Anda di halaman 1dari 21

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Audit

Dalam kegiatan audit terdapat proses pembandingan antara kondisi dan


kriteria. Kondisi adalah kenyataan yang ada atau keadaan sebenarnya yang
melekat pada objek yang diaudit, sedangkan kriteria adalah bahan pembanding,
tolak ukur, atau hal-hal yang sebenarnya dikerjakan ataupun juga hal-hal yang
seharusnya melekat pada objek yang diaudit.

Pada dasarnya audit bertujuan untuk menilai apakah pelaksanaan dari suatu
kegiatan sudah sesuai dengan yang telah ditetapkan sebelumnya, maka dapat
disimpulkan bahwa audit merupakan suatu proses membandingkan antara
kenyataan yang ada dengan yang seharusnya ada.

2.1.1 Pengartian Audit

Ada beberapa pengertian audit yang didefinisikan oleh beberapa buku


antara lain :

Pengertian menurut Arens & loebbecke (2000:1) yang diterjemahkan oleh Amir
Abadi Yusuf adalah:

Auditing adalah proses pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti


tetang informasi yang dapat diukur mengenai suatu entitas ekonomi yang
dilakukan seorang yang kompeten dan independen untuk dapat menentukan
laporan kesesuaian informasi yang dimaksud dengan kriteria-kriteria yang
telah ditetapkan. Auditing harus dilakukan oleh orang yang kompeten dan
independent.
Pengertian audit menurut Mulyadi (2002:9) Audit :

Suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara


objektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kegiatan
ekonomi, dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil-
hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan.

Definisi menurut Sunarto (2003:16-17) :

Pengauditan adalah suatu proses sistematis untuk mendapatkan dan


mengevaluasi bukti yang berhubungan dengan arsersi tentang tindakan-
tindakan dan kejadian-kejadian ekonomi secara objektife untuk menentukan
tingkat kesesuaian antara asersi tersebut dengan kriteria yang telah
ditetapkan dan mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak yang
berkepentingan.

Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan beberapa aspek dari audit, yaitu:

1. Audit harus dilakukan oleh seorang yang independent dan kompeten,


dalam arti dilakukan oleh seorang auditor yang ahli dan memiliki sifat
mental yang bebas atau tidak mudah dipengaruhi. Hal ini penting
karena auditor melaksanakan pekerjaan yang merupakan kepentingan
orang banyak.
2. Audit merupakan suatu proses sistematik, artinya audit dilakukan
secara bertahap dan memerlukan perencanaan yang cermat serta
pemilihan teknis audit yang memadai.
3. Dalam audit, dilakukan penilaian terhadap tingkat kesesuaian antara
informasi yang diterima dengan yang ditetapkan.
2.1.2 Jenis Audit
Jenis-jenis Audit Menurut Messier at al yang diterjemahkan oleh Hinduan,
(2005:60-61) bahwa jenis jasa audit di samping audit laporan keuangan, terdapat 4
(empat) jenis utama dari audit yaitu:

1. Audit Pengendalian Internal


Audit laporan keuangan selalu memiliki pilihan untuk menguji pengendalian
untuk mendapatkan bukti tidak langsung mengenai kewajaran laporan keuangan
dimana mereka telah ditugaskan untuk menyampaikan pendapat.

2. Audit kepatuhan
Audit kepatuhan menentukan sejauh mana peraturan, kebijakan, hukum,
perjanjian, atau peraturan pemerintah dipatuhi oleh entitas yang sedang
diaudit.
3. Audit Operasional
Audit operasional melibatkan pengkajian sistematis atas aktivitas organisasi.

4. Audit Forensik
Tujuan dari audit forensik adalah mendeteksi atau mencegah berbagai jenis
kecurangan (fraud). Penggunaan auditor untuk melaksanakan audit forensik telah
tumbuh pesat.

Menurut Sukrisno Agoes (2004:10-12), ditinjau dari Jenis Pemeriksaan,


Audit dapat dibedakan atas 4 (empat) yaitu:

