Anda di halaman 1dari 26

BAB V

BATAS-BATAS ATTERBERG
(Atterberg Limits)

V.1. PENDAHULUAN
Batas-batas Atterberg tergantung pada air yang terkandung dalam
massa tanah. Hal ini dapat menunjukkan beberapa kondisi, yaitu:
Keadaan cair
Keadaan plastis
Keadaan semi plastis
Batas-batas ini konsistensi adalah batas kadar air tanah dari suatu
keadaan ke keadaan lainnya, misalnya dari keadaan semi plastis menjadi
keadaan padat.
LL PL SL
: : :
Keadaan : Cair : Plastis : Semi Plastis :

Batas-batas konsistensi yang penting adalah :


1. Batas Cair LL (Liquid Limit)
Menyatakan kadar air minimum dimana tanah masih dapat mengalir di
bawah beratnya atau dengan kata lain batas cair ini merupakan kadar air
tanah pada batas antara keadaan cair ke keadaan plastis.
2. Batas Plastis PL (Plastis Limit)
Menyatakan kadar air minimum dimana tanah masih dalam keadaan
plastis.
3. Batas Susut SL (Shrinkage Limit)
Menyatakan batas dimana sesudah kehilangan kadar air (kandungan air
dalam tanah), selanjutnya tidak menyebabkan penyusutan volume tanah lagi.
Beberapa hal yang penting mengenai batas konsistensi:
1. Indeks Plastis IP (Plasticity Index)
Menunjukkan suatu kadar pada saat tanah dalam kondisi plastis.
Harga ini merupakan selisih antara batas cair dan batas plastis.
PI = LL PL

2. Indeks Kecairan LI (Liguidity Index )


Menyatakan perbandingan antara air tanah dikurangi batas plastis
index plastis.
Indeks kecairan ini dapat digunakan untuk menunjukkan keadaan
tanah di tempat aslinya. Umumnya harga LI berkisar antara 0 dan 1.
Apabila harga PI mendekati 0, maka kemungkinan tanahnya keras.
Sedangkan sebaliknya apabila harga PI mendekati 1, berarti
kemungkinan besar tanahnya lembek.

3. Konsistensi Relatif RC (Relative Consistency)


Menunjukkan perbandingan antara batas cair dikurangi kadar air
tanah dengan indeks plastis.
LL w
RC
PI

4. Indeks Pengaliran FI (Flow Index)


Menyatakan kemiringan dari lengkung aliran.
W1 W 2
IF
log N1 log N 2

Dimana N = jumlah pukulan

5. Indeks Kekerasan IT (Tugness Index)


PI
IT
IF
6. Nilai Susut SR (Shrinkage Ratio)
Merupakan nilai perbandingan antara selisih isi dengan kadar air.
7. Compression Index (CC)
Merupakan suatu parameter untuk menentukan berapa besarnya
harga compression index yang dapat dicari dari rumus :
CC= 0,009 (LL 10)

V.2. MAKSUD PERCOBAAN


Maksud percobaan adalah untuk:
Mencari batas cair (Liquid Limit)
Mencari batas plastis (Plastic Limit)
Mencari batas susut (Shrinkage Limit)

V.3. PERSIAPAN BENDA UJI


Ambil contoh tanah dari tabung contoh secukupnya kemudian
masukkan dalam oven dan biarkan kurang lebih 24 jam. Setelah itu
dikeluarkan dari oven dan masukkan ke dalam desikator untuk didinginkan.
Selanjutnya ditumbuk, disaring dengan ayakan No. 40. Tanah yang
lolos saringan digunakan sebagai bensa uji dan persiapan sebanyak 100
gram, 30 gram masing-masing untuk percobaan batas cair, batas susut dan
batas plastis.
V.2.1. PERCOBAAN BATAS CAIR
Alat-alat yang digunakan :
Alat batas cair ( Casagrande )
Grooving tool
Mangkok porselin
Timbangan dengan ketelitian 0,001 gram
Oven
Alat-alat pemeriksaan kadar air

