Anda di halaman 1dari 57

BAB I

PENDAHULUAN

Telinga adalah organ penginderaan dengan fungsi ganda dan kompleks (pendengaran dan
keseimbangan) . Indera pendengaran berperan penting pada partisipasi seseorang dalam
aktivitas kehidupan sehari-hari. Sangat penting untuk perkembangan normal dan
pemeliharaan bicara, dan kemampuan berkomunikasi dengan orang lain melalui bicara
tergantung pada kemampuan mendengar.

Infeksi pada telinga bagian luar atau yang sering disebut sebagai otitis eksterna
memiliki beberapa penyebab seperti bakteri dan juga jamur. Dua penyebab ini terkadang sulit
dibedakan karena memiliki keluhan yang hampir sama dan tidak spesifik. Hal ini
menyebabkan pengobatan dari infeksi itu sendiri sering tidak tepat sasaran.

Telinga luar dipisahkan dengan telinga dalam oleh membrana timpani. Telinga luar
berfungsi mengumpulkan dan menghantarkan gelombang bunyi ke struktur-struktur telinga
tengah. Karena keunikan anatomi aurikula serta konfigurasi liang telinga yang melengkung
atau seperti spiral, maka telinga luar mampu melindungi membran timpani dari trauma, benda
asing dan efek termal.

Panjang liang teliga kira-kira 2,5cm, membentang dari bibir depan konka hingga
membrana timpani. Sepertiga bagian luar adalah bagian kartilaginosa sedangkan duapertiga
dalam adalah bagian tulang. Bagian yang sempit dari liang telinga adalah dekat perbatasan
tulang dan tulang rawan. Hanya sepertiga bagian luar atau bagian kartilaginosa dari liang
telinga yang dapat bergerak saat ditarik. Liang telinga membentuk suatu kantung berlapis
epitel yang dapat memerangkapkan kelembaban, sehingga daerah ini menjadi rentan infeksi
pada keadaan tertentu.
Kulit yang melapisi bagian kartilaginosa lebih tebal daripada kulit bagian tulang,
selain itu juga mengandung folikel rambut yang banyaknya bervariasi antar individu namun
ikut membantu menciptakan suatu sawar dalam liang telinga. Anatomi liang telinga bagian
tulang sangat unik karena merupakan satu-satunya tempat dalam tubuh di mana kulit
langsung terletak di atas tulang tanpa adanya jaringan subkutan. Dengan demikian daerah ini
sangat peka, dan tiap pembengkakan akan sangat nyeri karena tidak terdapat ruang untuk
ekspansi.

Salah satu cara perlindungan yang diberikan telinga luar adalah dengan pembentukkan
serumen atau kotoran telinga. Sebagian besar struktur kelenjar sebasea dan apokrin yang
menghasilkan serumen terletak pada bagian kartilaginosa. Eksfoliasi sel-sel stratum korneum ikut
pula berperan dalam pembetukan materi yang membentuk suatu lapisan pelindung penolak air pada
dinding kanalis ini. pH gabungan berbagai bahan tersebut adalah sekitar , suatu faktor tambahan yang
berfungsi mencegah infeksi. Lagipula, migrasi sel-sel epitel yang terlepas membentuk suatu
mekanisme pembersihan sendiri dari membran timpani ke arah luar.

Infeksi dan radang liang telinga merupakan salah satu masalah THT yang paling sering,
khususya pada cuaca panas dan lembab. Pasien dengan gangguan aurikula atau liang telinga
seringkali datang dengan keluhan berikut nyeri (otalgia), gatal, pembengkakan, perdarahan dan
perasaan tersumbat.
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Anatomi Telinga


Telinga terdiri atas telinga luar, telinga tengah dan telinga dalam

Gambar 1: Anatomi Telinga dan Pembagian Telinga

a.telinga luar
Telinga luar terdiri atas daun telinga,dan liang telinga sampai di membran
timpani,daun telinga terdiri dari tulang rawan elastis dan kulit.liang telinga
berbentuk huruf S,dengan rangka tulang rawan pada sepertiga bagian
luar,sedangakan dua pertiga bagian dalam rangkanya terdiri dari tulang.panjang kira
kira 2 -3 cm
Pada sepertiga bagian luar kulit liang telinga terdapat banyak serumen (kelenjar
keringat ) dan rambut . kelenjar keringat terdapat pada seluruh kulit liang telinga.
Pada duapertiga bagian dalam hanya sedikit dijumpai kelenjar serumen.
b.telinga tengah
telinga tengah berbentuk kubus dengan bagian luar membran timpani.bagian
depan tuba eustachius,bagian belakang aditus ad antrum ,kanalis fasialis pars
vertikalis , bagian atas tegmen timpani ( meningen/otak),batas dalam terdiri dari
berturut turut dari atas ke bawah kanalis horizontal,kanalis fasialis,tingkap lonjong (
oval window ), tingkap bundar ( round window ) dan promontorium

c.telinga dalam
telinga dalam terdiri dari koklea ( rumah siput ) yang berupa dua s etengah
lingkaran dan vestibuler yang terdiri dari 3 buah kanalis semikularis.ujung atau
puncak koklea disebut helikotrema dengan skala vestibuli.

BAB II
TINJAUN PUSTAKA

2.1.1.Anatomi Telinga Luar


Telinga luar terdiri dari daun telinga (auricular) dan liang telinga sampai
membrane tymphani.merupakan gabungan dari yang rawan yang diliputi kulit.bentuk
rawan ini unik dan dalam merawat trauma telinga luar, harus diusahakan untuk
mempertahankan. kulit dapat terlepas dari rawan di bawahnya oleh hematom atau
pus,dan rawan yang nekrosis dapat menimbulkan deformitas kosmetik pada pinna
(telinga kembang kol ).
Daun telinga merupakan struktur tulang rawan yang berlekuk dan ditutupi
oleh kulit tipis dan dipertahankan pada tempatnya oleh otot-otot dan ligamentum.
Lekukan- lekukan ini dibentuk oleh heliks, anti heliks, tragus, antitragus, fossa
skafoidea, fossa triangularis, konka dan lobulus. Tepi daun telinga yang melengkung
disebut heliks. Pada bagian posterior-superiornya terdapat tonjolan kecil yang disebut
tuberkulum telinga (Darwinss tubercle). Pada bagian posterior heliks terdapat
lengukngan yang disebut antiheliks.
Bagian superior antiheliks membentuk dua buah krura antiheliks dan bagian
kedua krura ini disebut fossa triangularis.Diatas kedua krura ini terdapat fossa scapha.
Didepan antiheliks terdapat lekukan menyerupai corong yang menuju meatus yang
disebut konka, yang terdiri atas dua bagian samba konka, merupak an bagian antero-
posterior yang ditutupi oleh krus heliks dan kavum konka yang terletak dibawahnya
berseberangan dengan konka yang terletak dibawah krus heliks terdapat tonjolan kecil
berbentuk segitiga tumpul yang disebut tragus. Bagian diseberang tragus dan terletak
pada batas antihelik disebut antitragus.
Satu-satunya bagian daun telinga yang tidak mempunyai tulang rawan adalah lobules.
Tulang rawan daun telinga ini berlanjut dengan tulang rawan liang telinga luar
Gambar 2 : Anatomi Telinga Luar

Meatus akustikus externus (liang telinga) adalah tabung berkelok yang terbentang
antara auricular sampai membarana tympani. Berfungsi menghantarkan gelombang suara dari
auricular ke mebran tympani. Pada orang dewasa panjang nya 2,5 cm 3 cm dan dapat
diluruskan untuk memasang otoskop dengan menarik auricular keatas dan kebelakang. Pada
anak, auricular cukup ditarik lurus ke belakang, atau ke bawah dan kebelakang. Daerah
meatus yang paling sempit 5mm dari membarana tympani yang miring, maka meatus
paling panjang pada dinding anterior inferiornya.

Sepertiga meatus bagian luar mempunyai kerangka tulang rawan elastic dan dua
pertiga dalam oleh tulang, yang dibentuk lempeng tympani. Meatus dilapisi kulit dan
sepertiga bagian luarnya memiliki rambut, kelenjar sebasea dan kelenjar serumen. Yang
terakhir ini adalah modifikasi kelenjar keringat, yang menghasilkan lili coklat kekuningan.
Rambut dan lilin ini merupakan sawar lengket yang mencegah masuknya benda-benda asing.
Suplai saraf sensoris kekulit pelapisnya, berasal dari n. Auriculotemporalis dan cabang n.
Vagus. Drainase limf ken l. Parotidei superficialis, mastoidei dan cervicales superficiales.

Membran timpani atau gendang telinga adalah suatu bangunan berbentuk kerucut
dengan puncaknya, umbo,mengarah ke medial.membran timpani umumnya bulat penting
untuk disadari bagian dari rongga telinga tengah epitimpanum yang mengandung korpus
maleus dan inkus,meluas melampaui btas atas membran timpani ,dan bahwa ada bagian
hipotimpanum yang meluas melampaui batas bawah membran timpani.

Membran timpani tersusun oleh suatu lapisan epidermis dibagian luar ,lapisan fibrosa
dibagian tengah di mana tangakai maleus diletakkan, dan lapisan mukosa bagian
dalam.lapisan fibrosa tidak terdapat di atas proseus lateralis maleus dan ini menyebabkan
bagian membran timpani yang disebut membrana Shrapnell menjadi lemas ( flaksid ).
(Jangan lupa gambar yaaaaaaa membran tympami.)

BAB III

PEMBAHASAN

3.1.Infeksi telinga luar

peradangan area berbeda dari telinga. Disebabkan infeksi virus, jamur dan bakteri.
Infeksi oleh bakteri memerlukan antibiotik menyebabkan komplikasi serius. Infeksi telinga
dapat terjadi pada telinga luar, tengah dan dalam. Infeksi telinga lebih sering pada anak
karena saluran telinga lebih pendek dan sempit.
3.2.Daun Telinga.

3.2.1.kelainan kongenital

Perkembangan daun telinga dimulia pada minggu ketiga kehidupan embrio dengan
terbentuknya arkus brakialis pertama atau arkus mandibula dengan arkus brakialis pertama
atau arkus hyoid.pada minggu keenam arkus brakialis ini mengalami diferensiasi menjadi
enam buah turbukel.secara bertahap duan telinga akan terbentuk dari penganbungan keenam
tuberkel ini.pada keadaan normal di bulan ketiga daun telinga suda terbentuk. Bila
pengabungan tuberkel tadak sempurna maka timbul fistel preawiri ularn

1. Fistula
Fistula preawiri kula terjadi bila terdapat kegagalan pengambungan tuberkel ke I
dan tuberkel kedua. Fistil jinis ini merupakan kelainan hereditel yang bersifat dominal
sering ditemukan di depan tragus berbentuk bulat atau lonjol dengan ukuran seujung
pensil. Dari muara fistel sering keluar cairan sebasea. (jangan lupa masukan gambar)
Biasanya paisen datang karena terdapat obstruksi atau infeksi fistula, senhingga
terjadi pioderma selulitis pasial infeksi akut di atasi dengan pemberian antibiotik dan
bila suda terbentuk apses, dilakukan insisi drainase apses. Tindakan oprasi dilakukan
bila cairan keluar berkepanjangan atau terjadi infeksi berulang sehingga menggu
aktifitas. Sewaktu oprasi, fistel di akat seluruhnya untuk mencega kekambuan.
2. Microtia atresia liang telinga
Pada microtia daun telinga bentuknya lebih kecil dan tak sempurna disertai dengan
tidak terbentuknya (atresia ) linang telinga karena perkembangan embriologi yang
berbeda antara telinga dalam dan telinga tenga kejadian ini lebih sering pada lelaki
daripada perempuan. Angka kejadian 1:7000 lebih sering pada telinga kanan kejadian
pada telinga unilateral banding bilateral adalah 3:1 bila ditemukan microtia yang
bilateral pikirkan kemukinan adanya kraniofasial (sindroma tracher collins, sindroma
nager) penyebab kelainan ini belum diketahui dengan jelas diduga faktor ginetik,
infeksi firus intoksikasi bahan kimia dan obat teratogenik pada kehamilan muda
adalah penyebabnya.
Diaknosis microtia atresia telinga konenital dapat ditegakan dengan hanya melihat
bentuk daun telinga yang tidak sempurna dalam liang telinga yang aktresia biasanya
semakin tidak sempurna bentuk daun telinga dapat menjadi petunjuk buruknya
keadaan telinga di tenga.
Pemeriksaan fuksi pendegaran CT scen tulang tempora dengan selusi tinggi
diperlukan untuk menilai telinga tenga dan teliga dalam. Pemeriksaan ini pentin untuk
membantu dalam menentukan kemukinan berhasilnya oprasi konstruksi kelainan
telinga tenga oprasi bertujuan untuk memperbaiki pendengaran dan memperbaiki
penampilan secara kosmetik. Pada atresia liang telinga bilateral, untuk mencega
terlambatnya perkembangan berbahasa diajurkan untuk memakai alat bantu dengar
antara tulang (Bone Conduction Haearing ailo) sejak dini apabila CT-scen tanpa
adanya koklea yang normal oprasi pembentukan lian telinga (Kanaloplasti) baru
dikerjakan pada usia 5-7 tahun oprasinya dilakukan dalam beberapa tahap. Tahap
pertama adalah pembentukan daun telinga. Kemudian pada tahap berikutnya baru
dibentuk liang telinga dan penataan telinga tengah.
Sedangkan pada atresia yang unilateral oprasi dikerjakan setelah usia ini
adalah paresis N VII, hilangnya pendengaran dan yang paling sering adalah terjadinya
restenosis.
3. Telinga camplang/jabang (Bats ear)
Daun telinga tampak lebih lebar dan menonjol. Fungsi pendengaran tidak terganggu.
Namun karena bentuknya yang tidak normal serta tidak enak dipandang kadang kala
menimbulkan masalah psikis sehingga perlu dilakukan 0perasi otoplasti.

