Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Konsep Dasar Produksi Bersih.


Produksi Bersih merupakan salah satu sistem pengelolaan lingkungan yang dilaksanakan
secara sukarela (Voluntary) sebab penerapannya bersifat tidak wajib. Konsep Produksi Bersih
merupakan pemikiran baru untuk lebih meningkatkan kualitas lingkungan dengan lebih bersifat
proaktif. Produksi Bersih merupakan istilah yang digunakan untuk menjelaskan pendekatan secara
konseptual dan operasional terhadap proses produksi dan jasa, dengan meminimumkan dampak
terhadap lingkungan dan manusia dari keseluruhan Badan Pengendalian Dampak Lingkungan
(Bapedal, 1995) mendefinisikan Produksi Bersih sebagai suatu strategi pengelolaan lingkungan yang
preventif dan diterapkan secara terus-menerus pada proses produksi, serta daur hidup produk dan
jasa untuk meningkatkan eko-efisiensi dengan tujuan mengurangi risiko terhadap manusia dan
lingkungan daur hidup produknya.
Strategi Produksi Bersih mempunyai arti yang sangat luas karena di dalamnya termasuk
upaya pencegahan pencemaran dan perusakan lingkungan melalui pilihan jenis proses yang akrab
lingkungan, minimisasi limbah, analisis daur hidup produk, dan teknologi bersih. Pencegahan
pencemaran dan perusakan lingkungan adalah strategi yang perlu diprioritaskan dalam upaya
mewujudkan industri dan jasa yang berwawasan lingkungan, namun bukanlah merupakan satu
satunya strategi yang harus diterapkan.Strategi lain seperti program daur ulang, pengolahan dan
pembuangan limbah tetap diperlukan, sehingga dapat saling melengkapi satu dengan lainnya.
Strategi untuk menghilangkan limbah atau mengurangi limbah sebelum terjadi (preventive
strategy), lebih baik daripada strategi pengolahan limbah atau pembuangan limbah yang telah
ditimbulkan (treatment strategy). Kombinasi kedua strategi tersebut sesuai dengan skala prioritas
pelaksanaan Produksi Bersih adalah sebagai berikut:

1. Eliminasi.
Strategi ini dimasukkan sebagai metode pengurangan limbah secara total. Bila perlu tidak
mengeluarkan limbah sama sekali (zero discharge).
2. Mengurangi sumber limbah.
Strategi pengurangan limbah yang terbaik adalah strategi yang menjaga agar limbah tidak
terbentuk pada tahap awal. Pencegahan limbah mungkin memerlukan beberapa perubahan penting
dalam proses produksi, tetapi dapat meningkatkan efisiensi ekonomi yang besar dan menekan
pencemaran lingkungan.
3. Daur Ulang.
Jika timbulnya limbah tidak dapat dihindarkan dalam suatu proses, maka harus dicari strategi-
strategi untuk meminimumkan limbah tersebut sampai batas tertinggi yang mungkin dilakukan, seperti
misalnya daur ulang (recycle) dan/atau penggunaan kembali (reuse). Jika limbah tidak dapat dicegah
atau diminimumkan melalui penggunaan kembali atau daur ulang, strategi-strategi yang mengurangi
volume atau kadar racunnya melalui pengolahan limbah dapat dilakukan. Walaupun strategi ini
kadang-kadang dapat mengurangi jumlah limbah, tetapi tidak sama efektifnya dengan mencegah
limbah di tahap awal.
4. Pengolahan Limbah.
Strategi yang terpaksa dilakukan mengingat pada proses perancangan produksi perusahaan
belum mengantisipasi adanya teknologi baru yang sudah bebas limbah. Artinya limbah memang
sudah terjadi dan ada dalam sistem produksinya, namun kualitas dan kuantitas limbah yang ada
dikendalikan agar tidak melebihi baku mutu yang disyaratkan.
5. Pembuangan Limbah.
Strategi terakhir yang perlu dipertimbangkan adalah metode-metode pembuangan alternatif.
Pembuangan limbah yang tepat merupakan suatu komponen penting dari keseluruhan program
manajemen lingkungan, meskipun ini adalah teknik yang paling tidak efektif.
6. Remediasi.
Strategi penggunaan kembali bahan-bahan yang terbuang bersama limbah. Hal ini dilakukan
untuk mengurangi kadar racun dan kuantitas limbah yang ada.
1.2 Peluang Dan Tantangan Penerapan Produksi Bersih.

