Proposal Depresi Rsij Klender
Proposal Depresi Rsij Klender
DEPRESI
DISUSUN OLEH
2016
KATA PENGANTAR
1
Alhamdulillah, puji syukur penyusun ucapkan kehadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya sehingga kami penyusun dapat
menyelesaikan penulisan PROPOSAL PENYULUHAN DEPRESI sesuai
pada waktu yang telah ditentukan. Proposal penyuluhan ini dibuat atas bantuan
tambahan masukan dan bantuan dari rekan rekan dan dosen pembimbing sehingga
kami mendapat banyak inspirasi dan tambahan wawasan.
1. Direktur Rumah Sakit Jiwa Islam Klender, yang sudah memberi kesempatan
kepada kami untuk menjalankan dan mengikuti kepaniteraan klinik.
2. Kepada seluruh tenaga medis dan nonmedis di Rumah Sakit Jiwa Islam Klender
yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu juga kepada rekan-rekan satu
kelompok
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
2
SATUAN ACARA PENYULUHAN.......................................................................1
BAB I.......................................................................................................................3
PENDAHULUAN...................................................................................................3
BAB II......................................................................................................................5
TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................................5
2.1 Depresi......................................................................................................5
2.1.1 Kelainan Afektif......................................................................................5
2.1.2 Definisi....................................................................................................8
2.1.3 Epidemiologi...........................................................................................8
2.1.4 Etiologi..................................................................................................11
2.1.5 Klasifikasi..............................................................................................15
2.1.6 Gejala.....................................................................................................20
2.1.7 Diagnosis...............................................................................................22
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang.........................................................................24
2.1.9 Penatalaksanaan.....................................................................................25
1. Terapi Farmakologis........................................................................26
2. Terapi Non Farmakologis................................................................29
2.1.10 Prognosis.............................................................................................30
2.2 Depresi Berat Dengan Gejala Psikotik....................................................31
2.2.1 Definisi.............................................................................................31
2.2.2 Kriteria Diagnostik...........................................................................31
BAB III..................................................................................................................33
KESIMPULAN......................................................................................................33
DATAR PUSTAKA................................................................................................iii
I. IDENTITAS
Topik : Depresi
3
Sub Topik : Mengenali gejala, tingkat, dan pencegahan depresi
V. MEDIA
1. Laptop
2. LCD
3. Microphone
2
4. Leaflet
VI. METODE
1. Ceramah
2. Diskusi
3. Tanya jawab
- Penyebab depresi
3
- Klasifikasi depresi
- Penatalaksanaan depresi
- Pencegahan depresi
BAB I
PENDAHULUAN
4
universal terlepas dari kultur atau negara prevalensi gangguan depresi berat pada
wanita dua kali lebih besar dari pria. Pada umumnya onset untuk gangguan
depresi berat adalah pada usia 20 sampai 50 tahun, namun yang paling sering
adalah pada usia 40 tahun. Depresi berat juga sering terjadi pada orang yang tidak
menikah dan bercerai atau berpisah. Patogenesis depresi kenyataannya sampai
saat ini masih membingungkan dan belumlah pasti sehingga banyak teori-teori
semuanya timbul dan berkembang seiring dengan kemajuan bidang
psikofarmakologi.
Sebanyak dua pertiga orang dengan depresi tidak menyadari bahwa
mereka memiliki penyakit yang dapat diobati dan karena itu mereka tidak mencari
pengobatan. Banyak dari pasien pertama kali datang mencari pengobatan dengan
keluhan somatik, seperti kelelahan, sakit kepala, gangguan lambung, atau
perubahan berat badan2.
Tes skrining depresi dapat digunakan untuk skrining depresi dan gangguan
bipolar. Yang paling banyak digunakan adalah Hamilton Depression Rating Scale
(HDRS). Banyak pengobatan efektif yang tersedia untuk gangguan depresi,
termasuk psikoterapi singkat (misalnya, terapi perilaku-kognitif, terapi
interpersonal), yang digunakan baik dalam bentuk tunggal ataupun kombinasi
dengan obat. Namun, pendekatan gabungan umumnya memberikan respon
tercepat dan berkelanjutan2.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Depresi
5
serangan disebut unipolar, dan jika episode manik dan depresif keduanya
ada disebut bipolar3.