3.2.2.kelainan yang didapat

3.2.2.1. Othematom

3.2.2.1.1 Definisi

Othematom merupakan hematoma daun telnga akibat suatu rudapaksa yang


menyebabkan tertimbunnya darah dalam ruangan antara perikondriom dan kartilago.
Keadaan ini biasanya terdapat pada remaja atau orang dewasa yang mempunyai kegiatan
memerlukan kekerasan namun bisa saja dijumpai pada usia lanjut dan anak-anak.

3.2.2.1.2 Etiologi
Othematom umunya terjadi akibat trauma secara langsung ke daerah telinga seperti
yang ditemui pada petinju, pegulat dan seni bela diri, sehingga terdapat penumpukan bekuan
darah diantara perikondrium dan tulang rawan menerima pasokan darah dari perichondrium
atasnya. Luka geser menyebabkan gangguan hubungan anatomi normal dari perichondrium
ke tulang rawan, dengan nekrosis tulang rawan yang dihasilkan.hematoma daun telinga
biasanya disebabkan oleh trauma. Terdapat kumpulan darah ini mencegah terjadinya infeksi
yang nantinya dapat menyebabkan terjadinya perikondritis.

3.2.2.1.3 Patofisiologi

Secara normal cedera jaringan atau adanya bahan asing mnejadi pemicu kejadian
yang mengikut sertakan enzim, mediator, cairan ekstravasasi, migrasi sel, kerusakan jaringan
dan mekanisme penyembuhan. Hal tersebut menimbulkan tanda inflamasi berupa kemerahan,
pembengkakan, panas, nyeri dan hilangnya fungsi.

Terjadi 3 proses utama selama reaksi inflamasi ini yaitu, aliran darah kedaerah itu
meningkat, permeabilitas kapiler meningkat, leukosit mula-mula neutrophil dan makrofag,
lalu limfosit keluar dari kapiler menuju ke jaringan. Selanjutnya bergerak ketempat cedera
dibawah pengaruh stimulus stimulus kemotaktik. Bila ada antigen tersebut, mulu-mula
respon imun non spesifik bekerja untuk mengeliminasi antigen tersebut. Bila ini berhasil,
inflamasi akut berhenti. Apabila respon imun non spsifik tidak berhasil, maka respon imun
spesifik diaktivasi untuk menangkis antigen tersebut. Inflamasi berhenti apabila usaha ini
berhasil. Bila tidak maka inflamasi ini menjadi kronik dan sering kali menyebabkan destruksi
yang irreversible pada jaringan.

3.2.2.1.4. Manifestasi Klinis

Pada othematom aurikula dapat terbentuk penumpukan bekuan darah diantara


prikondrium dan tulang rawan. Bila bekuan darah ini tidak segera dikeluarkan maka dapat
terjadi organisasi dari hematoma, sehingga tonjolan menjadi padat dan permanen serta dapat
berakibat terbentuknya telinga bunga kol. Penampilan karakteristik telinga kembang kol
adalah konsekuensi dari fibrosis berikutnya, kontraktur dan pembentukan neokartilage.

3.2.2.1.5 Tanda dan Gejala

Hematoma daun telinga ditandai dengan daun telinga yang terlihat membengkak,
garis lipatan konka menghilang, terjadi pembengkakan besar kebiru-biruan yang biasanya
dapat mengenai seluruh daun telinga, meskipun kadangkadang terbatas hanya pada setengah
bagian atas saja.

Tidak dijumpai nyeri pada daun telinga, namun bila ada nyeri tidak begitu nyata, daun
telinga terasa panas dan adanya rasa tidak nyaman.

Bila tidak segera diobati, darah ini akan terkumpul menjadi jaringan ikat yang
menyebabkan nekrosis tulang rawan, karena adanya gangguan nutria. Massa jaringan parut
yang berlekuk-lekuk ini, terutama dari trauma yang berulang, akan menimbulkan deformitas
yang disebut cauliflower ear. Bila dijumpai oklusi total liang telinga akan menyebabkan
kehilangan pendengaran.

Gambar 3: Hematoma Auricular

3.2.2.1.6 Diagnosis

Anamnesa

Dari anamnesa dijumpai adanya riwayat trauma. Misalnya karena hantaman atau
pukulan saat berolahraga seperti gulat dan lainnya. Telinga dapat terasa nyeri dan bengkak.
Jika pembengkakan berlanjut, pasien sering kali mengeluhkan pendengarannya terganggu.

Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik, dari inspeksi dijumpai benjolan kemerahan pada daun telinga.
Pada palpasi terdapat fluktuasi tanpa adanya nyeri tekan atau nyeri tekan yang ringan. Pada
kasus yang telah lama dan berulang dapat timbul pengerutan pada daun telinga (cauliflower
ear). Kemudian dilakukan aspirasi dan dijumpai cairan serohemoragis.

Diagnosa Banding

Perikondritis

Radang pada tulang rawan yang menjadi kerangka daun telinga. Biasnya terjadi
karena trauma akibat kecelakaan, operasi daun telinga yang terinfeksi.

Pseudokista

Terdapat benjolan didaun telinga yang disebabkan oleh adanya kumpulan cairan
kekuningan diantara lapisan perikondrium dan tulang rawan telinga.

3.2.2.1.7.Penatalaksanaan

Tujuan pengobatan adalah sepenuhnya untuk mengevakuasi darah subperikondrial


dan untuk mencegah reakumulasi. Dahulu dilakukan aspirasi sederhana pada hematoma,
namun kini kebanyakan dokter menganjurkan terapi yang lebih ekstensif dengan insisi dan
drainase kumpulan darah dalam kondisi steril, diikuti dengan pemasangan balutan tekan
khusunya pada konka. Tekanan setempat akan lebih baik bila membuat jahitan menembus
diatas dental roll atau materi serupa. Terapi paling baik dilakukan setelah cedera, sebelum
terjadi organisasi hematoma.

Indikasi :

Anterior aurikularis bengkak setelah trauma, yang mrusak bentuk anatomi normal dari
pinna.
Presentasi dalam waktu 7 hari setelah trauma (setelah 7 hari , pembentukan jaringan
granulasi dapat menyulitkan prosedur. Pada saat itu pasien harus dirujuk kespesialis).

Kontra indikasi

Hematoma yang lebih dari 7 hari


Hematoma berulang atau hematoma kronis (dalam kasus ini, buja debridement bedah
oleh dokter spesialis diindikasikan karena hematom, granulasi jaringan atau keduanya
dapat ditemukan didalam tulang rawan dan bukan di subperichondrial).

Hal yang perlu diperhatikan pada penanganan hematoma daun telinga antara lain

Aspirasi dilakukan dalam kondisi yang steril dan setelah aspirasi penting diberikan
antibiotic yang adekuat.
Pemantauan yang ketat diperlukan untuk memastikan hematom tidak berulang
kembali dan dapat berkembang terbentuknya deposit fibrous ataupun infeksi.
Untuk mencegah reakumulasi maka setelah aspirasi atau insisi perlu dilakukan
penekanan.

Instrumren dan bahan yang disediakan :

Spuilt 5 ml dengan jarum ukuran 20 G


Scalpel No. 11 dan No. 15 dengan pemegangnya
Curved hemostat (mosquito)
Penrose drain
Salep betadine
Betadin scrub
Kain kassa steril
2-0 nylon atau prolene
Lidokain 1 % (dengan atau tanpa epinefrin)
Peralatan irigasi (spuilt, normal salin)
Bahan untuk penekanan
o Balut tekan sederhana : kapas kering, kass dengan vasselin, kassa dengan
elastic bandage
o Balut tekan khusus : dental rolls (cotton bolsters, slicon slint, plaster mold),
balut tekan dengan kancing banjo yang difiksasi dengan nilon atau benang
prolen dan penekanan dengan gips.

Anestesi

Dilakukan anestesi local dengan lidokain 1% dengan 1:100.000 epinefrin atau tanpa
epinefrin, dan diinfiltrasi secara langsung pada daerah yang akan diinsisi dan
drainase.
Banyak penulis mendukung penggunaan lidokain tanpa disertai pemberian agen
vasokontriktif seperti epinefrin. Namun demikian, beberapa literature menyetujui
keamanan penggunaan agen vasokonstriktor pada lokasi seperti hidung dan daun
telinga.

Dengan persiapan : bersihkan kulit dengan betadine dan alcohol, dapat juga digunakan
betadine scrub, dengan anestesi local lidokain 1%.

Teknik yang digunakan

Aspirasi Jarum
o Walaupun secara luas masih sering digunakan, metode ini tidak lagi
direkomendasikan karena dapt menyebabkan reakumulasi hematoma. Aspirasi
sering kali tidak ade kuat dan hematoma memerlukan penanganan yang lebih
lanjut. Beberapa sumber merekomendasikan aspirasi terlebih dahulu yang
diikuti dengan metode insisi jika terjadi reakumulasi.
o Gunakan jarum ukuran 18 atau 20 G untuk aspirasi darah dari daerah yang
paling berfluktiasi atau daerah yang paling bengkak.

Gambar 4 : Aspirasi Othematoma

Insisi dan drainase


o Insisi pada tepi hematom harus dibuat pada skafa sejajar dengan heliks.
Pembukaan harus cukup luas untuk mengeluarkan seluruh hematoma.
o Perlahan-lahan dipisahkan kulit dengan perikondrium dari hematoma dan
tulang rawan, kemudian lakukan pengeluaran hematoma. Perlu kehati-hatian
karena dapat merusak perikondrium.
o Bila kumpulan bekuan darah telah terjadi karena keterlambatan tindakan,
dapat digunakan kuret tajam untuk mengeluarkan bekuan darah.
o Dilakukan irigasi dengan normal salin.
o Pemasangan drain dilakukan pada kasus kasus dengan hematoma yang
sangat luas. Namun hal ini dapat menyebabkan luka pada drain dan dapat pula
menjadi predisposisi infeksi. Jika dilakukan pemasangan drain, pasien harus
diberikan antibiotic adekuat. Drain harus dilepas dalam 24 jam jika tidak
terdapat perdarahan yang signifikan.

Gambar 5: Insisi dan drainase hematoma auricular

Kompresi dan balut tekan

Lakukan penekanan 5-10 menit, lalu lakukan kompresi dengan balut tekan. Teknik
yang sederhana biasanya tidak adekuat, dan dapat menyebabkan reakumulasi
hematoma.
Kompresi balut tekan dapat dibuat dengan berbagai cara metode sederhana,
diantaranya :
o Letakkan kapas kering pada kanal eksternal
Gambar 10 : Kompresi dengan kapas kering yang diletakkan dikanal eksternal

Isi celah aurikuler eksternal dengan kassa yang lembab (yang telah direndam dengan salin
atau vasselin)

Gambar 6 : Kompresi dengan kassa vaselin pada pina anterior

Dengan menambahkan 3-4 lapis kassa dibelakang telinga sebagai tampon pada bagian
posterior, potong kassa menjadi bentuk V, sehingga pas untuk diletakkan dibelakang telinga.
Gambar 7 : Kompresi dengan meletakkan kasa pada belakang telinga

Tutup telinga dengan kassa berlapis

Gambar 8: Kompresi kasa pada telinga anterior

Balut dengan perban elastic


Gambar 9 : Kompresi kasa dengan perban elastic.

Pemasangan balut tekan khusus pada konka, seperti silicon splint atau dental rolls, ke bagian
anterior dan posterior telinga

Gambar 10 : Balut tekan khusus dengan dental rolls

Komplikasi

Bila tindakan tidak steril, bisa timbul komplikasi yaitu perikondritis. Perikondritis
adalah radang pada tulang rawan daun telinga, yang terjadi akibat trauma, pasca operasi
telinga, serta sebagai komplikasi hematoma daun telinga, otitis eksterna kronik, otitis media
kronik, pseudokista. Pengobatan dengan antibiotika sering gagal. Dapat terjadi komplikasi,
yaitu tulang rawan hancur dan menciut serta keriput, sehingga terjadi telinga lingsut. Selain
itu bisa juga terjadi reakumulasi dari hematom, luka parut dan site infeksi

3.2.2.2.Perikondritis

3.2.2.2.1.Definisi
Perikondritis adalah radang pada tulang rawan dan telinga yang terjadi apabila suatu
trauma atau radang menyebabkan efusi atau pus diantara lapisan perikondrium dan kartilago
telinga luar. Adakalanya perikondritis terjadi setelah suatu memar tanpa adanya hematoma.
Dalam stage awal infeksi, pinna dapat menjadi merah dan kenyal. Ini diikuti oleh
pembengkakan yang general dan membentuk abses subperikondrial dengan pus terkumpul
diantara perikondrium dengan tulang rawan dibawahnya .

