Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas berkat dan
rahmatnya penulis dapat menyelesaikan proposal yang berjudul Analisa Siklamat
Pada Sirup yang diperjual belikan dipasar Tradisional Simpang Limun Kota Medan
Tahun 2015
Proposal ini disusun guna memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan
pendidikan program Diploma III dan meraih gelar Ahli Madya pada Politeknik
Kesehatan Medan Jurusan Analis Kesehatan.
Penulis sadar bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak terdapat
kekurangan-kekurangan, untuk itu penulis masih mengharapkan saran dan kritik
yang bersifat membangun. Semoga proposal ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi penulis
sendiri maupun orang yang membacanya.
Akhir kata, penulis ucapkan terimakasih, semoga proposal ini bermanfaat bagi kita
semua.
Penulis
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTARISI ii
BAB I PENDAHULUAN 4
A. Latar Belakang 4
B. Perumusan Masalah 6
C. Tujuan Penelitian 6
C.1. Tujuan Umum
6
C.2.Tujuan Khusus
6
D. Manfaat Penelitian 6
A. Pangan 7
A.1 Keamanan Pangan 7
A.2 Bahan Tambahan Pangan 8
A.2.1 Pengertian Bahan Tambahan Makanan 9
A.2.2 Penggolongan Bahan Tambahan Makanan 9
A.3 Minuman 11
A.3.1 Pengertian Minuman 11
A.3.2 Penggolongan Minuman 11
A.4 Sirup
14
A.4.1 Cara Pembuatan Sirup 14
B. Pemanis Buatan
15
B.1 Pengertian Pemanis Buatan
16
2
B.2 Penggolongan dan Tujuan Penggunaan Pemanis Buatan
17
C. Siklamat 21
C.1 Pengaruh Siklamat Terhadap Kesehatan 22
D. Kerangka Konsep Penelitian 23
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejak pertengahan abad ke-20 ini, peranan bahan tambahan pangan semakin
penting sejalan dengan kemajuan teknologi produksi bahan tambahan pangan
sintetis. Banyaknya bahan tambahan pangan dalam bentuk lebih murni dan tersedia
secara komersil dengan harga yang relatif murah akan mendorong meningkatnya
pemakaian bahan tambahan pangan yang berarti meningkatkan konsumsi bahan
tersebut bagi setiap individu (Cahyadi,2008).
Namun demikian, perlu kita sadari bahwa seringkali makanan hasil buatan
industri rumah tangga mengandung bahan tambahan makanan yang berbahaya,
salah satunya adalah pemanis buatan yang dilarang ataupun pemanis buatan yang
diizinkan, tetapi dalam jumlah yang berlebihan (Yuliarti, 2007).
4
Pemakaian pemanis buatan banyak dipakai pedagang kecil dan industri
rumahan karena dapat menghemat biaya produksi. Harga pemanis buatan jauh lebih
murah dibandingkan dengan gula asli. Indriasari (2009) mengutip bahwa hasil kajian
yang dilakukan Badan POM di beberapa sekolah dasar (SD) di Malang, Jawa Timur,
menemukan ada konsumsi pada level yang tidak aman pada penggunaan bahan
pemanis buatan sakarin dan siklamat. Badan POM hanya melakukan kajian
terhadap siklamat dan sakarin karena pemanis buatan ini digunakan tanpa batas
oleh pedagang jajanan anak sekolah. Sakarin dan siklamat harganya jauh lebih
murah dibandingkan dengan pemanis lainnya, seperti aspartam, acesulfam, dam
alitam.
5
memerlukan pangan yang lebih baik untuk masa yang akan datang, yaitu pangan
yang lebih aman untuk dikonsumsi, lebih bermutu, bergizi dan lebih mampu bersaing
dalam pasar global.
B. Perumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui berapa kadar siklamat pada sirup yang dijual di pasar
tradisional Simpang Limun kota Medan pada tahun 2015
C.2.Tujuan Khusus
D. Manfaat Penelitian
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pangan
Menurut Hardiansyah dan Syarief (2001), kemanan pangan adalah kondisi dan
upaya untuk mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia, dan
benda kimia yang mengganggu, merugikan dan membahayakan kesehatan
manusia. Pangan yang tidak aman dapat menyebabkan penyakit yang disebut
dengan foodborne disease, yaitu gejala penyakit yang timbul akibat mengkonsumsi
pangan yang mengandung bahan/senyawa beracun atau organisme patogen
(Baliwati, dkk. 2004).