PELAKSANAAN PERCOBAAN :
1. Masukkan 100 gram contoh tanah yang lolos saringan No.200
ke dalam mangkok porselin.
2. Dengan menggunakan spatula, aduk contoh tanah dengan
menambahkan air suling sedikit demi sedikit sampai homogen.
3. Ambil sebagian contoh tanah ini dan letakkan dalam mangkok
alat casagrande dan diaduk dengan spatel untuk mendapatkan
contoh yang benar-benar homogen, kemudian ratakan
permukaannya sedemikian rupa sehingga sejajar dengan dasar
alat, bagian yang paling tebal harus kurang lebih 1 cm.
4. Buatlah alur yang membagi contoh tanah menjadi dua bagian
dengan menggunakan grooving tool melalui garis tengah
mangkok dan sentries. Pada saat membuat alur, posisi grooving
tool harus tegak lurus permukaan mangkok.
5. Alat diputar hingga mangkok naik dan jatuh dengan 2 putaran per
detik. Permutaran ini dilakukan terus menerus sampai dasar alur
contoh bersinggungan sepanjang 1 1,25 cm dan catat jumlah
ketukan pada saat contoh bersinggungan.
6. Ulangi langkah 3 5 beberapa kali sampai diperoleh jumlah
ketukan yang sama, hal ini dimaksudkan untuk meyakini apakah
pengadukan contoh sudah betul-betul homogen. Jika ternyata
pada 3 kali percobaan diperoleh jumlah pukulan yang sama, maka
benda uji diambil langsung dari tempatnya (mangkok
Casagrande) pada alur dengan maksud untuk diperiksa.
7. Benda uji dikembalikan ke dalam mangkok, alat batas cair
dibersihkan lagi. Benda uji diaduk kembali dengan merubah
kadar airnya. Kemudian langkah dari point 2 sampai langkah
point 6 diulang minimal 4 kali dengan variasi kadar air yang
berbeda, sehingga nantinya akan diperoleh perbedaan jumlah
pukulan (ketukan). Jumlah pukulan antara 10 sampai 40 kali.
8. Masing-masing benda uji ditimbang dan dioven selama 24 jam
yang kemudian dapat ditentukan kadar airnya.
9. Dengan jalan membuat grafik hubungan antara w dan N (jumlah
pukulan) dimana N dalam skala logaritma dan w dalam skala
biasa. Grafik tersebut merupakan garis lurus, dimana untuk harga
batas cair tanah adalah harga w pada perpotongan garis vertikal
yang ditarik dari N = 25 dengan grafik garis lurus.

V.2.2. PERCOBAAN BATAS PLASTIS


Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menetukan kadar air suatu tanah
pada keadaan batas plastis.
ALAT-ALAT YANG DIGUNAKAN :
1. Plat kaca
2. Spatula
3. Timbangan dengan ketelitian 0,001 gram
4. Cawan untuk menentukan kadar air
5. Oven

PROSEDUR PERCOBAAN :
1. Masukkan benda uji ke dalam mangkok, kemudian aduk
sehingga kadar airnya merata.
2. Setelah kadar air cukup merata, buat bola-bola tanah dari benda
uji itu seberat 8 gram, kemudian digulung-gulung di atas plat
kaca.
3. Penggulungan dilakukan terus sampai benda uji menjadi batang
dengan diameter 3 mm. Kalau pada penggulungan itu ternyata
sebelum benda uji mencapai 3 mm sudah retak, maka benda uji
ini disatukan kembali ditambah air sedikit dan diaduk hingga
merata. Jika dalam penggulungan benda uji mencapai diameter
lebih kecil dari 3 mm tanpamenunjukkan retak maka contoh tanah
tersebut dibiarkan sesaat diudara agar air berkurang sedikit.
4. Pengadukan penggulungan diulangi terus sampai retak-retak
terjadi pada saat penggulungannya mencapai 3 mm.
5. Tanah yang retak-retak ini, diperiksa kadar airnya lalu dirata-
ratakan sehingga di dapat PL.
6. Hitung Indeks Plastis (Plasticity Index), yaitu selisih antara
batas cair dan batas plastis.
IP = LL PL
V.2.3. PERCOBAAN BATAS SUSUT
Alat-alat yang digunakan :
1. Cawan susut
2. Cawan porselin
3. Spatula
4. Gelas ukur
5. Timbangan
6. Alat pengukur volumetric:
Mangkok gelas
Pelat gelas dengan 3 paku
Air raksa

