Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN
Bab ini merupakan tahap pengenalan dan pembatasan masalah yang akan
dipecahkan terkait dengan isu-isu yang melatarbelakangi pemilihan judul dari
Seminar ini. Berisi tentang penjelasan latar belakang pemilihan judul yang
dilengkapi dengan data dan fakta pendukungnya, rumusan masalah, dan tujuan dari
proyek Contemporary Art Space di Tabanan dalam Mata Kuliah Seminar Tugas
Akhir.

1.1 Latar Belakang


Salah satu motor penggerak perekonomian dan pembangunan di Bali sejak
tahun 1970-an adalah sektor kepariwisataan. Unggulan pariwisata di Bali salah
satunya adalah perpaduan antara keindahan alam dan nuansa kebudayaannya
(Pitana, 2003). Kebudayaan masyarakat Bali yang berbalut seni dan beranekaragam
mampu memberikan warna yang berbeda terhadap pariwisata di Bali. Salah satu
daerah tujuan wisata di Bali adalah kabupaten Tabanan. Pada tahun 2016,
kabupaten Tabanan menyumbang persentase jumlah wisatawan sebesar 39% dari

1
total 13.571.617 wisatawan yang datang ke Bali baik wisatawan mancanegara
maupun domestik (Badan Pusat Statistik Provinsi Bali, 2016).
Terletak 25 km di Barat kota Denpasar, Tabanan tidak hanya terkenal sebagai
“Lumbung Padi”, melainkan marak oleh berbagai aktivitas seni yang kreatif.
Kesenian di Tabanan kini mengalami perkembangan seiring dengan kemajuan
jaman. Selaras dengan seni tradisionalnya yang banyak diminati oleh wisatawan
mancanegara maupun domestik, seni kontemporer di Tabanan juga mulai menjadi
tren di kalangan pelakon seni dan masyarakat. Diawali dengan munculnya Tari
Dolanan pada awal tahun 1980-an, seni kontemporer hadir di Tabanan didasari oleh
keinginan untuk “mendobrak” larangan-larangan atau pakem-pakem terdahulu
untuk menciptakan sesuatu yang baru adanya (Sapanca, 2017).
Berdasarkan data dari Dinas Kebudayaan Kabupaten Tabanan pada tahun
2015 di kecamatan Tabanan dan Kediri terdaftar 17 sanggar dan komunitas seni
non-formal di mana 71%-nya bergerak di bidang seni kontemporer. Bahkan, pada
tahun 2016 dengan 19 sanggar dan komunitas non-formal yang terdaftar
persentasenya meningkat menjadi 73% dan diperkirakan akan terus mengalami tren
positif kedepannya. Tidak hanya itu, sebagian lembaga formal di Tabanan juga
sudah mulai bergerak untuk menggeluti dunia seni kontemporer dibuktikan dengan
mulai hadirnya 1 teater sekolah dan 1 teater kampus pada tahun 2007 yang kini
jumlahnya bertambah menjadi 3 teater sekolah dan 4 teater kampus (Wardono,
2017).
Diperkirakan sebanyak 0,3% dari total 438.500 jiwa penduduk Kabupaten
Tabanan menggeluti bidang seni kontemporer baik sebagai pekerjaan utama
maupun dalam bidang pendidikan. Jika dilihat dari 5 tahun terakhir, persentasenya
selalu meningkat dengan rata-rata 8% (Gunawan 2017, Wardono 2017, Nurata
2017, Sapanca 2017, Putra 2017). Terkait dengan persentase peningkatan tersebut,
bukan tidak mungkin beberapa tahun kedepan jumlah peminat seni kontemporer di
Tabanan akan terus bertambah.
Minat dan tren terhadap seni kontemporer di Tabanan meningkat juga terlihat
dari semakin rutinnya penyelenggaraan event-event kesenian kontemporer dalam 5
tahun terakhir seperti acara Car Free Day Night yang digelar setiap satu bulan
sekali, Malam Apresiasi Seni Tabanan yang digelar setiap bulan Pebruari,