Mood merupakan subjetivitas peresapan emosi yang dialami dan
dapat dutarakan oleh pasien dan terpantau oleh orang lain; termasuk sebagai
contoh adalah depresi, elasi dan marah. Kepustakaan lain, mengemukakan
mood, merupakan perasaan, atau nada perasaan hati seseorang, khususnya
yang dihayati secara batiniah4.
Pasien dalam keadaan mood terdepresi memperlihatkan kehilangan
energi dan minat, merasa bersalah, sulit berkonsentrasi, hilangnya nafsu
makan, berpikir mati atau bunuh diri. Tanda dan gejala lain termasuk
perubahan dalam tingkat aktivitas, kemampuan kognitif, bicara dan fungsi
vegetative (termasuk tidur, aktivitas seksual dan ritme biologik yang lain).
Gangguan ini hampir selalu menghasilkan hendaya (handicap)
interpersonal, sosial dan fungsi pekerjaan4.
F30.0 Hipomania
6
F31.2 Gangguan afektif bipolar, episode kini manik dengan gejala
psikotik
7
F32.2 Episode depresif berat tanpa gejala psikotik
F34.0 Siklotimia
8
F34.1 Distimia
2.1.2 Definisi
9
termasuk perubahan pada pola tidur dan nafsu makan, psikomotor,
konsentrasi, anhedonia, kelelahan, rasa putus asa dan tak berdaya, serta
gagasan bunuh diri1.
Jika gangguan depresif berjalan dalam waktu yang panjang
(distimia) maka orang tersebut dikesankan sebagai pemurung, pemalas,
menarik diri dari pergaulan, karena ia kehilangan minat hampir disemua
aspek kehidupannya3.
2.1.3 Epidemiologi
1 Jenis Kelamin
Perempuan 2x lipat lebih besar dibanding laki-laki. Diduga adanya
perbedaan hormon, pengaruh melahirkan, perbedaan stresor
psikososial antara laki-laki dan perempuan, dan model perilaku yang
dipelajari tentang ketidakberdayaan4.
10
Pada penelitian yang dilakukan NIMH (2002) ditemukan
bahwa prevalensi yang tinggi pada wanita dibandingkan pria
kemungkinan dikarenakan adanya ketidakseimbangan regulasi hormon
yang langsung mempengaruhi substansi otak yang mengatur emosi dan
mood contohnya dapat dilihat pada situasi PMS (Pre Menstrual
Syndrome). Untuk wanita yang telah menikah, depresi dapat
diperparah dengan masalah keluarga dan pekerjaan, merawat anak dan
orangtua lanjut usia, kekerasan dalam rumah tangga dan kemiskinan.
2 Usia
11
Wanita yang tidak menikah memiliki kecenderungan lebih rendah
untuk menderita depresi dibandingkan dengan wanita yang menikah
namun hal ini berbanding terbalik untuk laki-laki4.
Pada umumnya, gangguan depresif berat terjadi paling sering pada
orang yang tidak memiliki hubungan interpersonal yang erat, pasangan
yang bercerai atau berpisah. Penelitian yang dilakukan oleh Akhtar
(2007) memperlihatkan bahwa prevalensi tertinggi dari depresi
didapatkan pada pasangan yang bercerai atau berpisah.
4 Faktor Sosioekonomi dan Budaya
12
2.1.4 Etiologi
2 Faktor Biokmia
13
melantonin, penurunan pelepasan prolaktin terhadap pemberian
tryptophan, penurunan kadar dasar FSH (Follicle Stimullating Hormon)
dan LH (Luteinizing Hormon), dan penurunan kadar testosteron pada
laki-laki (Trisdale, 2003).
a Hipotesis Katekolamin
Beberapa penyakit depresi berhubungan dengan defisiensi
katekolamin pada reseptor otak. Reserpin yang menekan amina
otak diketahui kadang-kadang menimbulkan depresi lambat3.
Disamping itu, MHPG (Metabolit primer noradrenalin
otak) menurun dalam urin pasien depresi sewaktu mereka
mengalami episode depresi dan meningkat di saat mereka
gembira3.
b Hipotesis Indolamin
Hipotesis indolamin membuat pernyataan serupa untuk 5-
hidroxitriptamin (5 HT). metabolit utamnya asam 5-hidroksi
indolasetat (5HIAA) menurun dalam LCS pasien depresi, dan 5
HIAA rendah pada otak pasien yang bunuh diri. L-Triptofan, yang
mempunyai efek antidepresi meningkatkan 5HT otak3.
