Anda di halaman 1dari 24

TUGAS TAKE HOME UAS

MATA KULIAH EVALUASI KEBIJAKAN PUBLIK

EVALUASI INOVASI KEBIJAKAN LAYANAN KESEHATAN UMMI


PERSAMEDA (IBU PERSALINAN AMAN, INISIASI MENYUSUI DINI DAN ASI
EKSKLUSIF) DAN BUNDA KESPRO (IBU KESEHATAN REPRODUKSI) DI
KABUPATEN BONDOWOSO

OLEH :
NURUL JAMILA HARIANI
071311133045

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA


DEPARTEMEN ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2017
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Kebijakan Program Ummi Persameda dan Bunda Kespro

Angka kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indikator dalam menentukan
derajat kesehatan masyarakat. Setiap tiga menit, di manapun di Indonesia, satu anak balita
meninggal dunia. Setiap satu jam, satu perempuan meninggal dunia ketika melahirkan atau
karena sebab-sebab yang berhubungan dengan kehamilan (Unicef Indonesia, 2012). Separuh
dari kematian ibu disebabkan oleh perdarahan. Dua pertiga dari semua kasus perdarahan
pascapersalinan terjadi pada ibu tanpa faktor risiko yang diketahui sebelumnya, duapertiga
kematian akibat perdarahan tersebut adalah dari jenis retensio plasenta,dan tidak mungkin
memperkirakan ibu mana yang akan mengalami atonia uteri maupun perdarahan (WHO,
2008). Perdarahan, khususnya perdarahan post-partum, terjadi secara mendadak dan lebih
berbahaya apabila terjadi pada wanita yang menderita anemia. Seorang ibu dengan
perdarahan dapat meninggal dalam waktu kurang dari satu jam (Kemenkes RI,2008).
Upaya percepatan penurunan angka kematian ibu telah banyak dilakukan, antara
lain melalui peningkatan aksessibilitas serta kualitas pelayanan. Upaya peningkatan
aksessibilitas pelayanan kesehatan dilakukan dengan mendekatkan pelayanan kesehatan
kepada masyarakat melalui paket penempatan tenaga bidan dan polindes di berbagai
pelosok pedesaan serta tenaga dokter di daerah terpencil atau sangat terpencil.
Sedangkan dari aspek kualitas pelayanan, dilakukan melalui upaya peningkatan
kemampuan /kompetensi tenaga kesehatan dan fasilitas kesehatan dasar dan rujukan
(PONED/PONEK), serta berbagai program intervensi lain (Kemenkes RI, 2008).
Di Jawa Timur terdapat daerah penyumbang angka kematian ibu dan bayi yang cukup
signifikan berlokasi di tapal kuda. Salah satu Kabupaten yang berada di daerah tapal kuda
adalah Bondowoso.
Tabel 1. Angka Kematian Ibu Provinsi Jawa Timur dan Kabupaten/ Kota Tahun 2011-2015

No Kabupaten/ Kota 2011 2012 2013 2014 2015


1 Kab. Pacitan 105.17 95.01 131.28 118.17 76.42
2 Kab. Ponorogo 105.81 98.82 92.92 127.17 91.60
3 Kab. Trenggalek 138.59 98.40 94.73 105.98 110.38
4 Kab. Tulungagung 122.67 72.80 104.29 104.43 106.53
5 Kab. Blitar 125.04 104.25 87.86 139.36 98.13
6 Kab. Kediri 120.60 145.24 124.27 67.61 68.71
7 Kab. Malang 63.39 61.29 82.25 62.28 81.73
8 Kab. Lumajang 61.15 48.56 132.05 110.81 155.73
9 Kab. Jember 142.88 116.44 91.89 86.13 87.73
10 Kab. Banyuwangi 81.02 65.56 129.62 93.09 96.23
11 Kab. Bondowoso 147.98 109.50 189.14 156.18 187.95
12 Kab. Situbondo 211.70 142.87 174.12 185.04 137.78
13 Kab. Probolinggo 80.59 81.07 60.11 130.52 140.62
14 Kab. Pasuruan 92.28 111.68 102.60 107.46 101.47
15 Kab. Sidoarjo 78.19 96.27 67.06 80.02 72.09
16 Kab. Mojokerto 95.96 116.89 121.97 90.68 116.61
17 Kab. Jombang 128.53 102.91 81.82 128.64 80.86
18 Kab. Nganjuk 115.97 151.90 142.58 108.74 80.56
19 Kab. Madiun 118.19 108.99 101.33 82.40 41.88
20 Kab. Magetan 118.51 35.30 81.51 113.79 59.80
21 Kab. Ngawi 126.72 106.30 91.66 96.69 90.72
22 Kab. Bojonegoro 92.50 95.50 99.71 65.75 128.22
23 Kab. Tuban 96.87 140.54 65.25 58.68 71.64
24 Kab. Lamongan 88.71 56.42 83.51 53.99 74.23
25 Kab. Gresik 98.82 75.96 102.35 117.95 93.65
26 Kab. Bangkalan 66.42 32.60 55.36 55.09 77.85
27 Kab. Sampang 128.09 56.45 101.56 106.28 82.20
28 Kab. Pamekasan 128.17 84.92 89.48 95.52 59.74
29 Kab. Sumenep 86.96 72.67 53.95 63.71 44.89
30 Kota Kediri 108.58 182.77 69.16 62.60 70.14
31 Kota Blitar 101.78 339.31 44.71 139.28 48.80
32 Kota Malang 90.43 164.64 136.91 97.97 68.24
33 Kota Probolinggo 230.64 106.87 194.41 209.26 81.54
34 Kota Pasuruan 56.27 0.00 50.45 119.05 123.76
35 Kota Mojokerto 52.74 54.70 44.01 45.09 92.68
36 Kota Madiun 26.06 29.77 42.98 29.11 0.00
37 Kota Surabaya 116.72 144.64 108.57 89.00 85.51
38 Kota Batu 134.54 107.33 28.25 31.00 94.58
Provinsi Jawa Timur 104.30 97.43 97.39 93.52 89.62
Sumber: Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, 2016