Dalam bukunya, Baliwati, dkk (2004) mengatakan bahwa suatu pangan mentah atau
olahan menjadi tidak aman dikonsumsi apabila telah tercemari. Pencemaran ini
dapat ditinjau 2 segi yaitu segi gizi dan segi kontaminasi. Sumber kontaminasi dapat
berasal dari mikroorganisme maupun zat-zat kimia. Salah satu contohnya adalah
bahan tambahan pangan. Salah satu masalah keamanan pangan yang masih
memerlukan penyelesaian adalah penggunaan bahan tambahan pangan untuk
7
berbagai keperluan. Penggunaan bahan tambahan pangan dilakukan pada industri
pengolahan pangan, maupun dalam pembuatan berbagai pangan jajanan yang
umumnya dilakukan oleh industri kecil atau industri rumah tangga (Cahyadi, 2008).
Makanan adalah segala sesuatu yang kita makan untuk menunjang proses
kehidupan dan pertumbuhan dalam kondisi yang normal (Hughes, 1987). Oleh
karena itu, makanan yang optimal akan berkontribusi optimal pula bagi kesehatan.
Pemakaian bahan tambahan pangan yang aman merupakan pertimbangan yang
penting. Jumlah bahan tambahan pangan yang diizinkan untuk digunakan dalam
pangan harus merupakan kebutuhan minimum dari pengaruh yang dikehendaki.
Oleh karena itu, Baliwati, dkk (2004) menyimpulkan beberapa faktor yang perlu
diperhatikan dalam menetapkan batasan-batasan penggunaan bahan tambahan
pangan yaitu:
1) Perkiraan jumlah pangan yang dikonsumsi atau bahan tambahan pangan yang
diusulkan ditambahkan,
3) Batasan terendah yang cukup aman bagi kesehatan semua golongan konsumen.
Sementara bahan tambahan yang dilarang digunakan ke dalam makanan, menurut
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 722/ Menkes/PER/IX/88,
antara lain adalah :
1. Asam Borat (Boric Acid) dan senyawanya Asam Salisilat dan garamnya (Salicylic
Acid and its salt)
8
4. Dulsin (Dulcin)
6. Kloramfenikol (Chloramphenicol)
9. Formalin (Formaldehyde )
9
Indonesia No.722/Menkes/PER/IX/88, bahan tambahan makanan yang diizinkan
untuk digunakan pada makanan terdiri dari golongan :
1. Antioksidan (Antioxidant)
7. Pengawet ( Preservative)
9. Pewarna (Colour)
10. Penyedap Rasa dan Aroma, Penguat Rasa ( Flavour, Flavour Enhancer)
Selain itu, masih ada beberapa bahan tambahan pangan lainnya yang biasa
digunakan dalam makanan, misalnya :
(1) Enzim, yaitu bahan tambahan makanan yang berasal dari hewan, tanaman atau
mikroba, yang dapat menguraikan komponen pangan tertentu
secara enzimatis, sehingga membuat makanan menjadi lebih empuk, lebih larut, dan
lain-lain.
(2) Penambahan gizi, yaitu bahan tambahan berupa asam amino, mineral atau
vitamin, baik tunggal maupun campuran yang dapat meningkatkan nilai gizi
makanan.
10
(3) Humektan, yaitu bahan tambahan pangan yang dapat menyerap uap air
sehingga mempertahankan kadar air bahan makanan ( Syah, dkk. 2005).
A.3 Minuman
1. Minuman sehari-hari
- Air putih, merupakan minuman netral dengan sarat tidak berwarna, tidak berbau,
tidak berasa.
- Teh
- Kopi
2. Minuman panas
Jenis minuman ini antara lain adalah : wedang, jahe, wedang ronde, dll.