14
3 Faktor Hormon
Kelainan depresi mayor dihubungkan dengan hipersekresi kortisol
dan kegagalan menekan sekresi kortisol sesudah pemberian
dexametason. Pasien depresi resisten terhadap penekanan dexametason
dan hasil abnormal ini didapatkan pada sekitar 50% pasien, terutama
pada pasien dengan depresi bipolar, waham dan ada riwayat penyakit ini
dalam keluarga3.
Wanita dua kali lebih sering dihubungkan dengan pruerperium atau
menopause. N Bunuh diri dan saat masuk rumah sakit biasanya sebelum
menstruasi. Selama penyakit afektif berlangsung sering timbul amenore.
Hal ini menggambarkan bahwa gangguan endokrin mungkin merupakan
faktor penting dalam menentukan etiologi3.
15
sosial juga menerangkan kepada kita mengapa masalah psikologik
kejadiannya lebih sering muncul pada anggota keluarga dari generasi ke
generasi. Jika anak dibesarkan dalam suasana pesimistik, dimana
dorongan untuk keberhasilan jarang atau tidak biasa, maka anak itu akan
tumbuh dan berkembang dengan kerentanan tinggi terhadap gangguan
depresif4.
5 Faktor Lingkungan
Enam bulan sebelum depresi, pasien depresi mengalami lebih banyak
peristiwa dalam hidupnya. Mereka merasa kejadian ini tidak memuaskan
dan mereka keluar dari lingkungan sosial. 80% serangan pertama depresi
didahului oleh stress, tetapi angka ini akan jatuh menjadi hanya 50%
pada serangan berikutnya. Pasien depresi diketahui juga lebih sering pada
anak yang kehilangan orang tua di masa kanak-kanak dibandingkan
dengan populasi lainnya3.
Menurut Freud, kehilangan obyek cinta, seperti orang yang dicintai,
pekerjaan tempatnya berdedikasi, hubungan relasi, harta, sakit terminal,
sakit kronis dan krisis dalam keluarga merupakan pemicu episode
gangguan depresif. Seringkali kombinasi faktor biologik, psikologik dan
lingkungan merupakan campuran yang membuat gangguan depresif
muncul1,4.
16
yang lebih tinggi untuk menderita episode gangguan mood selanjutnya,
bahkan tanpa adanya stresor external1.
2.1.5 Klasifikasi
1 Episode Depresif
f Tidur terganggu
17
seiring berlalunya waktu. Sebagaimana pada episode manik, gambaran
klinisnya juga menunjukkan variasi individual yang mencolok, dan
gambaran tak khas adalah lumrah, terutama di masa remaja. Pada
beberapa kasus, anxietas, kegelisahan dan agitasi motorik mungkin
pada waktu-waktu tertentu lebih menonjol daripada depresinya, dan
perubahan suasana perasaan (mood) mungkin juga terselubung oleh
cirri tambahan seperti iritabilitas, minum alkohol berlebih, perilaku
histrionik, dan eksaserbasi gejala fobik atau obsesif yang sudah ada
sebelumnya, atau oleh preokupasi hipokondrik. Untuk episode depresif
dari ketiga-tiganya tingkat keparahan, biasanya diperlukan masa
sekurang-kurangnya 2 minggu untuk penegakkan diagnosis, akan
tetapi periode lebih pendek dapat dibenarkan jika gejala luar biasa
beratnya dan berlangsung cepat (Depkes RI, 1993).
18
Suasana perasaan mood yang depresif, kehilangan minat
dan kesenangan, dan mudah menjadi lelah biasanya dipandang
sebagai gejala depresi yang paling khas; sekurang-kurangnya dua dari
ini, ditambah sekurang-kurangnya dua gejala lazim di atas harus ada
untuk menegakkan diagnosis pasti. Tidak boleh ada gejala yang berat
di antaranya. Lamanya seluruh episode berlansung ialah sekurang-
kurangnya sekitar 2 minggu (Depkes RI, 1993).
19
perasaan dirinya tak berguna mungkin mencolok, dan bunuh diri
merupakan bahaya nyata terutama pada beberapa kasus berat.
Anggapan di sini ialah bahwa sindrom somatik hampir selalu ada pada
episode depresif berat.