1. Management Audit (Audit Operasional)


Suatu pemeriksaan terhadap kegiatan operasi suatu perusahaan, termasuk
kebijakan operasional yang telah ditetapkan oleh manajemen, untuk
mengetahui apakah kegiatan operasi tersebut sudah dilakukan secara
efektif, efisien dan ekonomis.
2. Compliance Audit (Pemeriksaan Ketaatan)
Pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui apakah perusahaan sudah
mentaati peraturan-peraturan dan kebijakan-kebijakan berlaku, baik yang
diterapkan oleh intern perusahaan (manajemen, dewan komisaris) maupun
pihak ekstern (Pemerintah, Bapepam, Bank Indonesia, Direktorat Jendral
Pajak, dan lain-lain). Pemeriksaan dilakukan oleh KAP maupun bagian
internal audit.
3. Internal audit (Pemeriksaan Internal)
Pemeriksaan yang dilakukan oleh bagian Internal audit perusahaan, maupun
ketaatan terhadap kebijakan manajemen yang telah ditentukan. Laporan
internal auditor berisi temuan pemeriksaan (audit findings) mengenai
penyimpangan dan kecurangan ditemukan, kelemahan pengendalian
intern, beserta saran-saran perbaikan (recommendation).
4. Computer Audit (Komputer Audit)
Pemeriksaan KAP terhaadap perusahaan yang memproses data akuntansinya
dengan menggunakan EDP (Elektronik Data Processing) sistem.

2.2 Audit Internal

Audit Internal merupakan pengawasan manajerial yang fungsinya


mengukur dan mengevaluasi sistem pengendalian dengan tujuan membantu semua
anggota manajemen dalam mengelola secara evektif pertanggungjawabannya
dengan cara menyediakan analisis, penilaian, rekomendasi, dan komentar-
komentar yang berhubungan dengan kegiatan-kegiatan yang telah dianalisis.

2.2.1 Pengertian Audit Internal

Menurut dewan direksi institut of internal auditor (Juli 1999), yang dikutip
oleh Sawyer (2005:9), dialih bahasakan oleh Desi Adhariani dalam bukunya
Audit Internal definisi audit internal adalah :
Audit adalah aktivitas independen keyakinan objektif dan konsultasi
yang dirancang untuk memberi nilai tambah konsultasi yang
dirancang untuk memberi nilai tambah dan meningkatkan operasi
organisasi. Audit tersebut membantu organisasi mencapai tujuannya
dengan menerapkan pendekatan yang sistematis dan berdisiplin
untuk mengevaluasi dan meningkatkan efektifitas proses pengelolaan
organisasi.

Hiro Tugiman (2000:11) Audit Internal mengemukakan bahwa audit


adalah:
Internal auditing atau pemeriksaan internal adalah suatu fungsi
penilaian yang independent dalam suatu organisasi untuk menguji
dan mengevaluasikan kegiatan organisasi yang dilaksanakan.

Menurut Sukrisno Agoes (2004:221), internal audit :


Pemeriksaan Intern adalah pemeriksaan yang dilakukan oleh bagian
internal audit perusahaan, baik terhadap laporan keuangan dan
catatan akuntansi perusahaan, maupun ketaatan terhadap kebijakan
manajemen puncak yang telah ditentukan dan ketaatan terhadap
peraturan pemerintah dan ketentuan-ketentuan dari ikatan profesi
yang berlaku. Peraturan Pemerintah misalnya peraturan di bidang
perpajakan, pasar modal, lingkungan hidup, perbankan, perindustrian,
investasi dan lain-lain. Ketentuan-ketentuan dari ikatan profesi misalnya
standar akuntansi keuangan.

Definisi audit internal menurut IIA (Institute of Internal auditor) yang


dikutip oleh Boynton (2001:980) yakni:

Internal auditing is an independent, objective assurance and consulting


activity designed to add value and improve an organizations operations. It
helps an organization accomplish its objectives by bringing a systematic,
disciplined approach to evaluate and improve the effectiveness of risk
management, control, and governance processes.
(Audit internal adalah aktivitas independen, keyakinan objektif, dan konsultasi
yang dirancang untuk menambah nilai dan meningkatkan operasi organisasi.
Audit internal ini membantu organisasi mencapai tujuannya dengan melakukan
pendekatan sistematis dan disiplin untuk mengevaluasi dan meningkatkan
efektivitas manajemen risiko, pengendalian dan proses tata kelola).

Menurut Mulyadi (2002:29), yaitu :

Audit intern adalah auditor yang bekerja dalam perusahaan (perusahaan


negara maupun perusahaan swasta) yang tugas pokoknya adalah
menentukan apakah kebijakan dan prosedur yang ditetapkan oleh
manajemen puncak telah dipatuhi, menentukan baik atau tidaknya
penjagaan terhadap kekayaan organisasi, menentukan efisiensi dan
efektivitas prosedur kegiatan organisasi, serta menentukan keandalan
informasi yang dihasilkan oleh berbagai bagian organisasi.

Bedasarkan beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulkan, sebagai


berikut:

audit internal, merupakan suatu aktivitas yang dijalankan oleh suatu


perusahaan yang secara independent yang memberikan nilai untuk
menguji dan mengevaluasi kegiatan dalam suatu organisas dan untuk
meningkatkan operasi pada orgaganisasi.