Berdasarkan data diatas, dapat diketahui bahwa Kabupaten Bondowoso merupakan


salah satu penyumbang angka kematian ibu terbesar di Jawa Timur. Pada tahun 2011 menjadi
penyumbang terbesar kedua dengan angka 147,98/100.000 KH. Pada tahun 2012 menurun
pada posisi terbesar kesebelas dengan angka 109,50/100.000 KH. Kemudian pada 2013
kembali menduduki posisi terbesar kedua dengan setelah kota probolinggo dengan angka
189,14/100.000 KH. Tahun 2014 menjadi penyumbang terbesar ketiga dengan angka
156,18/100.000KH. Namun, menjadi penyumbang terbesar pertama pada tahun 2015 dengan
angka 187,95/100.000 KH.
Tabel 2. Angka Kematian Bayi Per 1000 Kelahiran Hidup IMR Provinsi Jawa Timur Tahun
2011-2015

No Kabupaten/ Kota 2011 2012 2013 2014 2015


1 Kab. Pacitan 22,93 22,63 22,12 21,66 21,21
2 Kab. Ponorogo 27,32 27,03 25,83 24,86 23,89
3 Kab. Trenggalek 21,85 21,41 20,80 20,23 19,66
4 Kab. Tulungagung 22,27 22,02 21,40 20,87 20,35
5 Kab. Blitar 23,71 23,71 23,12 22,68 22,23
6 Kab. Kediri 29,07 27,79 26,83 25,79 24,75
7 Kab. Malang 30,75 30,46 29,46 28,63 27,81
8 Kab. Lumajang 38,55 37,89 36,92 36,03 35,13
9 Kab. Jember 56,45 56,33 55,42 54,72 54,01
10 Kab. Banyuwangi 35,04 34,81 32,56 30,82 29,07
11 Kab. Bondowoso 54,35 53,93 52,28 50,93 49,59
12 Kab. Situbondo 54,60 54,94 53,82 53,06 52,30
13 Kab. Probolinggo 64,19 63,51 62,45 61,48 60,51
14 Kab. Pasuruan 51,62 51,07 49,74 48,61 47,47
15 Kab. Sidoarjo 23,88 24,27 23,36 22,78 22,19
16 Kab. Mojokerto 25,57 25,54 23,99 22,82 21,64
17 Kab. Jombang 27,03 27,56 27,05 26,80 26,56
18 Kab. Nganjuk 31,45 31,12 30,46 29,88 29,30
19 Kab. Madiun 31,35 31,18 30,64 30,20 29,75
20 Kab. Magetan 23,21 22,85 22,29 21,77 21,26
21 Kab. Ngawi 27,46 27,06 25,83 24,81 23,79
22 Kab. Bojonegoro 38,89 38,67 38,24 37,87 37,50
23 Kab. Tuban 34,84 34,41 32,86 31,59 30,31
24 Kab. Lamongan 34,02 33,27 33,25 32,82 32,39
25 Kab. Gresik 23,46 23,27 22,65 22,13 21,62
26 Kab. Bangkalan 54,22 54,56 53,69 53,12 52,56
27 Kab. Sampang 55,11 54,48 51,72 49,50 47,28
28 Kab. Pamekasan 52,66 50,69 49,00 47,48 45,97
29 Kab. Sumenep 48,47 48,42 47,48 46,77 46,06
30 Kota Kediri 25,10 24,85 23,30 22,08 20,86
31 Kota Blitar 20,02 19,50 18,71 17,99 17,27
32 Kota Malang 25,26 24,74 22,84 21,28 19,72
33 Kota Probolinggo 25,60 25,12 23,13 21,52 19,91
34 Kota Pasuruan 41,31 39,45 38,38 37,12 35,85
35 Kota Mojokerto 22,21 21,88 21,38 20,92 20,47
36 Kota Madiun 23,43 23,24 22,62 22,11 21,59
37 Kota Surabaya 23,35 23,14 22,48 21,91 21,34
38 Kota Batu 29,27 28,87 27,91 27,08 26,26
Provinsi Jawa Timur 29,24 28,31 27,50 26,66 25,82
Sumber: Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, 2016

Berdasarkan data diatas, dapat diketahui bahwa Kabupaten Bondowoso merupakan


salah satu penyumbang angka kematian bayi terbesar di Jawa Timur. Pada tahun 2011
sebanyak 54,35/100.000 KH. Pada tahun 2012 menurun menjadi 53,93/100.000 KH.
Kemudian pada 2013 menurun pula menjadi 52,28/100.000 KH. Penurunan signifikasn
terjadi pada tahun 2014 dengan angka 50,93/100.000KH dan tahun 2015 dengan angka
49,59/100.000 KH. Angka Kematian Ibu dan Bayi di Bondowoso tinggi sebagai akibat dari
tingginya angka pernikahan dini yang terjadi di Bondowoso.
Tabel 3. Laporan Usia Kawin Pertama Penduduk Wanita <20 Tahun Seluruh Jawa Timur
Tahun 2011-2015