PELAKSANAAN PERCOBAAN :
1. Contoh tanah dimasukkan ke dalam mangkok porselin,
kemudian tambahkan air secukupnya dan aduk sampai merata
sedemikian sehingga benda uji ini menyerupai pasta.
2. Cawan cetak susut yang sudah bersih kemudian diolesi oli agar
tidak lengket.
3. Masukkan benda uji ke cawan susut sebanyak 3 lapis, masing-
masing 1/3 tinggi cawan susut. Setiap masukkan atau menambah
lapisan, cawan susut diketuk agar tanahnya menyebar dan rata.
Setelah penambahan lapisan terakhir, ratakan permukaan contoh
sama tinggi dengan cawan susut.
4. Cawan susut + contoh kemudian ditimbang. Biarkan di udara
1 jam, selanjutnya masukkan ke oven dan tinggalkan selama 24
jam.
5. Keluarkan cawan + contoh tanah dari oven, selanjutnya
ditimbang.
6. Tentukan volume tanah basah dengan bantuan air raksa dan
cawan porselin. Prinsipnya adalah volume tanah basah volume
cawan susut.
7. Selanjutnya tentukan volume tanah kering dengan bantuan air
raksa, porselin dan gelas. Prinsipnya adalah volume air raksa
yang tumpah = volume tanah kering.
PEMERIKSAAN BATAS CAIR TANAH

Proyek : Praktikum Mekanika Tanah I


Lokasi : Belakang Laboratorium Tegangan Tinggi
Kelompok : Kelompok 2
Tanggal : 30 November 2016

No Test 1 2 3 4
Jumlah ketukan 40 30 20 15
No Cawan C3 A91 A5 C2
Berat cawan W1 gr 10,980 10,283 10,223 10,832
Berat cawan + tanah basah W2 gr 51,535 35,100 28,405 22,905
Berat cawan + tanah kering W3 gr 37,614 26,606 22,103 18,504
Berat air A = (W2-W3) 13,921 8,494 6,302 4,401
Berat tanah kering B = (W3-W1) 26,634 16,323 11,880 7,672
Kadar air W = (A/B) x 100 % 52,268 52,037 53,047 57,364
Batas cair % 53,68

Grafik Batas Cair Tanah


58

56
f(x) = - 0.17x + 58.17
54 Linear ()
R = 0.58

52

50

48
10 15 20 25 30 35 40 45

Dari Grafik Batas Cair didapatkan nilai Batas Cair pada ketukan ke-25 :
Y = -0,171ln(25) + 58,16
= 57,61 %

PEMERIKSAAN BATAS PLASTIS TANAH

Proyek : Praktikum Mekanika Tanah I


Lokasi : Laboratorium Mekanika Tanah
Kelompok : Kelompok 2
Tanggal : 30 November 2016
No. Cawan timbang B2 C1 E1
Berat cawan kering W1 gr 10,782 10,804 10,955
Berat cawan kering+tanah basah W2 gr 14,681 15,376 14,906
Berat cawan kering+tanah kering W3 gr 13,731 14,234 13,927
Berat air A=W2-W3 0,950 1,142 0,979
Berat tanah kering B=W3-W1 2,949 3,430 2,972
Kadar air W=A/Bx100% 32,214 33,294 32,940
Batas plastis (%) 32,82