2.2.2 Tujuan Audit Internal

Menurut Hiro Tugiman (2000:11) dalam bukunya Stamdar Profesional


Audit Internal tujuan audit internal adalah sebagai berikut:

1. Tujuan pemeriksaan internal adalah membantu semua anggota organisasi


agar dapat melaksanakan tanggung jawabnya secara efektif. Untuk itu
pemeriksaan internal akan melakukan analisis, penilaian dan mengajukan
saran-saran.
2. pemeriksaan internal mencangkup pula pengembangan pengawasan yang
efektif dengan biaya yang wajar.
3. Audit internal merupakan salah satu unsur pengendalian yang sangat
penting bagi manajemen karena sifat dan ruang lingkup pekerjaan audit
internal ditetapkan oleh pimpinan tertinggi, guna mendorong perhatian
serta diambilnya tindakan yang selayaknya sehubungan dengan temuan-
temuan, maka auditor internal harus bertanggung jawab kepada pimpinan
tertinggi perusahaan.
Untuk mencapai tujuan tersebut auditor internal harulah menilai pekerjaan,
operasi atau program untuk menilai apakah hasil yang dicapai telah sesuai dengan
tujuan dan sasaran yang ditetapkan, dan apakah pekerjaan operasi atau program
tersebut telah dilaksanakan sesuai dengan rencana.

2.2.3 Tahap-tahap Pelaksanaan Audit Intern.

Tahap-tahap audit intern menurut Hiro Tugimnan (2000:53-68) dalam


bukunya. Standar Profesional Audit Internal yaitu:

a. Perencanaan Audit Intern


Perencanaan pemeriksaan internal harus mendokumentasikan dan meliputi
hal-hal sebagai berikut :
1. menetapkan tujuan pemeriksaan dan lingkungan pekerjaan.
2. Memperoleh informsi dasar (blackground information) tentang
kegiatan yang akan diperiksa.
3. Penentuan berbagai tenaga yang diperlikan untuk melaksanakan
pemeriksaan.
4. Pemeberitahuan kepada para pihak yang dipandang perlu.
5. melakukan survei secara cepat
6. Penulisan program pemeriksaan.
7. Menentukan bagaimana, kapan, dan kepada siapa hasil-hasil
pemeriksaan akan disampaikan.
8. Memperoleh persetujuan bagi rencana kerja pemeriksaan

b. Pengujian dan Mengevaluasi Informasi.


Audit internal hasurlah mengumpulkan, menganalisis, menginterpretasi dan
membuktikan kebenaran informasi untuk mendukung hasil pemeriksaan.

Proses pengujian dan pengevaluasian informasi adalah :

1. mengumpulkan berbagai informasi tentang seluruh hal yang


berhubungan dengan tujuan audit dan lingkup kerja.
2. Informasi haruslah mencukupi, kompeten, relevan, dan berguna untuk
membuat dasar yang logis bagi temuan pemeriksaan dan rekomendasi.
3. Prosedur audit, termasuk teknik pengujian dan penarikan contoh yang
dipergunakan, harus terlebih dahulu diseleksi bila memungkinkan, dan
diperluas bila keadaan menghendaki demikian.
4. Proses pengumpulan, penganalisaan, penafsiran, dan pembuktian
kebenaran informasi harus diawasi.
5. Kertas kerja pemeriksaan adalah dokumen pemeriksaan yang harus
dibuat oleh pemeriksa dan ditinjau oleh manajemen bagian audit
internal.
c. Penyampaian Hasil Pemeriksaan
auditor intern harus melaporkan hasil pemeriksaan yang dilakukannya langkah-
langkahnya:

1. laporan tertulis yang ditandatangan haruslah dikeluarkan setelah


pengujian terhadap pemeriksaan selesai.
2. Auditor intern harus mendiskusikan berbagai kesimpulan dan
rekomendasi dengan tingkat manajemen yang tepat, sebelum
mengeluarkan laporan akhir.
3. Suatu laporan haruslah objektif, jelas, singkat, konstruktif, dan tepat
waktu.
4. Laporan harus mengemukakan tentang maksud, lingkup, dan hasil
pelaksanaan pemeriksaan.
5. Laporan dapat mencantumkan berbagai rekomendasi bagi berbagai
perkembangan yang mungkin dicapai.
6. Pandangan dari pihak yang diperiksa tetang berbagai kesimpulan dapat
pula dicantumkan dalam laopran pemeriksaan.
7. Pimpinan audit intern harus menyetujui dan dapat menandatangani
seluruh laporan akhir yang telah memenuhi syarat.
d. Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan.
Auditor intern harus terus-menerus meninjau dan melakukan tindak lanjut untuk
memastikan bahwa temuan yang dilaoprkan telah dilakukan tindakan yang tepat.