No Kabupaten/ Kota 2011 2012 2013 2014 2015


Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah %
1 Kab. Pacitan 771 16,21 619 15,23 688 13,72 586 13,76 509 12,26
2 Kab. Ponorogo 2226 12,03 1405 11,98 1002 11,17 939 11,28 754 11,69
3 Kab. Trenggalek 3083 21,99 1354 24,83 1419 26,36 1025 23,34 1286 24,55
4 Kab. Tulungagung 2000 19,50 1542 10,58 1319 15,18 829 13,64 1013 14,69
5 Kab. Blitar 1422 12,26 1287 12,14 1185 12,17 1277 11,88 1080 11,16
6 Kab. Kediri 3762 26,84 2981 24,41 2945 23,30 2325 23,38 2172 21,14
7 Kab. Malang 8250 30,60 7804 32,87 7181 31,42 7732 31,43 7754 33,28
8 Kab. Lumajang 2842 28,46 2623 28,22 2708 27,55 3296 34,04 2669 29,29
9 Kab. Jember 4200 24,26 4232 25,30 4466 24,72 4664 25,03 4721 28,46
10 Kab. Banyuwangi 2317 19,90 2153 20,44 2280 19,03 2286 20,91 1976 17,70
11 Kab. Bondowoso 2722 51,00 2515 47,70 2405 42,89 2423 45,84 2056 45,63
12 Kab. Situbondo 1992 40,32 1827 33,90 1348 26,27 1434 32,19 1653 34,81
13 Kab. Probolinggo 3655 40,67 3593 42,69 4420 41,03 5344 41,54 4345 46,81
14 Kab. Pasuruan 3428 23,43 2410 18,36 2405 18,19 2646 20,76 2836 24,86
15 Kab. Sidoarjo 6 0,05 54 0,47 37 0,29 24 0,19 85 0,71
16 Kab. Mojokerto 1498 17,34 1360 16,22 1328 13,30 1770 27,19 2005 27,02
17 Kab. Jombang 1810 13,52 1073 9,43 1193 9,65 1093 9,98 1023 9,59
18 Kab. Nganjuk 1450 14,42 1287 13,62 1285 11,66 941 12,68 1044 12,39
19 Kab. Madiun 834 12,83 685 11,88 756 12,51 549 9,87 959 12,15
20 Kab. Magetan 388 6,67 762 12,30 472 7,69 481 10,87 436 7,83
21 Kab. Ngawi 862 11,11 859 11,49 784 12,31 659 9,70 630 9,88
22 Kab. Bojonegoro 2084 17,50 1400 13,16 1534 13,56 1229 12,69 1277 12,60
23 Kab. Tuban 3217 32,64 2699 29,87 2872 30,49 2831 30,21 2259 28,78
24 Kab. Lamongan 1611 14,05 1128 10,95 1038 9,98 1182 13,11 1067 12,30
25 Kab. Gresik 1652 16,92 1388 16,12 1813 17,45 1903 18,89 1290 16,26
26 Kab. Bangkalan 2311 21,63 1831 18,92 1744 18,06 1366 17,56 1318 16,75
27 Kab. Sampang 3410 16,45 1420 13,53 1592 14,68 1699 11,27 1229 10,36
28 Kab. Pamekasan 1862 21,67 1528 20,16 1292 17,00 1214 18,44 986 14,37
29 Kab. Sumenep 3187 40,80 2777 40,14 3151 41,01 3413 43,52 2720 43,55
30 Kota Kediri 286 13,84 278 14,28 301 14,77 223 14,46 174 10,93
31 Kota Blitar 222 18,52 224 22,51 197 19,13 278 24,87 229 21,98
32 Kota Malang 733 15,14 586 14,26 550 14,41 460 6,96 485 13,92
33 Kota Probolinggo 524 30,88 512 30,88 632 33,11 648 36,36 540 32,71
34 Kota Pasuruan 460 28,08 499 28,29 409 28,74 407 26,34 447 28,95
35 Kota Mojokerto 145 13,89 324 31,89 338 30,76 353 38,83 479 50,96
36 Kota Madiun 169 12,36 149 12,53 122 11,06 141 13,56 129 11,07
37 Kota Surabaya 1000 5,38 964 5,75 385 3,40 269 2,71 268 2,86
38 Kota Batu 395 29,13 414 25,06 557 29,22 479 35,56 391 36,24
Provinsi Jawa
72786 20,09 60528 19,58 60153 19,08 60418 20,25 56294 20,07
Timur
2 Sumber: Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Timur, 2016

Berdasarkan data diatas dapat diketahui bahwa pernikahan pada usia dibawah 20 tahun di
Kabupaten Bondowoso sangat tinggi. Hal ini berdampak pada tingginya angka kematian ibu
dan bayi. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan tahun 2011, 5 orang ibu yang melahirkan di
bawah umur meninggal saat persalinan. Tingginya pernikahan pada usia dini tersebut
disebabkan karena rendahnya status ekonomi, tingkat pendidikan yang rendah, sulitnya
kondisi geografis serta budaya (malu jika anaknya dikatakan perawan tua serta ingin cepat
lepas tanggung jawab sebagai orangtua).
Upaya pemerintah Kabupaten Bondowoso untuk menurunkan angka kematian ibu dan
bayi adalah melalui dinas kesehatan bersama lintas sektor terkait ingin meningkatkan
pengetahuan remaja dan orang tua serta tokoh masyarakat tentang kesehatan reproduksi dan
pernikahan dini yang bertujuan mengikis budaya yang melekat. Kegiatan tersebut dilakukan
di sekolah formal dan non formal, kelompok pengajian, pertemuan PKK maupun Kelas
remaja. Program tersebut dikemas dengan nama Umi Persameda dan Bunda Kespro mulai
dicanangkan tahun 2012 melalui keputusan bupati nomor : 188.45/450.a/430.62/2012 tentang
Ummi Persameda dan Bunda Kespro.

1.2 Tujuan Program Ummi Persameda dan Bunda Kespro

Tujuan dari ummi persameda adalah untuk menuju masyarakat bondowoso sehat dengan
menyukseskan program kesehatan ibu dan anak (keputusan bupati nomor :
188.45/450.a/430.62/2012 ), sedangkan tujuan khususnya adalah

I. Percepatan penurunan AKI ( Angka Kematian Ibu ) dan AKB ( Angka Kematian
Bayi ) di Kabupaten Bondowoso
II. Persalinan aman ke tenaga kesehatan yang kompeten dan di fasilitas kesehatan
III. Mengawal 1000 hari pertama kelahiran bayi dengan IMD ( Inisiasi Menyusu Dan
ASIEksklusif )

Tugas pokok Ummi Persameda antara lain :

I. Mendukung percepatan penurunan AKI ( angka kematian ibu ) dan AKB


( angka kematian bayi ) di kabupaten bondowoso,
II. Memberikan KIE ( komunikasi informasi dan edukasi) tentang kesehatan ibu
dan bayi; persalinan aman ke tenaga kesehatan yang kompeten dan di fasilitas
kesehatan ,
III. Mengawal 1000 hari pertama kelahiran bayi dengan IMD ( inisiasi menyusu
dini ) dan asi eksklusif ),
IV. Memberdayakan ibu2 di desa untuk ikut serta dalam deteksi dini resiko ibu
hamil risti,
V. Ikut serta dalam mendukung program p4k dengan stiker
Tujuan bunda kespro adalah meningkatnya kesehatan reproduksi remaja kabupaten
bondowoso, adapun yang terlibat didalamnya adalah Dinas Kesehatan, Badan Pembangunan
Daerah (Bappeda), Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BPPKB), Tim
Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP PKK) desa,kecamatan dan
kabupaten,Puskesmas, Kinerja USAID, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Edellweis,
Paguyuban Guru Peduli Kespro (PGPK), Ustadz/Kyai, dan Komunitas Langit Biru.
BAB II
ANALISIS MASALAH