Liquid Limit ( LL ) = 57,61


Plastic Limit ( PL ) = 32,82
Index Plasticity( IP ) = LL PL
= 57,61 32,82
= 24,79
PEMERIKSAAN BATAS SUSUT

Proyek : Praktikum Mekanika Tanah I


Lokasi : Laboratorium Mekanika Tanah
Kelompok : Kelompok 3
Tanggal : 30 November 2016

A. Berat Jenis Tanah Sudah Diketahui


Berat Jenis Tanah
No. Cawan Susut A
Berat Cawan + tanah kering W1 gr 32,661
berat cawan cetak susut W2 gr 24,090
berat tanah kering WD = W1-W2 gr 8,571
berat air raksa yang didesak tanah
W3 gr 233,494
kering + cawan porselin
berat cawan porselin W4 gr 10,028
berat air raksa W5 = W3-W4 gr 223,466
volume tanah kering Vo = W5/13,6 gr 16,431
batas susut tanah SL = (Vo/WD)-(1/GS)x100% gr 151,536

B. Berat Jenis Tidak Diketahui


a. Kadar Air Tanah Basah
berat cawan susut w1 gr 10,028
berat cawan + tanah basah w2 gr 32,661
berat cawan + tanah kering w3 gr 24,090
berat tanah kering wo = w3-w1 gr 14,062
berat air A = w2-w3 gr 8,571
kadar air tanah W = (A/wo)x100% 60,951

b. Volume Tanah Basah = Volume Cawan Susut


berat cawan porselin w4 Gr 93,339
berat cawan porselin+air raksa pengisi cawan
w5 Gr 302,227
susut
berat air raksa B=W5-W4 Gr 208,888
volue tanah basah V=B/13,6 Gr 15,360
c. Volume Tanah Kering
berat air raksa yang didesak tanah kering +
w6 Gr 233,494
cawan porselin
berat cawan porselin w7 Gr 93,339
berat air raksa c = w6-w7 Gr 140,155
volume tanah kering Vo = C/13,6 cm3 10,305

Data contoh tanah :


1. Batas Susut
V V0 5,055
SL w 60,95 x100% 60,59%
W0 14 ,062

2. Angka Susut ( SR )
W0 14,062
SR 1,364 gr / cm 3
V0 10,305

3. Susut Volumetrik ( Vs ) :
Vs W SL xSR 60,95 60,59 x1,364 0,491cm 3

4. Susut Linear ( Ls) :

100 100
LS 100 x 1 3 100 x 1 3



Vs 100 0, 491 100

5. Berat Jenis Tanah ( Gs ) :


1 1
Gs 7,874
1 SL 1 60,59

SR 100 1,364 100
V.3. KESIMPULAN
Dari hasil perhitungan pemeriksaan batas cair tanah, diperoleh nilai
Batas Cair ( LL ) = 57,61. Batas cair diperoleh dengan harga kadar air dan
jumlah pukulan digambarkan dalam bentuk grafik.
Jumlah pukulan sebagai absis
Kadar air sebagai ordinat.

Setelah diplotkan, maka tariklah garis yang menghubungkan keempat titik


tersebut.
Dari percobaan batas plastis diperoleh hasil sbb :
Batas Plastis (PL) = 32,82 %
Index Plastisitas (IP) = 24,79 %
Dari percobaan batas susut diperoleh hasil sbb :
Batas susut tanah = 60,59 %
Angka susut = 1,364 gr/cm3
Susut volumetrik = 0,491 cm3
Susut linier = %
Berat jenis tanah = 7,874

V.4 SARAN
1. Saat melakukan proses pemeriksaan Atterberg diharapkan praktikan
teliti saat melakukan pembacaan timbangan
2. Sesudah praktikum bersihkan kembali alat yang sudah digunakan.
BAB VI
PERMEABILITAS

