MALARIA
2. Etiologi
Malaria paling sering di sebabkan oleh gigitan nyamuk spesiesAnopheles betina yang
terinfeksi dengan spesies dari protozoa genus plasmodium. Terdapat lima spesies paling umum
yang memberikan pengaruh ceddera terhadap manusia (fernandez, 2009), yaitu sebagai berikut.
a. Plasmodium Falcifarum
b. Plasmodium Vivax
c. Plasmodium Ovale
d. Plasmodium Malariae
e. Plasmodium Knowlesi
Plasmodium Knowlesi, baru-baru ini di identifikasi di Asia tenggara sebagai patogen
bermakna secara klinis pada amanusia (Cox-Singh, 2008) (Arif Muttaqin, dkk, 2011).
3. Jenis-jenis Malaria
Sesuai dengan penyebab malaria di bedakan berdasarkan jenis plasmodiumnya. (Arif
Muttaqin, dkk, 2011).
JENIS MALARIA
Jenis Penyebab Klinis
Malaria Plasmodium Malaria tropika adalah jenis malaria yang
Tropika Falcifarum paling berat, di tandai dengan panas yang
iriguler, anemia, splenomogali,
parasitemia, dan sering terjadi komplikasi.
Masa inkubasi 9-14 hari. Malaria ini
menyerang semua bentuk eritrosit.
Plasmodium Falcifarum menyerang sel
darah merah seumur hidup. Infeksi
plasmodium falcifarum sering sekali
menyebabkan sel darah merah yang
mengandung parasit menghasilkan banyak
tonjolan untuk melekat pada lapisan
endotel dinding kapiler dengan akibat
obstruksi trombosis dan iskemik lokal.
Infeksi ini sering kali lebih berat dan
infeksi lainnya dengan angka komplikasi
tinggi (Murphy, 1996)
Malaria Plasmodium Plasmodium malariae mempunyai
Kwartana malariae tropozoit yang serupa dengan plasmodium
vivak, lebih kecil dan sitoplasmanya lebih
kompak/lebih biru.tropozoit matur
mempunyai granula coklat tua sampia
hitam dan terkadang mengumpul sampai
terbentuk pita. Skizon plasmodium
malariae mempunyai 8-10 merozoit yang
tersusun seperti kelopak bunga/rosate.
Bentuk gametosit sangat mirip dengan
plasmodium vivax tetapi lebih kecil.
(Cunha, 2008)
Ciri-ciri demam tiga hari sekali setelah
puncak 48 jam. Gejala lain adalah nyeri
pada kepala dan punggung, mual,
pembesaran limpa, dan melaise umum.
Komplikasi jarang terjadi, namun dapat
terjadi seperti sindrome nefrotik dan
komplikasi terhadap ginjal lainnya. Pada
pemeriksaan akan di temukan edema,
asites, proteinuria, hipoproteinemia, tanpa
uremia dan hipertensi (Dorsey, 2000)
Malaria Plasmodium Ovale Malaria tersiana (plasmodium Ovale)
Ovale bentuknya mirip plasmodium malariae,
skizonnya hanya mempunyai 8 merozoid
dengan masa pigmen hitam di tengah.
Karakteristik yang dapat di pakai untuk
identifikasi adalah bentuk eritrosit yang
terinfeksi plasmodium ovale dimana
biasanya oval atau ireguler dan fibriated.
Malaria ovale merupakan bentuk yang
paling ringan dari semua bentuk malaria
yang di sebabkan oleh plasmodium ovale.
Masa inkubasi 11-16 hari, walaupun
priode laten sampai 4 tahun. Serangan
proksismal 3-4 hari dan jarang terjadi
lebih dari 10 kali walaupun tanpa terapi
dan terjadi pada amalam hari ( Busch,
2003)
Malaria Plasmodium Vivax Malaria tersiana (plasmodium vivax)
Tersiana biasanya menginfeksi eritrosit muda yang
diameternya lebih besar dari eritrosit
noramal, bentuknya mirip dengan
plasmodium falcifarum, namun seiring
dengan maturasi, tropozoid vivax berubah
menjadi amoeboid. Terjadi atas 12-24
merozoid ovale dan pigment kuning
tengguli. Gametosit berbentuk aval
hampir memenuhi seluruh eritrosit,
kromatinin eksternis, pigmen kuning.