3. Minuman dingin
a. Es Sirup
Sirup ini dibuat dari gula pasir yang dilarutkan dalam air dengan perbandingan
tertentu, lalu direbus sampai mendidih.
b. Jus Buah
11
Yaitu minuman dingin ang dibuat dari buah-buahan yang dihaluskan, satu macam
buah atau campuran beberapa buah ditambah dengan sirup atau gula pasir dan es
batu.
c. Es Buah
Yaitu es sirup ang diisi dengan beberapa macam buah yang dipotong-potong kecil
dan ditambah es.
d. Es Krim
Terbuat dari susu, gula, telur, dan bahan tambahan seperti buah-buahan.
e. Es Puter
f. Es Teler
Es teler adalah es serut yang diisi dengan berbagai macam bahan seperti nagka
masak, kelapa muda, tape, alpokat.
g. Es Shanghai
Yaitu minuman yang tidak mengandung alkohol, hana mengandung gula, atau
soda. Misalnya cola-cola, sprite, fanta, sosro, dll. Sementara menurut Sinurat (2003)
dalam Purba L (2005) yang mengutip pendapat Farly Lumanau, minuman terbagi
atas dua, yaitu : minuman beralkohol dan minuman tidak beralkohol.
12
Minuman air murni tanpa campuran apa-ap
13
.
Minuman yang dibuat melalui suatu proses penambahan karbondioksida dan zat
warna. Contoh : Cola, Sprite, Grand Sands, Seven up, dll
d. Squash
e. Sirup
f. Minuman Panas
Minuman yang disajikan dalam keadaan panas, akan tetapi minuman-minuman ini
dapat juga disajikan dalam keadaan dingin.
2. Minuman Beralkohol
Yaitu minuman yang mengandung alkohol antara 12% -75% yang aman bagi
manusia, dihasilkan dari proses kimia, melalui fermentasi, destilasi, dan proses
gabungan dari fermentasi.
A.4 Sirup
Sirup merupakan larutan yang terdiri dari air, gula dan formulasi bahan-
bahan tambahan pangan. Bahan tambahan pangan yang digunakan bertujuan untuk
meningkatkan nilai organoleptik, menghambat pertumbuhan mikroba dan
memperpanjang masa simpan produk (Kusnandar, dkk. 2008).
14
A.4.1 Cara Pembuatan Sirup
Bahan-bahan:
2. kg gula pasir
3. 10 cc Essence Nanas
7. Pewarna secukupnya
Cara membuatnya:
2. Larutan 1 dipanaskan dengan api, sambil masukkan gula pasir dan citrun zuur,
sambil diaduk masukkan pula sisa airnya.
Keterangan:
Untuk membuat sirup dengan rasa dan aroma yang berbeda-beda, essence nanas
bisa diganti dengan essence yang lain. Dengan demikian maka bisa membuat sirup
dengan berbagai rasa dan aroma. Cara membuatnya sama. CMC (Karboksil Metil
15
Selulosa) merupakan bahan tambahan pangan yang berfungsi untuk menambah
kekentalan pada sirup. (Satini, dkk. 1995).
B. Pemanis Buatan
Tabel A.4 Daftar pemanis buatan yang diizinkan Badan POM dan aturan pakainya ;
Keterangan :
Not specified berarti dapat digunakan dalam pangan tanpa pembatas selain dari
pada sesuai dengan Cara Produksi Pangan yang Baik (GMP)
16
Sumber:
Secara garis besar, Dahrul Syah dkk (2005), membedakan pemanis buatan
yang biasa dikonsumsi masyarakat, baik secara langsung maupun secara tidak
langsung, ke dalam tiga kelompok besar, yaitu ;
Pemanis Berkalori
Disebut juga pemanis bergizi, selain memberikan rasa manis pada produk pangan,
juga berguna untuk ; menambah berat produk pangan, memberikan kesegaran
sehingga dapat menunjang mutu pangan, sebagai pegawet pada produk-produk
tertentu, dan lain-lain. Bahan-bahan yang termasuk pemanis berkalori antara lain ;
Biasanya diperoleh dari tebu, kelapa atau bit. Energi yang dihasilkan sebesar 4
kalori per gram. Sukrosa inilah yang kita namai gula dalam bahasa sehari-hari.