3.2.2.2.2.Etiologi dan Faktor Predisposisi


Perikondritis dapat disebabkan oleh mikroorganisme. Mikroorganisme penyebab
tersering adalah Pseudomonas aeruginosa. Faktor predisposisinya ialah sebagai berikut :
1) Inadekuat pada terapi selulitis daun telinga (pinna) dan otitis eksterna akut.
2) Accidental atau surgical (sesudah aspirasi atau insisi hematomadaun telinga).
3) Infeksi sekunder dari laserasi atau hematoma.
4) Infeksi superfisialis meatus akustikus.
5) Luka abakar atau frostb ite.
6) Penusukan anting-anting pada tulang rawan, dapat terjadi septicemia
Streptococcus beta hemoliticus
3.2.2.2.3.Patofisiologi
Infeksi superfisial dari liang telinga luar atau dari daun telinga menyebar lebih
kedalam ke perikondrium. Pada keadaan ini disebut stadium dini, daun telinga (pinna) merah
dan nyeri kemudian mulai terbentuk abses subperikondrial. Hal ini menyebabkan tulang
rawan kekurangan blood supply, sehingga terjadi nekrosis tulang rawan sehingga dapat
terjadi deformitas pada daun telinga yang disebut dengan cauliflower

3.2.2.2.4. Gambaran Klinis


Penderita dengan perikondritis pada umumnya dating ke dokter dengan keluhan daun
telinga terasa sakit, berwarna merah, dan tegang

3.2.2.2.5.Pemeriksaan Fisik dan Laboratorium


Pada keadaan perikondritis dapat ditemukan pinna merah dan tender, kemudian
bengkak, serta terdapat abses pada daun telinga. Tampak daun telinga membengkak, merah,
panas, dirasakan nyeri, dan nyeri tekan. Pembengkakan ini dapat menjalar ke bagian
belakang daun telinga sehingga sangat menonjol. Terdapat demam, pembesaran kelenjar
limfe regional, dan leukositosis. Serum yang terkumpul di lapisan subperikondrial menjadi
purulen, sehingga terdapat fluktuasi difus atau terlokalisasi,.
Pada pemeriksaan laboratorium, dapat diambil sampel dari abses daun telinga untuk
dikultur, mengetahui jenis bakteri penyebab sehingga dapat diberikan terapi yang adekuat.

3.2.2.2.7.Diagnosis Banding
Othematoma
Suatu hematom daun telinga akibat ruda paksa yang menyebabkan timbulnya darah
dalam ruangan antara perikondrium dan kartilago. Mekanisme biasanya melibatkan
gangguan traumatis pembuluh darah perikondrial. Akumulasi darah dalam hasil ruang
subperikondrial dalam pemisahan perikondrium dari tulang rawan. Penanganan dengan
cara aspirasi dan dilanjutkan penekanan memakai gips sebagai fiksasi .
Pseudokista
Terdapat benjolan di daun telinga yang disebabkan oleh adanya kumpulan cairan
kekuningan diantara lapisan perikondrium dan tulang rawan telinga. Biasanya pasien
dating ke dokter karena ada benjolan di daun telinga yang tidak nyeri dan tidak diketahui
penyebabnya.
Polikondritis Berulang
Suatu penyakit autoimun yang melibatkan struktur tulang rawan secara generalisata,
terutama telinga, hidung, dan laringotracheobrachial. Tampak deformitas aurikula
menyerupai perikondritis akut. Biasanya terdapat serangan tunggal atau berulang. Untuk
pengobatan diberikan pada fase akut dengan salisilat dan steroid .

3.2.2.2.8. Penatalaksanaan

Pengobatan dengan antibiotic sering gagal karena bakteri Pseudomonas aeruginosa


sering resisten terhadap sebagian besar antibiotik. Untuk pengobatan dapat diberikan
antipseudomonas yaitu golongan aminoglikosida (gentamicin), fluorkinolon (kuinolon)
seperti siprofloksasin.
Sebaiknya dilakukan kultur dan tes sensitivitas sebelumnya. Pada daun telinga
diberikan kompres panas. Bila terdapat fluktuasi, dilakukan insisi secara steril dan diberi
perban tekan selama 48 jam

3.2.2.3.Pseudokista daun telinga

3.2.2.3.1 Definisi
Pseudokista daun telinga adalah suatu kondisi yang relatif jarang di mana cairan
serosa terakumulasi di antara ruang intracartilaginous telinga dan bermanifestasi sebagai
suatu pembengkakan, dan tanpa rasa sakit pada telinga luar.defenisi lain terdapat benjolan di
daun telinga yang disebabkan oleh adanya kumpulan cairan kekuningan di antara lapisan
perikondrium dan tulang rawan.

3.2.2.3.2. Gejala Klinis


Pseudokista bermanifestasi sebagai pembengkakan tanpa rasa sakit pada
permukaan lateral atau anterior pinna, yang terus berkembang selama 4-12 minggu. Riwayat
trauma mungkin menyertai perjalanan klinis, termasuk menggosok, menarik telinga, tidur di
bantal keras, atau memakai helm sepeda motor atau earphone. Ini juga telah dikaitkan dengan
kasus kulit gatal atau penyakit sistemik termasuk dermatitis atopik dan limfoma.
Pseudokista bukanlah suatu peradangan, terjadi pembengkakan yang asimptomatik
pada permukaan lateral atau anterior dari pinna, biasanya pada fossa skafoid atau fosa
triangular. Ukuran mulai dari diameter 1-5 cm, dan mengandung cairan kental bening atau
kekuningan, dengan konsistensi yang sama dengan minyak zaitun.
Gambar 11: Pseudokista aurikula pada telinga kanan. (Kiri-Tengah)

3.2.2.3.4.Etiologi
Etiologi untuk Pseudokista daun telinga tidak diketahui, tetapi beberapa mekanisme
patogenik telah dilaporkan, termasuk trauma ringan kronis. Beberapa pendapat menyatakan
bahwa sebuah kecacatan kecil dalam embriogenesis aurikularis dapat juga berkontribusi
terhadap pembentukan pseudokista. Kecacatan ini dapat menyebabkan pembentukan suatu
bidang jaringan sisa di dalam tulang rawan aurikularis. Ketika mengalami trauma minor
berulang atau stres mekanik, bidang ini dapat membuka jaringan, membentuk pseudokista.
Tulang rawan aurikularis khususnya mungkin lebih rentan terhadap trauma karena kurangnya
jaringan ikat yang melapisi tulang rawan pada kulit.
Sesuai dengan mekanisme yang dilaporkan, dermatitis atopik yang menyertai
keterlibatan daerah wajah dan telinga mungkin merupakan kondisi predisposisi untuk
pembentukan pseudokista. Meskipun kejadian pseudokista pada pasien dengan dermatitis
atopik tampaknya rendah. Pasien ini memiliki insidensi yang lebih besar untuk terjadi lesi
bilateral dibandingkan dengan populasi umum.
Pseudokista juga telah dilaporkan pada pasien dengan pruritus yang hebat yang
kemudian didiagnosis dengan limfoma. Setelah kemoterapi untuk limfoma, pruritus membaik
dengan pengurangan spontan dari volume pseudokista tersebut. Para penulis mengusulkan
bahwa trauma saat menggaruk dan menggosok telinga adalah penyebab utama yang dapat
memperburuk pseudokista tersebut.

3.2.2.3.5. Diagnosis Banding


Penyakit lain yang dapat menjadi diagnosis banding pada kasus ini adalah seperti
Chondrodermatitis Nodularis Helicis, Relapsing Polychondritis, Subperichondrial hematoma,
Traumatic perichondritis. Namun ketika dilakukan insisi pada lesi, yang menjadi ciri khas
pada pseudokista daun telinga adalah isi kista dengan jaringan granulasi dan kental, steril,
dan berwarna kuning seperti minyak zaitun yang berada dalam dua lapisan tulang rawan.

3.2.2.3.6.Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan dari Pseudokista daun telinga adalah menjaga struktur anatomi
dan pencegahan kekambuhan. Tanpa pengobatan, cacat permanen dari daun telinga dapat
terjadi. Pilihan pengobatan termasuk aspirasi jarum dengan pembalutan, pengobatan (baik
sistemik atau oral), dan perawatan bedah. Konsensus pada manajemen terbaik untuk
Pseudokista dari daun telinga belum ditentukan, dan kombinasi pengobatan mungkin
diperlukan untuk mencapai hasil yang optimal.
Tidak ada pengobatan medis yang efektif untuk Pseudokista daun telinga. Dosis tinggi
terapi kortikosteroid oral dan kortikosteroid intralesi telah dilaporkan, dengan hasil yang
bervariasi. Beberapa penulis berpendapat terhadap penggunaan steroid intralesi,
menyebabkan deformitas permanen pada telinga, sementara yang lain mendukung terapi
injeksi steroid atau bahkan terapi steroid oral. Para pendukung terapi injeksi steroid
menganggapnya sebagai prosedur lebih sederhana daripada operasi. Kim dkk melaporkan
terapi steroid intralesi dalam kombinasi dengan pembalutan.
Beberapa teknik penatalaksanaan telah banyak dilakukan seperti : aspirasi dengan
jarum, insisi dan drainase disertai balut tekan, aspirasi jarum disertai balut tekan, pemberian
tingture iodine pada intralesi, pemberian asam trikloroasetat pada intrakartilago disertai balut
tekan dengan suatu penyokong (button bolster), terapi steroid intramuskular, terapi steroid
oral dosis tinggi, dan terapi steroid intralesi, serta kuretase dengan pemberian lem fibrin.

Aspirasi
Aspirasi jarum sederhana cairan pseudokista diikuti dengan penempatan pembalut
tekan adalah salah satu metode yang paling umum dilakukan. Namun, tanpa menggunakan
pembalut tekan, kekambuhan sering terjadi. Patigaroo dkk menggunakan teknik yang umum
digunakan yaitu aspirasi sederhana diikuti dengan injeksi steroid intralesi diikuti dengan balut
tekan. Tingkat keberhasilan mereka adalah 57% dengan komplikasi minimal, termasuk
penebalan pinna.
Gambar 12 : Teknik penatalaksanaan Pseudokista daun telinga dengan menggunakan button
bolsters.

Bedah
Berbagai metode telah banyak dilakukan, hasil yang memuaskan diperoleh dengan
insisional drainase, diikuti dengan obliterasi secara kimia atau mekanik. Namun, kekambuhan
masih sering terjadi dan tingkat keberhasilan masih belum memuaskan. Untuk itu, Tuncer et
al menggunakan metode kuret dan lem fibrin.
Intervensi bedah Tuncer, dkk dilakukan dengan bius lokal. Sebuah sayatan 3 cm
dilakukan pada fossa skafoid untuk membuka rongga. Setelah dilakukan penyayatan, cairan
kental kuning, cairan serosa 'seperti minyak zaitun' keluar, khas untuk Pseudokista aurikula.
Lapisan jaringan granulasi dan permukaan dalam tulang rawan dikuret dengan pisau
bedah no: 15. Setelah itu lem fibrin dimasukkan 2 ml ke dalam rongga kista. Penutupan kulit
dilakukan dengan nilon 5/0. Tarik jahitan keluar, ikat pada penyangga kapas (cotton bolsters)
yang lebih baik diletakkan pada fossa skafoid dan fossa triangular sebagai kompresi dan
dibuka pada hari ketiga pasca operasi
Gambar 13: lapisan jaringan granulasi dan dinding tulang rawan anterior dan posterior yang
dikuret. (Kiri) jahitan dengan penyangga kapas (cotton bolsters) mengkompresi lem fibrin
dan penutupan kulit (Kanan).

3.3. infeksi kelainan liang telinga ( gambaran serumen )

3.3.1.serumen

3.3.1.1. defenisi

Serumen adalah hasil produksi kelenjar sebasea dan apokrin yang terdapat pada
bagian kartilaginosa liang telinga.

3.3.1.2. Etiologi

Serumen memiliki sifat bakterisidal.namun kumpulan serumen yang berlebihan


bukanlah suatu penyakit.