20
kemiskinan atau malapetaka yang mengancam, dan pasien dapat
merasa bertanggung jawab atas hal itu. Halusinasi auditorik atau
olfaktorik biasanya berupa suara yang menghina atau menuduh atau
bau kotoran atau daging membusuk. Retardasi psikomotor yang berat
dapat menuju pada stupor. Jika diperlukan, waham atau halusinasi
dapat ditentukan sebagai serasi atau tidak serasi dengan suasana
perasaan (mood).
21
F32.9 Episode depresif YTT
22
2.1.6 Gejala
23
gejala dominan, disertai dengan adanya kegelisahan motorik yang
nyata.
5 Perasaan bersalah sering ditemukan disertai mengomeli diri sendiri dan
turunnya penilaian diri. Dalam kasus berat, bisa timbul waham dimana
penyakit yang dideritanya merupakan suatu hukuman untuk dosanya di
masa lampau, baik itu dosa yang dikhayalkannya maupun kesalahan
yang memang benar-benar pernah ia lakukan. Pasien juga bisa merasa
bahwa dia dipandang rendah dan dituduh bejad oleh orang lain.
Kemungkinan ada keasyikan sendiri, hipokondriasis dan waham
hipokondria. Mungkin juga ada waham kemiskinan atau waham
nihilistik.
6 Halusinasi jarang ditemukan, tetapi dapat timbul pada kasus berat.
7 Depersonalisasi dan derealisasi tidak jarang terjadi. Pasien menyatakan
bahwa dia kehilangan perasaan dan mempunyai sensasi asing. Dia
merasa tidak nyata dan baginya benda-benda terlihat tidak nyata.
8 Pikiran dan tindakan berisi perasaan bersalah atau menyalahkan diri
sendiri mungkin ditemukan.
9 Insomnia sering ditemukan. Gejala khasnya pasien mula-mula bangun
dini hari, kemudian semakin lama semakin pagi dan bahkan akhirnya
dapat menjadi insomnia total.
10 Anoreksia, konstipasi, gangguan pencernaan, penurunan berat badan,
amenore dan kehilangan libido biasa ditemukan. Mungkin terjadi
kelelahan dan letargi, atau tanda autonom ansietas.
Pikiran untuk melakukan bunuh diri dapat timbul pada sekitar dua
pertiga pasien depresi, dan 10-15% melakukan bunuh diri. Mereka yang
dirawat dirumah sakit dengan percobaan bunuh diri dan ide bunuh diri
mempunyai umur hidup lebih panjang dibanding yang tidak dirawat.
Beberapa pasien depresi terkadang tidak menyadari ia mengalami depresi
dan tidak mengeluh tentang gangguan mood meskipun mereka menarik diri
dari keluarga, teman dan aktifitas yang sebelumnya menarik bagi dirinya.
Hampir semua pasien depresi (97%) mengeluh tentang penurunan energi
dimana mereka mengalami kesulitan menyelesikan tugas, mengalami
24
kendala disekolah dan pekerjaan, dan menurunnya motivasi untuk terlibat
dalam kegiatan baru. Sekitar 80% pasien mengeluh masalah tidur, khusunya
terjaga dini hari (terminal insomnia) dan sering terbangun dimalam hari
karena memikirkan masalh yang dihadapi. Kebanyakan pasien
menunjukkan peningkatan atau penurunan nafsu makan, demikian pula
dengan bertambah dan menurunnya berat badan serta mengalami tidur lebih
lama dari yang biasa (Depkes RI, 1993).
2.1.7 Diagnosis
Konsep gangguan jiwa yang terdapat dalam PPDGJ III ini merujuk
kepada DSM-IV dan konsep disability berasal dari The ICD-10
Classification of Mental and Behavioral Disorders. Menurut PPDGJ (2003),
gangguan afektif berupa depresi dapat terbagi menjadi episode depresif dan
episode depresif berulang, dimana episode depresif sendiri terbagi menjadi
episode depresif ringan, sedang, dan berat. Sedangkan untuk episode
berulang terbagi menjadi episode berulang episode kini ringan, episode kini
sedang, episode kini berat tanpa gejala psikotik, episode kini berat dengan
gejala psikotik dan episode kini dalam remisi.
