banyak dilakukan, hasil yang memuaskan diperoleh dengan
insisional drainase, diikuti dengan obliterasi secara kimia atau mekanik. Namun,
kekambuhan masih sering terjadi dan tingkat keberhasilan masih belum memuaskan.
Untuk itu, Tuncer et al menggunakan metode kuret dan lem fibrin.

19
Intervensi bedah Tuncer, dkk dilakukan dengan bius lokal. Sebuah sayatan 3 cm dilakukan
pada fossa skafoid untuk membuka rongga. Setelah dilakukan penyayatan, cairan kental
kuning, cairan serosa 'seperti minyak zaitun' keluar, khas untuk Pseudokista aurikula.
Lapisan jaringan granulasi dan permukaan dalam tulang rawan dikuret dengan pisau
bedah no: 15. Setelah itu lem fibrin dimasukkan 2 ml ke dalam rongga kista. Penutupan
kulit dilakukan dengan nilon 5/0. Tarik jahitan keluar, ikat pada penyangga kapas (cotton
bolsters) yang lebih baik diletakkan pada fossa skafoid dan fossa triangular sebagai
kompresi dan dibuka pada hari ketiga pasca operasi

Gambar 13: lapisan jaringan granulasi dan dinding tulang rawan anterior dan posterior
yang dikuret. (Kiri) jahitan dengan penyangga kapas (cotton bolsters) mengkompresi lem
fibrin dan penutupan kulit (Kanan).
2.5 Otitis Eksterna

2.5.1 Definisi

Otitis eksterna, juga dikenal sebagai telinga perenang atau swimmers ear, adalah
radang telinga luar baik akut maupun kronis. Kulit yang melapisi saluran telinga luar
menjadi merah dan bengkak karena infeksi oleh bakteri atau jamur dengan tanda-tanda
khas yaitu rasa tidak enak di liang telinga, deskuamasi, sekret di liang telinga, dan
kecenderungan untuk kambuh kembali. Pengobatan amat sederhana tetapi membutuhkan

20
kepatuhan penderita terutama dalam menjaga kebersihan liang telinga. Infeksi ini sangat
umum dan mempengaruhi semua kelompok umur. Saluran telinga luar adalah sebuah
terowongan pendek yang berjalan dari lubang telinga hingga gendang telinga yang berada
di dalam telinga. Secara normal bagian ini dilapisi kulit yang mengandung rambut dan
kelenjar yang memproduksi lilin.

Gambar 14: Otitis Eksterna.

2.5.2 Etiologi

Swimmers ear (otitis eksterna) sering dijumpai. Terdiri dari inflamasi, iritasi atau infeksi
pada telinga bagian luar. Dijumpai riwayat pemaparan terhadap air, trauma mekanik dan
goresan atau benda asing dalam liang telinga. Berenang dalam air yang tercemar
merupakan salah satu cara terjadinya otitis eksterna (swimmers ear). Kebanyakan
disebabkan alergi pemakaian topikal obat tetes telinga. Alergen yang paling sering adalah
antibiotik, contohnya: neomycin, framycetyn, gentamicin, polimixin, dan anti histamin.
Sensitifitas poten lainnya adalah metal dan khususnya nikel yang sering muncul pada
kertas dan klip rambut yang mungkin digunakan untuk mengorek telinga.

2.5.3 Faktor Predisposisi


Faktor-faktor predisposisi tertentu sebagai berikut:
a. Faktor endogen : keadaaan umum yang memburuk akibat anemia,
hipoavitaminosis, diabetes melitus, atau dermatitis seboroik.
b. Faktor eksogen :
Terlalu sering membersihkan telinga, mengakibatkan serumen yang berfungsi
sebagai pertahanan kulit MAE hilang. Mengorek telinga dapat menyebabkan
hilangnya protective lipid layer dan acid mantle. Hal ini menyebabkan

21
kelembaban dan suhu di MAE meningkat. MAE yang lembab, hangat, dan
kotor merupakan media pertumbuhan kuman yang baik.
Trauma karena tindakan mengorek telinga.
Suasana yang lembab, panas, atau alkalis di MAE menyebabkan pertumbuhan
kuman dan jamur meningkat.
Bentuk MAE yang tidak lurus menyulitkan penguapan dan mengakibatkan
kulit MAE lebih sering dalam keadaan lembab. Keadaan tersebut menimbulkan
edema di kulit MAE yang dirasa gatal sehingga mendorong penderita
mengorek telinga, trauma yang timbul akan memperberat infeksi.
2.5.4 Faktor Risiko

Suka membersihkan atau mengorek-ngorek telinga dengan cotton buds, ujung jari
atau alat lainnya

Kelembaban merupakan foktor yang penting untuk terjadinya otitis eksterna.

Sering berenang, air kolam renang menyebabkan maserasi kulit dan merupakan
sumber kontaminasi yang sering dari bakteri

Penggunaan bahan kimia seperti hairsprays, shampoo dan pewarna rambut yang
bisa membuat iritasi dan mematahkan kulit rapuh, yang memungkinkan bakteri
dan jamur untuk masuk

kondisi kulit seperti eksema atau dermatitis di mana kulit terkelupas atau pecah,
dan tidak bertindak sebagai penghalang atau pelindung dari kuman atau jamur

kanal telinga sempit

infeksi telinga tengah

diabetes.

2.5.5 Patofisiologi

Secara alami, sel-sel kulit yang mati, termasuk serumen, akan dibersihkan dan
dikeluarkan dari gendang telinga melalui liang telinga. Cotton bud (pembersih kapas

22
telinga) dapat menganggu mekanisme pembersihan tersebut sehingga sel-sel kulit mati dan
serumen akan menumpuk di sekitar gendang telinga. Masalah ini juga diperberat oleh
adanya susunan anatomis berupa lekukan pada liang telinga.Keadaan diatas dapat
menibulkan timbunan air yang masuk ke dalam liang telinga ketika mandi atau berenang.
Kulit yang basah, lembab, hangat, dan gelap pada liang telinga merupakan tempat yang
baik bagi pertumbuhan bakteri dan jamur. Adanya faktor presdiposisi otitis eksterna dapat
menyebabkan berkurangya lapisan protektif yang menimbulkan edema epitel skuamosa.
Keadaan ini menimbulkan trauma lokal yang memudahkan bakteri masuk melalui kulit,
terjadi inflamasi dan cairan eksudat. Rasa gatal memicu terjadinya iritasi, berikutnya
infeksi lalu terjadi pembengkakan dan akhirnya menimbulkan rasa nyeri.

