Makalah KMB CA Kolorektal (Repaired)
Makalah KMB CA Kolorektal (Repaired)
Disusun Oleh
Kelompok 10
Nama Anggota :
1. Malikatul Mamunah
2. Nika Sari C
3. Rahma Fitra
4. Syahdah Dinuriah
5. Syahir Noer Muhamad
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa
meridhai segala usaha kita. Aamiin.
Daftar Isi
1
Kata Pengantar................................................................................................................... 1
Daftar Isi............................................................................................................................. 2
I. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang.................................................................................................. 3
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................ 4
1.3 Tujuan............................................................................................................... 4
II. Konsep Teori
2.1 Definisi Kanker Kolorektal..............................................................................
2.2 Epidemiologi Kanker Kolorektal.....................................................................
2.3 Etiologi Kanker Kolorektal..............................................................................
2.4 Manifestasi Klinis Kanker Kolorektal.............................................................
2.5 Patofisiologi Kanker Kolorektal......................................................................
2.6 Komplikasi.......................................................................................................
III. Pembahasan Kasus
III.1 Identifikasi Kasus........................................................................................
III.2 Mapping Patofisiologi Kasus......................................................................
III.3 Pemeriksaan Penunjang..............................................................................
III.4 Pentalaksanaan Medis.................................................................................
III.5 Penataksanaan Keperawatan........................................................................
IV. Penutup
4.1 Kesimpulan......................................................................................................
Daftar Pustaka...................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
2
Kanker adalah salah satu masalah kesehatan yang paling penting di dunia. Berdasarkan
data dari World Health Organization kanker menyebabkan 13% dari angka total kematian di
dunia (7,6 juta) pada tahun 2008(www.who.int/gho/ncd/mortality_morbidity/cancer/en/).
Kanker menempati urutan pertama yang menyebabkan kematian pada negara dengan
ekonomi maju dan penyebab kematian kedua di negara berkembang. Di Indonesia kanker
merupakan salah satu masalah utama kesehatan, kanker masuk dalam urutan ke tujuh
penyakit yang menyebabkan kematian (5,7%) (Asian Pasific Journal of Cancer Prevention,
2012).
Di antara beberapa tipe kanker, kanker kolorektal adalah penyebab kematian kedua
terbanyak dari seluruh pasien kanker di Amerika Serikat. Kanker usus besar dan rektum
adalah penyebab paling umum ketiga kematian kanker pada wanita (setelah kanker paru-paru
dan payudara) dan penyebab yang paling umum ketiga kematian kanker pada laki-laki
(setelah kanker paru-paru dan prostat). Lebih dari 150.000 kasus baru terdiagnosis setiap
tahunnya di Amerika Serikat dengan angka kematian per tahun mendekati angka 60.000
(www. Medicineworld, 2010).
Penyakit tersebut paling banyak ditemukan di Amerika Utara, Australia, Selandia Baru
dan sebagian Eropa. Kejadiannya beragam di antara berbagai populasi etnik, ras atau populasi
multietnik/multi rasial. Secara umum didapatkan kejadian kanker kolorektal meningkat tajam
setelah usia 50 tahun, fenomena ini dikaitkan dengan pajanan terhadap berbagai karsinogen
dan gaya hidup. Di Amerika Serikat rata-rata pasien kolorektal adalah berusia 67 tahun dan
lebih dari 50% kematian terjadi pada mereka yang berumur di atas 55 tahun (Abdullah,
2006).
Di Indonesia prevalensi kanker kolorektal berdasarkan data yang ditunjukan dari
pendataan Jakarta Cancer menunjukkan bahwa insiden kanker kolorektal menempati urutan
ke empat (3,15 per 100.000) pada wanita dan pria pada urutan ke dua (4,01 per 100.000)
(Asian Pasific Journal of Cancer Prevention, 2012). Insiden meningkat dengan peningkatan
usia, dan lebih tinggi pada individu dengan riwayat keluarga kanker atau polip rektal;
penyakit inflamasi usus kronis; dan diet tinggi lemak, protein, serta daging sapi dan rendah
serat (Baughman, 2000).
1.2 Rumusan Masalah
3
3. Apa saja pemeriksaan penunjang yang sebaiknya diperiksa untuk mengevaluasi
pasien?
