TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Audit
Pada dasarnya audit bertujuan untuk menilai apakah pelaksanaan dari suatu
kegiatan sudah sesuai dengan yang telah ditetapkan sebelumnya, maka dapat
disimpulkan bahwa audit merupakan suatu proses membandingkan antara
kenyataan yang ada dengan yang seharusnya ada.
Pengertian menurut Arens & loebbecke (2000:1) yang diterjemahkan oleh Amir
Abadi Yusuf adalah:
Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan beberapa aspek dari audit, yaitu:
2. Audit kepatuhan
Audit kepatuhan menentukan sejauh mana peraturan, kebijakan, hukum,
perjanjian, atau peraturan pemerintah dipatuhi oleh entitas yang sedang
diaudit.
3. Audit Operasional
Audit operasional melibatkan pengkajian sistematis atas aktivitas organisasi.
4. Audit Forensik
Tujuan dari audit forensik adalah mendeteksi atau mencegah berbagai jenis
kecurangan (fraud). Penggunaan auditor untuk melaksanakan audit forensik telah
tumbuh pesat.
Menurut dewan direksi institut of internal auditor (Juli 1999), yang dikutip
oleh Sawyer (2005:9), dialih bahasakan oleh Desi Adhariani dalam bukunya
Audit Internal definisi audit internal adalah :
Audit adalah aktivitas independen keyakinan objektif dan konsultasi
yang dirancang untuk memberi nilai tambah konsultasi yang
dirancang untuk memberi nilai tambah dan meningkatkan operasi
organisasi. Audit tersebut membantu organisasi mencapai tujuannya
dengan menerapkan pendekatan yang sistematis dan berdisiplin
untuk mengevaluasi dan meningkatkan efektifitas proses pengelolaan
organisasi.
Auditor intern harus memastikan apakah suatu tindakan korektif telah dilakukan
dan memberikan berbagai hasil yang diharapkan, ataukah manajemen senior atau
dewan telah menerima rewsiko akibat tidak dilakukannya tindakan korektif atas
temuan yang dilaporkan.
Wewenang dan tanggung jawab auditor intern dalam suatu organisasi juga
harus ditetapkan secara jelas oleh pimpinan. Wewenang tersebut harus
memberikan keleluasan auditor intern untuk melakukan audit terhadap
catatan-catatan, harta milik, operasi/aktivitas yang sedang berjalan dan para
pegawai badan usaha.
Program audit merupakan daftar prosedur audit untuk seluruh audit unsur
tertentu, sedangkan prosedur audit adalah instruksi rinci untuk menentukan
tipe bukti audit tertentu yang harus diperoleh pada saat tertentu dalam
audit.
Konsersium Organisasi Profesi Audit Internal (2004:15) menyatakan dalam
merencanakan penugasan,
Tujuan yang ingin dicapai dengan adanya program audit antara lain:
tahap terakhir dalam proses audit adalah menyiapkan laporan audit (audit
report), yang menyampaikan temuan-temuan auditor kepada pemakai. Laporan
seperti ini memiliki sifat yang berbeda-beda, tetapi semuanya harus memberi tahu
para pembaca tentang derajat kesesuaian antara informasi dan kriteria yang telah
ditetapkan. Laporan juga memiliki bentuk yang berbeda dan dapat bervariasi
mulai dari jenis yang sangat teknis yang biasanya dikaitkan dengan audit laporan
keuangan hingga laporan lisan yang sederhana dalam audit operasional atas
efektivitas suatu departemen kecil.
Menurut Sukrisno Agoes (2004:236), sebagai hasil dari pekerjaannya,
internal auditor harus membuat laporan kepada manajemen. Laporan tersebut
merupakan suatu alat dan kesempatan bagi internal auditor untuk menarik
perhatian manajemen dan membuka mata manajemen mengenai manfaat dari
Internal Audit Department (IAD), apa saja yang sudah dan dapat dikerjakan IAD,
hal penting apa saja yang terjadi di perusahaan dan memerlukan perhatian dan
tindakan perbaikan dari manajemen. Untuk itu IAD harus menyampaikan laporan
yang: Objective Clear (jelas) Concise (singkat tetapi padat) Constructive
(membangun) Timely (cepat waktu)
1. Persiapan pemeriksaan.
a. Koordinasi Rencana Pemeriksaan.
Sebelum memprogramkan pemeriksaan terlebih dahulu dilakukan
koordinasi dengan Inspektorat Provinsi mengenai waktu dan obyek
yang akan diperiksa.
b. Pengumpulan dan Penelaahan Informasi Umum Mengenai Obyek yang
diperiksa.
1) Menghimpun data dan informasi yang berkaitan dengan obyek yang
diperiksa antara lain :
a) Peraturan perundang-undangan.
Data umum obyek yang diperiksa.
b) Laporan pelaksanaan program/kegiatan dari obyek yang akan
diperiksa.
c) Laporan Hasil Pemeriksaan Aparat Pengawasan sebelumnya.
d) Sumber informasi lain yang dapat memberi kejelasan mengenai
pelaksanaan program/kegiatan obyek yang akan diperiksa.
2) Menelaah data dan informasi yang dikumpulkan untuk bahan
pemeriksaan.
c. Penyusunan Program Kerja Pemeriksaan (PKP). Penyusunan Program
Kerja Pemeriksaan meliputi kegiatan :
1) Penentuan personil.
2) Penentuan Jadual Waktu Pemeriksaan.
3) Penentuan Obyek, Sasaran dan Ruang Lingkup Pemeriksaan.
4) Menyusun Langkah-langkah Pemeriksaan.
2. Pelaksanaan Pemeriksaan.
a. Pertemuan awal (Entry Briefing).