Proses infeksi menyebabkan peningkatan suhu lalu menimbulkan perubahan rasa nyaman
dalam telinga. Selain itu, proses infeksi akan mengeluarkan cairan/nanah yang bisa
menumpuk dalam liang telinga (meatus akustikus eksterna) sehingga hantaran suara akan
terhalang dan terjadilah penurunan pendengaran

Otitis eksterna sirkumkripta (furunkel/bisul) terjadi oelh karen kulit sepertiga luar liang
telinga mengandung adneksa kulit, seperti folikel rambut, kelenjar sebasea dan kelenjar
serumen maka di tempat tersebut dapat terjadi infeksi pada pilosebaseus sehingga
membentuk furunkel. Kuman penyebab biasanya adalah staphylococus aureus atau
sthapylococus albus.

Otitis eksterna difus biasanya mengenai kulit liang telinga dua pertiga dalam. Tampak
kulit liang telinga hiperemis dan edema yang tidak jelas batasnya. Kuman penyebab
biasanya adalah staphylococcus aureus, escherichia coli dan sebagainya. Otitis eksterna
difus dapat juga terjadi sekunder pada otitis media supuratif kronis.

Otalgi pada otitis eksterna disebab akan :

Kulit liang telinga luar beralaskan periostium dan perikondrium bukan bantalan
jaringan lemak sehingga memudahkan cedera atau trauma. Selain itu, edema dermis
akan menekan serabut saraf yang mengakibatkan rasa sakit yang hebat.

Kulit dan tulang rawan 1/3 luar liang telinga luar bersambung dengan kulit dan
tulang rawan daun telinga sehingga gerakan sedikit saja pada daun telinga akan

23
dihantarkan ke kulit dan tulang rawan liang telinga luar sehingga mengakibatkan
rasa sakit yang hebat pada penderita otitis eksterna.

2.5.6 Otitis Eksterna Sirkumskripta

Merupakan radang pada 1/3 lateral canalis auditori eksterna yang terinfeksi pada
pilosebaseus sehingga membentuk furunkel. Disebabkan oleh bakteri Staphylococcus
aureus dan Staphylococcus albus.Gejala rasa nyeri yang hebat, nyeri saat aurikula
digerakkan, nyeri saat membuka mulut dan tidak sesuai dengan besar bisul/furunkel,
karena kulit liang telinga tidak mengandung jaringan longgar di bawahnya sehingga rasa
nyeri timbul pada penekanan perikondrium. Dapat terjadi penurunan pendengaran, kalau
furunkel yang besar menyumbat telinga.Terapi tergantung pada keadaan furunkel. Bila
sudah abses, diaspirasi secara steril untuk mengeluarkan nanahnya. Lokal diberikan
antibiotik dalam bentuk salep seperti polymixin B atau bacitracin atau antiseptik (asam
asetat 2-5% dalam alkohol 2%). Bila terdapat furunkel dilakukan insisi kemudian dipasang
drain untuk mengalirkan nanah. Diberikan obat simtomatik seperti analgesik dan
penenang.

2.5.7 Otitis Eksterna Difus

Merupakan radang canalis auditori eksterna 2/3 medial. Tampak kulit liang telinga
hiperemis dan edema yang tidak jelas batasnya. Disebabkan oleh golongan Pseudomonas
dan dapat juga terjadi sekunder pada otitis media supuratif kronis.Gejalanya adalah nyeri
tekan tragus, liang telinga sangat sempit, kadang kelenjar getah bening regional membesar
dan nyeri tekan, terdapat sekret yang berbau. Sekret ini tidak mengandung lendir seperti
sekret yang keluar dari kavum timpani pada otitis media.Terapi dengan membersihkan
liang telinga, memasukkan tampon yang mengandung antibiotik ke liang telinga supaya
terdapat kontak yang baik antara obat dengan kulit yang meradang. Kadang-kadang
diperlukan antibiotik sistemik.

2.5.8 Diagnosis

Untuk menegakkan diagnosis dari otitis eksterna dapat diperoleh dari anamnesis dan
pemeriksaan fisik yang meliputi:

24
2.5.9 Anamnesa

Pasien melaporkan gejala berikut:

Rasa sakit di dalam telinga (otalgia) bisa bervariasi dari yang hanya berupa rasa tidak
enak sedikit, perasaan penuh didalam telinga, perasaan seperti terbakar hingga rasa
sakit yang hebat serta berdenyut. Meskipun rasa sakit sering merupakan gejala yang
dominan, keluhan ini juga sering merupakan gejala mengelirukan. Rasa sakit bisa
tidak sebanding dengan derajat peradangan yang ada. Ini diterangkan dengan
kenyataan bahwa kulit dari liang telinga luar langsung berhubungan dengan
periosteum dan perikondrium, sehingga edema dermis menekan serabut saraf yang
mengakibatkan rasa sakit yang hebat. Lagi pula, kulit dan tulang rawan 1/3 luar liang
telinga bersambung dengan kulit dan tulang rawan daun telinga sehingga gerakan yang
sedikit saja dari daun telinga akan dihantarkan ke kulit dan tulang rawan dari liang
telinga luar dan mengkibatkan rasa sakit yang hebat dirasakan oleh penderita otitis
eksterna.

Rasa penuh pada telinga merupakan keluhan yang umum pada tahap awal dari otitis
eksterna difusa dan sering mendahului terjadinya rasa sakit dan nyeri tekan daun
telinga.

Gatal merupakan gejala klinik yang sangat sering dan merupakan pendahulu rasa sakit
yang berkaitan dengan otitis eksterna akut. Pada kebanyakan penderita rasa gatal
disertai rasa penuh dan rasa tidak enak merupakan tanda permulaan peradangan suatu
otitis eksterna akuta.

Kurang pendengaran mungkin terjadi pada akut dan kronik dari otitis eksterna.
Edema kulit liang telinga, sekret yang serous atau purulen, penebalan kulit yang
progresif pada otitis eksterna yang lama sering menyumbat lumen kanalis dan
menyebabkan timbulnya tuli konduktif. Keratin yang deskuamasi, rambut, serumen,
debris, dan obat -obatan yang digunakan kedalam telinga bisa menutup lumen yang
mengakibatkan peredaman hantaran suara.

25
Gambar 15 : Radang Saluran Telinga Luar

2.5.10 Pemeriksaan Fisisk

Temuan pemeriksaan fisik dapat mencakup sebagai berikut:

MAE terisi sekret serus (alergi), purulen (infeksi kuman), keabu-abuan atau kehitam-
hitaman (jamur)

Kulit MAE oedema, hiperemi merata sampai membran timpani

Pembesaran kelenjar regiomal: daerah servikal antero-superior, paritis atau retro-


aurikuler

Pada furunkel didapatakn oedem, hiperemi pada pars kartilageneus MAE, nyeri tarik
aurikula dan nyeri tekan tragus. Bila oedema hebat membran timpani dapat tidak
tampak

Tanda otitis ekstern menggunakan otoskop yaitu kulit pada saluran telingga tampak
hiperemi, oedema, bisa berisi nanah dan serpihan sel-sel kulit yang mati.