3.3.1.3. Patofisiologi

Serumen atau sekret kelenjar sebasea dan apokrin yang terdapat pada bagian
kartilaginosa lioang telinga epitel kulit yang terlepas dan partikel debu. Dalam keadaan
normal serumen terdapat di sepertiga luar liang telinga karena kelenjar tersebut hanya
ditemukan didaerah ini.konsistensinya biasnya lunak,tetapi kadang kadang kering.
Dipengaruhi oleh faktor keturunan,iklim,usia,dan keadaan lingkungan .Namun dapat keluar
sendiri dari liang telinga akibat migrasi epitel kulit yang bergerak dari arah membran timpani
menuju ke luar serta dibantu oleh gerakan rahang sewaktu mandi.gumpalan erumen yang
menumpuk di liang telinga akan menimbulkan gangguan pendengaran berupa tuli konduktif
terutama bila telinga masuk air ( sewaktu mandi, berenang ) serumen mengembang sehingga
menimbulkan rasa tertakan dan gangguan pendengaran semakin dirasakan sangat
menganggu.
3.3.1.4.Manifestasi klinis

Serumen cenderung lebih kering pada orang tua karena pada orang tua serumen
cenderung menjadi lebih kering oleh karena atrofi fisiologis dari kelenjar apokribn yang
diikuti berkurangnya komponen keringat dari serumen .khususnya pada orang tua ,sumbatan
liang telinga mungkin tidak hanya karena serumen namun karena tumpukan debris epitel
.karena bagian tersempit dari liang telinga terletak di tengah,pemakaian lidi kapas dapat
mendorong serumen ke ismus yang sempit dan menempel pada menbran timpani.sehingga
akan sukar dan sakit bila dikeluarkan .

3.3.1.5.Penatalaksanaan

Serumen dapat dibersihka sesuai dengan konsistensinya.serumen yang lembik,dibersikan


dengan kapas yng dililitkan pada pellilit kapas.serumen yang keras dikeluarkan dengan
pengait atau kuret.apabila dengan cara ini serumen harus dilunakkan lebih dahulu dengan
tetes karbolgliserin 10% selama 3 hari.serumen yang sudah terdorong sangat jauh ke dalam
liang telinga akan menimbulkn trauma pada memran timpani sewaktu
mengeluarkanya,dikeluarkan dengan mengalirkan ( irigasi ) air hangat yang suhunya sesuai
dengan suhu tubuh.

3.3.2.keratosis obsturans dan kelosteatoma pada liang telinga( gambar )

Dua kondisi yang keratosis obsturans dan kolesteatoma liang telinga dapat
bermanifestasi sebagai sumbat keratin pada liang telinga.keratosis obturans biasanya bilateral
dan dapat disertai bronkiektasis dan sinussitis kronis .pasein datang dengan keluhan nyeri dan
gangguan pendengaran . walaupun dapat diamati. Pelebaran liang telinga serta hiperplasia
dan radang epitel dan subepitel ,namun tidak ada erosi tulang . kondisi ini diduga disebabkan
oleh produksi epitel dan sumbat skuamosa yang berlebihan atau migrasi epitel yang salah
terapi yang di anjurkan adalah pengangkatan sumbat dan penanganan proses radang.

Kolesteatoma pada liang telinga biasanya unilateral.pasien mengeluhkan nyeri tumpul dan
otore intermiten akibat erosi tulang dan infeksi sekunder.sebagai penyebab diduga migrasi
epitel yang salah dan periostitis sirkumskripta.pengobatan berupa debridement tulang atau
bila mana pelu kanalplasti dan timpanomastoidektomi untuk mencegah berlanjutnya erosi
tulang.

3.3.3. Korpus Alienum Telinga ( benda asing )

3.3.3.1 Defenisi

Benda asing merupakan benda yang berasal dari luar tubuh atau dari dalam tubuh yang
dalam keadaan normal tidak ada. Telinga sering kemasukan benda asing. Kadang-kadang
benda dapat masuk. Bila kemasukan benda asing di telinga, tentu saja terjadi penurunan
pendengaran. Terkadang benda asing dapat masuk tanpa sengaja ke dalam telinga orang
dewasa yang mencoba membersihankan kanalis eksternus atau mengurangi gatal atau dengan
sengaja anak-anak memasukkan benda tersebut ke dalam telinganya

Benda asing yang ditemukan di liang telinga bervariasi sekali. Berupa benda mati atau
benda hisdup,bintang,komponen tumbuh tumbuhan atau mineral.

Pada nakn kecil sering ditemukan kacang hijau, manik, mainan,karet pengahapus dan
terkadang baterai. Pada orang dewasa yang relatif sering ditemukan adalah cotton bud yang
tertinggal,potongan korek api,patahan pensil kadang kadang ditemukan seranggga kecil
seperti kecoa,semut atau nyamuk.

Usaha untuk mengeluarkan benda asing sering malah lebih cenderung menorong lebih ke
dalam.mengeluakan benda asing harus hatu- hati.bila kurang kooperatif, berisiko trauma yang
menyang merusak membran timpani atau stuktur telinga tengah. Anak harus dipegang
sedemikian sehingga tubuh dan kepal tidak dapat bergerak bebas. Bila masih hidup,binatang
di liang telinga harus dimatikan lebih dahulu dengan memasukkan tampo basah ke liang
telinga lalu meneteskan cairan ( misalnya larutan rivanol atao oabt anestesi lokal ) lebih
kurang 10 menit,setelah bintang mati,dikeluarkan demgan pinset atau diirigsi dengan air
bersih yang hangat. Benda asing yang besar dapat diarik dengan pengait serumen,sedangkan
yang kecil bisa diambi dengan cunam atau pengait.
3.3.3.2.Etiologi

Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan benda asing diliang telinga yaitu :
Faktor kesengajaan, biasanya terjadi pada anak-anak balita.
Faktor kecerobohan sering terjadi pada orang dewasa sewaktu menggunakan
alat alat pembersih telinga misalnya kapas, tangkai korek api atau lidi yang
tertinggal di dalam telinga, yang terakhir adalah faktor kebetulan terjadi tanpa
sengaja dimana benda asing masuk kedalam telinga contoh masuknya serangga,
kecoa, lalat dan nyamuk.

Gambar 20 Predileksi benda asing di dalam telingan


Berikut beberapa benda asing yang sering masuk ke telinga:
Air
Sering kali saat kita heboh mandi, berenang dan keramas, membuat air masuk
ke dalam telinga. Jika telinga dalam keadaan bersih, air bisa keluar dengan
sendirinya. Tetapi jika di dalam telinga kita ada kotoran, air justru bisa membuat
benda lain di sekitarnya menjadi mengembang dan air sendiri menjadi terperangkap
di dalamnya.
Cotton Bud
Cotton buds tidak di anjurkan secara medis untuk membersihkan telinga.
Selain kapas bisa tertinggal di dalam telinga, bahaya lainnya adalah dapat menusuk
selaput gendang bila tidak hati-hati menggunakannya.
Benda-benda kecil
Anak-anak kecil sering tidak sengaja memasukkan sesuatu ke dalam
telinganya. Misalnya, manik-manik mainan.
Serangga
Bila telinga sampai kemasukan semut, berarti ada yang salah dengan bagian
dalam telinga. Pada prinsipnya, telinga punya mekanisme sendiri yang dapat
menghambat binatang seperti semut untuk tidak masuk ke dalam.

3.3.3.4.Manifestasi klinik
Efek dari masuknya benda asing tersebut ke dalam telinga dapat berkisar di tanpa gejala
sampai dengan gejala nyeri berat dan adanya penurunan pendengaran.
Merasa tidak enak ditelinga
Karena benda asing yang masuk pada telinga, tentu saja membuat telinga merasa
tidak enak, dan banyak orang yang malah membersihkan telinganya, padahal
membersihkan akan mendoraong benda asing yang mauk kedalam menjadi masuk
lagi.
a.Tersumbat
Karena terdapat benda asing yang masuk kedalam liang telinga, tentu saja membuat
telinga terasa tersumbat.
b.Pendengaran terganggu
Biasanya dijumpai tuli konduktif namun dapat pula bersifat campuran.
Beratnya ketulian tergantung dari besar dan letak perforasi membran timpani
serta keutuhan dan mobilitas sistem pengantaran suara ke telinga tengah.
c.Rasa nyeri telinga / otalgia
Nyeri dapat berarti adanya ancaman komplikasi akibat hambatan pengaliran
sekret, terpaparnya durameter atau dinding sinus lateralis, atau ancaman
pembentukan abses otak. Nyeri merupakan tanda berkembang komplikasi
telinga akibat benda asing.
d.Pada inspeksi telinga akan terdapat benda asing

3.3.3.5.Patofisiologi
Benda asing yang masuk ke telinga biasanya disebabkan oleh beberapa factor antara lain
pada anak anak yaitu factor kesengajaan dari anak tersebut , factor kecerobohan misalnya
menggunakan alat-alat pembersih telinga pada orang dewasa seperti kapas, korek api ataupun
lidi serta factor kebetulan yang tidak disengaja seperti kemasukan air, serangga lalat, nyamuk
dan lain-lain.
Masukknya benda asing ke dalam telinga yaitu ke bagian kanalis audiotorius eksternus
akan menimbulkan perasaaan tersumbat pada telinga, sehingga klien akan berusaha
mengeluarkan benda asing tersebut. Namun, tindakan yang klien lakukan untuk
mengeluarkan benda asing tersebut sering kali berakibat semakin terdorongnya benda asinr
ke bagian tulang kanalis eksternus sehingga menyebabkan laserasi kulit dan melukai
membrane timpani. Akibat dari laserasi kulit dan lukanya membrane timpanai, akan
menyebabkan gangguan pendengaran , rasa nyeri telinga/otalgia dan kemungkinan adanya
resiko terjadinyainfeksi.

3.3.3.6.Diagnosis
Anamnesis
Pada anamnesis kasus dengan corpus alienum, pasien akan mengeluhkan gejala yang
mirip dengan otitis media/eksterna seperti:
- penurunan pendengaran
- rasa penuh/ mengganjal di telinga
- keluar cairan dari telinga
- nyeri telinga
disertai dengan riwayat kemasukan benda asing, baik disengaja maupun
tidak. Setelah keluhan utama tergali dan faktor pencetus berupa
kemasukan benda asing didapat, maka selanjutnya bisa dilakukan
pemeriksaan fisik.

Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan status lokalis
Pemeriksa melakukan inspeksi liang telinga tanpa alat bantu/ menggunakan alat bantu
berupa spekulum telinga ataupun otoskop
Pemeriksaan dengan Otoskopik
Caranya :
Bersihkan serumen bila ada
Lihat kanalis dan membran timpani
Interpretasi:
Interpretasi bisa bervariasi. Bisa hanya tditemukan benda asing saja, ada
pula yang ditemui tanda radang seperti warna kemerahan, bengkak
menandakan adanya infeksi
Warna kebiruan dan kerucut menandakan adanya tumpukan darah
dibelakang gendang.
Kemungkinan gendang mengalami robekan.

Pemeriksaan Penunjang
Jika diperlukan, dapat dilakukan pemeriksaan penunjang radiologis untuk menegakkan
diagnosis benda asing di liang telinga dengan MSCT scan kepala (jika letak benda asing
cukup dalam).
Diagnosis Banding
- Otitis Eksterna
- Jaringan granulomatosa di liang telinga
- Cerumen Prop
Penatalaksanaan
Ekstraksi Corpus Alienum
Ada benda yang sangat kecil dapat dicoba untuk mengoyangkan secara hati-hati.
Menarik pinna telinga kearah posterior meluruskan liang telinga dan benda asing
dapat keluar dengan goncangan lembut pada telinga. Jika benda asing masuk lebih
dalam maka perlu diangkat oleh dokter yang kompeten. Tidak dianjurkan untuk
mengorek telinga sendiri karena dapat mendorong lebih kedalam dan menyebabkan
ruptur membran timpani atau dapat melukai liang telinga.
Beberapa tehnik di klinik pada pengeluaran benda asing di teinga:
o Forceps yang sudah dimodifikasi dapat digunakan untuk mengambil
benda dengan bantuan otoskop
o Suction dapat digunakan untuk menghisap benda
o Irigasi liang telinga dengan air hangat dengan pipa kecil dapat
membuat benda-benda keluar dari liang telinga dan membersihkan
debris.
o Penggunaan alat seperti magnet dapat digunakan untuk benda dari
logam
o Sedasi pada anak perlu dilakukan jika tidak dapat mentoleransi rasa
sakit dan takut.
o Serangga dalam liang telinga biasanya diberikan lidocain atau minyak,
lalu diirigasi dengan air hangat.
o Setelah benda asing keluar, diberikan antibiotik tetes selama lima hari
sampai seminggu untuk mencegah infeksi dari trauma liang telinga.