Fruktosa (levulosa)
17
Disebut juga gula buah (fruit sugar). Secara alamiah fruktosa terdapat pada semua
buah-buahan dalam kadar yang beragam. Sama halnya dengan sukrosa, fruktosa
juga menghasilkan energi sebesar 4 kalori per gram. Pada orang-orang tertentu,
pengonsumsian fruktosa lebih dari 20 gram dapat mengakibatkan diare.
Glukosa
Zat pemanis ini terdapat pada buah-buahan dalam jumlah yang sangat sedikit.
Glukosa merupakan bentuk karbohidrat yang sederhana karena berasal dari proses
pencernaan kita.
Madu
Diperoleh dari lebah dan termasuk pemanis berkalori yang hebat. Madu merupakan
campuran dari fruktosa, glukosa dan air.
Secara alamiah terdapat dalam susu. Zat pemanis ini terdiri dari glukosa dan
galaktosa.
Gula ini dihasilkan melalui proses fermentasi. Contohnya ditemui pada minuman bir
dan roti.
Gula mapel
Molase
Merupakan pemanis yang diperoleh dari residu (reaksi sisa) proses pembuatan gula
tebu.
18
Pemanis ini menghasilkan energi yang lebih sedikit dibanding pemanis berkalori.
Dianggap lebih sehat karena memberikan respon glikemik yang rendah sehingga
mengonsumsinya tidak menyebabkan peningkatan kadar gula dalam darah secara
signifikan, ini terjadi karena pemanis ini sulit diserap oleh tubuh. Pemanis kurang
kalori dibedakan dalam tiga golongan, yaitu ;
a. Manitol
Merupakan pemanis yang dihasilkan dari hasil sampingan produksi alkohol tetapi
tidak mengandung alkohol. Manitol menghasilkan energi sebesar 1,6 kalori per gram
dan mempunyai derajat kemanisan berkisar 50-70% dari derajat kemanisan gula.
b. Sorbitol
Pemanis ini diproduksi dari glukosa yang ditemukan secara alamiah dalam buah-
buahan. Tubuh menyerap sorbitol lebih lambat dibandingkan gula kristal. Derajat
kemanisannya berkisar 50-70% gula. Energi yang dihasilkan sekitar 2,6 kalori per
gram.
c. Xilitol
Terdapat secara alamiah dalam buah-buahan dan beri. Namun xiltol yang digunakan
dalam industri pada umumnya bukan didapat dari ekstraksi buah-buahan, melainkan
produksi secara sintetis untuk kepentingan komersial. Tingkat kemanisannya sama
dengan gula, dan energi yang dihasilkan sebesar 2,4 kalori per gram.
d. Eritritol
Tingkat kemanisannya sekitar 70% gula dan menghasilkan energi sebesar 0,2 kalori
per jam.
19
Tingkat kemanisannya sekitar 30-40% dari kemanisan gula. Energi ang dihasilkan
sebesar 2 kalori per gram.
Isomalt
Mempunyai tingkat kemanisan sekitar 45-65% gula, dan energi yang dihasilkan
sebesar 2 kalori per gram.
Maltitol
Tingkat kemanisannya mencapai 90% gula. Energi yang dihasilkan cukup besar,
yaitu 3 kalori per garam.
Poliol polisakarida
2. Pemanis Nonkalori
Jenis ini banyak tersedia di pasar, dibuat dari bahan sintetis atau bahan-bahan
kimia, ada juga yang alamiah, hanya saja penggunaannya terbatas pada daerah
tertentu untuk keperluan tertentu pula.
Pemanis ini terdiri dari berbagai jenis. Berikut beberapa diantaranya yang sering
dijumpai dalam produk pangan.
Siklamat
Aspartam
Tingkat kemanisannya sekitar 160-220 kali lipat lebih kuat dari gula.
Acesulfam-K
20
Rasa manisnya sekitar 200 kali lipat manis gula.
Sakarin
Memiliki rasa manis 300 kali lipat lebih kuat dibanding gula.
Alitam
Neotam
Tergolong pemanis non kalori baru. Mempunyai tingkat kemanisan paling kuat, yaitu
berkisar 7000-13000 lebih kuat dibanding gula.
1. Sebagai bahan pangan bagi penderita diabetes melitus karena tidak menimbulkan
kelebihan gula darah. Pada penderita diabetes melitus disarankan menggunakan
pemanis buatan untuk menghindari bahaya gula. Dari tahun 1955 sampai tahun
1966 digunakan campuran siklamat dan sakarin pada pangan dan minuman pada
penderita diabetes.