2.1 Model Evaluasi Program Ummi Persameda dan Bunda Kespro

Model evaluasi yang akan digunakan adalah single prorgram before-after. Hal ini
dikarenakan program tersebut memenuhi ciri single prorgram before-after berdasarkan
kategori evaluasi program menurut Finsterbuch dan Motz dalam Subarsono (2005) yaitu:
Single program before-after merupakan jenis evaluasi yang melakukan pengukuran kondisi
atau penilaian terhadap program sebelum dan setelah meneliti setiap variabel yang dijadikan
kriteria program, sehingga analisis dilakukan beserta menilai dan mengetahui baik atau buruk
respon kelompok sasaran terhadap program. Teknik evaluasi ini biasanya digunakan untuk
mengevaluasi hasil dan dampak program. Evaluasi single program before-after merupakan
desain yang cukup kuat karena diketahui baik tidaknya program terhadap kelompok sasaran,
dan diketahui juga kondisi kelompok sasaran sebelum menerima program. Hanya
menggunakan satu kelompok sasaran tanpa menggunakan kelompok pembanding sehingga
masuk dalam kategori single. Sedangkan dalam hal perbandingan waktu, mengidentifikasi
sebelum dan setelah program diimplementasikan serta membandingkan dengan kondisi
sebelum program tersebut diimplementasikan.

2.2 Pendekatan Evaluasi Program Ummi Persameda dan Bunda Kespro

Evaluasi kebijakan dilakukan berdasarkan sistem nilai yang diacu termasuk dalam
Evaluasi Formal, yaitu melakukan penilaian berdasarkan parameter yang ada pada dokumen
formal seperti tujuan dan sasaran yang tercantum dalam dokumen. Jadi, ketercapaian dampak
yang diharapkan hanya diukur berdasarkan parameter yang ada pada dokumen kebijakan
yang telah ditetapkan. Parameter tersebut ada dalam RPJMN Kabupaten Bondowoso Tahun
2014-2018.
BAB III
DESKRIPSI KEGIATAN

III.1 Program Ummi Persameda dan Bunda Kespro

Arti dari Ummi Persameda itu sendiri adalah Ummi adalah Ibu sedangkan
Persameda adalah singkatan dari Persalinan Aman Inisiasi Menyusui Dini dan Asi
Eksklusif, Jadi arti dari Ummi Persameda adalah Ibu yang mendukung dan peduli tentang
Ibu Hamil yang bersalin ke tenaga kesehatan, ibu yang mendukung dan peduli tentang
inisiasi menyusui dini (IMD) dan ibu yang mendukung dan peduli tentang pemberian ASI
Eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan.

Persalinan aman itu sendiri adalah proses persalinan yang ditangani oleh tenaga yang
kompeten dan ditempat fasilitas kesehatan. IMD (Inisiasi Menyusui Dini) adalah proses
membiarkan bayi menyusu sendiri segera setelah melahirkan

Tujuan dari ummi persameda adalah untuk menuju masyarakat bondowoso sehat
dengan menyukseskan program kesehatan ibu dan anak (keputusan bupati nomor :
188.45/450.a/430.62/2012 ), sedangkan tujuan khususnya adalah

I. Percepatan penurunan AKI ( Angka Kematian Ibu ) dan AKB ( Angka Kematian
Bayi ) di Kabupaten Bondowoso

II. Persalinan aman ke tenaga kesehatan yang kompeten dan di fasilitas kesehatan

III. Mengawal 1000 hari pertama kelahiran bayi dengan IMD ( Inisiasi Menyusu Dan
ASIEksklusif )

Tugas pokok Ummi Persameda adalah Mendukung percepatan penurunan AKI


( angka kematian ibu ) dan AKB ( angka kematian bayi ) di kabupaten bondowoso,
Memberikan KIE ( komunikasi informasi dan edukasi) tentang kesehatan ibu dan bayi;
persalinan aman ke tenaga kesehatan yang kompeten dan di fasilitas kesehatan , mengawal
1000 hari pertama kelahiran bayi dengan IMD ( inisiasi menyusu dini ) dan asi eksklusif ),
Memberdayakan ibu2 di desa untuk ikut serta dalam deteksi dini resiko ibu hamil risti, Ikut
serta dalam mendukung program p4k dengan stiker
Latar belakang yang mendasari dicanangkannya Ummi Persameda dan Bunda Kespro
ini adalah kematian ibu dan kesakitan pada ibu hamil dan bersalin serta bayi baru lahir sejak
lama telah menjadi masalah, khususnya di negara-negara berkembang. Sekitar 25-50%
kematian perempuan usia subur disebabkan oleh hal yang berkaitan dengan kehamilan. World
Healt Organization (WHO) memperkirakan setiap tahun terjadi 210 juta kehamilan di seluruh
dunia. Dari jumlah ini 20 juta perempuan mengalami kesakitan sebagai akibat
kehamilan.Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih tinggi, hasil Survei Demogafi dan
Kependudukan Indonesia (SDKI) 2012 terdapat kenaikan Angka Kematian Ibu (AKI) yang
cukup drastis dari 228 atau 100.000 kelahiran hidup (KH) menjadi 359 atau 100.000
kelahiran hidup (KH)

Angka Kematian Ibu di sebabkan oleh adanya faktor risiko kehamilan yang tidak
tertangani dengan baik sehingga berdampak terhadap peningkatan Angka Kematian Ibu
(AKI). Banyak di antara ibu yang tidak dikategorikan berisiko, ternyata mengalami
komplikasi dan sebaliknya

Pernikahan pada usia dibawah 20 tahun di Kabupaten Bondowoso sangat


tinggi,berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga
Berencana (BPPKB) menunjukkan tahun 2009 mencapai 51,19 %, pada tahun 2010
sebanyak 51,20%, sedangkan pada tahun 2011 sebanyak 50,92%. Hal ini berdampak pada
tingginya angka kematian ibu dan bayi. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan tahun 2011, 5
orang ibu yang melahirkan di bawah umur meninggal saat persalinan.