Demam (jarang)

26
Pada kasus yang berat, infeksi dapat menyebar ke jaringan lunak sekitarnya, termasuk
kelenjar parotis. Ekstensi tulang juga dapat terjadi ke dalam tulang mastoid, sendi
temporomandibular, dan dasar tengkorak, dalam hal saraf kranial VII (wajah), IX
(glossopharingeus), X (vagus), XI (aksesori), atau XII (hypoglossal) dapat
terpengaruh.

2.5.11 Diagnosa Banding

Otitis Media Akut

Otitis Eksterna Bulosa

Furunkulosis Dan Karbunkulosis

Dermatitis. Seperti Psoriasis Dan Dermatitis Seboroik

2.5.12 Petalaksanaan

Terapi utama dari otitis eksterna melibatkan manajemen rasa sakit, pembuangan debris
dari kanalis auditorius eksternal, penggunaan obat topikal untuk mengontrol edema dan
infeksi, dan menghindari faktor pencetus.

27
Dengan lembut membersihkan debris dari kanalis auditorius eksternal dengan irigasi
atau dengan menggunakan kuret plastik lembut atau kapas di bawah visualisasi
langsung. Pembersihan kanal meningkatkan efektivitas dari obat topikal.

Obat topikal oral biasanya termasuk asam ringan (untuk mengubah pH dan untuk
menghambat pertumbuhan mikroorganisme), kortikosteroid (untuk mengurangi
peradangan), agen antibiotik, dan / atau agen antijamur.

Infeksi ringan: otitis eksterna ringan biasanya merespon dengan penggunaan agen
acidifying dan kortikosteroid. Sebagai alternatif, campuran perbandingan (2:1) antara
alkohol isopropil 70% dan asam asetat dapat digunakan.

Infeksi sedang: Pertimbangkan penambahan antibiotik dan antijamur ke agen


acidifying dan kortikosteroid.

Antibiotik oral digunakan pada pasien dengan demam, imunosupresi, diabetes,


adenopati, atau pada individu-individu dengan ekstensi infeksi di luar saluran telinga.

Dalam beberapa kasus, kasa (dengan panjang 1/4 inci) dapat dimasukkan ke dalam
kanal, dan obat ototopic dapat diterapkan secara langsung ke kasa (2-4 kali sehari
tergantung pada frekuensi ). Setelah kasa digunakan, harus dicabut kembali 24-72 jam
setelah insersi.

Dalam kasus pasien dengan tympanostomy atau diketahui adanya perforasi, persiapan
non-ototoxic topical (misalnya, fluorokuinolon, dengan atau tanpa steroid).

2.6 Otitis Eksterna Maligna

Merupakan infeksi difus di liang telinga luar dan struktur lain yang ada disekitarnya.
Sering terjadi pada orangtua dengan penyakit diabetes melitus. Pada otitis eksterna
maligna peradangan dapat meluas secara progresif ke lapisan subkutis dan organ
sekitarnya sehingga dapat menimbulkan kelainan berupa kondritis, osteitis dan
osteomielitis yang mengakibatkan kehancuran temporal.

2.6.1 Etiologi

28
Organisme penyebab otitis eksterna maligna adalah Pseudomonas aeruginosa
menempati 80-85 %. Organisma penyebab yang lainnya seperti Streptococcus aureus,
golongan Proteus, serta golongan Aspergillus.

2.6.2 Patofisiologi

Otitis eksterna maligna merupakan infeksi yang menyerang meatus akustikus eksternus
dan tulang temporal. Organisme penyebabnya adalah Pseudomonas aeruginosa, dan paling
sering menyerang pasien diabetik usia lanjut. Pada penderita diabetes, pH serumennya
lebih tinggi dibanding pH serumen non diabetes. Kondisi ini menyebabkan penderita
diabetes lebih mudah terjadi otitis eksterna. Akibat adanya faktor immunocompromize dan
mikroangiopati, otitis eksterna berlanjut menjadi otitis eksterna maligna. Infeksi dimulai
dengan otitis eksterna yang progresif dan berlanjut menjadi osteomielitis pada tulang
temporal. Penyebaran penyakit ini keluar dari liang telinga luar melalui Fisura Santorini
dan osseocartilaginous junction. Otitis eksterna maligna menyebar melalui Fisura
Santorini untuk sampai ke dasar tulang tengkorak. Data histopatologi menunjukkan bahwa
infeksi menyebar sepanjang vaskuler. Di bagian anterior dapat mempengaruhi fossa
mandibula dan kelenjar parotis. Di sebelah anteromedial infeksi, dapat menyebar ke arteri
karotis. Selain itu juga dapat menyebar melalui tuba eustachius untuk sampai ke fossa
infratemporal dan nasofaring. Hipestesia ipsilateral dapat terjadi jika saraf kelima
dilibatkan. Penyebaran ke intrakranial dapat menyebabkan meningitis, abses otak, kejang
dan kematian. Bagian posteroinferior dapat menyebabkan flebitis dan trombosis supuratif
bulbus juguler dan sinus sigmoid. Ini dapat menyebabkan mastoiditis dan kelumpuhan
saraf fasial. Penyebaran secara inferior dapat menyebabkan paralisis saraf glosofaringeal
(IX), vagus (X), hipoglosus (XI), dan aksesorius (XII), menyebabkan disfagia, aspirasi dan
suara serak.

29
Gambar 16. Gambaran anatomi tempat terjadinya infeksi pada otitis eksternal
maligna.

2.6.3 Manifestasi Klinis

Gejala otitis eksterna maligna adalah: rasa gatal di liang telinga yang dengan cepat
diikuti dengan nyeri, sekret yang banyak serta pembengkakan liang telinga. Kemudian rasa
nyeri tersebut akan semakin hebat, liang telinga tertutup oleh jaringan granulasi yang cepat
tumbuhnya. Saraf fasialis dapat terkena, sehingga menimbulkan paresis atau paralisis
fasial. Kelainan patologik yang penting adalah osteomielitis yang progresif, yang
disebabkan oleh kuman Pseudomonas aeroginosa. Penebalan endotel yang mengiringi
diabetes mellitus berat, kadar gula darah yang tinggi yang diakibatkan oleh infeksi sedang
aktif, menimbulkan kesulitan pengobatan yang adekuat.Penyakit ini dapat membahayakan
dan kecurigaan lebih tinggi ditujukan pada pasien dengan diabetes atau
immunocompromized state atau berumur lanjut. Tanda khas yang dijumpai dari otoskopi
pada penyakit ini adalah otitis eksterna dengan jaringan granulasi sepanjang
posteroinferior liang telinga luar (pada bony cartilaginous junction) disertai lower cranial
neuropathies (N. VII, IX, X, XI) yang biasanya juga disertai dengan nyeri pada daerah
yang dikenai (otalgia). Eksudat pada liang telinga dan membrane timpani intak.