VI.1. PENDAHULUAN
Permeabilitas adalah kemampuan tanah meneruskan air melalui
porinya. Sedangkan rembesan atau seepage adalah proses mengalirnya air
dari pori-pori tanah. Masalah rembesan ini cukup penting dalam disiplin
ilmu teknik sipil demi keamanan suatu konstruksi. Misalnya dalam
pekerjaan bendungan, bangunan penahan air dan sebagainya. Koefisien
permeabilitas ini tergantung dari jenis tanah dan kerapatan tanah. Menurut
hokum Darcy, kecepatan aliran dalam tanah sebanding dengan gradien
hidroliknya.
V =k.i
Dimana : V = Kecepatan
K = Koefisien permeabilitas
i = Gradien hidrolik
Sedangkan besarnya debit yang melalui penampang massa tanah adalah :
Q=k.i.A
Dimana : Q = Besarnya debit yang lewat
A = Luas penampang tanah
Penentuan koefisien permeabilitas dapat dilakukan di lapangan dan
di laboratorium. Untuk penentuan di laboratorium dapat dilakukan
percobaan :
1. Pengurutan dalam tegangan tetap (Constant head).
Untuk menentukan k dapat diukur dari banyaknya air yang
masuk dan keluar dari suatu contoh tanah dalam waktu tertentu. Banyak
air yang keluar dari contoh ditentukan dengan menimbang atau dengan
tempat pengukuran.
Besar koefisien permeabilitas dari percobaan ini dapat dihitung
dengan rumus:
Q = k . I . A. t
K = Q / (i.A.t)
dimana : t = Waktu

2. Pengukuran dalam tegangan berubah (Varied feeling head)


Karena tegangan berubah maka hukum Darcy berlaku pada saat
tertentu. Penentuan k dalam percobaan ini dilakukan dengan
mengukur
penurunan ketinggian air pada pipa yang mengalirkan air ke contoh
tanah dalam jangka waktu tertentu.
Rumus yang digunakan :
a.L ho
K ln
A.t hl

dimana : a = Luas pipa

L = Tinggi contoh tanah


A = Luas contoh tanah
Ho =Tinggi mula-mula
hi = Tinggi pada saat tertentu

Nilai k pada rumus di atas merupakan konstanta, untuk suatu contoh


tanah tertentu asal suhu pada air tanah tidak berubah. Perubahan suhu
pada air tanah ini akan mengakibatkan berubahnya kekentalan
(viskositas), sehingga nilai k akan berubah juga.
Faktor-faktor yang berpengaruh pada koefisien rembesan adalah:
Ukuran butir tanah
Sifat pori cairan
Kadar pori
Susunan struktur partikel
VI.2. MAKSUD PERCOBAAN
Mencari koefisien permeabilitas dari suatu sampel tanah dengan
menggunakan Falling Head Permeamete

VI.3. ALAT-ALAT YANG DIGUNAKAN


1. Permeameter
2. Batu pori
3. Kertas saring
4. Stopwatch
5. Permeability Mold

VI.4. PERSIAPAN BENDA UJI


1. Contoh tanah dari tabung contoh dicetak ke dalam
mold. Susunan dari cetakan yaitu batu pori, kemudian kertas pori,
kemudian sampel tanah, dan dilapisi kembali dengan kertas pori. Sebagai
pengikat dapat digunakan seal tape atau plester agar air tidak keluar dari
tanah ketika air melalui pori tanah
2. Memasang mold untuk contoh ke dalam ring
permeameter dengan menutup bagian bawah dan bagian atas dari mold
tersebut.
3. Air diisikan untuk meredam mold yang lebih besar
selam 24 jam, agar contoh tanah menjadi jenuh.

VI.5. PELAKSANAAN PERCOBAAN


1. Air diisikan melalui lubang yang terdapat pada tutup atas mold contoh
sehingga penuh, kemudian tabung permeameter diisikan air. Hubungkan
tabung dan tutup mold tersebut.
2. Usahakan dalam mengisi air tidak terdapat gelembung udara.
3. Buka keran pada mold sehingga air pada tabung akan turun. Tetapkan
waktu pertama pembacaan, dan setiap 30 menit ketinggian air pada
tabung. Lakukan percobaan selama 5 kali.

