Anda di halaman 1dari 6

A.

Pokok-pokok etika dalam kehidupan berbangsa


Pokok pokok kehidupan berbangsa mengedepankan kejujuran, amanah,
keteladanan, sportifitas, disiplin, etos kerja, kemandirian, sikap toleransi, rasa malu,
tanggung jawab, menjaga kehormatan serta martabat diri sebagai warga negara.
Etika kehidupan berbangsa ini meliputi:
1. Etika sosial dan budaya
Etika sosial dan budaya bertolak dari tasa kemanusiaan yang mendalam
dengan menampilkan kembali sikap jujur, saling peduli, saling memahami, saling
menghargai, saling mencintai dan saling menolong diantara sesama manusia dan
warga bangsa. Sejalan dengan itu, perlu menumbuhkembangkan kembali budaya
malu, yakni malu berbuat kesalahan dan semua yang bertentangan dengan moral
agama dan nilai-nilai lihur budaya bangsa. Untuk itu,juga perlu
ditumbuhkembangkan kembali budaya keteladanan yang harus diwujudkan dalam
perilaku para pemimpin para perilaku pemimpin baik formal maupun informal
pada setiaplapisan masyarakat.
Etika ini dimaksutkan untuk menumbuhkan dan mengembangkan kembali
kehidupan berbangsa yang berbudaya tinggi dengan menggugah, menghargai dan
mengembangkan budaya nasional yang bersumber dari budaya daerah agar
mampu melakukan adaptasi, interaksi dengan bangsa lain, dan tindakan proaktif
sejalan dengan tuntutan globalisasi. Untuk itu diperlukan penghayatan dan
pengalamanagama yang benar, kemampuan adaptasi, ketahanan, dan kreativitas
budaya dari masyarakat.

2. Etika politik dan pemerintahan


Etika politik dan pemerintahan dimaksutkan untuk mewujudkan pemerintahan
yang bersih, efesien, dan efektif serta menumbuhkan suasana politik yang
demokratis bercirikan keterbukaan, rasa bertanggungjawab, tanggap akan aspirasi
rakyat, menghargai perbedaaan, jujur dalam persaingan, kesediaan untuk
menerima pendapat yang lebih benar, serta menjunjung tinggi hak asasi manusia
dan keseimbangan hak dan kewajiban dalam berkehidupan berbangsa.
Etika pemerintah mengamanatkan agar penyelenggara negara memiliki rasa
kepedulian tinggi dalam memberikan pelayanan kepada publik, siap mundur
apabila merasa dirinya telah melanggar kaidah dan sistem nilai ataupun dianggap
tidak mampu memenuhi amanah masyarakat, bangsa dan negara.
Masalah potensial yang dapat menimbulkan permusuhan dan pertentangan
diselesaikan secara musyawarah dengan penuh kearifan dan kebijaksanaan sesuai
dengan nilai-nilai agama dan nilai nilai, luhur budaya, dengan tetap menjunjung
tinggi perbedaan sebagai sesuai yang manusiawi dan alamiah .
Etika politik dan pemerintahan diharapkan mampu menciptakan suasana
harmonis antar pelaku dan antar kekuatan sosial politik serta antar kelompok
kepentingan lainya untuk mencapai tingkat kemajuan bangsa dan negara dengan
mendahulukan kepentingan bersama daripada kepentingan pribadi dan golongan.
Etika politik dan pemerintahan mengandung misi kepadasetiap pejabat dan elit
politik untuk bersikap jujur, amanah, sportif, siap melayani, berjiwa besar,
memiliki keteladanan, rendah hati, dan siap untuk mundur dari jabatan publik

1
apabila terbukti melakukan kesalahan dan secara moral kebijakannya bertentangan
dengan hukum dan rasa keadilan masyarakat.
Etika ini diwujudkan dalam bentuk sikap yang bertata krama dalam prilaku
politik yang toleran, tidak berpura-pura, tidak arogan, jauh dari sikap munafik
serta tidak melakukan kebohongan publik, tidak manipulatif, dan berbagai
tindakan yang tidak terpuji lainnya.

3. Etika ekonomi dan bisnis


Etika ekonomi dan bisnis dimaksudkan agar prinsipdan prilaku ekonomi dan
bisnis. Baik oleh perseorangan, institusi, maupun pengambilan keputusan dalam
bidang ekonomi dapat melahirkan kondisi dan realitas ekonomi yang bercirikan
persaingan yang jujur, berkeadilan, mendorong berkembangnya etos kerja
ekonomi, daya tahan ekonomi dam kemampuan saing, dan terciptanya suasana
kondusif untuk pemberdayaan ekonomi yang berpihak kepada rakyat kecil melalui
kebijakan secara berkesinambungan. Etika ini mencegah terjadinya praktik-
praktik monopoli, ologopoli, kebijakan ekonomi yang mengarag kepada perbuatan
korupsi, nepotisme,diskriminasi yang berdampak negatif terhadap efesiensi,
persaingan sehat, dan keadilan, serta menghindarkan perilaku menghalalkan
segala cara dalam memperoleh keuntungan.