Tim Pemeriksa bertemu dengan Pimpinan Instansi/Unit Kerja yang
diperiksa/yang mewakili, untuk menyampaikan maksud dan tujuan
pemeriksaan.
b. Kegiatan Pemeriksaan.
1) Tim Pemeriksa melaksanakan tugas pemeriksaan pada obyek-
obyek yang akan diperiksa sesuai dengan program kerja
pemeriksaan.
2) Kertas Kerja Pemeriksaan (KKP).
a) Setiap Pejabat Pengawas Pemerintah Daerah/Auditor wajib
menuangkan hasil pemeriksaan ke dalam Kertas Kerja
Pemeriksaan (KKP).
b) KKP direview secara berjenjang oleh Ketua Tim, Pengendali
Teknis dan Inspektur Pembantu dengan memberikan paraf pada
KKP yang direview dan dilakukan pemberkasan.
c) Kertas Kerja Pemeriksaan disusun dalam satu berkas LHP.
3) Konfirmasi Temuan Hasil Pemeriksaan. Temuan hasil pemeriksaan
harus dikonfirmasikan kepada pimpinan obyek yang diperiksa
untuk meminta tanggapan. Hasil konfirmasi harus ditandatangani
oleh kedua belah pihak.
4) Penyusunan Pokok-pokok Hasil Pemeriksaan (P2HP). Pokok-
pokok Hasil Pemeriksaan merupakan himpunan hasil pemeriksaan
yang terdiri dari temuan-temuan strategis tanpa rekomendasi yang
mempunyai dampak bagi Pemerintah Kabupaten Bandung dan
masyarakat yang perlu segera mendapat perhatian disusun oleh
Ketua Tim dan Pengendali Teknis serta diketahui oleh Inspektur
Pembantu.
c. Pertemuan Akhir (Exit Briefing).
Tim Pemeriksa menyampaikan pokok-pokok hasil pemeriksaan kepada
Pimpinan Instansi/Unit Kerja yang diperiksa/yang mewakili.
3. Pelaporan hasil pemeriksaan.
a. Ekspose Hasil Pemeriksaan.
1) Selambat-lambatnya 1 (satu) minggu setelah selesai melakukan
pemeriksaan reguler, Tim Pemeriksa wajib melakukan ekspose hasil
pemeriksaan.
2) Inspektur Pembantu menyerahkan Konsep Laporan Hasil
Pemeriksaan (LHP) 3 (tiga) hari sebelum dilaksanakan kegiatan
ekspose kepada Sekretaris Inspektorat
3) Ekspose konsep laporan hasil pemeriksaan oleh Tim Pemeriksa
dipimpin Inspektur Pembantu dengan penyanggah terdiri dari para
Pejabat Pengawas Pemerintah Daerah, Kelompok Jabatan
Fungsional, dan Kepala Sub Bagian terkait.
4) Penyanggah dalam ekspose harus memenuhi kuorum (50 % + 1), bila
tidak memenuhi kuorum ekspose ditunda pada kesempatan
berikutnya dengan maksimal penundaan 2 (dua) kali.
5) Sub Bagian Evaluasi dan Laporan membuat notulen ekspose sebagai
bahan perbaikan konsep laporan hasil pemeriksaan yang harus
dilaksanakan oleh Tim Pemeriksa.
b. Penyusunan Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP).
Selambat-lambatnya 15 (lima belas) hari setelah selesai melakukan
pemeriksaan reguler, Tim Pemeriksa wajib menyelesaikan laporan hasil
pemeriksaan yang telah diperbaiki sesuai hasil ekspose.
Selain lampiran III diatas dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
23 Tahun 2007 tentang Pedoman Tata Cara Pengawasan atas Penyelenggaraan
Pemerintah Daerah telah ditetapkan juga mengenai Tindak Lanjut Hasil
Pemeriksaan yaitu dalam Lampiran IV Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
23 Tahun 2007 tentang Pedoman Tata Cara Pengawasan atas Penyelenggaraan
Pemerintah Daerah mengenai Mekanisme dan Sistimatika Laporan Pemantauan
dan Pemutakhiran Tindak Lanjut Hasil Pengawasan sebagaimana berikut :
1. Pemantauan Tindak Lanjut Hasil Pengawasan.
a. Persiapan.
Inspektorat Kabupaten Bandung mempersiapkan bahan pemantauan
tindak lanjut hasil pengawasan berupa data temuan, penyebab,
rekomendasi hasil pengawasan dalam bentuk daftar inventarisasi.
b. Pelaksanaan.
Inspektorat Kabupaten Bandung, memantau tindak lanjut atas hasil
pengawasan penyelenggaraan Pemerintahan Daerah dengan membentuk
Tim Pemantau.
c. Pelaporan
1) Tim Pemantau melaporkan hasil pemantauan tindak lanjut hasil
pengawasan kepada Inspektur Kabupaten.
2) Inspektur Kabupaten melaporkan hasil pemantauan tindak lanjut
kepada Bupati dengan tembusan Gubernur.
2. Pemutakhiran Tindak Lanjut Hasil Pengawasan.
a. Persiapan
Inspektorat Kabupaten Bandung mempersiapkan bahan pemutakhiran
tindak lanjut hasil pengawasan berupa laporan hasil pemantauan.
b. Pelaksanaan.
1) Pemutakhiran tindaklanjut hasil pengawasan dilaksanakan di
Kabupaten.
2) Pemutakhiran tindaklanjut hasil pengawasan Kabupaten
dikoordinir oleh Wakil Bupati.
c. Pelaporan
Hasil rapat pemutakhiran tindaklanjut hasil pengawasan Kabupaten
Bandung dilaporkan Bupati kepada Gubernur dengan tembusan
Menteri Adapun pelaksanaan audt yang dilaksanakan dilampirkan
dalam peraturan dalam