Benecke membagi Otitis Eksterna Maligna atas 3 stadium, yaitu :

1. Infeksi terbatas pada jaringan lunak dan kartilago liang telinga.

2. Dijumpai keterlibatan jaringan lunak dan erosi tulang temporal

30
3. Perluasan intracranial atau erosi diluar tulang temporal.

2.6.4 Diagnosis

Diagnosis otitis eksterna nektrotikan dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis,


pemeriksaan fisis dan pemeriksaan penunjang seperti laboratorium dan radiologi. Empat
gejala yang menonjol adalah otalgia yang menetap lebih dari 1 bulan, otore purulen dan
menetap dengan adanya jaringan granulasi dalam beberapa minggu, riwayat diabetes
mellitus, status imun yang rendah dan usia lanjut, dan adanya gangguan saraf kranial.

2.6.4.1 Anamnesis

Pasien yang menderita otitis eksterna maligna umumnya usia lanjut, menderita
diabetes. Adanya otalgia, sakit kepala temporal, otore purulen dapat ditemukan pada
pasien ini. Kadang kadang pasien mempunyai riwayat penggunaan antibiotik dan obat
tetes telinga pada otitis eksterna tanpa adanya perubahan gejala yang bermakna.

2.6.4.2 Pemeriksaan Fisis

Pada pemeriksaan inspeksi dapat ditemukan adanya kulit yang mengalami inflama
hiperemis, udem dan tampak jaringan granulasi pada dasar meatus akustikus
eksternus. Biasanya disertai dengan kelumpuhan saraf fasial, dan perlu memeriksa
saraf kranial V XII

31
Gambar 17. Gambaran otitis eksterna maligna dengan adanya pus yang keluar dari liang
telinga yang sudah nekrosis. Kelihatan aurikula membengkak dan kehilangan bentuk
di daerah yang terdiri dari kartilago.

2.6.4.3 Pemeriksaan Penunjang:

Laboratorium

Pada pemeriksaan laboratorium, dapat ditemukan adanya peningkatan jumlah leukosit,


laju endap darah dan gula darah sewaktu. Pemeriksaan kultur yang diperoleh dari sekret
liang telinga sangat diperlukan untuk sensitivitas antibiotik. Penyebab utamanya adalah P.
aeruginosa. Organisme ini merupakan bakteri aerob, dan gram negatif. Pseudomonas sp.
mempunyai lapisan yang bersifat mukoid yang digunakan pada saat fagositosis. Eksotoksin
dapat menyebabkan jaringan mengalami nekrosis dan beberapa golongan lainnya
menghasilkan neurotoksin yang dapat menimbulkan neuropati.

Radiologi

Pemeriksaan tambahan dapat berupa foto X-ray mastoid (foto Schuller). Pada foto
X-ray ini ditemukan adanya perselubungan air cell mastoid dan destruksi tulang.

32
Gambar 18. Foto Schuller kanan tampak gambaran mastoiditis kronik
(bulatan merah)
CT-Scan dapat menunjukkan adanya dekstruksi tulang di sekitar dasar tulang tengkorak
dan meluas ke intrakranial. Pemeriksaan dengan teknik nuklir baik digunakan pada
stadium awal. Scan Technetium (Tc) methylene diphosphonate menunjukkan area yang
mengalami osteogenesis dan osteolisis. Sedangkan Gallium (Ga) menunjukkan jaringan
lunak yang mengalami inflamasi.

Gambar 19. CT-Scan kepala yang menunjukkan kerusakan jaringan lunak pada
MAE kiri, tulang mastoideus kiri, fossa infra-temporalis dan dasar tulang tengkorak (anak
panah)

33
2.6.5 Diagnosis Banding

Otitis media supuratif akut

Otitis media supuratif kronik adalah infeksi kronis di telinga tengah dengan perforasi
membrane timpani dan sekret yang keluar dari tengah terus-menerus atau hilang timbul
dan sekretnya mungkin encer, kental, bening atau berupa nanah. Terjadinya otitis media
supuratif kronik adalah disebabkan oleh adanya gangguan fungsi pada tuba eustachius atau
infeksi yang lama pada bagian telinga tengah. Sebagian besar otitis media supuratif kronik
merupakan kelanjutan dari otitis media akut dengan perforasi membrane timpani yang
sudah terjadi lebih dari 2 bulan. Otitis media supuratif kronik menimbulkan gejala otore
dengan sekret yang bersifat purulen atau mukoid tergantung dari stadium peradangan,
gangguan pendengaran, otalgia dan vertigo.

Otitis eksterna difus

Biasanya mengenai kulit liang telinga dua pertiga dalam. Tampak kulit liang telinga
hiperemis dan edema yang tidak jelas batasnya. Kuman penyebab biasanya golongan
Pseudomonas. Kuman lain yang dapat sebagai penyebabnya adalah Staphylococcus albus,
Escherichia coli dan sebagainya. Otitis eksterna difus dapat juga terjadi sekunder pada
otitis media supuratif kronis. Gejalanya adalah nyeri tekan tragus, liang telinga sangat
sempit, kadang kelenjar getah bening membesar dan nyeri tekan, terdapat sekret yang
berbau. Sekret ini tidak mengandung lendir (musin) seperti sekret yang keluar dari kavum
timpani pada otitis media.

Otomikosis

Infeksi jamur diliang telinga dipermudah dengan kelembaban yang tinggi didaerah
tersebut. Yang tersering adalah Pityrosporum dan Aspergillus. Kadang-kadang ditemukan
juga Candida albicans atau jamur lain. Pityrosporum menyebabkan terbentuknya sisik
yang menyerupai ketombe dan merupakan predisposisi otitis eksterna bakterialis. Gejala
biasanya berupa rasa gatal dan rasa penuh di liang telinga, tapi sering pula tanpa keluhan.