Gejala malaria jenis ini secara periodik 48
jam dengan gejala klasik trias malaria dan
mengakibatkan demam berkala 4 hari
sekali dengan puncak demam 72 jam
(karmona, 2009).
g) Sosial ekonomi
Faktor social ekonomi sangat berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk
mencukupi kebutuhan dasarnya seperti : sandang, pangan dan papan. Semakin tinggi
sosisla ekonomi seseorang semakin mudah pula seseorang mencukupi segala kebutuhan
hidupnya termasuk di dalamnya kebutuhan akan pelayanan kesehatan, makanan yang
bergizi serta tempat tinggal yang layak dan lain-lain . Menurut Biro Pusat Statistik,
semakain tinggi status social ekonomi seseorang maka pengeluaran cenderung bergeser
dari bahan makanan ke bahan non makanan. Jadi faktor social ekonomi seperti
kemiskinan, harga barang yang tinggi, pendapatan keluarga rendah, dan produksi
makanan rendah merupakan resiko untuk terjangkitnya malaria (Wirjatmadi B., 1985).
h) Immunitas
Immunitas ini merupakan suatu pertahanan tubuh. Masyarakat yang tinggal di
daerah endemis malaria biasanya mempunyai imunitas yang alami sehingga mempunyai
pertahanan alam terhadap infeksi malaria.
7. Patofisiologi
Hasil infeksi tergantung pada imunitas host. Individu dengan kekebalan dapat
secara spontan menghapus parasit. Pada mereka yang tidak memiliki kekebalan,
parasit, memperluas infeksi. Sejumlah kecil parasit menjadi gametocytes, yang mengalami
reproduks, seksual ketika diisap oleh nyamuk. Hal ini dapat berkembang menjadi infeksi
sporozoites. yang terus berkembang menjadi siklus transmisi baru setelah menggigit ke dalam
host baru. Secara garis besar semua jenis plasmodium memiliki siklus hidup yang sama yaitu
tetap sebagian di tubuh manusia dan sebagian di tubuh nyamuk.
Kondisi masuknya sporozit ke dalam tubuh manusia, maka akan terjadi siklus malaria
yang terdiri atas siklus eksoeritrosit, siklus eritrosit, dan siklus sporogonik (CDC, 2009).
a) Siklus eksoeritrosit.
Siklus ini terjadi di dalam tubuh manusia dan terjadi di dalam hati. Penularan
terjadi bila nyamuk betina yang terinfeksi parasit, menyengat manusia dan dengan
ludahnya memasukkan sporozoit ke dalam peredaran darah yang untuk selanjutnya
bermukim pada sel hepatosit di parenkim hati. Parasit tumbuh dan mengalami
pembelahan. Setelah 6-9 hari skizon menjadi dewasa dan pecah dengan melepaskan
beribu-ribu merozoit. Sebagian merozoit memasuki sel-sel darah merah dan berkembang
di sini menjadi trofozoit. Sebagian lainnya memasuki jaringan lain, antara lain limpa atau
diam di hati. Dalam waktu 48-72 jam, sel-sel darah merah pecah dan merozoit yang
dilepaskan dapat memasuki siklus dimulai kembali.
b) Siklus eritrosit.
Fase eritrosit dimulai dan merozoid dalam darah menyerang eritrosit membentuk
tropozoid. Proses berlanjut menjadi trofozoit-skizonmerozoit. Setelah 2-3 generasi
merozoit dibentuk, sebagian merozoit berubah menjadi bentuk seksual. Masa antara
permulaan infeksi sampai ditemukannya parasit dalam darah tepi adalah masa prapaten,
sedangkan masa tunas dimulai dari masuknya sporozoit dalam badan hospes sampai
timbulnya gejala klinis demam.
c) Siklus sporogonik.