4. Etika penegakan hukum yang berkeadilan


Etika penegakan hukum yang berkeadilan dimaksutkan untuk menumbuhkan
kesadaran tertib sosial, ketenangan dan keteraturan hidup bersama hanya dapat
diwujudkan dengan ketaatan terhadap hukum dan seluruh peraturan yang berpihak
pada keadilan, keseluruhan aturan hukum yang menjamin tegaknya sipremasi dan
kepastian hukum sejalan dengan upaya pemenuhan rasa keadilan yang hidup dan
berkembang didalam masyarakat.
Etika ini meniscayakan penegakan hukum secara adil, perlakukan yang sama
dan tidak diskriminatif terhadap setiap warganegara dihadapan hukum,dam
menghindarkan penggunaan hukum secara salah sebagai alat kekuasaan dan
bentuk-bentuk manipulasi hukum lainnya.

5. Etika keilmuan
Etika keilmuan dimaksudkan untuk menjunjung tinggi nilai-nilai
kemanusiaan, ilmu pengetahuan dan teknologi agar setiap warga bangsa mampu
menjaga harkat dan martabatnya, berpihak kepada kebenaran untuk mencapai
kemaslaharan dankemajuan sesuai dengan nilai-nilai agama dan budaya. Etika ini
diwujudkan secara pribadi ataupun kolektifdalam karsa, cipta dan karya, yang
tercermin dalam perilaku kreatif, inivatif, inventif, dan komunikatif, dalam
kegiatan membaca, belajar, meneliti, menulis, berkarya, serta menciptakan iklim
kondusif baggi pengembangan ilmu dan teknologi.
Etika keilmuan menegaskan pentingnya budaya kerja keras dan menghargai
dan memanfaatkan waktu, disiplindalam berfikir dan berbuat, serta menepati janji
dan komitmen diri untuk mencapau hasil yang terbaik. Disamping itu, etika ini
mendorong tombuhnya kemampuan menghadapi hambatan, rintangan dan

2
tantangan dalam kehidupan. Mampu mengubah tantangan menjadi peluang,
mampu menumbuhkan kreativitas untuk penciptaan kesempatan baru, dan tahan
uji pantang menyerah.

6. Etika lingkungan
Etika lingkungan menegaskan pentingnya kesadaran menghargai dan melestarikan
lingkungan hidup serta penataan tata ruang secara berkelanjutan dan
bertanggungjawab.

B. Arah kebijakan
Etika kehidupan berbangsa yang telah ditetapkan dalam ketetapan mejelis
permusyawakatan rakyat republik indonesia no.VI/MPR/2001 dimaksudkan untuk
membantu membantu memberikan penyadaran tentang arti penting tegaknya etika dan
moral kualitas manusia yang beriman, bertakwa dan berwatak mulia serta
berkepribadian indonesia dalam kehidupan berbangsa.
Berdasarkan maksud dan tujuan seperti tersebut diatas ,maka diharapkan etika
kehidupan berbangsa tidak merupakan rumusan untuk bahan bacaan semata, tetapi
yang lebih penting adalah untuk diimplementasikan. Sedangkan dalam
implementasinya, diperlukan arah kebijakan agar dapat tercapai tujuan membangun
etika kehidupan berbangsa. Arah kebijakan yang dimaksud adalah:
Pertama: nilai-nilai agama dan budaya luhur bangsa yang telah diyakini dan
dihayati oleh bangsa indonesia hendaknya diaktualisasikan dalam kehidupan pribadi,
keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara melalui berbagai jalur pendidikan, yaitu
pendidikan formal, informal dan nonformal dan pemberian contoh keteladanan oleh
para pemimpin negara, pemimpin bangsa dan pemimpin masyarakat.
Kedua: orientasi pendidikan yang selama ini lebih mengutamakan aspek
pengenalan, hendaknya diarahkan menjadi pendidikan yang bersifat terpadu, artinya
proses pengenalan dalam proses pendidikan disegala strata selslu dipadukan dengan
penekanan pada ajaran etika yang bersumber dari ajaran agama dan budaya luhur
bangsa serta pendidikan watak dan budipekerti. Dalam hal ini ada keseimbangan
penekanan antara kecerdasan intelektual, kematangan emosional dan spiritual serta
amal kebijakan.
Ketiga, dalam proses membangun bangsa indonesia seutuhnya diupayakan
agar setiap program pembangunan dan keseluruhan aktivitas kehidupan berbangsa,
dalam setiap aspek dan proses pelaksanaannya dijiwai oleh nilai-nilai etika dan akhlak
mulia, baik pada tahap perencanaan, pelaksanaan, maupun evaluasi.