PEMERIKSAAN KOEFISIEN PERMEABILITAS TANAH


(Falling Head Permeameter)

Proyek : Praktikum Mekanika Tanah I


Lokasi : Laboratorium Mekanika Tanah
Kelompok : Kelompok 3
Tanggal : 28 November 2016

1 Diameter Pipa Gelas (d) cm 1,6


2 Diameter Contoh Tanah (D) cm 6,500
3 Tinggi Contoh Tanah (h) cm 1,770
4 Berat Mol/Ring (A) gram 65,536
5 Berat Tanah+Mol/Ring (B) gram 155,095
6 Berat Tanah (W) W= B-A gram 89,559
7 Berat Volume Tanah (g) g=(W)/(1/4**D2*h) gram/cm3 1,525
8 KadarAir (w) % 100,69
9 Berat Jenis Tanah (Gs) 2,4895
10 Angka Pori (e) e={Gs*(w+1)-g}/g 0,787

Untuk menghitung koefisien permeabilitas tanah, dihitung dengan rumus

Dengan d = diameter pipa gelas (cm)


D = diameter contoh tanah (cm)
h = tinggi contoh tanah (cm)
t = waktu (sekon)
Ho = Tinggi air mula-mula (cm)
Ht = Tinggi air setelah 30 menit (cm)
Sebagai contoh pada pembacaan dari pukul 09.33 hingga 10.03 maka koefisien
pemeabilitasnya yaitu :

1,6 2.1,770 1000


( 2
) ln . 0,00009004
6,5 .1800 985

Ket : t = Selisih Waktu t0 dan t1 ( detik )


VI.6. KESIMPULAN
Dari hasil percobaan di laboratorium Mekanika tanah dalam
menentukan permeabilitas tanah dapat disimpulkan bahwa :
Koefisien permeabilitas ini tergantung dari jenis tanah dan kerapatan
tanah. Faktor yang mempegaruhi pada koefisien rembesan adalah
ukuran butir tanah, sifat pori tanah , kadar pori dan susunan struktur
partikel.
Untuk mencari koefisien permeabilitas dari suatu contoh tanah
digunakan Falling Head Permeameter dan penetuan k dalam
percobaan dilakuakn dengan mengukur penurunan ketinggian pada pipa
yang mengalirkan air kA contoh tanah dalam jangka waktu tertentu..
Percobaan ini kita ulang sebangyak 5 kali dengan masing masing
selisih waktu 30 menit. Dan dari hasil perhitungan diperoleh koefisien
permeabilitas rata rata sebesar 6,060 x 10-7 cm/det.
Diantara klasifikasi rembesan tanah tersebut termasuk kategori tanah
yang Sangat Rendah ( Very Low ). Yakni tanah dengan harga k antara
10-5 10-7 menurut Terzaghi.
No K ( cm / detik ) Klasifikasi ( derajat ) kejenuhan
1. > 10-1 Tinggi (High)
2. 10-1 10-3 Sedang (Medium)
3. 10-3 10-5 Rendah (Low)
4. 10-5 10-7 Sangat Rendah (Very Low )
5. < 10-7 Kedapan (Impermeable)
Dari hasil percobaan permebilitas diperoleh koefisien prmeabilitas rata
rata sebesar 6,060 x 10-7 cm/det tergolong tanah dengan derajat
kejenuhan Kedapan ( impermeable ) dengan daya serap ( angka pori )
sebesar 2,184 dengan jenis tanah Lempung .