34
2.6.6 Pengobatan

Pengobatan harus cepat diberikan sesuai dengan hasil kultur dan resistensi. Mengingat
kuman penyebab tersering adalah Pseudomonas aeroginosa, diberikan antibiotika dosis
tinggi yang sesuai dengan Pseudomonas aeroginosa. Sementara menunggu hasil kultur dan
resistensi, diberikan golongan fluoroquinolone (ciprofloxacin) dosis tinggi peroral. Pada
keadaan yang lebih berat diberikan antibiotika parenteral kombinasi dengan antibiotika
golongan aminoglikosida yang diberikan selama 6-8 minggu. Antibiotika yang sering
digunakan adalah ciprofloxacin, ticarcilin-clavulanat, piperacilin (dikombinasi dengan
aminoglikosida), ceftriaxone, ceftazidine, cefepime dan gentamisin. Disamping obat-
obatan, sering kali diperlukan juga tindakan membersihkan luka (debrideman) secara
radikal. Tindakan membersihkan luka yang kurang bersih akan dapat menyebabkan makin
cepatnya penjalaran penyakit.

2.6.7 Komplikasi

Pada otitis eksterna maligna peradangan meluas secara progresif kelapisan subkutis,
tulang rawan dan ke tulang sekitarnya, sehingga timbul kondritis, osteitis dan osteomielitis
yang menghancurkan tulang temporal

2.6.8 Prognosis

Rekurensi penyakit dilaporkan sekitar 9% - 27%. Hal ini berhubungan dengan lamanya
pemberian terapi yang tidak adekuat dan manifestasi klinik berupa sakit kepala dan otalgia,
bukan otorea. Otitis eksterna nekrotikan dapat kambuh kembali setelah satu tahun
pengobatan komplit. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Chandler, rata rata kematian
sekitar 50% tanpa pengobatan. Kematian berkurang sampai 20% dengan ditemukannya
antibiotik yang cocok. Penelitian terbaru melaporkan bahwa angka kematian turun sampai
10%, tetapi kematian tetap tinggi pada pasien dengan neuropati atau adanya komplikasi
intrakranial.

35
2.7 Otomikosis

2.7.1 Definisi

Otomikosis atau otitis eksterna fungi adalah infeksi akut, subakut, dan kronik pada epitel
skuamosa dari kanalis auditorius eksterna oleh ragi dan filamen jamur. Komplikasinya
dapat mencapai ke telinga tengah dan kavitas terbuka mastoid. Meskipun jamur merupakan
patogen primer, hal ini bisa juga dampak dari infeksi kronis dari kanalis eksternus atau
telinga tengah.

2.7.2 Etiologi

Infeksi jamur di liang telinga dipermudah oleh kelembaban yang tinggi di suatu daerah.
Jamur yang menyebabkan otomikosis pada umumnya adalah spesies jamur saprofit yang
berlimpah di alam dan bentuk itu adalah bagian dari flora komensalis dari EAC yang sehat.
Jenis jamur yang paling sering adalah Pityrosporum dan Aspergillus (A. niger, A. flavus,
A. funigatus, A. terreus), Candida albikans, dan C. parapsilosis (yeast-like fungi) juga
sering. Kadang-kadang juga ditemukan Phycomycetes, Rhizopus, Actinomyces, dan
Penicillium.

Pada penelitian pasien otomikosis Kumar (2005) didapatkan prevalensi penyebabnya


Aspergillus fumigates (34,14%), Candida Albicans (11%), Candida pseudotropicalis
(1,21%) dan Mucor sp (1,21%). Beberapa peneliti melaporkan adanya organisme penyebab
lainnya seperti Penicillium sp dan spesies lain seperti Candida seperti C.parapsilosis,
C.gulliermondi dengan berbagai persentasi.

2.7.3 Faktor Predisposisi

Faktor predisposisi otomikosis adalah kebiasaan penggunaan alat pembersih telinga,


dermatitis, kurangnya kebersihan, individu dengan immunocompromised, penyakit telinga
sebelumnya, penggunaan berkepanjangan dari obat antibiotik tetes telinga, antibiotik
spektrum luas, steroid, dan terpapar dengan kemotera. Selain itu, sering juga menyerang
pasien yang melakukan mastoidektomi open cavity dan mereka yang menggunakan alat
bantu dengar. Otomikosis dapat terjadi karena hilangnya proteksi lipid atau asam dari
telinga. Kegagalan dari mekanisme pertahanan dari telinga (perubahan pada lapisan epitel,

36
perubahan PH, perubahan kualitas dan kuantitas serumen, infeksi bakteri, alat bantu
dengan atau prosthesis hearing, trauma yang ditimbulkan sendiri (membersihkan telinga
menggunakan Q-tips, berenang, atau neoplasma).Host dengan immunocompromised lebih
rentan menderita otomikosis. Pasien dengan diabetes, lymphoma atau AIDS dan pasien
yang menjalani atau mendapatkan kemoterapi atau terapi radiasi memiliki resiko tinggi
untuk terjadinya komplikasi dari otomikosis.

2.7.4 Patofisiologi

Serumen memiliki bahan antimikotik, bakteriostatik, dan perangkap serangga. Serumen


terdiri dari lipid (46-73%), protein, asam amino bebas, dan ion mineral yang juga
mengandung lisozim, imunoglobulin dan asam lemak. Asam lemak rantai panjang terdapat
pada kulit yang tidak rusak dapat mencegah pertumbuhan bakteri. Karena ia memiliki
komposisi hidrofobik, serumen memiliki kemampuan menghambat air, membuat
permukaan kanal tidak permeabel dan mencegah maserasi dan kerusakan epitel.Pada hasil
penelitian didapatkan C. Albicans dan C. parapsilosis dan jamur mycelia yang lainnya
adalah bagian dari flora normal dari EAC dan terkadang bergeser ke status patogen
dibawah pengaruh beberapa faktor.

Mikroorganime normal ditemukan pada EAC seperti Staphylococcus epidermis,


Corrynebacterium sp, Bacillus sp, Gram-positive cocci (Staphylococcus aureus,
Streptococcus sp, non-patogen micrococci), Gram negative bacilli (Pseudomonas
aeruginosa, Escheria coli, Haemophilus influenza, Moraxella catharalis, dll) dan jamur
mycelia dari genus Aspergillus dan Candida sp. Mikroorganisme komensal ini tidak
patogen hingga keseimbangan antara bakteri dan jamur terjaga.

Beberapa faktor yang menyebabkan transformasi jamur saprofit menjadi patogen


antara lain:

Faktor lingkungan (panas, kelembaban) biasa didapatkan pasien padasaat musim panas
dan gugur.

Perubahan pada epitel yang menutupi (penyakit dermatologi, mikro trauma)

Peningkatan PH pada EAC (mandi). Ozcan et al (2003) mendapati perenang memiliki


faktor predisposisi untuk otomikosis.