Medikamentosa
- NSAID untuk mengatasi efek peradangan akibat benda asing. Bisa
diberikan Na diclofenac 2 x 25 mg, atau As. Mefenamat 3 x 500 mg.
- Antibiotik untuk pencegahan timbulnya infeksi lokal. Bisa diberikan
secara topikal maupun sistemik seperti Chloramphenicol 1% tetes
telinga dan Ofloxacin tetes telinga untuk topikal, dan amoksicilin 3 x
500 mg atau ampicilin 4 x 500 mg.
Edukasi dan tindak Pencegahan
Kebiasaan terlalu sering memakai cottonbud untuk membersihkan telinga sebaiknya
dijauhi karena dapat menimbulkan beberapa efek samping: kulit teling kita yang
ditumbuhi bulu-bulu halus yang berguna untuk membuat gerakan menyapu kotoran di
telinga kita akan rusak, sehingga mekanisme pembersihan alami ini akan hilang. Jika
kulit kita lecet dapat terjadi infeksi telinga luar yang sangat tidak nyaman dan
kemungkinan lain bila anda terlalu dalam mendorong Cottonbud, maka dapat melukai
atau menembus gendang telinga.
Hindarkan memberi mainan berupa biji-bijian pada anak-anak, dapat tejadi bahaya di
atas atau juga dapat tertelan dan yang fatal dapat menyumbat jalan nafas

3.3.4.Otitis Eksterna

3.3.4.1.Definisi

Otitis eksterna, juga dikenal sebagai telinga perenang atau swimmers ear, adalah
radang telinga luar baik akut maupun kronis. Kulit yang melapisi saluran telinga luar menjadi
merah dan bengkak karena infeksi oleh bakteri atau jamur dengan tanda-tanda khas yaitu rasa
tidak enak di liang telinga, deskuamasi, sekret di liang telinga, dan kecenderungan untuk
kambuh kembali. Pengobatan amat sederhana tetapi membutuhkan kepatuhan penderita
terutama dalam menjaga kebersihan liang telinga. Infeksi ini sangat umum dan
mempengaruhi semua kelompok umur. Saluran telinga luar adalah sebuah terowongan
pendek yang berjalan dari lubang telinga hingga gendang telinga yang berada di dalam
telinga. Secara normal bagian ini dilapisi kulit yang mengandung rambut dan kelenjar yang
memproduksi lilin.
Gambar 14: Otitis Eksterna

3.3.4.2.Etiologi

Swimmers ear (otitis eksterna) sering dijumpai. Terdiri dari inflamasi, iritasi atau
infeksi pada telinga bagian luar. Dijumpai riwayat pemaparan terhadap air, trauma
mekanik dan goresan atau benda asing dalam liang telinga. Berenang dalam air yang
tercemar merupakan salah satu cara terjadinya otitis eksterna (swimmers ear).

Kebanyakan disebabkan alergi pemakaian topikal obat tetes telinga. Alergen yang
paling sering adalah antibiotik, contohnya: neomycin, framycetyn, gentamicin,
polimixin, dan anti histamin. Sensitifitas poten lainnya adalah metal dan khususnya
nikel yang sering muncul pada kertas dan klip rambut yang mungkin digunakan untuk
mengorek telinga.

3.3.4.3.Faktor Predisposisi

Faktor-faktor predisposisi tertentu sebagai berikut:

a Faktor endogen : keadaaan umum yang memburuk akibat anemia, hipoavitaminosis,


diabetes melitus, atau dermatitis seboroik.
b Faktor eksogen :
Terlalu sering membersihkan telinga, mengakibatkan serumen yang berfungsi
sebagai pertahanan kulit MAE hilang. Mengorek telinga dapat menyebabkan
hilangnya protective lipid layer dan acid mantle. Hal ini menyebabkan
kelembaban dan suhu di MAE meningkat. MAE yang lembab, hangat, dan kotor
merupakan media pertumbuhan kuman yang baik.
Trauma karena tindakan mengorek telinga.
Suasana yang lembab, panas, atau alkalis di MAE menyebabkan pertumbuhan
kuman dan jamur meningkat.
Bentuk MAE yang tidak lurus menyulitkan penguapan dan mengakibatkan kulit
MAE lebih sering dalam keadaan lembab. Keadaan tersebut menimbulkan edema
di kulit MAE yang dirasa gatal sehingga mendorong penderita mengorek telinga,
trauma yang timbul akan memperberat infeksi.
3.3.3.4.5.Faktor Risiko

Suka membersihkan atau mengorek-ngorek telinga dengan cotton buds, ujung jari
atau alat lainnya

Kelembaban merupakan foktor yang penting untuk terjadinya otitis eksterna.

Sering berenang, air kolam renang menyebabkan maserasi kulit dan merupakan
sumber kontaminasi yang sering dari bakteri

Penggunaan bahan kimia seperti hairsprays, shampoo dan pewarna rambut yang
bisa membuat iritasi dan mematahkan kulit rapuh, yang memungkinkan bakteri dan
jamur untuk masuk

kondisi kulit seperti eksema atau dermatitis di mana kulit terkelupas atau pecah, dan
tidak bertindak sebagai penghalang atau pelindung dari kuman atau jamur

kanal telinga sempit

infeksi telinga tengah

diabetes.

3.3.3.4.6.Patofisiologi

Secara alami, sel-sel kulit yang mati, termasuk serumen, akan dibersihkan dan
dikeluarkan dari gendang telinga melalui liang telinga. Cotton bud (pembersih kapas telinga)
dapat menganggu mekanisme pembersihan tersebut sehingga sel-sel kulit mati dan serumen
akan menumpuk di sekitar gendang telinga. Masalah ini juga diperberat oleh adanya susunan
anatomis berupa lekukan pada liang telinga.

Keadaan diatas dapat menibulkan timbunan air yang masuk ke dalam liang telinga
ketika mandi atau berenang. Kulit yang basah, lembab, hangat, dan gelap pada liang telinga
merupakan tempat yang baik bagi pertumbuhan bakteri dan jamur.
Adanya faktor presdiposisi otitis eksterna dapat menyebabkan berkurangya lapisan
protektif yang menimbulkan edema epitel skuamosa. Keadaan ini menimbulkan trauma lokal
yang memudahkan bakteri masuk melalui kulit, terjadi inflamasi dan cairan eksudat. Rasa
gatal memicu terjadinya iritasi, berikutnya infeksi lalu terjadi pembengkakan dan akhirnya
menimbulkan rasa nyeri.

Proses infeksi menyebabkan peningkatan suhu lalu menimbulkan perubahan rasa


nyaman dalam telinga. Selain itu, proses infeksi akan mengeluarkan cairan/nanah yang bisa
menumpuk dalam liang telinga (meatus akustikus eksterna) sehingga hantaran suara akan
terhalang dan terjadilah penurunan pendengaran

Otitis eksterna sirkumkripta (furunkel/bisul) terjadi oelh karen kulit sepertiga luar
liang telinga mengandung adneksa kulit, seperti folikel rambut, kelenjar sebasea dan kelenjar
serumen maka di tempat tersebut dapat terjadi infeksi pada pilosebaseus sehingga
membentuk furunkel. Kuman penyebab biasanya adalah staphylococus aureus atau
sthapylococus albus.

Otitis eksterna difus biasanya mengenai kulit liang telinga dua pertiga dalam. Tampak
kulit liang telinga hiperemis dan edema yang tidak jelas batasnya. Kuman penyebab biasanya
adalah staphylococcus aureus, escherichia coli dan sebagainya. Otitis eksterna difus dapat
juga terjadi sekunder pada otitis media supuratif kronis.

Otalgi pada otitis eksterna disebabakan :

Kulit liang telinga luar beralaskan periostium dan perikondrium bukan bantalan
jaringan lemak sehingga memudahkan cedera atau trauma. Selain itu, edema dermis
akan menekan serabut saraf yang mengakibatkan rasa sakit yang hebat.

Kulit dan tulang rawan 1/3 luar liang telinga luar bersambung dengan kulit dan tulang
rawan daun telinga sehingga gerakan sedikit saja pada daun telinga akan dihantarkan
ke kulit dan tulang rawan liang telinga luar sehingga mengakibatkan rasa sakit yang
hebat pada penderita otitis eksterna.

3.3.5 Otitis Eksterna Sirkumskripta( furunkulosis = bisul ) gambar

Merupakan radang pada 1/3 lateral canalis auditori eksterna yang terinfeksi pada
pilosebaseus sehingga membentuk furunkel. Disebabkan oleh bakteri Staphylococcus aureus
dan Staphylococcus albus.
Gejala rasa nyeri yang hebat, nyeri saat aurikula digerakkan, nyeri saat membuka
mulut dan tidak sesuai dengan besar bisul/furunkel, karena kulit liang telinga tidak
mengandung jaringan longgar di bawahnya sehingga rasa nyeri timbul pada penekanan
perikondrium. Dapat terjadi penurunan pendengaran, kalau furunkel yang besar menyumbat
telinga.

Terapi tergantung pada keadaan furunkel. Bila sudah abses, diaspirasi secara steril
untuk mengeluarkan nanahnya. Lokal diberikan antibiotik dalam bentuk salep seperti
polymixin B atau bacitracin atau antiseptik (asam asetat 2-5% dalam alkohol 2%). Bila
terdapat furunkel dilakukan insisi kemudian dipasang drain untuk mengalirkan nanah.
Diberikan obat simtomatik seperti analgesik dan penenang.

3.3.6 Otitis Eksterna Difusa

3.3.6.1.Defenisi

Merupakan radang canalis auditori eksterna 2/3 medial. Tampak kulit liang telinga
hiperemis dan edema yang tidak jelas batasnya.

3.3.6.2.Etiologi

Disebabkan oleh golongan Pseudomonas dan dapat juga terjadi sekunder pada otitis media
supuratif kronis.

3.3.6.3 manifestasi klinis

Gejalanya adalah nyeri tekan tragus, liang telinga sangat sempit, kadang kelenjar
getah bening regional membesar dan nyeri tekan, terdapat sekret yang berbau. Sekret ini tidak
mengandung lendir seperti sekret yang keluar dari kavum timpani pada otitis media

3.3.6.4 Terapi

Terapi dengan membersihkan liang telinga, memasukkan tampon yang mengandung


antibiotik ke liang telinga supaya terdapat kontak yang baik antara obat dengan kulit yang
meradang. Kadang-kadang diperlukan antibiotik sistemik.
3.3.6.5. Diagnosis

Untuk menegakkan diagnosis dari otitis eksterna dapat diperoleh dari


anamnesis dan pemeriksaan fisik yang meliputi:

Anamnesa

Pasien melaporkan gejala berikut:

Rasa sakit di dalam telinga (otalgia) bisa bervariasi dari yang hanya berupa rasa tidak
enak sedikit, perasaan penuh didalam telinga, perasaan seperti terbakar hingga rasa sakit
yang hebat serta berdenyut. Meskipun rasa sakit sering merupakan gejala yang dominan,
keluhan ini juga sering merupakan gejala mengelirukan. Rasa sakit bisa tidak sebanding
dengan derajat peradangan yang ada. Ini diterangkan dengan kenyataan bahwa kulit dari
liang telinga luar langsung berhubungan dengan periosteum dan perikondrium, sehingga
edema dermis menekan serabut saraf yang mengakibatkan rasa sakit yang hebat. Lagi
pula, kulit dan tulang rawan 1/3 luar liang telinga bersambung dengan kulit dan tulang
rawan daun telinga sehingga gerakan yang sedikit saja dari daun telinga akan dihantarkan
ke kulit dan tulang rawan dari liang telinga luar dan mengkibatkan rasa sakit yang hebat
dirasakan oleh penderita otitis eksterna.

Rasa penuh pada telinga merupakan keluhan yang umum pada tahap awal dari otitis
eksterna difusa dan sering mendahului terjadinya rasa sakit dan nyeri tekan daun telinga.

Gatal merupakan gejala klinik yang sangat sering dan merupakan pendahulu rasa sakit
yang berkaitan dengan otitis eksterna akut. Pada kebanyakan penderita rasa gatal disertai
rasa penuh dan rasa tidak enak merupakan tanda permulaan peradangan suatu otitis
eksterna akuta.

Kurang pendengaran mungkin terjadi pada akut dan kronik dari otitis eksterna. Edema
kulit liang telinga, sekret yang serous atau purulen, penebalan kulit yang progresif pada
otitis eksterna yang lama sering menyumbat lumen kanalis dan menyebabkan timbulnya
tuli konduktif. Keratin yang deskuamasi, rambut, serumen, debris, dan obat -obatan yang
digunakan kedalam telinga bisa menutup lumen yang mengakibatkan peredaman
hantaran suara.
Gambar 15 : Radang Saluran Telinga Luar

Pemeriksaan Fisisk

Temuan pemeriksaan fisik dapat mencakup sebagai berikut:

MAE terisi sekret serus (alergi), purulen (infeksi kuman), keabu-abuan atau kehitam-
hitaman (jamur)

Kulit MAE oedema, hiperemi merata sampai membran timpani

Pembesaran kelenjar regiomal: daerah servikal antero-superior, paritis atau retro-


aurikuler

Pada furunkel didapatakn oedem, hiperemi pada pars kartilageneus MAE, nyeri tarik
aurikula dan nyeri tekan tragus. Bila oedema hebat membran timpani dapat tidak tampak

Tanda otitis ekstern menggunakan otoskop yaitu kulit pada saluran telingga tampak
hiperemi, oedema, bisa berisi nanah dan serpihan sel-sel kulit yang mati.