21
4. Menghindari kerusakan gigi. Pada pangan seperti permen lebih sering
ditambahkan pemanis sintetis karena bahan permen ini mempunyai rasa manis yang
lebih tinggi dari gula, pemakaian dalam jumlah yang sedikit saja sudah menimbulkan
rasa manis yang dibutuhkan sehingga tidak merusak gigi.
C. Siklamat
Siklamat pertama kali ditemukan secara tidak sengaja oleh Michael Sveda pada
tahun 1937. Sejak tahun 1950 siklamat ditambahkan ke dalam pangan dan minuman
(Cahyadi, 2008). Tidak seperti sakarin, siklamat berasa manis tanpa rasa ikutan
yang kurang disenangi. Bersifat mudah larut dalam air dan intensitas kemanisannya
30 kali kemanisan sukrosa (Cahyadi, 1008). Siklamat memiliki nilai kalori: 0 kkal/g
atau setara dengan 0 kJ/g dan ADI: 0 mg/kg 11 mg/kg berat badan. Batas
maksimum penggunaan siklamat berdasarkan kategori pangan gula dan sirup
lainnya (misalnya: xylose, maple syrup, sugar toppings) yaitu 500 mg/kg (SNI 01-
6993-2004).
Dalam menghitung nilai ADI, maka digunakan standar berat badan sesuai dengan
kelompok umur berdasarkan standar FAO-WHO dalam Handbook on Human
Nutrition Requirements (1974) yaitu :
4. Berat badan standar orang dewasa laki-laki (20-60 tahun ke atas) adalah 55 kg
5. Berat badan standar orang dewasa perempuan (20-60 tahun ke atas) adalah
47 kg (Sediaoetomo, 2008)
22
C.1 Pengaruh Siklamat Terhadap Kesehatan
Meskipun memiliki tingkat kemanisan yang lebih tinggi dan rasanya enak
(tanpa rasa pahit), tetapi siklamat dapat membahayakan kesehatan. Penelitian yang
lebih baru menunjukkan bahwa siklamat dapat menyebabkan atropi, yaitu terjadinya
pengecilan testikular dan kerusakan kromosom. Penelitian yang dilakukan oleh para
ahli Academy of Science pada tahun 1985 melaporkan bahwa siklamat maupun
turunannya (sikloheksiamin) juga diduga sebagai tumor promoter (Cahyadi, 2008).
Selain itu, siklamat memunculkan banyak gangguan bagi kesehatan, di antaranya
tremor, migrain dan sakit kepala, kehilangan daya ingat, bingung, insomnia, iritasi,
asma, hipertensi, diare, sakit perut, alergi, impotensi dan gangguan seksual,
kebotakan, dan kanker otak (Indriasari, 2009).
Meme
Jenis pemanis
nuhi
sirup buatan :
Uji syarat
- Siklamat Kuantitatif Tidak
meme
nuhi
syarat
SNI 01-6993-2004
Tentang Bahan
Tambahan Pangan
Pemanis Buatan
BAB III
METODE PENELITIAN
23
A. Jenis dan Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian survei yang bersifat deskriptif yaitu
memberikan gambaran kadar zat pemanis buatan siklamat yang digunakan pada
sirup.
C.1. Populasi
C.2. Sampel
Sampel diambil dari pasar tradisional sebanyak 7 sampel yaitu 5 produk lokal
dan 2 produk nasional.
Data primer diperoleh dari hasil analisis secara kuantitatif yaitu pemanis buatan
siklamat pada sirup-sirup yang dijual di pasar tradisional Simpang Limun yang
dilakukan di Laboratorium Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan jurusan Analis
Kesehatan.
24
D.1. Metode Pemeriksaan
D.2.a Alat
1. Spektrofotometri
2. Waterbath
5. Karet pengisap
6. Tabung reaksi
7. Pipet ukuran 10 ml
1. HCl pekat
2. BaCl2 10%
3. NaNO2 10%
4. Aquades
Dari larutan standar natrium siklamat dipipet masing-masing 2,5 ; 5,0 ; 7,5 ;
10 ; 12,5 ml, kemudian masing-masing dimasukkan ke dalam labu ukur 100
ml.
