BATAS-BATAS ATTERBERG
(Atterberg Limits)
V.1. PENDAHULUAN
Batas-batas Atterberg tergantung pada air yang terkandung dalam
massa tanah. Hal ini dapat menunjukkan beberapa kondisi, yaitu:
Keadaan cair
Keadaan plastis
Keadaan semi plastis
Batas-batas ini konsistensi adalah batas kadar air tanah dari suatu
keadaan ke keadaan lainnya, misalnya dari keadaan semi plastis menjadi
keadaan padat.
LL PL SL
: : :
Keadaan : Cair : Plastis : Semi Plastis :
PELAKSANAAN PERCOBAAN :
1. Masukkan 100 gram contoh tanah yang lolos saringan No.200
ke dalam mangkok porselin.
2. Dengan menggunakan spatula, aduk contoh tanah dengan
menambahkan air suling sedikit demi sedikit sampai homogen.
3. Ambil sebagian contoh tanah ini dan letakkan dalam mangkok
alat casagrande dan diaduk dengan spatel untuk mendapatkan
contoh yang benar-benar homogen, kemudian ratakan
permukaannya sedemikian rupa sehingga sejajar dengan dasar
alat, bagian yang paling tebal harus kurang lebih 1 cm.
4. Buatlah alur yang membagi contoh tanah menjadi dua bagian
dengan menggunakan grooving tool melalui garis tengah
mangkok dan sentries. Pada saat membuat alur, posisi grooving
tool harus tegak lurus permukaan mangkok.
5. Alat diputar hingga mangkok naik dan jatuh dengan 2 putaran per
detik. Permutaran ini dilakukan terus menerus sampai dasar alur
contoh bersinggungan sepanjang 1 1,25 cm dan catat jumlah
ketukan pada saat contoh bersinggungan.
6. Ulangi langkah 3 5 beberapa kali sampai diperoleh jumlah
ketukan yang sama, hal ini dimaksudkan untuk meyakini apakah
pengadukan contoh sudah betul-betul homogen. Jika ternyata
pada 3 kali percobaan diperoleh jumlah pukulan yang sama, maka
benda uji diambil langsung dari tempatnya (mangkok
Casagrande) pada alur dengan maksud untuk diperiksa.
7. Benda uji dikembalikan ke dalam mangkok, alat batas cair
dibersihkan lagi. Benda uji diaduk kembali dengan merubah
kadar airnya. Kemudian langkah dari point 2 sampai langkah
point 6 diulang minimal 4 kali dengan variasi kadar air yang
berbeda, sehingga nantinya akan diperoleh perbedaan jumlah
pukulan (ketukan). Jumlah pukulan antara 10 sampai 40 kali.
8. Masing-masing benda uji ditimbang dan dioven selama 24 jam
yang kemudian dapat ditentukan kadar airnya.
9. Dengan jalan membuat grafik hubungan antara w dan N (jumlah
pukulan) dimana N dalam skala logaritma dan w dalam skala
biasa. Grafik tersebut merupakan garis lurus, dimana untuk harga
batas cair tanah adalah harga w pada perpotongan garis vertikal
yang ditarik dari N = 25 dengan grafik garis lurus.
PROSEDUR PERCOBAAN :
1. Masukkan benda uji ke dalam mangkok, kemudian aduk
sehingga kadar airnya merata.
2. Setelah kadar air cukup merata, buat bola-bola tanah dari benda
uji itu seberat 8 gram, kemudian digulung-gulung di atas plat
kaca.
3. Penggulungan dilakukan terus sampai benda uji menjadi batang
dengan diameter 3 mm. Kalau pada penggulungan itu ternyata
sebelum benda uji mencapai 3 mm sudah retak, maka benda uji
ini disatukan kembali ditambah air sedikit dan diaduk hingga
merata. Jika dalam penggulungan benda uji mencapai diameter
lebih kecil dari 3 mm tanpamenunjukkan retak maka contoh tanah
tersebut dibiarkan sesaat diudara agar air berkurang sedikit.
4. Pengadukan penggulungan diulangi terus sampai retak-retak
terjadi pada saat penggulungannya mencapai 3 mm.
5. Tanah yang retak-retak ini, diperiksa kadar airnya lalu dirata-
ratakan sehingga di dapat PL.
6. Hitung Indeks Plastis (Plasticity Index), yaitu selisih antara
batas cair dan batas plastis.
IP = LL PL
V.2.3. PERCOBAAN BATAS SUSUT
Alat-alat yang digunakan :
1. Cawan susut
2. Cawan porselin
3. Spatula
4. Gelas ukur
5. Timbangan
6. Alat pengukur volumetric:
Mangkok gelas
Pelat gelas dengan 3 paku
Air raksa
PELAKSANAAN PERCOBAAN :
1. Contoh tanah dimasukkan ke dalam mangkok porselin,
kemudian tambahkan air secukupnya dan aduk sampai merata
sedemikian sehingga benda uji ini menyerupai pasta.
2. Cawan cetak susut yang sudah bersih kemudian diolesi oli agar
tidak lengket.
3. Masukkan benda uji ke cawan susut sebanyak 3 lapis, masing-
masing 1/3 tinggi cawan susut. Setiap masukkan atau menambah
lapisan, cawan susut diketuk agar tanahnya menyebar dan rata.
Setelah penambahan lapisan terakhir, ratakan permukaan contoh
sama tinggi dengan cawan susut.
4. Cawan susut + contoh kemudian ditimbang. Biarkan di udara
1 jam, selanjutnya masukkan ke oven dan tinggalkan selama 24
jam.