25
banyak bagian-bagian dan setiap bagian tidak mewakili suatu kondisi yang
sah. Walaupun DSM-IV dapat dipergunakan lintas kultural, penggunaannya
pada situasi tertentu memerlukan kehati-hatian dalam menginterpretasikan
gejala-gejala.
gangguan mental
26
lama waktu yang tidak memenuhi kriteria diagnostik untuk gangguan
depresif berat.
27
membantu memberikan penilaian yang objektif terhadap kondisi depresi
yang dialami oleh pasien. Berikut ini adalah beberapa instrumen yang sering
digunakan, yaitu:
2.1.9 Penatalaksanaan
28
suatu rencana pengobatan harus dimulai yang menjawab bukan hanya gejala
sementara tetapi juga kesehatan pasien selanjutnya1.
1 Terapi Farmakologis
29
a Trisiklik
30
Obat ini sekarang jarang digunakan sebagai lini pertama dalam
pengobatan depresi karena bersifat sangat toksik bagi tubuh. Selain
karena dapat menyebabkan krisis hipertensif akibat interaksi
dengan tiramin yang berasal dari makanan-makanan tertentu
seperti keju, anggur dan acar, MAOIs juga dapat menghambat
enzim-enzim di hati terutama sitokrom P450 yang akhirnya akan
mengganggu metabolisme obat di hati1.
31
Golongan antidepresan SNRIs bekerja dengan mekanisme yang
hampir sama dengan golongan SSRIs, hanya saja pada SNRIs juga
menghambat dari reuptake norepinefrin (NIMH, 2002).
32
Tiga jenis psikoterapi jangka pendek yang digunakan dalam
pengobatan depresif berat adalah terapi kognitif, terapi interpersonal dan
terapi perilaku1 telah menemukan predictor respons terhadap berbagai
pengobatan sebagai berikut ini : (1) disfungsi sosial yang rendah
menyatakan respons yang baik terhadap terapi interpersonal, (2) disfungsi
kognitif yang rendah menyatakan respons yang baik terhadap terapi
kognitif-perilaku dan farmakoterapi, (3) disfungsi kerja yang tinggi
mengarahkan respons yang baik terhadap farmakoterapi, (4) keparahan
depresi yang tinggi menyatakan respons yang baik terhadap terapi
interpersonal dan farmakoterapi.
2.1.10 Prognosis
33
Pasien yang dirawat di rumah sakit untuk episode pertama gangguan
depresif berat memiliki kemungkinan 50% untuk pulih dalam tahun
pertama. Banyak penelitian telah berusaha untuk mengidentifikasi indikator
prognostik yang baik dan buruk di dalam perjalanan gangguan depresif
berat. Episode ringan, tidak adanya gejala psikotik, fungsi keluarga yang
stabil, tidak adanya gangguan kepribadian, tinggal dalam waktu singkat di
rumah sakit dalam waktu yang singkat, dan tidak lebih dari satu kali
perawatan di rumah sakit adalah indikator prognostik yang baik. Prognosis
buruk dapat meningkat oleh adanya penyerta gangguan distimik,
penyalahgunaan alkohol dan zat lain, gejala gangguan kecemasan, dan
riwayat lebih dari satu episode sebelumnya1.
2.2.1 Definisi
34
2 Menurunnya minat atau kesenangan yang nyata pada semua atau
hampir semua aktivitas hampir sepanjang hari, hampir setiap hari.
7 Perasaan tidak berarti atau rasa bersalah yang tidak sesuai atau
berlebihan
35
Lima atau lebih gejala/ kriteria diatas telah ada selama periode waktu
2 minggu dan menunjukan perubahan fungsi sebelumnya. Setidaknya 1
gejala mood menurun atau 2 gejala kehilangan minat atau kesenangan.
BAB III
KESIMPULAN
Depresi adalah suatu kondisi yang lebih dari suatu keadaan sedih, bila
kondisi depresi seseorang sampai menyebabkan terganggunya aktivitas sosial
sehari-harinya maka hal itu disebut sebagai suatu Gangguan Depresi. Beberapa
gejala Gangguan Depresi berat dengan gejala psikotik adalah perasaan sedih, rasa
lelah yang berlebihan setelah aktivitas rutin yang biasa, hilang minat dan
semangat, malas beraktivitas, dan gangguan pola tidur dan terdapat waham dan
36
halusinasi atau stupor depresi. Depresi sering merupakan salah satu penyebab
utama kejadian bunuh diri.
DATAR PUSTAKA
37