Demam (jarang)

Pada kasus yang berat, infeksi dapat menyebar ke jaringan lunak sekitarnya, termasuk
kelenjar parotis. Ekstensi tulang juga dapat terjadi ke dalam tulang mastoid, sendi
temporomandibular, dan dasar tengkorak, dalam hal saraf kranial VII (wajah), IX
(glossopharingeus), X (vagus), XI (aksesori), atau XII (hypoglossal) dapat terpengaruh.

Diagnosa Banding
Otitis Media Akut

Otitis Eksterna Bulosa

Furunkulosis Dan Karbunkulosis

Dermatitis. Seperti Psoriasis Dan Dermatitis Seboroik

Penatalaksanaan

Terapi utama dari otitis eksterna melibatkan manajemen rasa sakit, pembuangan
debris dari kanalis auditorius eksternal, penggunaan obat topikal untuk mengontrol
edema dan infeksi, dan menghindari faktor pencetus.

Dengan lembut membersihkan debris dari kanalis auditorius eksternal dengan irigasi atau
dengan menggunakan kuret plastik lembut atau kapas di bawah visualisasi langsung.
Pembersihan kanal meningkatkan efektivitas dari obat topikal.

Obat topikal oral biasanya termasuk asam ringan (untuk mengubah pH dan untuk
menghambat pertumbuhan mikroorganisme), kortikosteroid (untuk mengurangi
peradangan), agen antibiotik, dan / atau agen antijamur.

Infeksi ringan: otitis eksterna ringan biasanya merespon dengan penggunaan agen
acidifying dan kortikosteroid. Sebagai alternatif, campuran perbandingan (2:1) antara
alkohol isopropil 70% dan asam asetat dapat digunakan.

Infeksi sedang: Pertimbangkan penambahan antibiotik dan antijamur ke agen acidifying


dan kortikosteroid.
Antibiotik oral digunakan pada pasien dengan demam, imunosupresi, diabetes,
adenopati, atau pada individu-individu dengan ekstensi infeksi di luar saluran telinga.

Dalam beberapa kasus, kasa (dengan panjang 1/4 inci) dapat dimasukkan ke dalam kanal,
dan obat ototopic dapat diterapkan secara langsung ke kasa (2-4 kali sehari tergantung
pada frekuensi ). Setelah kasa digunakan, harus dicabut kembali 24-72 jam setelah
insersi.

Dalam kasus pasien dengan tympanostomy atau diketahui adanya perforasi, persiapan
non-ototoxic topical (misalnya, fluorokuinolon, dengan atau tanpa steroid).

3.3.7.Otitis Eksterna Maligna

Merupakan infeksi difus di liang telinga luar dan struktur lain yang ada disekitarnya.
Sering terjadi pada orangtua dengan penyakit diabetes melitus. Pada otitis eksterna maligna
peradangan dapat meluas secara progresif ke lapisan subkutis dan organ sekitarnya sehingga
dapat menimbulkan kelainan berupa kondritis, osteitis dan osteomielitis yang mengakibatkan
kehancuran temporal.

3.3.7.1.Etiologi

Organisme penyebab otitis eksterna maligna adalah Pseudomonas aeruginosa


menempati 80-85 %. Organisma penyebab yang lainnya seperti Streptococcus aureus,
golongan Proteus, serta golongan Aspergillus

3.3.7.2.Patofisiologi

Otitis eksterna maligna merupakan infeksi yang menyerang meatus akustikus


eksternus dan tulang temporal. Organisme penyebabnya adalah Pseudomonas aeruginosa,
dan paling sering menyerang pasien diabetik usia lanjut. Pada penderita diabetes, pH
serumennya lebih tinggi dibanding pH serumen non diabetes. Kondisi ini menyebabkan
penderita diabetes lebih mudah terjadi otitis eksterna. Akibat adanya
faktor immunocompromize dan mikroangiopati, otitis eksterna berlanjut menjadi otitis
eksterna maligna. Infeksi dimulai dengan otitis eksterna yang progresif dan berlanjut menjadi
osteomielitis pada tulang temporal. Penyebaran penyakit ini keluar dari liang telinga luar
melalui Fisura Santorini dan osseocartilaginous junction.

Otitis eksterna maligna menyebar melalui Fisura Santorini untuk sampai ke dasar
tulang tengkorak. Data histopatologi menunjukkan bahwa infeksi menyebar sepanjang
vaskuler. Di bagian anterior dapat mempengaruhi fossa mandibula dan kelenjar parotis. Di
sebelah anteromedial infeksi, dapat menyebar ke arteri karotis. Selain itu juga dapat
menyebar melalui tuba eustachius untuk sampai ke fossa infratemporal dan nasofaring.
Hipestesia ipsilateral dapat terjadi jika saraf kelima dilibatkan. Penyebaran ke intrakranial
dapat menyebabkan meningitis, abses otak, kejang dan kematian. Bagian posteroinferior
dapat menyebabkan flebitis dan trombosis supuratif bulbus juguler dan sinus sigmoid. Ini
dapat menyebabkan mastoiditis dan kelumpuhan saraf fasial. Penyebaran secara inferior
dapat menyebabkan paralisis saraf glosofaringeal (IX), vagus (X), hipoglosus (XI), dan
aksesorius (XII), menyebabkan disfagia, aspirasi dan suara serak.

Gambar 16. Gambaran anatomi tempat terjadinya infeksi pada otitis eksternal maligna

3.3.7.3.Manifestasi Klinis

Gejala otitis eksterna maligna adalah: rasa gatal di liang telinga yang dengan cepat
diikuti dengan nyeri, sekret yang banyak serta pembengkakan liang telinga. Kemudian rasa
nyeri tersebut akan semakin hebat, liang telinga tertutup oleh jaringan granulasi yang cepat
tumbuhnya. Saraf fasialis dapat terkena, sehingga menimbulkan paresis atau paralisis fasial.
Kelainan patologik yang penting adalah osteomielitis yang progresif, yang disebabkan
oleh kuman Pseudomonas aeroginosa. Penebalan endotel yang mengiringi diabetes mellitus
berat, kadar gula darah yang tinggi yang diakibatkan oleh infeksi sedang aktif, menimbulkan
kesulitan pengobatan yang adekuat.

Penyakit ini dapat membahayakan dan kecurigaan lebih tinggi ditujukan pada pasien
dengan diabetes atau immunocompromized state atau berumur lanjut. Tanda khas yang
dijumpai dari otoskopi pada penyakit ini adalah otitis eksterna dengan jaringan granulasi
sepanjang posteroinferior liang telinga luar (pada bony cartilaginous junction) disertai lower
cranial neuropathies (N. VII, IX, X, XI) yang biasanya juga disertai dengan nyeri pada
daerah yang dikenai (otalgia). Eksudat pada liang telinga dan membrane timpani intak.

Benecke membagi Otitis Eksterna Maligna atas 3 stadium, yaitu :


1. Infeksi terbatas pada jaringan lunak dan kartilago liang telinga.
2. Dijumpai keterlibatan jaringan lunak dan erosi tulang temporal
3. Perluasan intracranial atau erosi diluar tulang temporal.

3.3.7.4.Diagnosis

Diagnosis otitis eksterna nektrotikan dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis,


pemeriksaan fisis dan pemeriksaan penunjang seperti laboratorium dan radiologi. Empat
gejala yang menonjol adalah otalgia yang menetap lebih dari 1 bulan, otore purulen dan
menetap dengan adanya jaringan granulasi dalam beberapa minggu, riwayat diabetes
mellitus, status imun yang rendah dan usia lanjut, dan adanya gangguan saraf kranial.

Anamnesis

Pasien yang menderita otitis eksterna maligna umumnya usia lanjut, menderita
diabetes. Adanya otalgia, sakit kepala temporal, otore purulen dapat ditemukan pada
pasien ini. Kadang kadang pasien mempunyai riwayat penggunaan antibiotik dan obat
tetes telinga pada otitis eksterna tanpa adanya perubahan gejala yang bermakna.
Pemeriksaan Fisis

Pada pemeriksaan inspeksi dapat ditemukan adanya kulit yang


mengalami inflamasi, hiperemis, udem dan tampak jaringan granulasi pada dasar meatus
akustikus eksternus. Biasanya disertai dengan kelumpuhan saraf fasial, dan perlu
memeriksa saraf kranial V XII.

Gambar 17. Gambaran otitis eksterna maligna dengan adanya pus yang keluar dari liang telinga
yang sudah nekrosis. Kelihatan aurikula membengkak dan kehilangan bentuk di daerah yang
terdiri dari kartilago.

Pemeriksaan Penunjang:

Laboratorium

Pada pemeriksaan laboratorium, dapat ditemukan adanya peningkatan jumlah


leukosit, laju endap darah dan gula darah sewaktu. Pemeriksaan kultur yang diperoleh
dari sekret liang telinga sangat diperlukan untuk sensitivitas antibiotik. Penyebab
utamanya adalah P. aeruginosa. Organisme ini merupakan bakteri aerob, dan gram
negatif. Pseudomonas sp. mempunyai lapisan yang bersifat mukoid yang digunakan pada
saat fagositosis. Eksotoksin dapat menyebabkan jaringan mengalami nekrosis dan
beberapa golongan lainnya menghasilkan neurotoksin yang dapat menimbulkan
neuropati.

Radiologi

Pemeriksaan tambahan dapat berupa foto X-ray mastoid (foto Schuller). Pada foto
X-ray ini ditemukan adanya perselubungan air cell mastoid dan destruksi tulang.

Ga mbar 18. Foto Schuller kanan ta mpak ga mbaran ma stoiditis kronik (bulatan
me rah)

CT-Scan dapat menunjukkan adanya dekstruksi tulang di sekitar dasar tulang


tengkorak dan meluas ke intrakranial. Pemeriksaan dengan teknik nuklir baik digunakan pada
stadium awal. Scan Technetium (Tc) methylene diphosphonate menunjukkan area yang
mengalami osteogenesis dan osteolisis. Sedangkan Gallium (Ga) menunjukkan jaringan lunak
yang mengalami inflamasi.

3.3.8.Infeksi jamur( Otomikosis )

3.3.8.1.Definisi

Otomikosis atau otitis eksterna fungi adalah infeksi akut, subakut, dan kronik pada epitel
skuamosa dari kanalis auditorius eksterna oleh ragi dan filamen jamur. Komplikasinya dapat
mencapai ke telinga tengah dan kavitas terbuka mastoid. Meskipun jamur merupakan patogen primer,
hal ini bisa juga dampak dari infeksi kronis dari kanalis eksternus atau telinga tengah.

3.3.8.2.Etiologi

Infeksi jamur di liang telinga dipermudah oleh kelembaban yang tinggi di suatu daerah.
Jamur yang menyebabkan otomikosis pada umumnya adalah spesies jamur saprofit yang
berlimpah di alam dan bentuk itu adalah bagian dari flora komensalis dari EAC yang sehat.
Jenis jamur yang paling sering adalah Pityrosporum dan Aspergillus (A. niger, A. flavus, A.
funigatus, A. terreus), Candida albikans, dan C. parapsilosis (yeast-like fungi) juga sering.
Kadang-kadang juga ditemukan Phycomycetes, Rhizopus, Actinomyces, dan Penicillium.

Pada penelitian pasien otomikosis Kumar (2005) didapatkan prevalensi penyebabnya


Aspergillus fumigates (34,14%), Candida Albicans (11%), Candida pseudotropicalis (1,21%)
dan Mucor sp (1,21%). Beberapa peneliti melaporkan adanya organisme penyebab lainnya
seperti Penicillium sp dan spesies lain seperti Candida seperti C.parapsilosis, C.gulliermondi
dengan berbagai persentasi.

3.3.8.3.Faktor Predisposisi

Faktor predisposisi otomikosis adalah kebiasaan penggunaan alat pembersih telinga,


dermatitis, kurangnya kebersihan, individu dengan immunocompromised, penyakit telinga
sebelumnya, penggunaan berkepanjangan dari obat antibiotik tetes telinga, antibiotik
spektrum luas, steroid, dan terpapar dengan kemotera. Selain itu, sering juga menyerang
pasien yang melakukan mastoidektomi open cavity dan mereka yang menggunakan alat bantu
dengar.

Otomikosis dapat terjadi karena hilangnya proteksi lipid atau asam dari telinga.
Kegagalan dari mekanisme pertahanan dari telinga (perubahan pada lapisan epitel, perubahan
PH, perubahan kualitas dan kuantitas serumen, infeksi bakteri, alat bantu dengan atau
prosthesis hearing, trauma yang ditimbulkan sendiri (membersihkan telinga menggunakan Q-
tips, berenang, atau neoplasma).

Host dengan immunocompromised lebih rentan menderita otomikosis. Pasien dengan


diabetes, lymphoma atau AIDS dan pasien yang menjalani atau mendapatkan kemoterapi atau
terapi radiasi memiliki resiko tinggi untuk terjadinya komplikasi dari otomikosis.