Kegiatan yang telah dilakukan dalam Ummi Persameda

1. Pelatihan kesehatan reproduksi dan pendewasaan usia pernikahan bagi ustadz.

2. Lomba ceramah tujuh menit tentang persalinan aman, inisiasi menyusu dini dan asi
eksklusif serta kesehatan reproduksi

3. Pengukuhan TPPKK kabupaten bondowoso sebagai umi persameda dan bunda


kesehatan reproduksi

4. Melaksanakan MoU antara Dinas Kesehatan Propinsi dengan Kementerian Agama


tentang penyusunan dan distribusi calon pengantin
5. Pengukuhan umi persameda dan bunda kespro kecamatan dan desa

6. Peningkatan kapasitas umi persameda dan bunda kesehatan reproduksi

7. Evaluasi dan monitoring kegiatan umi persameda dan bunda kesehatan reproduksi

Bunda kespro adalah ibu yg peduli tentang kesehatan reproduksi khususnya kesehatan
reproduksi remaja, Latar belakang yang mendasari hal tersebut adalah Pernikahan pada usia
dibawah 20 tahundi Kabupaten Bondowoso sangat tinggi dan AKI yg tinggi.

Tabel 3. Angka Kematian Ibu di Bondowoso

Tahun Angka Kematian Ibu (AKI)

2011 147,98 /100.000 KH

2012 109,5 / 100.000 KH

2013 206,4 / 100.000 KH

2014 156,2 / 100.000 KH

2015 104/100.000 KH

Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Bondowoso, 2015

Tujuan bunda kespro adalah meningkatnya kesehatan reproduksi remaja kabupaten


bondowoso, adapun yang terlibat didalamnya adalah Dinas Kesehatan, Badan Pembangunan
Daerah (Bappeda), Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BPPKB), Tim
Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP PKK) desa,kecamatan dan
kabupaten,Puskesmas, Kinerja USAID, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Edellweis,
Paguyuban Guru Peduli Kespro (PGPK), Ustadz/Kyai, dan Komunitas Langit Biru.

Tokoh kunci masyarakat terlibat dalam kampanye kesehatan reproduksi di kecamatan


sesuai dengan keahlian masing-masing. Misal, tokoh agama dan PGPK mengkampanyekan
kesehatan reproduksi dari sisi budaya dan agama sementara Dinas Kesehatan dan puskesmas
memberikan paparan dari tinjauan medis.

Adapun kegiatan yang dilaksanakan oleh Bunda Kespro adalah Pelatihan Kesehatan
Reproduksi bagi Guru SMP, Pelatihan Kesehatan reproduksi dan Pendewasaan Usia
Pernikahan bagi Ustadz, Lomba Ceramah Tujuh menit tentang Persalinan Aman, Inisiasi
Menyusu Dini dan Asi Eksklusif serta Kesehatan Reproduksi, Pengukuhan TPPKK
kabupaten Bondowoso sebagai Umi Persameda dan Bunda Kesehatan Reproduksi, Sosialisasi
Kesehatan Reproduksi dan Pernikahan Dini di Tingkat Kecamatan dan Desa bagi orang tua
dan remaja, Pemilihan Duta Kesehatan Reproduksi, Melaksanakan MOU antara Dinas
Kesehatan Propinsi dengan Kementerian Agama tentang penyusunan dan distribusi Calon
pengantin, Pengukuhan Umi Persameda dan Bunda Kespro kecamatan dan desa, Pelatihan
pembuatan media promosi kesehatan reproduksi bagi remaja, Pembentukan Kelas remaja di
semua desa sejumlah 219 desa, Peningkatan Kapasitas Umi Persameda dan Bunda Kesehatan
Reproduksi.

3.2 Kombinasi Pertanyaan Ripley dan Kasley

Ripley

Kelompok dan kepetingan mana yg memiliki akses dalam pembuatan kebijakan?

- Kelompok yang memiliki akses dalam pembuatan kebijakan adalah Dinas Kebijakan
Kabupaten Bondowoso. Dalam hal ini kepentingan yang bisa masuk adalah
kepentingan dari Dinas Kesehatan itu sendiri yang didasarkan pada riset mengenai
permasalahan kesehatan yang ada di Kabupaten Bondowoso. Kelompok dan
kepentingan lain hanya mendukung dan memberikan masukan saja, misalnya seperti
Badan Pembangunan Daerah (Bappeda), Badan Pemberdayaan Perempuan dan
Keluarga Berencana (BPPKB), Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan
Keluarga (TP PKK) desa,kecamatan dan kabupaten,Puskesmas, Kinerja USAID,
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Edellweis, Paguyuban Guru Peduli Kespro
(PGPK), Ustadz/Kyai, dan Komunitas Langit Biru.

Apakah pembuatan cukup rinci, terbuka dan memenuhi prosedur?


- Proses pembuatan kebijakan kurang rinci, karena dalam dokumen program hanya
tercantum tujuan, tugas pokok dan kegiatan yang harus dilaksanakan tanpa ada rincian
indikator ketercapaian. Hal ini dikarenakan pelaksanaan program itu sendiri
dilaksanakan oleh instansi dibawah Dinas Kesehatan yakni Puskesmas-puskesmas
yang tersebar di Kecamatan. Dalam hal keterbukaan proses pembuatan, ide

Apakah program didesain secara logis ?

- Program di desain secara logis karena sesuai dengan analisis kebutuhan yang
diperlukan oleh masyarakat. Program ini diawali dari masalah tingginya AKI (Angka
Kematian Ibu) dan AKB (Angka Kematian Bayi) di Kabupaten Bondowoso yang
diakibatkan oleh tingginya angka Pernikahan Usia Dini di Kabupaten Bondowoso.
Oleh karena itu, adanya program ini merupakan jawaban atas permasalahan yang
terjadi di masyarakat yang diselesaikan secara logis melalui alur politis. Alurnya
dimulai dari perumusan masalah/ agenda setting, kemudian pemilihan alternatif
kebijakan, pengimplementasian, hingga monitoring dan evaluasi yang juga termasuk
dalam kegiatan program tersebut.

Apakah sumber daya yang menjadi input program telah memadai untuk mencapai tujuan ?

- Sumber daya yang menjadi input program telah memadai, karena program ini
dilaksanakan oleh multi stakeholder dan lintas sektoral, tidak hanya Dinas Kesehatan
saja melainkan juga Badan Pembangunan Daerah (Bappeda), Badan Pemberdayaan
Perempuan dan Keluarga Berencana (BPPKB), Tim Penggerak Pemberdayaan dan
Kesejahteraan Keluarga (TP PKK) desa,kecamatan dan kabupaten,Puskesmas, Kinerja
USAID, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Edellweis, Paguyuban Guru Peduli
Kespro (PGPK), Ustadz/Kyai, dan Komunitas Langit Biru.