Auditor intern harus memastikan apakah suatu tindakan korektif telah dilakukan
dan memberikan berbagai hasil yang diharapkan, ataukah manajemen senior atau
dewan telah menerima rewsiko akibat tidak dilakukannya tindakan korektif atas
temuan yang dilaporkan.

2.2.4 Fungsi dan Ruang Lingkup Audit Internal


Fungsi audit internal adalah sebagai alat bantu bagi manajemen untuk
menilai keefisienan dan keefektifan pelaksanaan struktur pengendalian intern
perusahaan, kemudian memberikan hasil berupa saran atau rekomendasi dan
memberi nilai tambah bagi manajemen yang akan dijadikan landasan mengambil
keputusan atau tindak selanjutnya.

Menurut Konsersium Organisasi Profesi Audit Internal (2004:11),


Penanggungjawab fungsi audit internal harus mengelola fungsi audit
internal secara efektif dan efisien untuk memastikan bahwa kegiatan fungsi
tersebut memberikan nilai tambah bagi organisasi.
Ruang lingkup menurut Dan M. Guy (2002:410)

Ruang lingkup audit internal meliputi pemeriksaan dan evaluasi yang


memadai serta efektifitas sistem pengendalian internal organisasi dan
kualitas kinerja dalam melaksanakan tanggungjawab yang dibebankan.

Ruang lingkup audit internal menurut Hiro Tugiman (2001:17) adalah


Lingkup pekerjaan pemeriksaan internal harus meliputi pengujian
dan evaluasi terhadap kecukupan serta efektivitas sistem
pengendalian internal yang dimiliki organisasi dan kualitas
pelaksanaan tanggung jawab yang diberikan.
Dari beberapa ruanglingkup yang dikemukakan diatas maka dalam suatu
organisasi harus memiliki tanggung jawabnya berdasarkan tugas yang akan di
laksanakannya dalam lingkup pekerjaannya maka harus meliputi pemeriksaan
yang meliputi pengujian dan evaluasi.

2.2.5 Wewenang dan Tanggung Jawab Auditor Internal

Menurut Hudri Chandry (2009:10),

Wewenang dan tanggung jawab auditor intern dalam suatu organisasi juga
harus ditetapkan secara jelas oleh pimpinan. Wewenang tersebut harus
memberikan keleluasan auditor intern untuk melakukan audit terhadap
catatan-catatan, harta milik, operasi/aktivitas yang sedang berjalan dan para
pegawai badan usaha.

Menurut Amin Widjaja Tunggal (2000:21), tanggung jawab auditor internal


adalah menerapkan program audit internal, mengarahkan personel, dan
aktivitas-aktivitas departemen audit internal juga menyiapkan rencana
tahunan untuk pemeriksaan semua unit perusahaan dan menyajikan
program yang telah dibuat untuk persetujuan.

Secara garis besar dan tanggungjawab seorang auditor internal di dalam


melaksanakan tugasnya adalah sebagai berikut:

1. Memberikan informasi dan saran-saran kepada manajemen atas


kelemahan-kelemahan yang ditemukannya.
2. Mengkoordinasikan aktivitas-aktivitas yang ada dalam perusahaan untuk
mencapai tujuan audit dan tujuan organisasi atau perusahaan.

2.2.6 Kedudukan dan Peran Auditor Internal


Kedudukan auditor internal dalam struktur organisasi sangat
mempengaruhi keberhasilannya menjalankan tugas, sehingga dengan kedudukan
tersebut memungkinkan auditor internal dapat melaksanakan fungsinya dengan
baik serta dapat bekerja dengan luwes dalam arti independen dan objektif.
Struktur organisasi penetapan bagian auditor internal secara jelas disertai dengan
job description yang jelas akan membawa dampak yang positif dalam proses
komunikasi antara auditor internal dengan pihak pemilik perusahaan atau manajer.
Namun sebaliknya, penempatan yang tidak jelas akan menghambat jalannya arus
pelaporan dari auditor internal karena itu perlu ditentukan secara tegas kedudukan
auditor internal ini.