2
pagelaran Bulan Bung Karno yang digelar setiap bulan Juni, Kemah Budaya
Tabanan yang digelar setiap bulan Juli, pameran Tabanan Art Festival yang digelar
setiap bulan April, dan Pameran Seni Rupa Tabanan yang digelar setiap bulan
September (baru pertama kali digelar tahun 2017). Terakhir, event Tabanan Fiesta,
yang juga baru pertama kali dilaksanakan tahun 2017 tepatnya tanggal 25-27
September yang mengusung konsep acara pertunjukan teatrikal. Perkembangan
seni kontemporer di Tabanan yang meningkat juga dilihat dari seringnya pelakon-
pelakon seni kontemporer mengadakan pertemuan untuk sharing baik secara
personal maupun komunal (Gunawan 2017, Wardono 2017). Berdasarkan
penjelasan-penjelasan di atas, di masa mendatang seni kontemporer khususnya di
Tabanan sangat mungkin untuk dijadikan sebuah potensi baru sebagai daya tarik
wisata berbasis seni guna semakin menarik wisatawan untuk datang ke Tabanan.
Namun di sisi lain, pemerintah kurang berandil besar dalam perkembangan
seni kontemporer di Tabanan. Hal ini dibuktikan dengan event-event di atas yang
75%-nya dilaksanakan bukan berdasarkan inisiatif pemerintah melainkan inisiatif
dari seniman atau pemuda-pemudi di Tabanan (Bawa, 2017). Pemerintah dirasa
kurang memperhatikan eksistensi seni kontemporer dan lebih memfokuskan
pengembangan pada daya tarik wisata seperti Kebun Raya Eka Karya, Tanah Lot,
dan lain-lain. Dikhawatirkan bibit-bibit seniman kontemporer di Tabanan nantinya
akan semakin sedikit karena kurangnya dukungan dari pemerintah tersebut.
Padahal, Tabanan menjadi salah satu daerah tujuan wisata dengan angka jumlah
wisatawan tertinggi di Bali dan memiliki prospek seni kontemporer yang baik.
Perkembangan seni kontemporer di Tabanan juga kurang didukung dengan
wadah dan fasilitas yang representatif terhadap seni kontemporer itu sendiri. Event-
event yang sudah disebutkan seringkali dilaksanakan di tempat yang kurang sesuai
dan selalu berpindah-pindah. Hal tersebut diamini oleh pendiri CFAC, I Gusti
Nengah Nurata, mengenai acara Pameran Bersama Perupa Tabanan yang
dilaksanakan di Bentara Budaya Bali pada tahun 2013, yang mengatakan bahwa
kegiatan tersebut tidak dilaksanakan di Tabanan karena Tabanan sendiri belum
memiliki tempat yang representatif untuk memamerkan karya-karya mereka
(Nurata, 2017). Bahkan, isu ini juga dimuat dalam berita di laman web Jarrak Bali
di mana Ketua Umum Forum Pelestari Budaya Tabanan mengatakan bahwa

3
Tabanan memiliki banyak seniman, namun belum ada ruang untuk memamerkan
atau menampilkan karya mereka sehingga mereka lebih sering berkreasi ke luar
Tabanan bahkan hingga mancanegara (Astika dalam Komang Jinggo, 2017).
Tabanan sebenarnya memiliki tempat ikonik yaitu Gedung Kesenian I Ketut
Maria sebagai wadah untuk menampung kegiatan seni dan budaya di Tabanan.
Menurut data dari Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Tabanan,
gedung tersebut sangat memadai jika dilihat dari segi kapasitas yang dapat
menampung hingga 800 orang. Namun, tentunya masih belum representatif dan
mendukung secara khusus terhadap seni kontemporer jika dilihat dari segi fungsi,
fasilitas, dan kualitas fisik bangunannya (Nurata, 2017).
Menanggapi isu dan permasalahan tersebut, penulis memiliki sebuah gagasan
untuk menciptakan sebuah sarana pengelolaan karya seni kontemporer yang lebih
sistematis, mulai dari pengenalan, kurasi, apresiasi, dokumentasi, dan lain-lain.
Sebuah proyek yang berjudul Contemporary Art Space di Tabanan diharapkan
mampu mewadahi dan menjadi tempat yang representatif untuk elemen seni
kontemporer baik pelaku, masyarakat, dan event yang sudah dijelaskan di atas
maupun event baru yang akan digagas kedepannya. Diharapkan juga, proyek ini
dapat mewadahi komunitas-komunitas seni kontemporer yang ingin menghimpun
diri di Tabanan pada khusunya dan di luar Tabanan pada umumnya sehingga kelak
komunitas dan seni kontemporer tersebut dapat terus berkembang.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, terdapat beberapa permasalahan yang
dapat dirumuskan terkait dengan Proyek Contemporary Art Space di Tabanan.
Permasalahan tersebut anatara lain:
a. Bagaimana spesifikasi khusus pada Contemporary Art Space di Tabanan?
b. Di mana lokasi yang sesuai untuk proyek Contemporary Art Space di Tabanan?
c. Bagaimana pemrograman dan kriteria desain Contemporary Art Space di
Tabanan agar memberikan karakter yang unik dan menarik serta representatif
terhadap kegiatan yang ingin diakomodasi?

4
1.3 Tujuan
Adapun tujuan yang diharapkan dari pemecahan masalah di atas adalah,
sebagai berikut:
a. Untuk menentukan spesifikasi khusus pada Contemporary Art Space di
Tabanan.
b. Untuk menentukan lokasi yang sesuai untuk proyek Contemporary Art Space di
Tabanan.
c. Untuk menentukan pemrograman dan kriteria desain Contemporary Art Space
di Tabanan agar memberikan karakter yang unik dan menarik serta representatif
terhadap kegiatan yang ingin diakomodasi.

Anda mungkin juga menyukai