Apa standar implementai yang baik bagi kebijakan tersebut ?

- Standar implementasi yang baik bagi kebijakan Ummi Persameda adalah penanganan
atau pelayanan persalinan yang aman, inisiasi menyusui dini dan ASI Ekslusif.
Sedangkan bagi Bunda Kespro standar implementasi yang baik adalah perubahan
mindset dari kalangan masyarakat dalam hal pernikahan dini dan kesehatan
reproduksi.
Apakah program dilaksanakan sesuai standar efisiensi ekonomi? Apakah uang digunakan
dengan tepat dan jujur?

- Program yang dilaksanakan sudah sesuai dengan standar ekonomi yang ada, karena
program ini merupakan pelayanan yang bertujuan untuk ibu hamil saja dan sosialisasi
untuk remaja di Kabupaten Bondowoso. Program ini juga berafiliasi dengan banyak
pihak serta kelompok masyarakat seperti LSM. Oleh karena itu penggunaan uang
tentunya menjadi salah satu perhatian khusus bagi masyarakat. Program ini terbuka
karena masyarakat juga dilibatkan, sehingga meninimalisir tindak penyelewengan
dana atau penggunaan dana yang tidak tepat dan tidak jujur.

Apakah kelompok sasaran memperoleh pelayanan seperti yang didesain dalam program ?

- Kelompok sasaran memperoleh pelayanan tepat sesuai dengan apa yang didesain
dalam program. Hal ini dibuktikan dengan terjadinya peningkatan pelayanan
kesehatan bagi ibu hamil, ibu melahirkan dan ibu menyusui. Selain itu, kelompok
sasaran remaja yang diberi transfer ilmu pengetahuan mengenai reproduksi dan
bahaya pernikahan usia dini juga diberi perlakuan yang sesuai dengan desain
program. Dalam kelompok masyarakat yang peduli dan mengkaji mengenai
pernikahan usia dini juga disediakan tempat untuk berdiskusi atau sekedar
menanyakan pengetahuan mengenai pernikahan usia dini.

Apakah program memberikan dampak pada kelompok non sasaran? Apa jenis dampaknya ?

- Ya, program memberikan dampak bagi kelompok non sasaran, diantaranya bagi suami
yang memiliki istri hamil, akan merasa tenang karena pelayanan kesehatan bagi ibu
hamil sudah meningkat. Selain itu bagi orang tua yang memiliki anak remaja tidak
perlu risau mengenai pengetahuan kesehatan reproduksi remaja karena pihak
pemerintah secara konsisten memberikan sosialisasi ke sekolah-sekolah.

Apa dampak yang diharapkan dan tak diharapakan pada masyarakat ?

- Dampak yang diharapkan : Terjadinya peningkatan pelayanan kesehatan bagi ibu dan
bayi dibuktikan dengan penurunan angka kematian ibu dan bayi di Kabupaten
Bondowoso, Meningkatnya pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi di kalangan
remaja di Kabupaten Bondowoso yang berimbas pada perubahan perilaku dan budaya
mengenai pernikahan contohnya budaya malu jika anak tidak segera menikah karena
dianggap tidak laku.
- Dampak yang tidak diharapkan : Penyalahgunaan pengetahuan mengenai kesehatan
reproduksi dengan tidak dewasa membuat remaja melakukan hal-hal yang tidak
diinginkan. Misalnya : berhubungan badan tanpa menikah.

Kapan tindakan program dilaksanakan dan dampaknya diterima oleh masyarakat ?

- Tindakan program dilaksanakan sejak tahun 2012. Dampak yang diterima masyarakat
sudah dapat terlihat sejak empat tahun pelaksanaannya. Saat ini budaya yang dibawa
oleh sub kultur madura yakni pernikahan usia dini sudah mulai luntur dikalangan
masyarakat Bondowoso. Hal tersebut dibuktikan dengan penurunan jumlah
pernikhana usia dini di Kabupaten Bondowoso.

Apakah tindakan dan dampak sesuai yang diharapkan ?

Tindakan dan dampak sesuai dengan yang diharapkan, karena sejalan dengan tujuan
yang ingin diemban. Adapun tindakan yang dilaksanakan antara lain : Adapun kegiatan yang
dilaksanakan oleh Bunda Kespro adalah Pelatihan Kesehatan Reproduksi bagi Guru SMP,
Pelatihan Kesehatan reproduksi dan Pendewasaan Usia Pernikahan bagi Ustadz, Lomba
Ceramah Tujuh menit tentang Persalinan Aman, Inisiasi Menyusu Dini dan Asi Eksklusif
serta Kesehatan Reproduksi, Pengukuhan TPPKK kabupaten Bondowoso sebagai Umi
Persameda dan Bunda Kesehatan Reproduksi, Sosialisasi Kesehatan Reproduksi dan
Pernikahan Dini di Tingkat Kecamatan dan Desa bagi orang tua dan remaja, Pemilihan Duta
Kesehatan Reproduksi, Melaksanakan MOU antara Dinas Kesehatan Propinsi dengan
Kementerian Agama tentang penyusunan dan distribusi Calon pengantin, Pengukuhan Umi
Persameda dan Bunda Kespro kecamatan dan desa, Pelatihan pembuatan media promosi
kesehatan reproduksi bagi remaja, Pembentukan Kelas remaja di semua desa sejumlah 219
desa, Peningkatan Kapasitas Umi Persameda dan Bunda Kesehatan Reproduksi.

Kegiatan yang telah dilakukan dalam Ummi Persameda: Pelatihan kesehatan


reproduksi dan pendewasaan usia pernikahan bagi ustadz, Lomba ceramah tujuh menit
tentang persalinan aman, inisiasi menyusu dini dan asi eksklusif serta kesehatan reproduksi,
Pengukuhan TPPKK kabupaten bondowoso sebagai umi persameda dan bunda kesehatan
reproduksi, Melaksanakan MoU antara Dinas Kesehatan Propinsi dengan Kementerian
Agama tentang penyusunan dan distribusi calon pengantin, Pengukuhan umi persameda dan
bunda kespro kecamatan dan desa, Peningkatan kapasitas umi persameda dan bunda
kesehatan reproduksi dan Evaluasi dan monitoring kegiatan umi persameda dan bunda
kesehatan reproduksi.

Kasley

Siapa yg memperoleh akses dari input dan output program ?