Menurut Sukrisno Agoes (2004:243-246), ada empat alternatif kedudukan


internal auditor dalam struktur organisasi yaitu:

a. Bagian internal audit berada dibawah direktur keuangan (sejajar dengan


bagian akuntansi keuangan),
b. Bagian internal audit merupakan staf Direktur Utama,
c. Bagian internal audit merupakan staf dari Dewan Komisaris,
d. Bagian internal audit dipimpin oleh seorang Internal Audit Director.
Peranan auditor internal dalam menemukan indikasi terjadinya kecurangan
dan melakukan investigasi terhadap kecurangan, sangat besar. Jika auditor internal
menemukan indikasi dan mencurigai terjadinya kecurangan di perusahaan, maka
ia harus memberitahukan hal tersebut kepada Top Management. Jika indikasi
tersebut cukup kuat, manajemen akan menugaskan suatu tim untuk melakukan
investigasi. Tim tersebut biasanya terdiri dari internal auditor, lawyer,
investigator, dan spesialis dari luar atau dalam perusahaan (misalkan ahli
komputer, ahli perbankan dan lain-lain). Hasil investigasi tim harus dilaporkan
secara tertulis kepada Top Management yang mencakup fakta, kesimpulan, saran
dan tindakan perbaikan yang perlu dilaporkan.

2.2.7 Pendekatan yang Dilakukan Auditor Internal


Menurut Sawyer (2005:27) untuk mencapai tujuannya para auditor
internal dapat melakukan beberapa pendekatan yang berbeda yakni:

1. Audit Komprehensif, istilah ini pertama kali digunakan oleh General


Accounting Office (GAO) Amerika Serikat untuk menggambarkan audit
atas semua aktivitas yang terdapat pada entitas pemerintah. Audit
komprehensif merupakan perluasan yang dilakukan GAO atas audit
terhadap aktivitas operasi.
2. Audit Berorientasi Manajemen, penelaahan atas semua aktivitas sesuai
dengan perspektif manajer atau konsultan manajemen. Audit berorientasi
manajemen dibedakan dari jenis-jenis lainnya berdasarkan cara
pandangnya, bukan dari segi prosedur audit. Audit berorientasi manajemen
memfokuskan diri pada membantu organisasi mencapai tujuannya. Hasil
yang signifikan adalah membantu manajer mengelola perusahaan dengan
lebih baik dan untuk membuat manajer, bukan auditor, kelihatan baik.
Audit berorientasi manajemen jangan disamakan dengan audit manajemen,
yang merupakan audit atas manajer itu sendiri. Auditor professional
menghindari implikasi seperti ini karena penilai sejati atas manajer adalah
atasan mereka sendiri.
3. Audit Partisipatif, proses yang melibatkan bantuan klien dalam
mengumpulkan data, mengevaluasi operasi, dan mengoreksi masalah.Jadi
audit ini merupakan kemitraan untuk menyelesaikan masalah, sehingga
terkadang disebut audit kemitraan.
4. Audit Program, penelaahan atas seluruh program, baik perusahaan publik
maupun privat, untuk menentukan apakah manfaat yang diinginkan telah
tercapai. Program dalam istilah ini berarti serangkaian rencana dan
prosedur untuk mencapai hasil akhir yang ditentukan. Istilah tersebut
berbeda dari penelaahan atas aktivitas secara terus-menerus dalam sebuah
perusahaan.

2.2.8 Program Audit Internal


Program audit internal merupakan perencanaan prosedur dan teknik-teknik
pemeriksaan yang ditulis secara sistematis untuk mencapai tujuan pemeriksaan
secara efisien dan efektif. Selain itu berfungsi sebagai alat perencanaan yang juga
penting untuk mengatur pembagian kerja. Memonitor jalannya kegiatan
pemeriksaan. Menelaah pekerjaan yang telah dilakukan.

Menurut Mulyadi (2002:104),

Program audit merupakan daftar prosedur audit untuk seluruh audit unsur
tertentu, sedangkan prosedur audit adalah instruksi rinci untuk menentukan
tipe bukti audit tertentu yang harus diperoleh pada saat tertentu dalam
audit.
Konsersium Organisasi Profesi Audit Internal (2004:15) menyatakan dalam
merencanakan penugasan,

Auditor internal harus mempertimbangkan sasaran penugasan, ruang


lingkup penugasan, alokasi sumber daya penugasan, serta program kerja
penugasan.

Tujuan yang ingin dicapai dengan adanya program audit antara lain:

1. Memberikan bimbingan prosedur untuk melaksanakan pemeriksaan.


2. Memberikan checklist pada saat pemeriksaan berlangsung. Tahap demi
tahap sehingga tidak ada yang terlewatkan.
3. Merevisi program audit sebelumnya, jika ada perubahan standar dan
Prosedur yang digunakan perusahaan.

