Bentuk bangunan nya dapat dikatakan sangat unik, konsep lanskap dari desain bangunan ini
sangat menyatu dengan alam.
Dapat kita lihat dan ketahui bahwa di Bali sendiri memiliki peraturan daerah yang mengatur
tentang pembangunan yang berdasarkan kepada arsitektur tradisional bali sebagai upaya pelestarian
budaya dan identitas sebuah provinsi. Oleh Karena itu, tidak dipungkiri adanya peraturan ini membuat
nilai keistimewaan tersendiri bagi pulau Bali. Bangunan-bangunan yang berdiri di pulau Bali sangat
mencerminkan akan arsitektur tradisional bali walau tidak di pungkiri globalisasi memiliki peran yang
sangat besar dalam pengembangan transformasi arsitektur di Bali. Kayu Aga Villa membuktikan bahwa
arsitektur modern mampu berdiri tanpa menghiraukan nilai-nilai arsitektur tradisional bali. Tanpa
disadari Kayu Aga Villa mampu menerjemahkan filosofi dari arsitektur tradisional Bali yang
diterapkannya pada rancangan desain villa ini. Sekilas sangat tampak bahwa villa ini sama sekali tidak
menampilkan ATB secara visual, tidak adanya ornament, ukiran, maupun patung membuat bangunan
ini sama sekali tidak mengidentitaskan bangunan Bali, namun jika dilihat dan ditinjau lebih teliti lagi,
akan tampak bahwa pembagian ruangan didasarkan pada konsep sanga mandala. Konsep ini
menjadikan bangunan ini lebih istimewa ketika arsitektur lanskap turut andil dalam peran penting dalam
perancangan bangunan.
How is it constructed?
Arti kata dibalik penamaan Kayu Aga Villa diambil dari nama lokasi Kayu Tulang dan nama
pemilik Alberto Agazzi sehingga diputuskan untuk memberi nama Kayu Aga. Jika diamati lebih lanjut
pemakaian material bamboo lebih berperan menjadi sebuah aksen yang sangat menonjol dan menarik
di kesatuan villa ini. Walaupun secara kuantitas tidak dominan, tapi sangat mengunadang.
Merujuk pada gambar site plan, ada empat zona yang dirangkum dalam zona dasar kompleks
bangunan ini. Keempat zona terseut adalah sebagai berikut :
Zona 1 :Barrier tapak dari bising dan area servis , gerbang utama tapak
4 Zona 2 : Courtyard barat merupakan barrier lapisan kedua sekaligus sirkulasi menuju pavilion
utama
Pada zona ini, emosi mulai terbangun dengan permainan lanskap. Adanay pergola yang
dirancang terputus pada sebuah titik yang langsung
mengarah pada area terbuka hijau. Namun, timbul
pertanyaan, mengapa pergola yang dasarnya berfungsi
melindungi dari panas dan hujan, diputus begitu saja men
uju alam terbuka?
Zona ini merupakan zona klimaks, dimana ditemui ruang utama sebagia area puyblik yang
berwujud sebagai pavilion dua lantai. Pavilion ini berfunsi sebagai ruang keluarga dan area
makan. Sementara lantai diatasnya merupakan ruang studio dan roof garden.
Pavilion ini seperti sebuah shelter. Sebuah ruang yang dilindungi oleh atap dan hanya
sedikit bagian yang dilindungi oleh dinding. Berbeda dengan bangunna yang tertutp dengan
dinding, disini peghuni akan merasakan berbagai suasana hari, ketika matahari terbit,
terbenam, siang hari, hujan, komposisi awan yang berubah ubah, angina, bahkan pelangi.
Disini alam dilukiskan begitu saja menjadi sebuah dekorasi yang mengesankan. Penghuni
hanya menikamtinya, mudah.
Hal menarik lainnya adalah sebuah tangga yang seolah melayang diatas kolam berbentuk
elips. Railing bamboo dan struktur tangga yang dibuat seperti benang acak. Dari Bahasa bentuk
pun,. Bagian tangga ini dibuat menonjol.
5
Dominasi area hijau tampak jelas dari tersebarnya massa bangunan di beberapa penjuru tapak
dann disatukan dengan jalur semacam pergola maupun pathaway terbuka. Dengan luasan yang cukup
besar, hal yang ingin disuguhkan oleh Yokasara adalah pengalaman bertamasya ruang, menikmati
ruang sambal berjalan-jalan.
Kayu Aga Villa merupakan contoh yang dapat ditiru dalam konsep desain villa yang sedang
saya rancang. Mengapa? Alasan utamanya adalah tidak lain Karena konsepnya yang memiliki
keistimewaan tersendiri dibandingkan dengan bangunan-bangunan lainnya. Mengutip dari kata-kata
Ridwan kamil yang juga seorang arsitek bahwasanya arsitektur tradisional penting untuk dipelajari
namun itu sudah merupakan dari bagian sejarah, tidak harus selamanya kita mencontoh apa yang ada
terdahulu Karena tidak mungkin akan selamanya kita membangun yang tradisional terlebih di era
modern seperti ini, biarlah bangunan tradisional dilestarikan oleh pemerintah sebagaimana mestinya.
Tugas kita adalah bagaimana menafsirkan filosofi yang terdahulu kedalam rancangan arsitektur kita
sekarang.
Bakat artistic seorang maestro Yokasara sangat tergambar dalam visualisasi Kayu Aga Villa
yang dirancang untuk seorang pengusaha Italia bernama Alberto Agazzi. Alasan di balik rencana
bentuk ini sangat sulit untuk dipahami. Adanya alasan yang mendasari adalah filosofi dari arsitektur
tradisional bali, dimana kegiatan atau aktivitas ditempatkan pada ruang yang berbeda, tetapi setiap
kemiripan dengan bentuk tradisional ditumbangkan oleh apa yang pada awalnya melihat sebuah
7
susunan acak dari dinding melengkung berliku-liku yang berfungsi untuk menyatukan berbagai elemen
tetapi sekaligus untuk memisahkan kegiatan.
Lokasi bangunan yang beradai di desa di Bali, Kayu Aga adalah sebuah karya master piece dari
seorang arsitek Yokasara. Desain Konsep Kayu Aga Villa tidak perlu diragukan lagi keindahannya.
Bangunan ini memiliki indoor and outdoor layout dengan strukturnya yang menarik perhatian.
Bangunan ini juga berkomunikasi dengan bahasanya sendiri, Karena proses yang dilakukan pertama
kali ketika merasakan tapak ini adalah harus menciptakan sequence atau alur yang bercerita tentang
masing-masing suasana, intinya adalah menyuasanakan lanskap untuk membangun emosi. Oleh
Karena itu, bangunan tidak lagi harus terkukung oleh sekotak bilah bidang dinding, tetapi lebih banyak
8
membuka diri terhadap alam.