3.3.8.4.Patofisiologi
Serumen memiliki bahan antimikotik, bakteriostatik, dan perangkap serangga. Serumen
terdiri dari lipid (46-73%), protein, asam amino bebas, dan ion mineral yang juga
mengandung lisozim, imunoglobulin dan asam lemak. Asam lemak rantai panjang terdapat
pada kulit yang tidak rusak dapat mencegah pertumbuhan bakteri. Karena ia memiliki
komposisi hidrofobik, serumen memiliki kemampuan menghambat air, membuat permukaan
kanal tidak permeabel dan mencegah maserasi dan kerusakan epitel.

Pada hasil penelitian didapatkan C. Albicans dan C. parapsilosis dan jamur mycelia
yang lainnya adalah bagian dari flora normal dari EAC dan terkadang bergeser ke status
patogen dibawah pengaruh beberapa faktor.

Mikroorganime normal ditemukan pada EAC seperti Staphylococcus epidermis,


Corrynebacterium sp, Bacillus sp, Gram-positive cocci (Staphylococcus aureus,
Streptococcus sp, non-patogen micrococci), Gram negative bacilli (Pseudomonas aeruginosa,
Escheria coli, Haemophilus influenza, Moraxella catharalis, dll) dan jamur mycelia dari
genus Aspergillus dan Candida sp. Mikroorganisme komensal ini tidak patogen hingga
keseimbangan antara bakteri dan jamur terjaga.

Beberapa faktor yang menyebabkan transformasi jamur saprofit menjadi patogen antara
lain:

Faktor lingkungan (panas, kelembaban) biasa didapatkan pasien padasaat musim panas
dan gugur.
Perubahan pada epitel yang menutupi (penyakit dermatologi, mikro trauma)
Peningkatan PH pada EAC (mandi). Ozcan et al (2003) mendapati perenang memiliki
faktor predisposisi untuk otomikosis.
Pergeseran kualitas dan kuantitas serumen.
Faktor sistemik (perubahan imunitas, penyakit yang melemahkan, kortikosteroid,
antibiotik, sitostatik, neoplasia). Jackman et al (2005) mendapati ofloxacin berkontribusi
dalam perkembangan otomikosis.
Riwayat otitis bakterialis, otitis media supuratif kronis (OMSK) dan post bedah mastoid.
Kontaminasi bakteri dari kulit EAC awalnya terjadi pada OMSK atau otitis media
eksternus. Kerusakan pada permukaan epitel adalah media yang baik bagi pertumbuhan
mikroorganisme. Kerusakan epitel juga menyebabkan penurunan sekresi apokrin dan
glandula serumen dimana mengubah lingkunga EAC menjadi cocok untuk pertumbuhan
mikroorganisme (pH normal 3-4).
Dermatomikosis dapat menjadi faktor resiko untuk rekurensi karena autoinokulasi
menjadi mungkin di antara bagian-bagian dari tubuh.
Kondisi dan kebiasaan sosial. Penutup kepala tradisional contohnya dapat meningkatkan
kelembaban dari kanal telinga dan menciptakan lingkungan yang ideal untuk
pertumbuhan jamur.

Jamur melimpah pada tanah atau pasir yang mengandung bahan organik yang
membusuk. Materi ini cepat mengering pada kondisi tropis dan tertiup oleh angin sebagai
partikel debu yang kecil. Spora jamur yang menyebar melalui udara terbawa oleh uap air,
suatu fakta bahwa adanya hubungan antara tingginya jumlah infeksi dengan monsoon,
dimana terjadi peningkatan kelembapan relatif hingga 80%.

Jamur mengakibatkan inflamasi, eksfoliasi epitel superfisial, massa debris yang


mengandung hifa, supurasi, dan nyeri. Karakteristik yang paling banyak ditemukan pada
pemeriksaan telinga adalah munculnya debris tebal berwarna putih keabu-abuan yang sering
dikenal sebagai wet blotting paper.

Jamur tidak pernah menonjol keluar dari EAC, bahkan pada kasus kronis sekalipun.
Hal ini dikarenakan jamur tidak menemukan kebutuhan nutrisinya di luar EAC. Hasil
penelitian terbaru didapatkan pertumbuhan Aspergillus ditemukan paling banyak pada
temperatur 370C, sebuah fakta bahwa kondisi klinis ini didukung oleh predileksi dari jamur
untuk tumbuh di sepertiga dalam dari EAC.

3.3.8.5.Gambaran Klinis

Gejala dari otitis eksterna bakteri dan otomikosis sering sulit dibedakan. Bagaimanapun
pruritus merupakan karakteristik paling sering dari infeksi mikosis dan juga tidak nyaman di
telinga, otalgia (nyeri telinga), rasa penuh di liang telinga, rasa terbakar pada telinga,
ottorhoea, hilangnya pendengaran, tinnitus, keluarnya cairan tetapi sering juga tanpa keluhan.

Pytirosporum menyebabkan terbentuknya sisik yang menyebabkan terbentuknya sisik


yang menyerupai ketombe dan merupakan perdisposisi otitis eksterna bakterialis maupun
furunkel. Demikian pula dengan jamur Aspergillus. Jamur ini terkadang didapatkan di liang
telinga tanpa adanya gejala apapun kecuali rasa tersumbat dalam telinga, atau dapat berupa
peradangan yang menyerang epitel kanalis atau gendang telinga dan menimbulkan gejala-
gejala akut. Kadang-kadang didapatkan pula Candida albicans.
Pada otoskopi sering ditemukan mycelia yang dapat menegakkan diagnosis. EAC
menjadi eritem dan debris jamur tampak putih, abu-abu, atau hitam. Pasien biasanya tidak
ada perbaikan signifikan dengan pengobatan antibiotik. Diagnosis dapat dikonfirmasi dengan
preparasi KOH atau positifnya kultur jamur.

Karakteristik pemeriksaan fisik dari infeksi jamur pada umumnya terlihat hifa halus dan
spora (conidiophores) tampak pada Aspergillus Candida, ragi, mycelia dengan karakteristik
putih ketika bercampur dengan serumen menjadi kekuningan.

Infeksi kandida dapat lebih sulit dideteksi secara klinis karena kurangnya penampakan
karakteristik layaknya Aspergillus seperti otorrhea dan tidak respon terhadap antimikroba.
Otomikosis oleh kandida biasanya diidentifikasi oleh data kultur.

3.3.8.6.Pemeriksaan Laboratorium

Morfologi dari koloni dapat membedakan antara yeast-like dan filamentous fungi.
Mayoritas koloni dengan krim putih, halus, dan kasar adalah ragi atau, sangat jarang, yeast-
like colonies dari jamur dimorfik. Filamentous fungi cenderung tumbuh membentuk debu,
helaian, untaian, berudu, atau lipatan yang terlihat dengan rentang berbagai warna seperti
putih, kuning, hijau, biru kehijauan, hitam, dll.

3.3.8.7.Diagnosis Banding

Otomikosis terkadang sulit dibedakan dari otitis eksterna terutama otitis eksterna
difusa. Infeksi campuran kadang terjadi. Biasanya isolasi bakteri terdiri dari negative
coagulase staphylococci, pseudomonas sp., Staphylococcus aureus, E. coli, dan Klebsialla sp.
Infeksi jamur dapat juga berkembang dari OMSK.

3.3.8.8.Terapi

Pengobatannya adalah dengan membersihkan liang telinga. Larutan asam asetat 2%


dalam alkohol, larutan iodium povidon 5% atau tetes telinga yang mengandung campuran
antibiotik dan steroid yang diteteskan ke liang telinga biasanya dapat menyembuhkan.
Kadang-kadang diperlukan juga obat anti jamur yang dibagi menjadi tipe non-spesifik dan
spesifik.

Non-spesifik
Boric acid adalah medium asam dan sering digunakan sebagai antiseptik dan
insektisida. Dapat diberikan bila penyebabnya adalah Candida Albicans.
Gentian Violet
Castellanis paint (acetone, alkohol, fenol, fuchsin, resocinol)
Cresylate (merthiolate, M-cresyl acetate, propyleneglycol, bric acid, dan alkohol)
Nystatin adalah antibiotik makrolid polyene yang dapat menghambat sintesis sterol di
membran sitoplasma. Keuntungan dari nistatin adalah tidak diserap oleh kulit yang
intak. Dapat diresepkan dalam bentuk krim, salep, atau bedak. Efektif hingga 50-80%.
Azole adalah agen sintetis yang mengurangi konsentrasi ergosterol, sterol esensial pada
membran sitoplasma normal.

Spesifik
Clotrimoxazole digunakan secara luas sebagai topikal azole. Efektif hingga 95-100%.
Clotrimoxazole memiliki efek bakterial dan ini adalah keuntungan untuk mengobati
infeksi campuran bakteri-jamur. Clotrimazole tersedia dalam bentuk bubuk, lotion, dan
solusio dan telah dinyatakan bebas dari efek ototoksik.
Ketokonazole dan fluconazole memiliki spektrum luas. Ketokonazole (2% krim) efektif
hingga 95-100% melawan Aspergillus dan C. Albicans. Fluconazole topikal efektif
hingga 90% kasus.
Miconazole (2% krim) adalah imidazole yang telah dipercaya kegunaannya selama
lebih dari 30 tahun untuk pengobatan penyakit superfisial dan kulit. Agen ini dibedakan
dari azole yang lainnya dengan memiliki dua mekanisme dalam aksinya. Mekanisme
pertama adalah inhibisi dari sintesis ergosterol. Mekanisme kedua dengan inhibisi dari
peroksida, dimana dihasilkan oleh akumulasi peroksida pada sel dan menyebabkan
kematian sel. Efektif hingga 90%.
Bifonazole. Solusio 1% memiliki potensi sama dengan klotrimazol dan miconazole.
Efektif hingga 100%.
Itraconazole memiliki efek in vitro dan in vivo melawan spesies Aspergillus.

Bentuk salep lebih memiliki beberapa keuntungan dibandingkan dengan formula tetes
telinga karena dapat bertahan di kulit untuk waktu yang lama. Salep lebih aman pada kasus
perforasi membran timpani karena akses ke telinga tengah sedikit diakibatkan tingginya
viskositas. Penggunaan cresylate dan gentian violet harus dihindari pada pasien dengan
perforasi MT karena memiliki efek iritasi pada mukosa telinga tengah.

Serta menghentikan penggunaan antibiotik topikal bila dicurigai sebagai penyebabnya.


Pada pasien immunocompromised, pengobatan otomikosis harus lebih kuat untuk mencegah
komplikasi seperti hilangnya pendengaran dan infeksi invasif ke tulang temporal.
Otomikosis terkadang sulit diatasi walaupun telah diobati dengan pengobatan yang
sesuai. Maka dari itu perlu ditentukan apakah kondisi ini akibat penyakit otomikosis itu
sendiri atau berhubungan dengan gangguan sistemik lainnya atau hasil dari gangguan
immunodefisiensi yang mendasari.

Pengobatan lain selain medikamentosa yaitu menjaga telinga tetap kering dan
mengarahkan pada kembalinya kondisi fisiologis dengan mencegah gangguan pada EAC.

3.3.3.8.9.Komplikasi

Perforasi membran dapat terjadi sebagai komplikasi dari otomikosis yang bermula pada
telinga dengan membran timpani intak. Insidens perforasi timpani pada mikosis ditemukan
menjadi 11%. Perforasi lebih sering terjadi pada otomikosis yang disebabkan oleh Candida
Albicans. Kebanyakan perforasi terjadi bagian malleus yang melekat pada membran timpani.
Mekanisme dari perforasi dihubungkan dengan trombosis mikotik dari pembuluh darah
membran timpani, menyebabkan nekrosis avaskuler dari membran timpani. Enam pasien
pada grup immunocompromised mengalami perforasi timpani. Perforasi kecil dan terjadi pada
kuadran posterior dari membran timpani. Biasanya akan sembuh secara spontan dengan
pengobatan medis. Jarang namun jamur dapat menyebabkan otitis eksterna invasif , terutama
pada pasien immunocompromised. Terapi antifungal sistemik yang adekuat sangat diperlukan
pada pasien ini.
Gambar 19. CT-Scan kepala yang menunjukkan kerusakan jaringan lunak pada MAE kiri,
tulang mastoideus kiri, fossa infra-temporalis dan dasar tulang tengkorak (anak panah)

3.3.8.10.Diagnosis Banding

Otitis media supuratif akut

Otitis media supuratif kronik adalah infeksi kronis di telinga tengah dengan perforasi
membrane timpani dan sekret yang keluar dari tengah terus-menerus atau hilang timbul dan
sekretnya mungkin encer, kental, bening atau berupa nanah. Terjadinya otitis media supuratif
kronik adalah disebabkan oleh adanya gangguan fungsi pada tuba eustachius atau infeksi
yang lama pada bagian telinga tengah. Sebagian besar otitis media supuratif kronik
merupakan kelanjutan dari otitis media akut dengan perforasi membrane timpani yang sudah
terjadi lebih dari 2 bulan. Otitis media supuratif kronik menimbulkan gejala otore dengan
sekret yang bersifat purulen atau mukoid tergantung dari stadium peradangan, gangguan
pendengaran, otalgia dan vertigo.