Keunggulan program audit antara lain sebagai berikut:

1. Meratanya pembagian kerja diantara auditor .


2. Program audit yang rutin hasilnya lebih baik dan menghemat waktu.
3. Program audit memilih tujuan yang penting saja.
4. Program audit yang telah digunakan dapat menjadi pedoman untuk tahun
berikutnya.
5. Program audit menampung pandangan manajer atas mitra kerja.
6. Program audit memberikan kepastian bahwa ketentuan umum akuntansi
telah dijalankan.
7. Penanggungjawab pelaksanaan audit jelas.

Kelemahan program audit antara lain:

1. Tanggungjawab audit pelaksanaan terbatas pada program audit saja.


2. Sering menimbulkan hambatan untuk berpikiran kreatif dan membangun.
3. Kegiatan audit menjadi monoton.
2.2.9 Pelaksanaan Audit Internal
Pelaksanaan Audit Internal Pelaksanaan audit menurut Konsersium
Organisasi Profesi Audit Internal (2004:16), dalam melaksanakan audit, auditor
internal harus mengidentifikasi informasi, menganalisis, mengevaluasi, dan
mendokumentasikan informasi yang memadai untuk mencapai tujuan penugasan.

Seperti yang dikemukakan oleh The Institute of Internal auditors (IIA)


yang dikutip oleh Boynton (2001:983). Audit work should include planning the
audit, examining and evaluating information performance of audit work should
include:

1. Planning the audit


2. Examining and evaluation information
3. Communicating result
4. Following up

2.2.10 Laporan Audit Internal


Hasil akhir dari pelaksanaan audit internal dituangkan dalam suatu bentuk
laporan tertulis melalui proses penyusunan yang baik dan teratur. Laporan ini
merupakan suatu alat penting untuk menyampaikan pertanggungjawaban kepada
manajemen.

Menurut Arens (2000:6), yang diterjemahkan oleh Amir Abadi Yusuf :

tahap terakhir dalam proses audit adalah menyiapkan laporan audit (audit
report), yang menyampaikan temuan-temuan auditor kepada pemakai. Laporan
seperti ini memiliki sifat yang berbeda-beda, tetapi semuanya harus memberi tahu
para pembaca tentang derajat kesesuaian antara informasi dan kriteria yang telah
ditetapkan. Laporan juga memiliki bentuk yang berbeda dan dapat bervariasi
mulai dari jenis yang sangat teknis yang biasanya dikaitkan dengan audit laporan
keuangan hingga laporan lisan yang sederhana dalam audit operasional atas
efektivitas suatu departemen kecil.
Menurut Sukrisno Agoes (2004:236), sebagai hasil dari pekerjaannya,
internal auditor harus membuat laporan kepada manajemen. Laporan tersebut
merupakan suatu alat dan kesempatan bagi internal auditor untuk menarik
perhatian manajemen dan membuka mata manajemen mengenai manfaat dari
Internal Audit Department (IAD), apa saja yang sudah dan dapat dikerjakan IAD,
hal penting apa saja yang terjadi di perusahaan dan memerlukan perhatian dan
tindakan perbaikan dari manajemen. Untuk itu IAD harus menyampaikan laporan
yang: Objective Clear (jelas) Concise (singkat tetapi padat) Constructive
(membangun) Timely (cepat waktu)

2.3 Audit Internal Sektor Publik


2.3.1 Pengertian Audit Internal Sektor Publik
Audit Internal Sektor Publik adalah audit yang dilakukan dilingkungan
organisasi / lembaga yang bergerak di bidang penyediaan barang dan jasa, yaitu
barang dan jasa yang dibutuhkan oleh khalayak ramai atau masyarakat pada
umumnya, seperti jalan raya, sekolah, rumah sakit dan fasilitas lainnya.

Organisasi sektor publik tersebut dapat berupa instansi pemerintah,


BUMN/BUMD, dan lembaga swasta. Memperhatikan hal tersebut, pengertian
audit internal sektor publik dapat dipertajam menjadi kegiatan audit yang
dilakukan oleh auditor yang bekerja untuk kepentingan manajemen organisasi /
lembaga pemerintahan, BUMN/BUMD, dan swasta yang melakukan upaya
penyediaan barang dan jasa publik.

2.3.2 Peran dan Kontribusi Auditor Internal


Dalam Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik
tentang Dasar-dasar Audit Internal Sektor Publik yang diterbitkan oleh Sekolah
Tinggi Akuntansi Negara dikatakan : memeperhatikan ketentuan dalam Undang-
undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, Peraturan Pemerintah No.
79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan
Pemerintah Daerah dan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 23 Tahun 2007
tentang Pedoman dan Tatacara Pengawasan atas Penyelenggaraan Pemerintah
Daerah, tampak bahwa peran dari Inspektorat Daerah baik Provinsi maupun
Kabupaten dan Kota cenderung hanya sebagai auditor.