VI.7. SARAN
1. Saat melakukan proses pemeriksaan Koefisien permeabilitas tanah
diharapkan praktikan teliti saat melakukan pembacaan timbangan
2. Sesudah praktikum bersihkan kembali alat yang sudah digunakan.
BAB VII
PEMERIKSAAN DISTRIBUSI UKURAN BUTIR TANAH
(GRAIN SIZE ANALYSIS)

VII.1.MAKSUD PERCOBAAN
Maksud percobaan adalah untuk menentukan distribusi ukuran butir-
butir tanah untuk tanah yang tidak mengandung butir tertahan saringan No.
10. Pemeriksaan dilakukan dengan pemeriksaan analisa hidrometer, sedang
ukuran butir yang tertahan saringan No.200 atau 0,075 mm dilakukan
dengan analisa saringan.

VII.2. ALAT-ALAT YANG DIGUNAKAN


1. Hidrometer ASTM 152 H dengan skala konsentrasi 5-6 gram per liter.
2. Saringan yang terdiri atas 1 susunan saringan dengan tutup atas dan
bawah. Nomor saringan (standart ASTM) dan ukurannya adalah sebagai
berikut :
No. 20 (0,850 mm)
No. 40 (0,425 mm)
No. 60 (0,250 mm)
No. 80 (0,180 mm)
No. 120 (0,125 mm)
No. 200 (0,075 mm)
3. Cawan porselen.
4. Tabung gelas.
5. Timbangan dengan ketelitian 0,001 gram.
6. Air destilasi.
7. Alat pengaduk suspensi.
8. Tabung gelas ukur, kapasitas 1000 ml.

9. Bahan dispersi (reagent) berupa Calgon (NaPO3).


10. Termometer 0C - 50C ketelitian 0,1C.
11. Stopwatch.

VII.3. PROSEDUR PERCOBAAN


1. Sediakan contoh tanah yang akan diperiksa sebanyak 50 gram.
2. Taruh contoh tanah dalam tabung gelas ukur. Rendamlah contoh tanah
tadi dengan 50 ml air suling dan biarkan selama 24 jam, dimaksudkan
agar butir-butir tanah terurai dengan baik.
3. Tuangkan campuran tersebut dalam alat pengaduk (stirring apparatus).
Jangan ada butir tertinggal atau hilang dengan membilas dengan air (air
destilasi) dan tuangkan air bilasan ke alat. Tambahkan air suling sampai
kira-kira setengah penuh, kemudian dimixerkan selama 15 menit.
4. Segera pindahkan suspensi ke gelas silinder pengendap. Jangan ada
tanah tertinggal dan menuangkan air bilasab ke silinder. Tambahkan air
destilasi sehingga volumenya menjadi 1000 cm
5. Disamping silinder isi suspensi tersebut , sediakan gelas kedua yang diisi
air destilasi ditambah reagent sehingga berupa larutan yang keduanya
sama seperti yang digunakan pada silinder pertama.Tutup gelas isi
suspensi dengan tutup karet atau dengan telapak tangan. Kocok
suspensi denga membalik-balik vertical ke atas dan ke bawah selama 1
menit,sehingga butir-butir tanah melayang dalam air. Gerakan
membolak-balik gelas ini harus sekitar 60 kali. Langsung letakkan
silinder berdiri diatas meja, dan bersamaan dengan berdirinya silinder,
jalankan stopwatch dan merupakan waktu pengendapan T= 0.
6. Lakukan pembacaan hidrometer pada saat-saat T = 2, 5, 30, 60, 250,
1440 menit (setelah T = 0) dengan cara sebagai berikut:
Kira-kira 20 25 detik setiap saat pelaksanaan pembacaan, ambil
hidrometer dari silinder kedua, celupkan secara hati-hati dan pelan-
pelan dalam suspensi sampai mencapai kedalaman sekitar taksiran skala
yang terbaca, kemudian lepaskan jangan sampai timbul guncangan.
Pada saatnya bacalah skala yang ditujukan oleh puncak meniscus muka
air = R1 (pembacaan belum dikoreksi). Setelah dibaca ambil hidrometer
pelan-pelan pindahkan dalam silinder kedua. Dalam air silinder kedua,
baca skala hidrometer = R2 (koreksi pembacaan).
7. Setiap setelah pembacaan hidrometer, amati dan catat temperatur
suspensi dengan mencelupkan termometer.
8. Setelah pembacaan hidrometer terakhir selesai dilaksanakan (T = 1440
menit), Tuangkan suspensi ke atas saringan No. 200 seluruhnya, jangan
ada butir tetinggal. Cucilah dengan air sampai air yang mengalir di
bawah saringan menjadi jernih dan tidak ada lagi butir halus yang
tertinggal.
9. Pindahkan butir-butir tanah yang tertinggal di atas saringan tanpa ada
yang tertinggal pada suatu tempat kemudian dikeringkan.
10. Masukkan ke dalam oven.
11. Dinginkan dan timbang serta catat berat tanah kering yang diperoleh =
B1 gram.
12. Saringlah tanah ini dengan menggunakan saringan N0. 200, No.120, No.
80, No. 60, No. 40, No. 20.
13. Timbang dan catat bagian tanah yang tertinggal di atas setiap saringan.