37

Pergeseran kualitas dan kuantitas serumen.

Faktor sistemik (perubahan imunitas, penyakit yang melemahkan, kortikosteroid,


antibiotik, sitostatik, neoplasia). Jackman et al (2005) mendapati ofloxacin
berkontribusi dalam perkembangan otomikosis.

Riwayat otitis bakterialis, otitis media supuratif kronis (OMSK) dan post bedah
mastoid. Kontaminasi bakteri dari kulit EAC awalnya terjadi pada OMSK atau otitis
media eksternus. Kerusakan pada permukaan epitel adalah media yang baik bagi
pertumbuhan mikroorganisme. Kerusakan epitel juga menyebabkan penurunan sekresi
apokrin dan glandula serumen dimana mengubah lingkunga EAC menjadi cocok untuk
pertumbuhan mikroorganisme (pH normal 3-4).

Dermatomikosis dapat menjadi faktor resiko untuk rekurensi karena autoinokulasi


menjadi mungkin di antara bagian-bagian dari tubuh.

Kondisi dan kebiasaan sosial. Penutup kepala tradisional contohnya dapat


meningkatkan kelembaban dari kanal telinga dan menciptakan lingkungan yang ideal
untuk pertumbuhan jamur.

Jamur melimpah pada tanah atau pasir yang mengandung bahan organik yang membusuk.
Materi ini cepat mengering pada kondisi tropis dan tertiup oleh angin sebagai partikel debu
yang kecil. Spora jamur yang menyebar melalui udara terbawa oleh uap air, suatu fakta
bahwa adanya hubungan antara tingginya jumlah infeksi dengan monsoon, dimana terjadi
peningkatan kelembapan relatif hingga 80%.Jamur mengakibatkan inflamasi, eksfoliasi
epitel superfisial, massa debris yang mengandung hifa, supurasi, dan nyeri. Karakteristik
yang paling banyak ditemukan pada pemeriksaan telinga adalah munculnya debris tebal
berwarna putih keabu-abuan yang sering dikenal sebagai wet blotting paper. Jamur tidak
pernah menonjol keluar dari EAC, bahkan pada kasus kronis sekalipun. Hal ini
dikarenakan jamur tidak menemukan kebutuhan nutrisinya di luar EAC. Hasil penelitian
terbaru didapatkan pertumbuhan Aspergillus ditemukan paling banyak pada temperatur
370C, sebuah fakta bahwa kondisi klinis ini didukung oleh predileksi dari jamur untuk
tumbuh di sepertiga dalam dari EAC.

2.7.5 Gambaran Klinis

38
Gejala dari otitis eksterna bakteri dan otomikosis sering sulit dibedakan. Bagaimanapun
pruritus merupakan karakteristik paling sering dari infeksi mikosis dan juga tidak nyaman
di telinga, otalgia (nyeri telinga), rasa penuh di liang telinga, rasa terbakar pada telinga,
ottorhoea, hilangnya pendengaran, tinnitus, keluarnya cairan tetapi sering juga tanpa
keluhan. Pytirosporum menyebabkan terbentuknya sisik yang menyebabkan terbentuknya
sisik yang menyerupai ketombe dan merupakan perdisposisi otitis eksterna bakterialis
maupun furunkel. Demikian pula dengan jamur Aspergillus. Jamur ini terkadang
didapatkan di liang telinga tanpa adanya gejala apapun kecuali rasa tersumbat dalam
telinga, atau dapat berupa peradangan yang menyerang epitel kanalis atau gendang telinga
dan menimbulkan gejala-gejala akut. Kadang-kadang didapatkan pula Candida albicans.

Pada otoskopi sering ditemukan mycelia yang dapat menegakkan diagnosis. EAC
menjadi eritem dan debris jamur tampak putih, abu-abu, atau hitam. Pasien biasanya tidak
ada perbaikan signifikan dengan pengobatan antibiotik. Diagnosis dapat dikonfirmasi
dengan preparasi KOH atau positifnya kultur jamur.

Karakteristik pemeriksaan fisik dari infeksi jamur pada umumnya terlihat hifa halus dan
spora (conidiophores) tampak pada Aspergillus Candida, ragi, mycelia dengan karakteristik
putih ketika bercampur dengan serumen menjadi kekuningan.

Infeksi kandida dapat lebih sulit dideteksi secara klinis karena kurangnya penampakan
karakteristik layaknya Aspergillus seperti otorrhea dan tidak respon terhadap antimikroba.
Otomikosis oleh kandida biasanya diidentifikasi oleh data kultur.

2.7.6 Pemeriksaan Laboratorium

Morfologi dari koloni dapat membedakan antara yeast-like dan filamentous fungi.
Mayoritas koloni dengan krim putih, halus, dan kasar adalah ragi atau, sangat jarang,
yeast-like colonies dari jamur dimorfik. Filamentous fungi cenderung tumbuh membentuk
debu, helaian, untaian, berudu, atau lipatan yang terlihat dengan rentang berbagai warna
seperti putih, kuning, hijau, biru kehijauan, hitam.

2.7.7 Diagnosis Banding

39
Otomikosis terkadang sulit dibedakan dari otitis eksterna terutama otitis eksterna difusa.
Infeksi campuran kadang terjadi. Biasanya isolasi bakteri terdiri dari negative coagulase
staphylococci, pseudomonas sp., Staphylococcus aureus, E. coli, dan Klebsialla sp. Infeksi
jamur dapat juga berkembang dari OMSK.

2.7.8 Terapi

Pengobatannya adalah dengan membersihkan liang telinga. Larutan asam asetat 2%


dalam alkohol, larutan iodium povidon 5% atau tetes telinga yang mengandung campuran
antibiotik dan steroid yang diteteskan ke liang telinga biasanya dapat menyembuhkan.
Kadang-kadang diperlukan juga obat anti jamur yang dibagi menjadi tipe non-spesifik dan
spesifik.