2.3.3 Pelaksanaan Audit Internal Pemerintah Daerah


Sistem Pengendalian Interen Pemerintah sebagaimana definisi dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah adalah proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang
dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk
memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui
kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan
asset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.

Pengendalian intern adalah seluruh proses kegiatan audit, reviu, evaluasi,


pemantauan, dan kegiatan pengawasan lain terhadap penyelenggaraan tugas dan
fungsi organisasi dalam rangka memberikan keyakinan yang memadai bahwa
kegiatan telah dilaksanakan sesuai dengan tolok ukur yang telah ditetapkan secara
efektif dan efisien untuk kepentingan pimpinan dalam mewujudkan tata
kepemerintahan yang baik.

Uraian tersebut diatas telah jelas mengatakan bahwa untuk mewujudkan


tata kepemerintahan yang baik maka salah satunya diperlukan pelaksanaan
kegiatan internal audit dalam suatu instansi Pemerintahan Inspektorat sebagai
salah satu Satuan Kerja Perangkat Daerah, yang salah satu tugas pokok dan
fungsinya adalah melaksanakan audit internal berpedoman terhadap Peraturan
Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Internal
Pemerintah dengan menggunakan petunjuk pelaksanaan sebagaimana diatur
dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2007 tentang Pedoman
Tata Cara Pengawasan atas Penyelenggaraan Pemerintah Daerah.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2007 tetang Pedoman
Tata Cara Pengawasan atas Penyelenggaraan Pemerintah Daerah dalam Lampiran
III mengenai Mekanisme dan Sistematika Laporan Hasil Pemeriksaan telah
ditetapkan bahwa mekanisme pelaksanaan kegiatan internal audit adalah sebagai
berikut :

1. Persiapan pemeriksaan.
a. Koordinasi Rencana Pemeriksaan.
Sebelum memprogramkan pemeriksaan terlebih dahulu dilakukan
koordinasi dengan Inspektorat Provinsi mengenai waktu dan obyek
yang akan diperiksa.
b. Pengumpulan dan Penelaahan Informasi Umum Mengenai Obyek yang
diperiksa.
1) Menghimpun data dan informasi yang berkaitan dengan obyek yang
diperiksa antara lain :
a) Peraturan perundang-undangan.
Data umum obyek yang diperiksa.
b) Laporan pelaksanaan program/kegiatan dari obyek yang akan
diperiksa.
c) Laporan Hasil Pemeriksaan Aparat Pengawasan sebelumnya.
d) Sumber informasi lain yang dapat memberi kejelasan mengenai
pelaksanaan program/kegiatan obyek yang akan diperiksa.
2) Menelaah data dan informasi yang dikumpulkan untuk bahan
pemeriksaan.
c. Penyusunan Program Kerja Pemeriksaan (PKP). Penyusunan Program
Kerja Pemeriksaan meliputi kegiatan :
1) Penentuan personil.
2) Penentuan Jadual Waktu Pemeriksaan.
3) Penentuan Obyek, Sasaran dan Ruang Lingkup Pemeriksaan.
4) Menyusun Langkah-langkah Pemeriksaan.
2. Pelaksanaan Pemeriksaan.
a. Pertemuan awal (Entry Briefing).
Tim Pemeriksa bertemu dengan Pimpinan Instansi/Unit Kerja yang
diperiksa/yang mewakili, untuk menyampaikan maksud dan tujuan
pemeriksaan.
b. Kegiatan Pemeriksaan.
1) Tim Pemeriksa melaksanakan tugas pemeriksaan pada obyek-
obyek yang akan diperiksa sesuai dengan program kerja
pemeriksaan.
2) Kertas Kerja Pemeriksaan (KKP).
a) Setiap Pejabat Pengawas Pemerintah Daerah/Auditor wajib
menuangkan hasil pemeriksaan ke dalam Kertas Kerja
Pemeriksaan (KKP).
b) KKP direview secara berjenjang oleh Ketua Tim, Pengendali
Teknis dan Inspektur Pembantu dengan memberikan paraf pada
KKP yang direview dan dilakukan pemberkasan.
c) Kertas Kerja Pemeriksaan disusun dalam satu berkas LHP.
3) Konfirmasi Temuan Hasil Pemeriksaan. Temuan hasil pemeriksaan
harus dikonfirmasikan kepada pimpinan obyek yang diperiksa
untuk meminta tanggapan. Hasil konfirmasi harus ditandatangani
oleh kedua belah pihak.
4) Penyusunan Pokok-pokok Hasil Pemeriksaan (P2HP). Pokok-
pokok Hasil Pemeriksaan merupakan himpunan hasil pemeriksaan
yang terdiri dari temuan-temuan strategis tanpa rekomendasi yang
mempunyai dampak bagi Pemerintah Kabupaten Bandung dan
masyarakat yang perlu segera mendapat perhatian disusun oleh
Ketua Tim dan Pengendali Teknis serta diketahui oleh Inspektur
Pembantu.
c. Pertemuan Akhir (Exit Briefing).
Tim Pemeriksa menyampaikan pokok-pokok hasil pemeriksaan kepada
Pimpinan Instansi/Unit Kerja yang diperiksa/yang mewakili.
3. Pelaporan hasil pemeriksaan.
a. Ekspose Hasil Pemeriksaan.
1) Selambat-lambatnya 1 (satu) minggu setelah selesai melakukan
pemeriksaan reguler, Tim Pemeriksa wajib melakukan ekspose hasil
pemeriksaan.
2) Inspektur Pembantu menyerahkan Konsep Laporan Hasil
Pemeriksaan (LHP) 3 (tiga) hari sebelum dilaksanakan kegiatan
ekspose kepada Sekretaris Inspektorat
3) Ekspose konsep laporan hasil pemeriksaan oleh Tim Pemeriksa
dipimpin Inspektur Pembantu dengan penyanggah terdiri dari para
Pejabat Pengawas Pemerintah Daerah, Kelompok Jabatan
Fungsional, dan Kepala Sub Bagian terkait.
4) Penyanggah dalam ekspose harus memenuhi kuorum (50 % + 1), bila
tidak memenuhi kuorum ekspose ditunda pada kesempatan
berikutnya dengan maksimal penundaan 2 (dua) kali.
5) Sub Bagian Evaluasi dan Laporan membuat notulen ekspose sebagai
bahan perbaikan konsep laporan hasil pemeriksaan yang harus
dilaksanakan oleh Tim Pemeriksa.
b. Penyusunan Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP).
Selambat-lambatnya 15 (lima belas) hari setelah selesai melakukan
pemeriksaan reguler, Tim Pemeriksa wajib menyelesaikan laporan hasil
pemeriksaan yang telah diperbaiki sesuai hasil ekspose.

