"Tanah longsor menjadi bencana paling mematikan tahun 2014," kata Sutopo
Purwo Nugroho, Kepala Pusat Data dan Hubungan Masyarakat Badan Nasional
Penanggulangan Bencana (BNPB).
Tahun 2014, ada 385 kejadian tanah longsor. Selain ratusan korban meninggal,
ratusan rumah juga rusak dan belasan 13.262 orang harus mengungsi.
Sutopo menyatakan, tren bencana tanah longsor terus meningkat sejak tahun
2005 hingga 2014. Jumlah korban meninggal dan kerugian akibat bencana itu
juga tinggi.
Tahun 2005, ada 50 kejadian tanah longsor dengan jumlah korban meninggal
212 orang. Sementara, sejumlah 3.530 orang mengungsi.
Kejadian longsor terbanyak dalam satu dekade terakhir adalah tahun 2010. Ada
400 kejadian longsor dengan 266 korban meninggal dan 4.239 korban yang
harus mengungsi.
Salah satu longsor yang memakan korban banyak adalah yang terjadi di Dusun
Jemblung, Desa Sampang, Karangkobar, Banjarnegara, Jawa Tengah, pada Jumat
(12/12/2014) lalu. Hingga Senin hari ini, pukul 13.00 WIB, dikonfirmasi sejumlah
51 orang tewas.
Sutopo mengatakan, "kejadian longsor banyak terjadi pada bulan Januari dan
Februari, terus mengikuti puncak musim hujan."
Menurut Sutopo, wilayah rawan longsor tersebar dari Sabang sampai Merauke.
Wilayah itu antara lain sepanjang bukit barisan Sumatera, selatan Jawa, dan
sulawesi bagian tengah.
Jumlah warga Indonesia yang terpapar langsung bahaya longsor sejumlah 40,9
juta jiwa, seperenam penduduk Tanah Air.
Di antara sejumlah warga itu, terdapat 4,28 juta jiwa balita, 323.000 jiwa orang
berkebutuhan khusus dan 3,2 juta jiwa lansia yang lebih rentan bencana.
Pakar longsor dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Edi Prasetyo Utomo,
mengungkapkan, masalah longsor terkait persoalan lingkungan.
Untuk melepaskan dari bahaya longsor, Edi mengungkapkan, "perlu ada langkah
menghutankan kembali. Jangan bertanam tanaman perdu di wilayah rawan
longsor."
Selain itu, perlu dibangun sistem peringatan dini longsor di wilayah yang
memang berpotensi tinggi.
"Mitigasi bencana harus dianggap sebagai investasi. Di luar negeri, ada survei
bahwa berinvestasi 1 dollar AS bisa menyelamatkan kerugian dari bencana
sebesar 7-40 dollar AS," ungkap Sutopo.