Otitis eksterna difus

Biasanya mengenai kulit liang telinga dua pertiga dalam. Tampak kulit liang telinga
hiperemis dan edema yang tidak jelas batasnya. Kuman penyebab biasanya golongan
Pseudomonas. Kuman lain yang dapat sebagai penyebabnya adalah Staphylococcus albus,
Escherichia coli dan sebagainya. Otitis eksterna difus dapat juga terjadi sekunder pada otitis
media supuratif kronis. Gejalanya adalah nyeri tekan tragus, liang telinga sangat sempit,
kadang kelenjar getah bening membesar dan nyeri tekan, terdapat sekret yang berbau. Sekret
ini tidak mengandung lendir (musin) seperti sekret yang keluar dari kavum timpani pada
otitis media.

Otomikosis

Infeksi jamur diliang telinga dipermudah dengan kelembaban yang tinggi didaerah
tersebut. Yang tersering adalah Pityrosporum dan Aspergillus. Kadang-kadang ditemukan
juga Candida albicans atau jamur lain. Pityrosporum menyebabkan terbentuknya sisik yang
menyerupai ketombe dan merupakan predisposisi otitis eksterna bakterialis. Gejala biasanya
berupa rasa gatal dan rasa penuh di liang telinga, tapi sering pula tanpa keluhan.

3.3.8.11.Pengobatan

Pengobatan harus cepat diberikan sesuai dengan hasil kultur dan resistensi. Mengingat
kuman penyebab tersering adalah Pseudomonas aeroginosa, diberikan antibiotika dosis
tinggi yang sesuai dengan Pseudomonas aeroginosa. Sementara menunggu hasil kultur dan
resistensi, diberikan golongan fluoroquinolone (ciprofloxacin) dosis tinggi peroral. Pada
keadaan yang lebih berat diberikan antibiotika parenteral kombinasi dengan antibiotika
golongan aminoglikosida yang diberikan selama 6-8 minggu.

Antibiotika yang sering digunakan adalah ciprofloxacin, ticarcilin-clavulanat,


piperacilin (dikombinasi dengan aminoglikosida), ceftriaxone, ceftazidine, cefepime dan
gentamisin.

Disamping obat-obatan, sering kali diperlukan juga tindakan membersihkan luka


(debrideman) secara radikal. Tindakan membersihkan luka yang kurang bersih akan dapat
menyebabkan makin cepatnya penjalaran penyakit.

3.3.8.12.Komplikasi

Pada otitis eksterna maligna peradangan meluas secara progresif kelapisan subkutis,
tulang rawan dan ke tulang sekitarnya, sehingga timbul kondritis, osteitis dan osteomielitis
yang menghancurkan tulang temporal

3.3.8.13.Prognosis

Rekurensi penyakit dilaporkan sekitar 9% - 27%. Hal ini berhubungan dengan


lamanya pemberian terapi yang tidak adekuat dan manifestasi klinik berupa sakit kepala dan
otalgia, bukan otorea. Otitis eksterna nekrotikan dapat kambuh kembali setelah satu tahun
pengobatan komplit. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Chandler, rata rata kematian
sekitar 50% tanpa pengobatan. Kematian berkurang sampai 20% dengan ditemukannya
antibiotik yang cocok. Penelitian terbaru melaporkan bahwa angka kematian turun sampai
10%, tetapi kematian tetap tinggi pada pasien dengan neuropati atau adanya komplikasi
intrakranial.

3.3.9.Herpes Zoster Otikus ( penyakit Ramsay Hunt ) gambar

Hespes zoster otikus adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus varicell
zoster.virus ini menyerang satu atau lebih dermatom saraf kranial.dapat mengenai saraf
trigeminus,ganglion genikulatum dan radiks servikalis bagiaan atas.keadaan ini disebut juga
sindroma Ramsay Hunt.tampak lesi kulit yang vesukulr pada kulit di daerah muka sekitar
liang telinga, otalgia dan terkadang disertai paralisis otot wajah pada keadaan yang berat
ditemukan gangguan pendengaran berupa tuli sensorineural. Pengobatan sesuai dengan
tatalaksana herpes zoster

3.3.10. dermatitis Ekzematosa

Ahli THT tidak jarang menemukan suatu lesi yang melibatkan liang telinga, meatus
dan konka di dekatnya,yang dicirikan oleh kemerahan , rasa gatal, pembengkakan, dan
stdium eksudat cair yang diikuti pembentukan krusta. Perbedaan antara dermatosis primer
dengan infeksi mungkin sulit. Suatu dermatitis seroboik atau suatu reaksi kulit akibat
kepekaan terhadap noemisin dapat tampil dengan pola demikian .

bila auricula cukup luas dan lesinya meluas,maka dapat diajurkan kompres basah memakai
larutan seperti solusio burowi selama 24 sampai 48,setelah itu gunakan salep dan solusio
steriod fluorinasi. Dengan sendirinya bila infeksi dicurigai dapat diberikan antibiotik topikal .
bila stadium akut tidak di atasi,dapat terjadi perubahan perubahan kronik yang ditandai
dengan penebalan kulit bahkan stenosis liang telinga.stadium kronik dapat sangat
menganggu dengan rasa gatal yang tidan menyenagkan dan kecenderungan pasien untuk
mengaruk, sehingga menimbulkan iritasi lebih lanjut.pada kasus demukian, mungkin ada
baiknya berkonsultasi dengan ahli kulit.

3.4.infeksi dan radang kronik ( gambar )


Infeksi bakteri pada liang telinga dapat menjadi kronik karena tidak dio0bati, pengobatan
yang kurang memadai, trauma berulang, adanya benda asing seperti cetakan alat bantu dengar
atau ototis media yang terus menerus mengeluarkan sekret.dalam penatalaksaan perlu
dilakukan identifikasi organisme penyebab dan faktor- faktor yang mendukung sifat
kroniknya . kasus kasus yany berlangsung lama lambat laun dapat menyebakan stenosis
liang telinga akibat penebalan fibrotik dinding kanalis.suatu tindakan bedah berupa reseksi
jaringa yang menebal dan pencangkokan telah berhasil menatasi kondisi yng sebelumnya
ireversibel ini.

Infeksi jamur kronik yang paling ering dijumpai oleh ahli THT adalah infeksi pada rongga
mastoid yany memerlukan pembersihan. Setelah pengangkatan debris infeksi,rongga mastoid
perli di terapi dengan obat tete anti jamur atau dibedaki dengan kombinasi neomisin dan
assam borat.

Kondisi kronik lain yang sering dijumpai dapat disebut dnegan istilah yang lebih tepat
sebagai gatl kronik pada telinga secara umum kondisi ini dapat diglongkan kedalam
dermatosis primer non infeksi.mungkin terdapat riwayat otitis eksterna akut sebelumnya.
Pada pemeriksaan , liang telinga tampak kering tanpa adanya serumen dan tanda- tanda
ekskoriasui lainnya .tidak ada eksudat ataupun sekret.

3.4.1.Otitis Eksterna Nekrotikans

Pada otitis eksterna pasien lanjut usia,perlu di ingat akan kemungkina otitis eksterna
nekkrotikans,yaitusuatu infeksi berat pada tulang temporal dan jaringan luak telinga,kondisi
ini disebabkan pseudomonas aeruginosa dan biasanya ditemukan pada penderita diabetes
lanjut usia serta dianggap lebuh umum pada daerah beriklim panas.

Pasien dengan otitis eksterna rekalsitrans yang berlangsung lebih dari dua minggu,
perlu di evaluasi dengan teliti terhadap gejala- gejala ototis eksterna nekrotikans. Pada
beberapa kasus,pasien datang dengan disfungsu saraf kranial ketujuh dan pemeriksaan telinga
yang normal. Pencitraan diagnostik yang menyeluruh termasuk CT- scan,scan tulang, dan
scan gallium dapat memebantu menentukan adanya penyakiy ini. Scan tulang rutin saja tidak
cukup untuk membedakan otitis eksterna yang berat dengan otitis eksterna nekrotikans

Meskipun mastoidektomi yang diperluas merupakan bentuk terapi yang banyak dipilih
namun dengan temuan antibiotik spesifik pseudomonas, maka kini intervesi dengan antiboitik
sistemik merupakan bentuk utama terapi.ada dugaan bahwa pembedahan invasif tanpa
perlingdungan antibiotik akan mendukung penyebaran infeksi pada pasien- pasien yang telah
mengalami kemunduran ini. Oleh sebab itu pembedahan sebaiknya di batasi pada
pengangakatan sekuestra, drainase abses,dan debridement lokal jaringa granulasi.terapi obat
obatan yang dianjurkan adalah suatu aminoglokosida dengan antibiotik beta laktam anti
pseudomonas.

Perlu ditekankan sekalipun pasien tampaknya telah sembuh, dianjurkan terapi jangka
panjang sekurang-kurangnya 6 minggu.dengan semakin majunya perawatan kesehatan
dirumah, maka terapi kini dapat diberikan secara rawat jalan.

3.4.2.Polikondritis berulang

Penyakit yang tidak diketahui etiologinya ini menyebabkan peradanga dan destruksi
tulang rawan merupakan suatu gangguan tulang rawan generalisata, melibatkan hidung dan
telinga pada 80-90 % kasus. deformitas aurikula menyerupai suatu perikondritis akut yang
infeksius atau suatu telinga bunga kol ( cautilflower ear ) yang meradang.hilang tulang rawan
menyebabkan teling menjadi lemas.

Dan timbul deformitas hidung plana.peradangan yang bergantian pada kedua telinga
( tanpa sebab predisposisi ) atau adanya demam kesan gangguan ini . dapat ditemukan tinitus
dan vertigo, demikian pula kehilangan pengengaran akibat kolaps meatus akustikus
eksternus.bila laring,trakea dan bronkus ikut terlibat dapat berakibat suara menajadi serak dan
bahkan kematian akibat kolaps dinding laringotrakea dan bronkus.

Aktivitas penyakit berfluktuasi dan pronosisnya tak dapat diramalkan.dapat berupa


serangan tunggal atau dapat pula serangan berulang selam bertahun- tahun pengobtan berapa
salisilat dan steroid pada serangan akut,meskupun terdapt kontoversi mengenai
steroid.dapson telah digunakan untuk mencegah serangan ulangan.

3.5.Trauma

3.5.1..Laserasi

Seringkali sebagai akibat pasien mengorek ngorek telinga dengan jari atau suatu alat
seperti jepit rambut atau klip kertas .laserasi dinding kanalis dapat menyebabkan perdarahan
sementara yang membuat pasien cemas, sehingga pasien menghubungi dokter .biasanya tidak
memerlukan pengobatan selain menghentikan perdarahan. Pasien diminta datang kembali
guna memastikan tidak ada perforasi memtran timpani.

Laserasi hebat pada aurikula harus dieksplorasi untuk mengetahui apakah ada
kerusakan tulang rawan.tulang rawna perlu diperiksa dengan cermat sebelum dilakukan
reparasi plastik pada kulit.luka seperti ini perlu benar- benar akan kemungkina infeksi pada
perikonrium.berikan antibotik profilaktik bila ada kontaminasi nyata pada luka atau bila tulng
rawan terpapar.

3.3.2. frostbite

Frostbite pada aurikula dapat timbul dengan cepat pada lingkungan suhu renadah dengan
angin dingin yang kuat karena perubahan yang perlahan lahan maka tidak terasa nyeri sampai
telinga memenas lagi.akibatnya tergantung pada dalamnya cedera dan lamanya paparan.
Cedera diduka sebagai akibat kerusakan saluran dan gangguan mikrofaskular yang mengarah
padsa iskemia lokal
DAFTAR PUSTAKA

1. Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD. Kelainan Telinga Tengah. Dalam:
Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, dll. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
Tenggorok Kepala dan Leher. Edisi 7. Jakarta : Balai Penerbit FKUI. 2012.
2. Snell S.R in Tambayong J Anatomi Klinik, Bagian 3, Ed 3, EGC, Jakarta.2006,
3. Boies. L.R. 2007. Penyakit Telinga Luar., dalam Ilmu Ajar Penyakit THT., Penerbit
Buku Kedokteran (EGC)., Jakarta.,
4. Adams L Goerge, Boeis L, dkk. Boeis Buku Ajar Penyakit THT edisi 6. Penerbit
Buku Kedokteran EGC. Jakarta 1997
5. Soepardi, Efiaty Arsyad dkk, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok
Kepala Leher. Edisi 6. 2007. FK UI

6. Available at www.medel.com/id/anatomy-of-the-ear/
7. Mansjoer, Arif. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, 2001

8. Buckingham R.A, Hematoma Of Auricular in Ear, Nose and Throat Disease A Pocket
Reference, Ed 2nd , New York:1994,
9. Primrose W.J, Auricular Hematoma in A New Short Textbook of Otolaringology, Ed
3rd, British, ELBS, 1992,
10 Glasscock and Shambaugh, , Auricular Hematoma in surgery of The Ear, Fourth
Edition, W.B Saunders Company,1990.
11. Kelainan Telinga Luar Available from : http://www.blog.wordpress.com

Anda mungkin juga menyukai