- Akses input dan output program dapat diakses oleh masyarakat yakni ibu yang sedang
atau akan hamil dan remaja putri/putra di Kabupaten Bondowoso.

Bagaimana mereka bereaksi terhadap program tersebut ?

- Reaksi terhadap program tersebut adalah positif. Hal ini dikarenakan program tersebut
menambah pengetahuan bagi remaja-remaja di Kabupaten Bondowoso. Sehingga
tidak terjebak dalam sub kultur budaya madura yang cenderung suka menikah di usia
dini.

Bagaimana program tersebut mempengaruhi perilaku sasaran kebijakan ?

- Program tersebut dapat mempengaruhi sasaran kebijakan melalui transfer ilmu terus
menerus yang dilakukan dengan sosialisasi sehingga sasaran perlahan-lahan merubah
mindset terhadap pernikahan usia dini dan kemudian perubahan mindset akan
berlanjut menjadi perubahan perilaku, sehingga nantinya perubahan perilaku akan
menjadi perubahan budaya dalam suatu masyarakat. Program tersebut juga
mempengaruhi perilaku sasaran kebijakan melalui ustadz yang notabenenya menjadi
panutan atau memiliki stratifikasi sosial tinggi , disegani dan menjadi panutan di
kalangan masyarakat sub kultur madura.
BAB IV
PENGUKURAN TINGKAT PERUBAHAN

4.1 Dampak Program Program Ummi Persameda dan Bunda Kespro

Dampak yang diharapkan

Setelah empat tahun program ini dilaksanakan terdapat penurunan angka pernikahan
dan persalinan usia dini yang cukup signifikan di Kabupaten Bondowoso.
Gambar 1. Grafik Angka Pernikahan Usia Dini <20 tahun dan Angka Persalinan Usia Dini
<20 tahun di Kabupaten Bondowoso Tahun 2012-2015
Sumber : USAID, 2015
Berdasarkan grafik diatas, dapat diketahui bahwa terjadi penurunan angka pernikahan
usia dini sejak tahun 2012 sebesar 2734 kasus menjadi 2624 kasus pada 2013, 2432 kasus
pada 2014 dan menurun lagi menjadi 2250 kasus pada 2015. Hal ini sejalan dengan
penurunan angka persalinan usia dini dari awalnya 1967 kasus pada 2012, menjadi 1933
kasus pada 2013, 1743 kasus pada 2014 dan menurun signifikan menjadi 1205 kasus pada
2015. Hal tersebut berdampak pada penurunan angka kematian ibu di Kabupaten
Bondowoso.Di Bondowoso,

Dampak yang tidak diharapkan

Penyalahgunaan pengetahuan mengenai reproduksi di kalangan remaja sebagai akibat


dari kurang dewasanya remaja dalam menyerap dan menggunakan informasi. Namun, hal ini
bisa dicegah melalui tindakan preventif melalui duta kesehatan remaja dan ustadz serta
tenaga pendidik maupun LSM yang bergerak memerangi pernikahan usia dini maupun
kenakalan remaja.

4.2 Dampak Program Ummi Persameda dan Bunda Kespro Berdasar Kombinasi
Pertanyaan (Ripley dan Kasley)

Ripley
Apakah program memberikan dampak pada kelompok non sasaran? Apa jenis dampaknya ?

- Ya, program memberikan dampak bagi kelompok non sasaran, diantaranya bagi suami
yang memiliki istri hamil, akan merasa tenang karena pelayanan kesehatan bagi ibu
hamil sudah meningkat. Selain itu bagi orang tua yang memiliki anak remaja tidak
perlu risau mengenai pengetahuan kesehatan reproduksi remaja karena pihak
pemerintah secara konsisten memberikan sosialisasi ke sekolah-sekolah.

Apa dampak yang diharapkan dan tak diharapakan pada masyarakat ?

- Dampak yang diharapkan : Terjadinya peningkatan pelayanan kesehatan bagi ibu dan
bayi dibuktikan dengan penurunan angka kematian ibu dan bayi di Kabupaten
Bondowoso, Meningkatnya pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi di kalangan
remaja di Kabupaten Bondowoso yang berimbas pada perubahan perilaku dan budaya
mengenai pernikahan contohnya budaya malu jika anak tidak segera menikah karena
dianggap tidak laku.
- Dampak yang tidak diharapkan : Penyalahgunaan pengetahuan mengenai kesehatan
reproduksi dengan tidak dewasa membuat remaja melakukan hal-hal yang tidak
diinginkan. Misalnya : berhubungan badan tanpa menikah.

Kapan tindakan program dilaksanakan dan dampaknya diterima oleh masyarakat ?

- Tindakan program dilaksanakan sejak tahun 2012. Dampak yang diterima masyarakat
sudah dapat terlihat sejak empat tahun pelaksanaannya. Saat ini budaya yang dibawa
oleh sub kultur madura yakni pernikahan usia dini sudah mulai luntur dikalangan
masyarakat Bondowoso. Hal tersebut dibuktikan dengan penurunan jumlah
pernikhana usia dini di Kabupaten Bondowoso. Penurunan tersebut berdampak pula
pada penurunan Angka Kematian Ibu di Kabupaten Bondowoso.
Tabel 4. Angka Kematian Ibu di Bondowoso

Tahun Angka Kematian Ibu (AKI)

2011 147,98 /100.000 KH

2012 109,5 / 100.000 KH

2013 206,4 / 100.000 KH


2014 156,2 / 100.000 KH

2015 104/100.000 KH

Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Bondowoso, 2015


Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa angka kematian ibu di
Kabupaten Bondowoso sangatlah fluktuatif. Namun terjadi penurunan secara
signifikan pada tahun 2015 menjadi 104/100.000 KH.

Apakah tindakan dan dampak sesuai yang diharapkan ?