VII.4. HITUNGAN
A. Berat Benda Uji.
1. Hitung berat kering seluruh contoh tanah yang diperiksa, dengan :
w = Bo / (1 + w)
dimana : Bo = Berat basah contoh tanah.
w = Kadar air tanah
2. Hitung berat kering bagian tanah tertahan saringan No. 200
dengan :
B2 = w B1 . lm

B. Analisa Bagian Butir Lewat Saringan No. 200.


1. Hitung ukuran butir terbesar D (mm) yang ada dalam suspensi pada
kedalaman efektif L (cm) untuk setiap saat pembacaan T (menit)
dengan rumus :
D = (L / T) . k

Dimana :
K = konstanta yang besarnya dipengaruhi oleh temperatur suspensi
dan berat jenis butir. Harga K dapat dicari pada tabel 1 berikut.
L = Kedalaman efektif, dimana berat jenis suspensi diukur oleh
hidrometer yang digunakan dan pembacaan hidrometer R1.
Harga L (cm) dapat dicari pada tabel 3 terlampir.
T = Saat pembacaan dalam menit.
2. Hitung prosentase berat P dari butir yang lebih kecil dari D terhadap
berat kering seluruh tanah yang diperiksa dengan rumus :

R.a
P x 100%
w

dimana :
R = Pembacaan hidrometer terkoreksi R1 R2.
a = Angka koreksi untuk hidrometer 152 H terhadap berat jenis
butir. Harga a dapat dilihat pada tabel 2.

C. Analisa Bagian yang Tertahan Saringan No. 200.


1. Hitung jumlah berat bagian yang lolos masing-masing saringan yang
digunakan. Apabila berat bagian yang tertahan pada saringan dengan
No. 20, 40, 60, 70, 120, 200 berturut-turut masing-masing b1, b2, b3,
b4, b5, dan b6 gram, maka jumlah berat bagian lolos masing-masing
adalah :

Saringan-saringan Jumlah berat lolos


No. 200 c6 = b2
No. 120 c5 = c6 + b2
No. 80 c4 = c5 + b5
No. 60 c3 = c4 + b4
No. 40 c2 = c3 + b3
No. 20 c1 = c2 + b2
2. Hitung persentase berat lolos masing-masing saringan terhadap berat
kering seluruh contoh tanah yang diperiksa W.
D. Grafik.
Gambar hubungan dari hasil analisa hidrometer dan analisa saringan
tersebut pada Analisa bagian butir lewat saringan No. 200 dan Analisa
bagian yang tertahan saringan No. 200 di atas ditunjukkkan pada grafik
yaitu ukuran butir (mm) dan diameter butir (mm) sebagai absis dengan
skala logaritma dan prosentase berat lebih kecil dan persentase lewat
saringan sebagai koordinat.

Anda mungkin juga menyukai