4. Bagaimana penatalaksanaan medis dan non medis untuk mengatasi masalah utama
pada kasus?
5. Apa saja komplikasi yang dapat ditimbulkan apabila penyakit tidak tertangani dengan
baik?
6. Bagaimana asuhan keperawatan yang sesuai dengan kasus?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui kemungkinan diagnosa penyakit pada kasus.
2. Mengetahui patofisiologi penyakit pada kasus sampai munculnya gejala-gejala yang
ditimbulkan.
3. Mengetahui pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk mengevaluasi pasien.
4. Mengetahui penanganan penyakit yang meliputi penataksanaan dalam bidang medis
maupun non medis.
5. Mengetahui komplikasi yang ditimbulkan apabila penyakit tidak tertangani dengan
baik.
6. Mengetahui asuhan keperawatan yang sesuai untuk pasien pada penyakit tersebut.
BAB II
KONSEP TEORI
4
Kanker kolorektal adalah kanker yang berkembang dari sel-sel usus besar. Usus besar
terdiri dari kolon dan rektum. Kanker kolorektal berasal dari jaringan usus besar (bagian
terpanjang dari usus besar besar) atau rektum, (bagian kecil terakhir dari usus besar sebelum
anus). Sebagian besar kanker kolorektal adalah tipe kanker adenocarcinomas (Kanker yang
berasal dari sel yang membuat dan melepaskan lendir atau cairan lainnya)
(www.parkwaycancercentre.com, 2013).
Tumor dapat berupa massa polipoid, besar, tumbuh ke dalam lumen, dan dengan cepat
meluas ke sekitar usus sebagai striktura anular (mirip cincin). Lesi anular lebih sering terjadi
pada bagian rektosigmoid, sedangkan lesi polipoid yang datar lebih sering terjadi pada sekum
dan kolon asendens. Secara histologis, hampir semua kanker usus besar adalah
adenokarsinoma (terdiri atas sel epitel kelenjar) dan dapat menyekresi mukus yang
jumlahnya berbeda-beda. Tumor dapat menyebar (1) melalui infiltrasi langsung ke struktur
yang berdekatan seperti ke dalam kandung kemih, (2) melalui pembuluh limfe ke kelenjar
limfe perikolon dan mesokolon; dan (3) melalui aliran darah, biasanya ke hati karena kolon
mengalirkan darah ke sistem portal. Prognosis relatif baik bila lesi terbatas pada mukosa dan
submukosa pada saat reseksi, dan jauh lebih buruk bila telah terjadi metastasis ke kelenjar
limfe (Price, 2000).
Kolon (termasuk rektum) merupakan tempat keganasan saluran cerna yang paling
sering. Kanker kolon merupakan penyebab ketiga dari semua kematian akibat kanker di
5
Amerika Serikat, baik pada pria maupun wanita (American Cancer Society, 2001). Kanker
usus besar biasanya merupakan penyakit yang terjadi pada orang tua, dengan insidensi
puncak pada usia 60 dan 70 tahun. Kanker kolon jarang ditemukan di bawah usia 40 tahun,
kecuali orang yang memiliki riwayat kolitis ulseratif atau poliposis familial (Price, 2012).
Insiden meningkat dengan peningkatan usia, dan lebih tinggi pada individu dengan riwayat
keluarga kanker atau polip rektal; penyakit inflamasi usus kronis; dan diet tinggi lemak,
protein, serta daging sapi dan rendah serat (Baughman, 2000).
Kedua jenis kelamin terserang dalam jumlah sama. Sekitar 60% dari semua kanker
usus terjadi pada bagian rektosigmoid, sehingga dapat teraba pada pemeriksaan rektum atau
terlihat pada pemeriksaan sigmoidkospi. Sekum dan kolon asendens merupakan tempat
berikutnya yang paling sering terserang. Kolon transversa dan fleksura adalah bagian yang
mungkin paling jarang terserang (Price, 2012).
Hampir tiga dari empat pasien dapat diselamatkan dengan diagnosa dini dan
pengobatan segera. Kebanyakan pasien menunjukkan asimptomatik selama jangka waktu
panjang dan mencari bantuan medis hanya ketika mereka mengetahui adanya perubahan
dalam kebiasaan defekasi dan perdarahan rektal. Angka bertahan hidup yang rendah 5 tahun
pada 40-50% terutama adalah akibat dari diagnosa yang terlambat (Baughman, 2000).