5. Keluarkan cawan + contoh tanah dari oven, selanjutnya
ditimbang.
6. Tentukan volume tanah basah dengan bantuan air raksa dan
cawan porselin. Prinsipnya adalah volume tanah basah volume
cawan susut.
7. Selanjutnya tentukan volume tanah kering dengan bantuan air
raksa, porselin dan gelas. Prinsipnya adalah volume air raksa
yang tumpah = volume tanah kering.
PEMERIKSAAN BATAS CAIR TANAH
No Test 1 2 3 4
Jumlah ketukan 40 30 20 15
No Cawan C3 A91 A5 C2
Berat cawan W1 gr 10,980 10,283 10,223 10,832
Berat cawan + tanah basah W2 gr 51,535 35,100 28,405 22,905
Berat cawan + tanah kering W3 gr 37,614 26,606 22,103 18,504
Berat air A = (W2-W3) 13,921 8,494 6,302 4,401
Berat tanah kering B = (W3-W1) 26,634 16,323 11,880 7,672
Kadar air W = (A/B) x 100 % 52,268 52,037 53,047 57,364
Batas cair % 53,68
56
f(x) = - 0.17x + 58.17
54 Linear ()
R = 0.58
52
50
48
10 15 20 25 30 35 40 45
Dari Grafik Batas Cair didapatkan nilai Batas Cair pada ketukan ke-25 :
Y = -0,171ln(25) + 58,16
= 57,61 %
2. Angka Susut ( SR )
W0 14,062
SR 1,364 gr / cm 3
V0 10,305
3. Susut Volumetrik ( Vs ) :
Vs W SL xSR 60,95 60,59 x1,364 0,491cm 3
100 100
LS 100 x 1 3 100 x 1 3
Vs 100 0, 491 100
V.4 SARAN
1. Saat melakukan proses pemeriksaan Atterberg diharapkan praktikan
teliti saat melakukan pembacaan timbangan
2. Sesudah praktikum bersihkan kembali alat yang sudah digunakan.
BAB VI
PERMEABILITAS
VI.1. PENDAHULUAN
Permeabilitas adalah kemampuan tanah meneruskan air melalui
porinya. Sedangkan rembesan atau seepage adalah proses mengalirnya air
dari pori-pori tanah. Masalah rembesan ini cukup penting dalam disiplin
ilmu teknik sipil demi keamanan suatu konstruksi. Misalnya dalam
pekerjaan bendungan, bangunan penahan air dan sebagainya. Koefisien
permeabilitas ini tergantung dari jenis tanah dan kerapatan tanah. Menurut
hokum Darcy, kecepatan aliran dalam tanah sebanding dengan gradien
hidroliknya.
V =k.i
Dimana : V = Kecepatan
K = Koefisien permeabilitas
i = Gradien hidrolik
Sedangkan besarnya debit yang melalui penampang massa tanah adalah :
Q=k.i.A
Dimana : Q = Besarnya debit yang lewat
A = Luas penampang tanah
Penentuan koefisien permeabilitas dapat dilakukan di lapangan dan
di laboratorium. Untuk penentuan di laboratorium dapat dilakukan
percobaan :
1. Pengurutan dalam tegangan tetap (Constant head).
Untuk menentukan k dapat diukur dari banyaknya air yang
masuk dan keluar dari suatu contoh tanah dalam waktu tertentu. Banyak
air yang keluar dari contoh ditentukan dengan menimbang atau dengan
tempat pengukuran.
Besar koefisien permeabilitas dari percobaan ini dapat dihitung
dengan rumus:
Q = k . I . A. t
K = Q / (i.A.t)
dimana : t = Waktu
VI.7. SARAN
1. Saat melakukan proses pemeriksaan Koefisien permeabilitas tanah
diharapkan praktikan teliti saat melakukan pembacaan timbangan
2. Sesudah praktikum bersihkan kembali alat yang sudah digunakan.
BAB VII
PEMERIKSAAN DISTRIBUSI UKURAN BUTIR TANAH
(GRAIN SIZE ANALYSIS)
VII.1.MAKSUD PERCOBAAN
Maksud percobaan adalah untuk menentukan distribusi ukuran butir-
butir tanah untuk tanah yang tidak mengandung butir tertahan saringan No.
10. Pemeriksaan dilakukan dengan pemeriksaan analisa hidrometer, sedang
ukuran butir yang tertahan saringan No.200 atau 0,075 mm dilakukan
dengan analisa saringan.
VII.4. HITUNGAN
A. Berat Benda Uji.
1. Hitung berat kering seluruh contoh tanah yang diperiksa, dengan :
w = Bo / (1 + w)
dimana : Bo = Berat basah contoh tanah.
w = Kadar air tanah
2. Hitung berat kering bagian tanah tertahan saringan No. 200
dengan :
B2 = w B1 . lm
Dimana :
K = konstanta yang besarnya dipengaruhi oleh temperatur suspensi
dan berat jenis butir. Harga K dapat dicari pada tabel 1 berikut.
L = Kedalaman efektif, dimana berat jenis suspensi diukur oleh
hidrometer yang digunakan dan pembacaan hidrometer R1.
Harga L (cm) dapat dicari pada tabel 3 terlampir.
T = Saat pembacaan dalam menit.
2. Hitung prosentase berat P dari butir yang lebih kecil dari D terhadap
berat kering seluruh tanah yang diperiksa dengan rumus :
R.a
P x 100%
w
dimana :
R = Pembacaan hidrometer terkoreksi R1 R2.
a = Angka koreksi untuk hidrometer 152 H terhadap berat jenis
butir. Harga a dapat dilihat pada tabel 2.