2.7.8.1 Non-spesifik

Boric acid adalah medium asam dan sering digunakan sebagai antiseptik dan
insektisida. Dapat diberikan bila penyebabnya adalah Candida Albicans.
Gentian Violet
Castellanis paint (acetone, alkohol, fenol, fuchsin, resocinol)
Cresylate (merthiolate, M-cresyl acetate, propyleneglycol, bric acid, dan alkohol)
Nystatin adalah antibiotik makrolid polyene yang dapat menghambat sintesis sterol
di membran sitoplasma. Keuntungan dari nistatin adalah tidak diserap oleh kulit yang
intak. Dapat diresepkan dalam bentuk krim, salep, atau bedak. Efektif hingga 50-
80%.
Azole adalah agen sintetis yang mengurangi konsentrasi ergosterol, sterol esensial
pada membran sitoplasma normal.
2.7.8.2 Spesifik
Clotrimoxazole digunakan secara luas sebagai topikal azole. Efektif hingga 95-
100%. Clotrimoxazole memiliki efek bakterial dan ini adalah keuntungan untuk
mengobati infeksi campuran bakteri-jamur. Clotrimazole tersedia dalam bentuk
bubuk, lotion, dan solusio dan telah dinyatakan bebas dari efek ototoksik.
Ketokonazole dan fluconazole memiliki spektrum luas. Ketokonazole (2% krim)
efektif hingga 95-100% melawan Aspergillus dan C. Albicans. Fluconazole topikal
efektif hingga 90% kasus.
Miconazole (2% krim) adalah imidazole yang telah dipercaya kegunaannya selama
lebih dari 30 tahun untuk pengobatan penyakit superfisial dan kulit. Agen ini

40
dibedakan dari azole yang lainnya dengan memiliki dua mekanisme dalam aksinya.
Mekanisme pertama adalah inhibisi dari sintesis ergosterol. Mekanisme kedua
dengan inhibisi dari peroksida, dimana dihasilkan oleh akumulasi peroksida pada sel
dan menyebabkan kematian sel. Efektif hingga 90%.
Bifonazole. Solusio 1% memiliki potensi sama dengan klotrimazol dan miconazole.
Efektif hingga 100%.
Itraconazole memiliki efek in vitro dan in vivo melawan spesies Aspergillus.

Bentuk salep lebih memiliki beberapa keuntungan dibandingkan dengan formula


tetes telinga karena dapat bertahan di kulit untuk waktu yang lama. Salep lebih aman pada
kasus perforasi membran timpani karena akses ke telinga tengah sedikit diakibatkan
tingginya viskositas. Penggunaan cresylate dan gentian violet harus dihindari pada pasien
dengan perforasi MT karena memiliki efek iritasi pada mukosa telinga tengah.

Serta menghentikan penggunaan antibiotik topikal bila dicurigai sebagai penyebabnya.


Pada pasien immunocompromised, pengobatan otomikosis harus lebih kuat untuk
mencegah komplikasi seperti hilangnya pendengaran dan infeksi invasif ke tulang
temporal.

Otomikosis terkadang sulit diatasi walaupun telah diobati dengan pengobatan yang
sesuai. Maka dari itu perlu ditentukan apakah kondisi ini akibat penyakit otomikosis itu
sendiri atau berhubungan dengan gangguan sistemik lainnya atau hasil dari gangguan
immunodefisiensi yang mendasari.

Pengobatan lain selain medikamentosa yaitu menjaga telinga tetap kering dan
mengarahkan pada kembalinya kondisi fisiologis dengan mencegah gangguan pada EAC.

2.7.9 Komplikasi

Perforasi membran dapat terjadi sebagai komplikasi dari otomikosis yang bermula pada
telinga dengan membran timpani intak. Insidens perforasi timpani pada mikosis
ditemukan menjadi 11%. Perforasi lebih sering terjadi pada otomikosis yang disebabkan
oleh Candida Albicans. Kebanyakan perforasi terjadi bagian malleus yang melekat pada

41
membran timpani. Mekanisme dari perforasi dihubungkan dengan trombosis mikotik dari
pembuluh darah membran timpani, menyebabkan nekrosis avaskuler dari membran
timpani. Enam pasien pada grup immunocompromised mengalami perforasi timpani.
Perforasi kecil dan terjadi pada kuadran posterior dari membran timpani. Biasanya akan
sembuh secara spontan dengan pengobatan medis. Jarang namun jamur dapat
menyebabkan otitis eksterna invasif , terutama pada pasien immunocompromised. Terapi
antifungal sistemik yang adekuat sangat diperlukan pada pasien ini.

2.8 Korpus Alienum Telinga

Benda asing merupakan benda yang berasal dari luar tubuh atau dari dalam tubuh yang
dalam keadaan normal tidak ada. Telinga sering kemasukan benda asing. Kadang-kadang
benda dapat masuk. Bila kemasukan benda asing di telinga, tentu saja terjadi penurunan
pendengaran. Terkadang benda asing dapat masuk tanpa sengaja ke dalam telinga orang
dewasa yang mencoba membersihankan kanalis eksternus atau mengurangi gatal atau
dengan sengaja anak-anak memasukkan benda tersebut ke dalam telinganya sendiri.

2.8.1 Etiologi
Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan benda asing diliang telinga yaitu :
Faktor kesengajaan, biasanya terjadi pada anak-anak balita.
Faktor kecerobohan sering terjadi pada orang dewasa sewaktu menggunakan
alat alat pembersih telinga misalnya kapas, tangkai korek api atau lidi yang
tertinggal di dalam telinga, yang terakhir adalah faktor kebetulan terjadi
tanpa sengaja dimana benda asing masuk kedalam telinga contoh masuknya
serangga, kecoa, lalat dan nyamuk.

Gambar 20 Predileksi benda asing di dalam telinga.

42
Berikut beberapa benda asing yang sering masuk ke telinga:
Air
Sering kali saat kita heboh mandi, berenang dan keramas, membuat air masuk ke
dalam telinga. Jika telinga dalam keadaan bersih, air bisa keluar dengan
sendirinya. Tetapi jika di dalam telinga kita ada kotoran, air justru bisa membuat
benda lain di sekitarnya menjadi mengembang dan air sendiri menjadi
terperangkap di dalamnya.
Cotton Bud
Cotton buds tidak di anjurkan secara medis untuk membersihkan telinga. Selain
kapas bisa tertinggal di dalam telinga, bahaya lainnya adalah dapat menusuk
selaput gendang bila tidak hati-hati menggunakannya.

Benda-benda kecil
Anak-anak kecil sering tidak sengaja memasukkan sesuatu ke dalam telinganya.
Misalnya, manik-manik mainan.
Serangga
Bila telinga sampai kemasukan semut, berarti ada yang salah dengan bagian
dalam telinga. Pada prinsipnya, telinga punya mekanisme sendiri yang dapat
menghambat binatang seperti semut untuk tidak masuk ke dalam.
2.8.2 Manifestasi klinik
Efek dari masuknya benda asing tersebut ke dalam telinga dapat berkisar di tanpa
gejala sampai dengan gejala nyeri berat dan adanya penurunan pendengaran.
Merasa tidak enak ditelinga
Karena benda asing yang masuk pada telinga, tentu saja membuat telinga merasa tidak
enak, dan banyak orang yang malah membersihkan telinganya, padahal membersihkan
akan mendoraong benda asing yang mauk kedalam menjadi masuk lagi.
Tersumbat
Karena terdapat benda asing yang masuk kedalam liang telinga, tentu saja membuat
telinga terasa tersumbat.
Pendengaran terganggu
Biasanya dijumpai tuli konduktif namun dapat pula bersifat campuran.
Beratnya ketulian tergantung dari besar dan letak perforasi membran timpani
serta keutuhan dan mobilitas sistem pengantaran suara ke telinga tengah.
Rasa nyeri telinga / otalgia
Nyeri dapat berarti adanya ancaman komplikasi akibat hambatan pengaliran
sekret, terpaparnya durameter atau dinding sinus lateralis, atau ancaman

43
pembentukan abses otak. Nyeri merupakan tanda berkembang komplikasi
telinga akibat benda asing.
Pada inspeksi telinga akan terdapat benda asing.