Walaupun penyebab kanker usus besar (seperti kanker lainnya ) masih belum
diketahui, namun telah dikenali beberapa faktor predisposisi. Studi menunjukkan beberapa
faktor resiko untuk kolorektal kanker, antara lain:
a. Polip Kolorektal
Polip tumbuh pada dinding bagian dalam usus besar atau rektum dan biasanya terjadi
pada mereka yang berusia di atas 50 tahun. Polip umumnya tidak memiliki sifat kanker
namun beberapa polip (adenomas) dapat berubah menjadi kanker.
Penyakit radang usus, sering ditandai dengan kondisi seperti ulcerative colitis dan
penyakit Chron, yang dapat meningkatkan risiko mengembangkan kanker kolorektal. Secara
umum, semakin lama seseorang memiliki penyakit radang usus, semakin besar
kesempatannya terkena kanker kolorektal.
6
c. Riwayat kanker pribadi
Bila individu sudah pernah terkena kanker kolorektal, ia bisa kembali terkena kanker
tersebut untuk kedua kalinya. Wanita dengan riwayat kanker ovarium, rahim (endometrium)
atau kanker payudara juga memiliki resiko lebih tinggi terkena kanker kolorektal.
Individu yang memiliki keluarga dengan riwayat terkena kanker kolorektal memiliki
terkena kanker lebih besar. Faktor genetik individu dengan saudara kandung yang
mempunyai kankerkolorektal memiliki risiko tiga kali lipat mengalami penyakit itu sendiri.
Mereka yang merokok, mengkonsumsi makanan yang kaya akan daging merah atau
daging yang diproses dan kurang serat, memiliki peningkatan resiko terkena kanker
kolorektal. Faktor predisposisi penting lain mungkin berkaitan dengan kebiasaan makan. Hal
ini karena kanker usus besar terjadi sekitar 10 kali lebih banyak pada penduduk wilayah barat
yang mengonsumsi lebih banyak makanan mengandung karbohidrat murni dan rendah serat,
dibandingkan penduduk asal Afrika yang mengonsumsi makanan tinggi serat. Burkiit (1971)
mengemukakan bahwa diet rendah serat dan tinggi karbohidrat murni mengakibatkan
perubahan flora feses dan degradasi garam empedu atau hasil pemecahan protein dan lemak,
sebagian zat ini bersifat karsinogenik.
Diet rendah serat juga menyebabkan pemekatan zat berpotensi karsinogenik ini
menjadi feses yang bervolume lebih kecil. Selain itu, masa transit feses meningkat. Akibatnya
kontak zat berpotensi karsinogenik dengan mukosa usus bertambah lama. Penelitian awal
menunjukkan bahwa diet makanan tinggi bahan fitokimia mengandung zat gizi seperti serat,
vitamin C, E, dan karoten dapat meningkatkan fungsi kolon dan bersifat protektif dari
mutagen yang menyebabkan timbulnya kanker. Diet rendah lemak hewani dan tinggi serat
menunjukkan secara bermakna insidensi penyakit lebih rendah. Faktor diet lain yang
bertindak sebagai faktor peningkat proses karsinogenik meliputi karsinogen genetoksik,
seperti daging bakar, ikan, dan makanan yang digoreng.
7
Kanker kolorektal sangat mungkin terjadi pada saat usia seseorang bertambah. Lebih
dari 90 persen pasien yang terdiagnosa dengan kanker kolorektal adalah mereka yang berusia
50 tahun ke atas.
Faktor Risiko
Manifestasi klinis kanker kolorektal yang paling sering adalah perubahan kebiasaan
defekasi, pasase darah dalam feses, nyeri, anemia yang tidak diketahui penyebabnya, dan
penurunan berat badan serta keletihan (Bruner and Sudarth). Gejala dan tanda penyakit ini
bervariasi sesuai dengean letak kanker, tahap penyakit, dan fungsi segmen usus tempat
kanker berlokasi, dan sering dibagi menjadi kanker yang mengenai bagian kanan dan kiri
usus besar.