C. Etika penyenggara negara


Penyelenggaraan negara mempunyai peran penting dalam mewujudkan cira-
cita perjuangan bangsa. Hal ini tersirat dalam pembukaan Undang-Undang Dasar
1945 yang mengaplikasikan bahwa sangat penting dalam pemerintahan dan dalam hal
hidupnya negara ialah semangat para penyelenggara negara dan pemimpin
pemerintahan

3
Etika penyelenggaraan negara tidak boleh terlepas dari segala aspek nilai yang
diperlukan penyelenggaan negara yang bebas kolusi, korupsi dan nepotisme telah
diatur hal-hal sebagai berikut:

Pertama, asas kepastian hukum; asas tertib penyelnggaraan negara; asa


kepentingan umum; asas keterbukaan; asas proporsionalitas; dan asas akuntabilitas,
merupakan asas hukum yang harus menjadi pedoman bagi penyelenggaraan negara
dalam melaksanakan tugasnya. Artinya setiap penyelenggara negara baik ditingkat
pengambil keputusan maupun ditingkat pelaksana, baik dalam kegiatan mengatur
maupun melayani masyarakat tidak boleh meninggalkan asa-asa tersebut.

Kedua, para penyelenggara negara harus menyeimbangkan antara hak-hak


yang dimilikinya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, dengan
kewajiban yang telah diatur pula dalam peraturan perundang-undangan. Adapun hak
penyelnggara negara itu tendiri dari: hak menerima gaji tunjangan, dan fasilitas
lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undanganyang berlaku,
menggunakan hak jawab terhadap setiap teguran, tindakan dati atasannya, ancaman
hukuman, dan kritik masyarakat; hak menyampaikan pendapat dimuka umum secara
bertanggungjawab sesuai dengan wewenangnya, dan mendapatkan hak-hak lain
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sedangkan
kewajiban yang harus dilakukan, yaitu: mengucapkan sumpah atau janji sesuai
dengan agamanya sebelum mengaku jabatannya; bersedia diperiksa kekayaannya
sebelum, selama, dan setelah jabatan; melaporkan dan mengumumkan kekayaannya
sebelum dan setelah menjabat; tidak melakukan perbuatan korupsi, kolusi, dan
nepotisme; melaksanakan tugas tanpa membeda-bedakan suku, agama, ras, dan
golongan; melaksanakan tugas pamrih baik untuk kepentingan pribadi, keluarga,
kroni maupun kelompok. Selain itu, dalam melaksanakan tugasnya penyelenggara
negara berkewajiban pula untuk tidak mengharapkan imbalan dalam bentuk apapun
yang bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
dan bersedia menjadi saksi dengan perkara korupsi, kolusi, dan nepotisme serta dalam
perkara lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Ketiga, dalam melaksanakan tugasnya para penyelenggara perlu ada


pengaturan hubungan antar penyelenggara negara , oleh karena diperlukan adanya
hubungan yang harmonis antar penyelenggara negara. Dalam hal ini masing-masing
penyelenggara negara baik di tingkat pengambil keputusan maupun di tingkat
pelaksana hendaknya menaati norma-norma kelembagaan, kesopanan,kesusilaan, dan
etika yang berlandaskan pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 lebih konkritnya
harus selalu berpedoman pada etika kehidupan berbangsa,seperti yang termaktub
dalam tab MPR Nomor VI/MPR/2001

Keempat, demi terwujudnya penyelenggara negara yang bersih diperlukan


peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan negara, hal ini merupakan hak dan
tanggung jawab masyarakat untuk ikut mewujudkan penyelenggara negara yang
bersih. Peran serta masyarakat untuk terwujudnya penyelenggara negara yang bersih

4
ini, janganlah dianggap penghalang bagi penyelenggara negara dalam melaksanakan
tugasnya, melainkan keterlibatan masyarakat dalam hal tersebut hendaknya didukung
dengan pemberian dan perlindungan hak-hak sebagai berikut: hak mencari,
memperoleh, dan memberikan informasi tentang penyelenggaraan negara ; hak untuk
memperoleh pelayanan yang sama dan adil dari penyelenggara negara; hak
menyampaikan saran dan pendapat secara bertanggung jawab terhadap kebijakan
penyelenggara negara ; dan hak memperoleh perlindungan hukum.

Kelima, penyelenggara negara baik ditingkat pengambil keputusan maupun


para pelaksana hendaknya menyambut gembira dengan dibentuknya komisi
pemeriksa yang telah jelas kedudukan , tugas dan kewenangan , fungsi, keanggotaan
dan proses bekerjanya. Komisi ini hendaknya tidak dianggap lawan bagi para
penyelenggara negara, tetapi justru harus dianggap sebagai partner yang akan
memberikan koreksi dan masukan demi kebaikan dan efektivitas pelaksanaan tugas
para penyelenggara negara.

Keenam, segala perundang-undangan yang telah ditetapkan baik oleh


parlemen (MPR dan DPR), maupun oleh eksekutif serta norma- norma yang trcantum
dalam etika kehidupan berbangsa, tidak akan berarti selama tidak diberlakukannya
sanksi-sanksi bagi penyelenggara negara yang melakukan pelanggaran etika
penyelenggaran negara ini.

Dengan demikian apabila penyelenggara negara selalu taat pada peraturan


perudang-undangan dan etika kehidupan berbangsa yang telah ditentukan, maka akan
tercipta penyelenggaraan negara yang bersih dari KKN dan memiliki kinerja dan citra
yang baik dimata masyarakat maupun bangsa-bangsa lain sehingga memungkinkan
perwujudan organisasi pemerintahan yang baik.

5
6

Anda mungkin juga menyukai