25
Ke dalam tiap-tiap labu ukur ditambahkan 10 ml BaCl2 10 % dan 10 ml
NaNO2 10%, lalu dipanaskan di dalam waterbath sambil dikocok sampai
ternetuk larutan putih homogen, kemudian dibiarkan sampai dingin dan
ditambah aquades sampai garis tanda.
Absorbansinya diukur dengan spektrofotometri 160A pada panjang
gelombang 470 nm.
Data yang diperoleh dari hasil penelitian laboratorium diolah dan hasilnya
mengacu pada SNI 01-6993-2004 Tentang Bahan Tambahan Pangan Pemanis
Buatan Persyaratan Penggunaannya dalam Produk Pangan dan disajikan dalam
bentuk tabel distribusi frekuensi dan dijelaskan dalam bentuk narasi.
DAFTAR PUSTAKA
- Arief, Irfan. 2007. Pemanis Buatan Tak Semanis Rasanya, Artikel. www.pesan-
rakyat.com , diakses tanggal 23 November 2015
- Badan Standarisasi Nasional-BSN. SNI 01-6993-2004 Tentang Bahan Tambahan
Pangan Pemanis Buatan Persyaratan Penggunaannya dalam Produk Pangan.
Jakarta.
26
- Baliwati, F Yayuk, dkk. 2004. Pengantar Pangan dan Gizi. Penebar Swadaya,
Jakarta.
- Cahyadi, Wisnu. 2008. Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan.
Bumi Aksara, Jakarta.
- Depkes. R.I. Nomor 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan. Departemen Kesehatan
RI.
- Departemen kesehatan RI dan Dirjen POM. 1997. Peraturan Menteri Kesehatan
RI Nomor: 722/Menkes/Per/IX/88 Tentang Bahan Tambahan Pangan. Jakarta.
- Djojosoebagio, Soewondo dan G, Wiranda. 1996. Fisiologi Nutrisi Volume I.
Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta.
- Hardiansyah dan Syarief, Hidayat. 2001. Sistem Mutu dan Keamanan Pangan
dalam Analisis Bahaya dan Pencegahan Keracunan Pangan. Penerbit Koeswan,
Jakarta.
- Hughes, Christoper. 1987. The Additives Guide. John Wile & Sons, New York.
- Indriasari, Lusiana. 2009. Si Manis yang Perlu Diwaspadai. www.depkes.go.id,
- Iskandar, Silvia. 2003. Si Manis yang Bermasalah, Artikel. www. Chem-is-try.org ,
diakses tanggal 24 November 2015
- Kusnandar, dkk.2008. Teknologi Proses Produksi Minuman Nata de Coco dalam
Cup. www.unhas.ac.id,
- Minor, J, Lewis. 1985. Nutrition, Additive and Flavor Standards. AVI Publishing
Company.Inc, Westport.
- Purba, Leskarya. 2005. Analisa Kadar Pengawet Natrium Benzoat dan Pemanis
Buatan pada Minuman Ringan Kemasan Plastik yang Dijual di Kota Medan
Tahun 2005. Fakultas Kesehatan Masyarakat USU.
- Syah, Dahrul, dkk. 2005. Manfaat dan Bahaya Bahan Tambahan Pangan.
Fakultas Teknologi Pertanian IPB, Bogor.
- Satini, Yousha,dkk. 1995. Home Industri. Citra Mandiri, Jawa Tengah.
- Sediaoetama, Djaeni, Achmad. 2008. Ilmu Gizi untuk Mahasiswa dan Profesi
Jilid I. PT. Dian Rakyat, Jakarta.
- Tarwotjo S, 1998. Dasar-Dasar Gizi Kuliner. PT Gramedia, Jakarta.
- Winarno, G.F, 1991, Kimia Pangan dan Gizi, PT Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.
- Widodo, Richardus, 2008. Mengenal Pemanis Buatan Mutakhir, Artikel,
www.untag-sby.ac.id,
- Yuliarti, Nurheti. 2007. Awas! Bahaya Lezatnya di Balik Makanan. Penerbit Andi,
Yogyakarta
27