Selain lampiran III diatas dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
23 Tahun 2007 tentang Pedoman Tata Cara Pengawasan atas Penyelenggaraan
Pemerintah Daerah telah ditetapkan juga mengenai Tindak Lanjut Hasil
Pemeriksaan yaitu dalam Lampiran IV Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
23 Tahun 2007 tentang Pedoman Tata Cara Pengawasan atas Penyelenggaraan
Pemerintah Daerah mengenai Mekanisme dan Sistimatika Laporan Pemantauan
dan Pemutakhiran Tindak Lanjut Hasil Pengawasan sebagaimana berikut :
1. Pemantauan Tindak Lanjut Hasil Pengawasan.
a. Persiapan.
Inspektorat Kabupaten Bandung mempersiapkan bahan pemantauan
tindak lanjut hasil pengawasan berupa data temuan, penyebab,
rekomendasi hasil pengawasan dalam bentuk daftar inventarisasi.
b. Pelaksanaan.
Inspektorat Kabupaten Bandung, memantau tindak lanjut atas hasil
pengawasan penyelenggaraan Pemerintahan Daerah dengan membentuk
Tim Pemantau.
c. Pelaporan
1) Tim Pemantau melaporkan hasil pemantauan tindak lanjut hasil
pengawasan kepada Inspektur Kabupaten.
2) Inspektur Kabupaten melaporkan hasil pemantauan tindak lanjut
kepada Bupati dengan tembusan Gubernur.
2. Pemutakhiran Tindak Lanjut Hasil Pengawasan.
a. Persiapan
Inspektorat Kabupaten Bandung mempersiapkan bahan pemutakhiran
tindak lanjut hasil pengawasan berupa laporan hasil pemantauan.
b. Pelaksanaan.
1) Pemutakhiran tindaklanjut hasil pengawasan dilaksanakan di
Kabupaten.
2) Pemutakhiran tindaklanjut hasil pengawasan Kabupaten
dikoordinir oleh Wakil Bupati.
c. Pelaporan
Hasil rapat pemutakhiran tindaklanjut hasil pengawasan Kabupaten
Bandung dilaporkan Bupati kepada Gubernur dengan tembusan
Menteri Adapun pelaksanaan audt yang dilaksanakan dilampirkan
dalam peraturan dalam

Anda mungkin juga menyukai