Pada kolon bagian kanan isi kolon berupa cairan sehingga manifestasi klinisnya
cenderung tersamar. Terdapat sedikit kecenderungn obstruksi karena lumen usus lebih besar
8
dan feses masih encer. Anemia akibat perdarahan sering terjadi, dan darah bersifat samar dan
hanya dapat dideteksi dengan uji guaiak. Perdarahan dapat bersifat intermiten, sehingga
diindikasikan pemeriksaan endoskopi dan radiografi usus besar bila terjadi anemia. Mukus
jarang terlihat, karena tercampur dalam feses. Pada orang kurus, tumor kolon kanan dapat
diraba, tetapi tidak khas pada stadium awal. Penderita mungkin merasa tidak enak pada
abdomen, dan kadang epigastrium.
Gambaran Klinis
9
Kanker kolon dan rektum terutama (95%) adenokarsinoma (muncul dari lapisan epitel
usus). Dimulai sebagai polip jinak tetapi dapat menjadi ganas dan menyusup serta merusak
jaringan normal serta meluas kedalam struktur sekitarnya. Sel kanker dapat terletak dari
tumor primer dan menyebar ke bagian tubuh yang lain (paling sering ke hati) (Bruner and
Sudarth, 2012).
2.6 Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien dengan kanker kolon yaitu:
1. Pertumbuhan tumor dapat menyebabkan obstruksi usus parsial atau lengkap.
2. Metastase ke organ sekitar, melalui hematogen, limfogen dan penyebaran
langsung.
3. Pertumbuhan dan ulserasi dapat juga menyerang pembuluh darah sekitar
kolon yang menyebabkan hemorragi.
4. Perforasi usus dapat terjadi dan mengakibatkan pembentukan abses.
5. Peritonitis dan atau sepsis dapat menimbulkan syok.
BAB III
PEMBAHASAN KASUS
Ny L 50 tahun, mengeluh nyeri saat buang air besar, berdarah dan perasaan bahwa
rektumnya belum sepenuhnya kosong. Nyeri perut yang hebat dan sembelit. kadar antigen
karsinoembriogenik dalam darahnya tinggi (CEA).
10
DS :
- Nyeri saat buang air besar dan berdarah
- Merasa rektum belum sepenuhnya kosong
- Nyeri perut hebat dan sembelit
DO :
- Kadar antigen karsinoembriogenik dalam darah tinggi
Berdasarkan data subjektif pasien mengeluhkan nyeri pada bagian abdomen dan nyeri
saat buang air besar disertai feses yang berdarah, hal ini menunjukan bahwa masalah pasien
terdapat pada sistem pencernaannya. Meskipun data dari kasus belum sepenuhnya lengkap,
namun dari kadar antigen karsinoembrigenik (CEA) yang tinggi dalam darah hal ini
menunjukkan terdapatnya kanker dalam tubuh pasien. Data menunjukan adanya gangguan
pada sistem pencernaan pasien, sehingga kemungkinan terbesar kanker terdapat pada bagian
saluran cerna, karena pasien mengeluhkan rektum yang belum sepenuhnya kosong saat buang
air besar dan terdapat darah pada feses hal ini dapat mengindikasikan bahwa kanker terdapat
pada bagian kolon atau rektum pasien. Tumor usus halus jarang terjadi sebaliknya tumor usus
besar dan rektum relatif umum (Price, 2000). Kemungkinan diagnosa pada kasus dapat
disimpulkan terjadinya kanker pada saluran pencernaan yang kemungkinan besar terjadi pada
bagian kolorektal atau Kanker Kolorektal.
muncul sbg
Tonjolan spt jari
perdarahan
atau prolapsus
melalui anus soliter
predileksi Di kolon
besar sigmoid/rektum
Berasal dr
peradangn lesi
vaskula
r
Sering trjdi
Permukaannya
Pedikel pd anak2 brbntuk papilar,
panjang Besar > 5 cm,
tampak massa
nodular frekuensinya 1/8
tunggal multiple Invasi ke adenoma
Metastasis 11
dlm sistem pedunkulata, >
Kelenjar yg
Tumor dibatasi regional tahap
Teraba krn Tumor limfe yangPoliposis
sesil ganas, Jarang terjadi dan
brproliferasi
Adenoma
pd mukosa dandi Penetrasi
Neoplasma yg brasal dr
Salah satu factor lanjutsec.