Siklus ini terjadi di dalam tubuh nyamuk (sporogoni). Setelah beberapa siklus,
sebagian merozoit di dalam eritrosit dapat berkembang menjadi bentuk-bentuk seksual
jantan dan betina. Gametosit ini tidak akan berkembang lalu mati bila tidak
diisap olehAnopheles betina. Di dalam lambung nyamuk terjadi penggabungan dari
gametosit jantan dan betina menjadi zigot, yang kemudian melakukan penetrasi pada
dinding lambung dan berkembang menjadi okista. Dalam waktu 3 minggu, sporozoit
kecil akan memasuki kelenjar ludah nyamuk.
Di dalam vaskular, protozoa bereplikasi di dalam sel dan menginduksi sitolisis sel
darah merah menyebabkan pelepasan produk metabolik toksik ke dalam aliran darah
dan memberikan gejala, seperti menggigil, sakit kepala, mialgia, dan malaise. Kondisi ini
terjadi dalam siklus eritrosit. Parasit juga dapat menyebabkan ikterus dan
anemia. Plasmodium. falciparum merupakan jenis yang paling berbahaya dari lima
spesies plasmodium karena dapat menyebabkan gagal ginjal, koma, dan kematian.
Kematian akibat malaria dapat dicegah. jika perawatan yang tepat dicari dan
diimplementasikan.
Plasmodium vivax dan Plasmodium ovale dapat menghasilkan bentuk yang tidak
aktif tetapi masih tetap ada dalam hati orang yang terinfeksi dan muncul di lain waktu.
Plasmodia juga menyebabkan lisis dari sel darah merah (baik yang terinfeksi dan yang
tidak terinfeksi), penekanan proses hematopoiesis, dan peningkatan pembersihan sel darah merah
oleh limpa yang menyebabkan kondisi anemia serta splenomegali. Seiring waktu, malaria dan
infeksi juga dapat menyebabkan trombositopenia.
Kondisi malaria akan memberikan berbagai masalah keperawatan yang muncul pada
pasien (Gambar 2.3) dan memberikan implikasi pada asuhan keperawatan. Masalah keperawatan
yang muncul berhubungan dengan pelepasan produk metabolik toksik ke dalam aliran darah
yang memberikan berbagai manifestasi pada respons sistemik, respons intestinal, respons sistem
saraf pusat, respons kardiorespirasi, dan muskuloskeletal.
8. Pathway
9. Komplikasi
Komplikasi yang lazim terjadi pada malaria terutama yang disebabkan
oleh Plasmodium falcifarum adalah sebagai berikut.
a) Koma (malaria serebral).
Koma pada malaria meliputi kondisi penurunan kesadaran, perubahan status mental, dan
kejang. Kondisi koma malaria merupakan kondisi paling umum yang menyebabkan
kematian pada pasien dengan penyakit malaria. Jika tidak diobati, komplikasi ini sangat
mematikan. Gejala malaria serebral mirip dengan ensefalopati toksik.
b) Kejang (sekunder baik untuk hipoglikemia atau serebral malaria).
c) Gagal ginjal akut.
Sebanyak 30% dari orang dewasa yang terinfeksi denganPlasmodium
falciparum menderita gagal ginjal akut (Hanson, 2009).
d) Hipoglikemia.
e) Hemoglobinuria (blackwater fever).
Kondisi hemoglobinuria ditandai dengan urine sangat gelap yang merupakan manifestasi
dari hemolisis, hemoglobinemia yang berlanjut pada hemoglobinuria dan hemozoinuria.
f) ARDS, edema paru nonkardiogenik.
Kondisi ini paling sering terjadi pada wanita hamil dan menyebabkan kematian pada 80%
pasien (Perez-Jorge, 2009).
g) Anemia.
h) Pendarahan (koagulopati).