Periode ini dimulai sejak salah satu perusahaan swasta besar Belanda yang
bernama VOC mulai masuk ke Indonesia sampai dengan diproklamasikannya
kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) pada tanggal 17 Agustus
1945 oleh Presiden pertama Republik Indonesia Ir. Soekarno dan Wakil Presiden
Indonesia yang pertama Drs. Moh. Hatta. Ini berarti lamanya periode ini sekitar 350
tahun yang dimulai sejak tahun 1602 1945. Pada masa penjajahan, indonesia
menerapkan sistem perekonomian monopolis.dimana setiap kegiatan perekonomian
dijalankan desuai penguasa perdaganngan Indonesia saat itu. VOC adalah lembaga
yang menguasai perdagangan Indonesia saat itu. Pada masa VOC berkuasa mereka
menerapkan peraturan dan strategi agar mereka tetap menguasai perekonomian
Indonesia. Peraturan-peraturan yang ditetapkan VOC seperti verplichte leverentie
(kewajiban meyerahkan hasil bumi pada VOC ) dan contingenten (pajak hasil bumi)
dirancang untuk mendukung monopoli itu. Disamping itu, VOC juga menjaga agar
harga rempah-rempah tetap tinggi, antara lain dengan diadakannya pembatasan
jumlah tanaman rempah-rempah yang boleh ditanam penduduk, pelayaran Hongi dan
hak extirpatie (pemusnahan tanaman yang jumlahnya melebihi peraturan). Semua
aturan itu pada umumnya hanya diterapkan di Maluku yang memang sudah diisolasi
oleh VOC dari pola pelayaran niaga samudera Hindia.
Dari tahun 1949 hingga 1956 pemerintah Indonesia yang menrapkan suatu
system politik yang disebut demokrasi liberal dan bertransisi menjadi demokrasi
terpimpin yang berlangsung dari tahun 1957 1965. Pada zaman demokrasi
terpimpin kekuasaan militer dan Presiden Soekarno sangatlah besar, keadaan ini
sangatlah berbeda dengan masa demokrasi liberal yang dimana kekuasaan terbesar
berada ditangan sejumlah partai politik yang dikuasai oleh Partai Masyumi dan Partai
Nasional Indonesia (PNI).
Perekonomian pada masa orde lama ini bisa dikatakan sebagai ekonomi
perang. Situasi politik dalam negeri waktu itu tidak kondusif untuk kemajuan
perekonomian.
Pada masa ini, banyak perusahaan swasta Belanda yang dinasionalisasi oleh
pemerintah, diantaranya adalah dibidang perbankan de Javashe Bank menjadi Bank
Indonesia, dibidang pengangkutan (DAMRI, Kereta Api, Perusahaan Penerbangan,
dan Pelayaran Laut PELNI), perusahaan perkebunan, perusahaan perdagangan besar
dan lainnya. Disaat kedaaan politik dalam dan luar negeri dalam kondisi tidak baik,
pemerintah juga kurang memerhatikan perekonomian Indonesia. Pada sekitar tahun
1950 pada saat dimana keadaan keuangan Indonesia semakin memburuk, inflasi
sangat tinggi, maka dilaksanakanlah kebijaksanaan moneter yakni sanering yang
berarti pengguntingan uang rupiah, setengah lembar diganti dengan uang baru dan
dikembalikan kepada pemiliknya dan setengahnya lagi ditukar dengan obligasi
Negara. Setelah diadakan sanering kedaan perekonomian Indonesia bukannya
bertambah baik, harga-harga malah terus mengalami kenaikan. Sekitar tahun 1960,
system perbankan di Indonesia diubah mengikuti system perbankan di Rusia. Pada
tahun 1965 tercatat tingkat inflasi sebesar 650%. Pertumbuhan ekonomi pada masa itu
tidak lebih dari 2-3% pertahun. Pemerintahan Soekarno sempat menyusun
Pembangunan Semesta Berencana Delapan Tahun. Rencana pembangunan ini
mencakup seluruh wilayah Indonesia (semesta) yang mempunyai rentang waktu
delapan tahun mulai 1960, namun rencana tersebut hanyalah bersifat daftar keinginan
tanpa ada sumber pembiayaan yang pasti sehingga tidak terlaksanakan. Dengan
keadaan perekonomian Indonesia pada waktu itu menunjukkan peran pemerintah dan
koperasi mencapai 90%..
Periode ini dimulai pada tahun 1965 atau 1966 pada masa jatuhnya rezim orde lama
atau masa pemerintahan Soekarno sampai dengan tahun 1998 pada rezim
pemerintahan Soeharto, jadi lamanya masa orde baru ini berlangsung selama 32
tahun.
Tindakan pertama yang diambil oleh pemerintah orde baru adalah menstabilkan
keadaan politik dan ekonomi yang dimana pada pemerintahan Soekarno, sector
perekonomian kurang berjalan dengan baik. Demi menstabilkan keadaan politik dan
ekonomi pemerintahan orde baru melaksanakan beberapa kebijakan antara lain:
1. Untuk jangka pendek kebutuhan dalam negeri dipenuhi melalui impor, sedangkan
jangka panjang dipenuhi melalui pembangunan yang direncanakan setiap lima
tahun.
2. Liberalisasi perdagangan luar negeri dengan memperkenankan swasta untuk turut
aktif dalam perdagangan luar negeri dan liberalisasi system devisa.