dan Paling sering
trletak di bagian distal 25- KANKER
(tidak mengalir Genetik : BB diturunkn sec
Enema Kelas
pedunkolata
otopsi
sigmoidoskopi
submukosa A melalui
permukaan
barium Kelasdinding
Adenoma
mukosa
resiko &
B POLIP Kelas C familial
ca colon Kelas D pd
Perubahan
Anemia,
Darah
penyebaran feses
pola
yang
terjadi di
30 cm bertangkai)regional genetik
3.2 Pemeriksaan Penunjang
Kolonoskopi : jika ditemukan tumor pada kolonoskopi, pemeriksaan fisis harus
dilakukan selengkap mungkin untuk menyingkirkan adanya tumor atau polip lain
yang sinkron.
Hitung darah lengkap : kemungkinan terjadinya anemia defisiensi Fe
Cari metastasis : tes fungsi hati, ulltrasonografi, foto toraks, walaupun diperlukan
pembedahan pada sebagian besar kasus, penting untuk menetukan apakah penyakit
telah bermetastasis sebelum dilakukan laprotomi.
Antigen karsioembronik ; penanda ini bermanfaat untuk memantau respon pasien
terhadap terapi.
Barium enema : merupakan cara pemeriksaan saat pertama kali tumor ditemukan.
Pengobatan terhadap kanker kolon tergantung pada tahap penyakit dan komplikasi yang
berhubungan. Pada periode perioperatif, penggunaan endoskopi, laparoskopi, dan
ultrasonografi telah terbukti berhasil dalam pentahapan kanker kolorektal.
Metode pentahapan yang dapat digunakan secara luas adalah klasifikasi Duke :
Kelas A : Kanker ditemukan hanya pada lpissn terdalam usu besar atau rectum, kanker
stadium ini umumnya disebut carcinoma in situ.
12
Kelas B : tumor dibatasi pada mukosa dan submukosa atau tumor sudah tumbuh ke
dinding bagian dalam usus besar atau rectum, namun belum menembus dinding
tersebut.
Kelas C : tumor sudah menembus dinding lapisan usus besar atau rectum. Ada
kemungkinan tumor telah menyebar ke jaringan tubuh terdekat, namun sel kanker
belum menyebar ke kelenjar getah bening.
Kelas D : invasi kedalam system limfe yang mengalir regional, atau tumor telah
masuk ke kelenjar getah bening, namun belum menyebar ke bagian/jaringan tubuh
lain.
Kelas E : metastasis regional tahap lanjut dan penyebaran yang luas, dengan kata lain
kanker telah menyebar ke organ tubuh lain seperti hati, atau paru-paru.
Pembedahan : perlu dilakukan pada sebagian besar kasus kanker kolorektal. Luasnya reaksi
usus tergantung pada lokasi tumor.
Kemoterapi : kemoterapui dengan 5-fluroasil (5FU) memperbaiki angka harapan hidup pada
stadium Duke B dan C.
Terapi palliative : pemasangan stent logam yang bisa mengembang sendiri pada tumor
merupakan pendekatan alternative bagi penyembuhan obstruktif paliatif.
13
2 DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nyeri b/d kompresi jaringan sekunder akibat obstruksi.
Konstipasi b/d lesi obstruktif
NIC NOC
14
dan gaya hidup sebelumnya Anjurkan memberikan laksatif
Kaji dan observasi gerakan usus,
dan enema sesuai yang
warna, konsistensi, frekuensi, dan
diresepkan.......
ada atau tidak bising usus. Rangsang peristaltik dengan
Berikan pelunak feses, supositoria
perlahan/evakuasi feses....
gliserin sesuai indikasi Melaporkan kontrol
Manajemen cairan/ elektrolit: konstipasi......
Meningkatkan keseimbangan cairan
dan mencegah komplikasi akibat
kadar cairan yang tidak normal atau
tidak diinginkan Skala Pengukuran :
Konsultasi dengan ahli gizi untuk 1 : Sangat ekstrem
meningkatkan cairan 2 : Berat
Minta bantuan dari dokter untuk
3 : Sedang
memberikan bantuan eliminasi
4 : Ringan
seperti :diet tinggi-serat.
5 : Tidak mengalami gangguan
15