2.8.3 Patofisiologi
Benda asing yang masuk ke telinga biasanya disebabkan oleh beberapa factor antara
lain pada anak anak yaitu factor kesengajaan dari anak tersebut , factor kecerobohan
misalnya menggunakan alat-alat pembersih telinga pada orang dewasa seperti kapas, korek
api ataupun lidi serta factor kebetulan yang tidak disengaja seperti kemasukan air, serangga
lalat, nyamuk dan lain-lain.
Masukknya benda asing ke dalam telinga yaitu ke bagian kanalis audiotorius eksternus
akan menimbulkan perasaaan tersumbat pada telinga, sehingga klien akan berusaha
mengeluarkan benda asing tersebut. Namun, tindakan yang klien lakukan untuk
mengeluarkan benda asing tersebut sering kali berakibat semakin terdorongnya benda asinr
ke bagian tulang kanalis eksternus sehingga menyebabkan laserasi kulit dan melukai
membrane timpani. Akibat dari laserasi kulit dan lukanya membrane timpanai, akan
menyebabkan gangguan pendengaran , rasa nyeri telinga/otalgia dan kemungkinan adanya
resiko terjadinyainfeksi.
2.8.4 Diagnosis
2.8.4.1 Anamnesis
Pada anamnesis kasus dengan corpus alienum, pasien akan mengeluhkan gejala
yang mirip dengan otitis media/eksterna seperti:
- penurunan pendengaran
- rasa penuh/ mengganjal di telinga
- keluar cairan dari telinga
- nyeri telinga
disertai dengan riwayat kemasukan benda asing, baik disengaja maupun
tidak. Setelah keluhan utama tergali dan faktor pencetus berupa
kemasukan benda asing didapat, maka selanjutnya bisa dilakukan
pemeriksaan fisik.
2.8.4.2 Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan status lokalis
Pemeriksa melakukan inspeksi liang telinga tanpa alat bantu/ menggunakan alat bantu
berupa spekulum telinga ataupun otoskop
Pemeriksaan dengan Otoskopik
Caranya :
Bersihkan serumen bila ada

44
Lihat kanalis dan membran timpani
Interpretasi:
Interpretasi bisa bervariasi. Bisa hanya tditemukan benda asing saja,
ada pula yang ditemui tanda radang seperti warna kemerahan,
bengkak menandakan adanya infeksi
Warna kebiruan dan kerucut menandakan adanya tumpukan darah
dibelakang gendang.
Kemungkinan gendang mengalami robekan.

2.8.4.3 Pemeriksaan Penunjang


Jika diperlukan, dapat dilakukan pemeriksaan penunjang radiologis untuk menegakkan
diagnosis benda asing di liang telinga dengan MSCT scan kepala (jika letak benda asing
cukup dalam).
2.8.5 Diagnosis Banding
- Otitis Eksterna
- Jaringan granulomatosa di liang telinga
- Cerumen Prop
2.8.6 Penatalaksanaan
2.8.6.1 Ekstraksi Corpus Alienum
Ada benda yang sangat kecil dapat dicoba untuk mengoyangkan secara hati-
hati. Menarik pinna telinga kearah posterior meluruskan liang telinga dan benda
asing dapat keluar dengan goncangan lembut pada telinga. Jika benda asing masuk
lebih dalam maka perlu diangkat oleh dokter yang kompeten. Tidak dianjurkan
untuk mengorek telinga sendiri karena dapat mendorong lebih kedalam dan
menyebabkan ruptur membran timpani atau dapat melukai liang telinga.
Beberapa tehnik di klinik pada pengeluaran benda asing di teinga:
o Forceps yang sudah dimodifikasi dapat digunakan untuk mengambil
benda dengan bantuan otoskop
o Suction dapat digunakan untuk menghisap benda
o Irigasi liang telinga dengan air hangat dengan pipa kecil dapat
membuat benda-benda keluar dari liang telinga dan membersihkan
debris.
o Penggunaan alat seperti magnet dapat digunakan untuk benda dari
logam

45
o Sedasi pada anak perlu dilakukan jika tidak dapat mentoleransi rasa
sakit dan takut.
o Serangga dalam liang telinga biasanya diberikan lidocain atau
minyak, lalu diirigasi dengan air hangat.
o Setelah benda asing keluar, diberikan antibiotik tetes selama lima
hari sampai seminggu untuk mencegah infeksi dari trauma liang
telinga.
2.8.6.2 Medikamentosa
- NSAID untuk mengatasi efek peradangan akibat benda asing. Bisa
diberikan Na diclofenac 2 x 25 mg/kgBB, atau As. Mefenamat 500
mg/kgBB
- Antibiotik untuk pencegahan timbulnya infeksi lokal. Bisa diberikan
secara topikal maupun sistemik seperti Chloramphenicol 1% tetes
telinga dan Ofloxacin tetes telinga untuk topikal, dan amoksicilin
500 mg /kgBB atau ampicilin 500 mg/kgBB
2.8.7 Edukasi dan tindak Pencegahan
Kebiasaan terlalu sering memakai cottonbud untuk membersihkan telinga sebaiknya
dijauhi karena dapat menimbulkan beberapa efek samping: kulit teling kita yang
ditumbuhi bulu-bulu halus yang berguna untuk membuat gerakan menyapu kotoran di
telinga kita akan rusak, sehingga mekanisme pembersihan alami ini akan hilang. Jika
kulit kita lecet dapat terjadi infeksi telinga luar yang sangat tidak nyaman dan
kemungkinan lain bila anda terlalu dalam mendorong Cottonbud, maka dapat melukai
atau menembus gendang telinga.
Hindarkan memberi mainan berupa biji-bijian pada anak-anak, dapat tejadi bahaya di
atas atau juga dapat tertelan dan yang fatal dapat menyumbat jalan nafas.

46

Anda mungkin juga menyukai