Tindakan dan dampak sesuai dengan yang diharapkan, karena sejalan dengan tujuan
yang ingin diemban. Adapun tindakan yang dilaksanakan antara lain : Adapun kegiatan yang
dilaksanakan oleh Bunda Kespro adalah Pelatihan Kesehatan Reproduksi bagi Guru SMP,
Pelatihan Kesehatan reproduksi dan Pendewasaan Usia Pernikahan bagi Ustadz, Lomba
Ceramah Tujuh menit tentang Persalinan Aman, Inisiasi Menyusu Dini dan Asi Eksklusif
serta Kesehatan Reproduksi, Pengukuhan TPPKK kabupaten Bondowoso sebagai Umi
Persameda dan Bunda Kesehatan Reproduksi, Sosialisasi Kesehatan Reproduksi dan
Pernikahan Dini di Tingkat Kecamatan dan Desa bagi orang tua dan remaja, Pemilihan Duta
Kesehatan Reproduksi, Melaksanakan MOU antara Dinas Kesehatan Propinsi dengan
Kementerian Agama tentang penyusunan dan distribusi Calon pengantin, Pengukuhan Umi
Persameda dan Bunda Kespro kecamatan dan desa, Pelatihan pembuatan media promosi
kesehatan reproduksi bagi remaja, Pembentukan Kelas remaja di semua desa sejumlah 219
desa, Peningkatan Kapasitas Umi Persameda dan Bunda Kesehatan Reproduksi.

Kegiatan yang telah dilakukan dalam Ummi Persameda: Pelatihan kesehatan


reproduksi dan pendewasaan usia pernikahan bagi ustadz, Lomba ceramah tujuh menit
tentang persalinan aman, inisiasi menyusu dini dan asi eksklusif serta kesehatan reproduksi,
Pengukuhan TPPKK kabupaten bondowoso sebagai umi persameda dan bunda kesehatan
reproduksi, Melaksanakan MoU antara Dinas Kesehatan Propinsi dengan Kementerian
Agama tentang penyusunan dan distribusi calon pengantin, Pengukuhan umi persameda dan
bunda kespro kecamatan dan desa, Peningkatan kapasitas umi persameda dan bunda
kesehatan reproduksi dan Evaluasi dan monitoring kegiatan umi persameda dan bunda
kesehatan reproduksi.

Kasley

Bagaimana program tersebut mempengaruhi perilaku sasaran kebijakan ?

- Program tersebut dapat mempengaruhi sasaran kebijakan melalui transfer ilmu terus
menerus yang dilakukan dengan sosialisasi sehingga sasaran perlahan-lahan merubah
mindset terhadap pernikahan usia dini dan kemudian perubahan mindset akan
berlanjut menjadi perubahan perilaku, sehingga nantinya perubahan perilaku akan
menjadi perubahan budaya dalam suatu masyarakat. Program tersebut juga
mempengaruhi perilaku sasaran kebijakan melalui ustadz yang notabenenya menjadi
panutan atau memiliki stratifikasi sosial tinggi , disegani dan menjadi panutan di
kalangan masyarakat sub kultur madura.

BAB V
ANALISIS PENYEBAB PERUBAHAN

5.1 Analisis Penyebab Perubahan Berdasar Kombinasi Pertanyaan (Ripley dan Kasley)
Program tersebut dapat mempengaruhi sasaran kebijakan melalui transfer ilmu terus
menerus yang dilakukan dengan sosialisasi sehingga sasaran perlahan-lahan merubah mindset
terhadap pernikahan usia dini dan kemudian perubahan mindset akan berlanjut menjadi
perubahan perilaku, sehingga nantinya perubahan perilaku akan menjadi perubahan budaya
dalam suatu masyarakat. Jadi perubahan terjadi sebagai akibat dari transfer ilmu dan
sosialisasi terus-menerus. Hal ini didukung oleh karakteristik masyarakat di Kabupaten
Bondowoso yang notabenenya memiliki pendidikan rendah, sehingga sosialisasi harus
dilakukan secara terus-menerus. Selain itu, sosialisasi dilakukan melalui ustadz yang
notabenenya menjadi panutan atau memiliki stratifikasi sosial tinggi , disegani dan menjadi
panutan di kalangan masyarakat sub kultur madura. Untuk lebih ringkas perubahan tersebut
dapat dilihat melalui bagan sebagai berikut :
Sosialisasi
melalui
tokoh
masyaraka
t
Sosialisasi Kader
terus Kesehatan
menerus Remaja
Perubahan
Perilaku
Remaja
dan
Masyaraka
t
Bondowos
o

BAB VI
PENUTUP

6.1 Kesimpulan
Program Ummi Persameda dan Bunda Kespro merupakan salah satu program inovasi
layanan kesehatan di Kabupaten Bondowoso. Program ini telah memberikan dampak yang
signifikan bagi masyarakat dibuktikan dengan penurunan jumlah pernikahan usia dini dan
angka kematian ibu serta angka kematian bayi. Dampak yang diharapkan terjadi disebabkan
karena sosialisasi atau transfer pengetahuan yang dilakukan secara terus-menerus, melalui
tokoh masyarakat yang disegani dikalangan masyarakat sub kultur madura (ustadz) dan
melalui kader kesehatan remaja yang membaur langsung dengan remaja. Sedangkan dampak
yang tidak diharapkan sejauh ini masih belum terlihat, namun yang ditakutkan adalah
penyalahgunaan pengetahuan mengenai reproduksi oleh kalangan remaja.

6.2 Saran

1. Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi di program layanan kesehatan


seharusnya dilakukan untuk menunjang pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi di
dalam pemerintahan

2. Bupati Kabupaten Bondowoso seharusnya membuat jejaring kebijakan yang ditetapkan


dalam bentuk peraturan daerah atau surat keputusan bupati. Hal ini diperuntukkan agar
tupoksi dari lembaga-lembaga terkait dalam program ini lebih jelas, sehingga tidak
menimbulkan dampak yang tidak diinginkan kedepannya.

DAFTAR PUSTAKA

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, 2015, Laporan Kematian Ibu dan Bayi Kabupaten
Kota Tahun 2011-2015, Surabaya : Dinkes Prov.Jatim
Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Timur, 2015, Laporan Evaluasi Kinerja 2011-2015,
Surabaya: Perwakilan BKKBN Prov Jatim

Saptono, Irwan, dkk, 2013, Jalan Terjal Menurunkan Angka Kematian Ibu, Jakarta :
International NGO Forum on Indonesian Development

USAID, 2015, Kisah Sukses Program Kesehatan Atasi Pernikahan Dini di Jatim,
http://www.kinerja.or.id/kisahsukses.asp?success=24&lang=ina diakses 1 januari 2017
pukul 8:43

Dinas Kesehatan Kabupaten Bondowoso, 2015, Profil Ummi Persameda dan Bunda Kespro,
Bondowoso: Dinkes Kab. Bondowoso

Anda mungkin juga menyukai