Produksi Bersih diperlukan sebagai cara untuk mengharmonisasikan upaya perlindungan lingkungan
dengan kegiatan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi. Peluang penerapan Produksi Bersih
adalah :
1. Memberi keuntungan ekonomi,sebab didalam Produksi Bersih terdapat strategi pencegahan
pencemaran pada sumbernya (source reduction dan in-process recycling) yaitu pencegahan
terbentuknya limbah secara dini dengan demikian dapat mengurangi biaya investasi yang harus
dikeluarkan untuk pengolahan dan pembuangan limbah atau upaya perbaikan lingkungan.
2. Mencegah terjadinya pencemaran dan perusakan lingkungan.
3. Memelihara dan memperkuat pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang melalui konservasi
sumber daya, bahan baku dan energi.
4. Mendorong pengembangan teknologi baru yang lebih efisien dan akrab lingkungan
5. Mendukung prinsip environmental equity dalam rangka pembangunan berkelanjutan.
6. Mencegah atau memperlambat terjadinya proses degradasi lingkungan dan pemanfaatan
sumberdaya alam.
7. Memelihara ekosistem lingkungan.
8. Memperkuat daya saing produk di pasar internasional.
9. Tantangan Penerapan Produksi Bersih, antara lain :
10. Tercapainya efisiensi produksi yang optimal
11. Diperolehnya penghargaan masyarakat terhadap sistem produksi yang akrab lingkungan
12. Mendapatkan insentif.
Pengembangan pelaksanaan dan penerapan Produksi Bersih intinya adalah merubah pola
pikir tradisional end-of-pipe dengan paradima baru dalam pengelolaan pencemaran lingkunan, yaitu
penerapan Produksi Bersih, yang dapat meningkatkan efisiensi produksi sehingga akan memberikan
peningkatan keuntungan baik secara finansial, teknik maupun regulasi. Meskipun demikian,
hambatan ekonomi akan timbul bila kalangan usaha merasa tidak akan mendapat keuntungan dalam
penerapan Produksi Bersih. Sekecil apapun penerapan Produksi Bersih, bila tidak menguntungkan
bagi perusahaan maka akan sulit bagi manajemen untuk membuat keputusan tentang penerapan
Produksi Bersih.

Hambatan pada aspek ekonomi dan teknis antara lain adalah:


1. Keperluan biaya tambahan peralatan.
2. Tingginya modal/investasi dibanding kontrol pencemaran secara konvensional sekaligus penerapan
Produksi Bersih.
3. Penghematan proses Produksi Bersih yang belum nyata realisasinya.
4. Kurangnya informasi Produksi Bersih.
5. Sistem yang baru ada kemungkinan tidak sesuai dengan yang diharapkan atau malah menyebabkan
gangguan.
6. Fasilitas produksi ada kemungkinan sudah penuh tidak ada tempat lagi untuk tambahan peralatan.
Kendala Sumber Daya Manusia dalam penerapan Produksi Bersih dapat berupa :
1. Kurangnya komitmen manajemen puncak.
2. Adanya keengganan untuk berubah baik secara individu maupun organisasi.
3. Lemahnya komunikasi internal.
4. Pelaksanaan organisasi yang kaku.
5. Birokrasi, terutama dalam pengumpulan data.
6. Kurangnya dokumentasi dan penyebaran informasi.
7. Kurangnya pelatihan kepada sumberdaya manusia mengenai Produksi Bersih.
Manfaat penerapan Produksi Bersih, antara:
1. Lebih efektif dan efisien dalam penggunaan sumberdaya alam.
2. Mengurangi biaya-biaya yang berkenaan dengan lingkungan.
3. Mengurangi atau mencegah terbentuknya pencemar.
4. Mencegah berpindahnya pencemar dari satu media ke media lain.
5. Mengurangi risiko terhadap kesehatan manusia dan lingkungan.
6. Memberikan peluang untuk mencapai sistem manajemen lingkungan pada ISO 14000.
7. Memberikan keunggulan daya saing di pasar domestik dan internasional.
Saat ini terdapat dua mekanisme yang mendorong terjadinya pendekatan baru dalam hal
perdagangan global, yaitu pertama, adanya kekuatan konsumen yang makin meningkat dan makin
besarnya rasa solidaritas lingkungan terhadap produk yang dibelinya agar tidak menimbulkan
dampak lingkungan dalam pengadaannya, seperti ecolabel atau green label yang menandai bahwa
produk tertentu diproduksi melalui Produksi Bersih. Kedua, sejak awal tahun tujuh puluhan sampai
pertengahan delapan puluhan, industri menghadapi penegakan hukum yang konsisten disertai baku
mutu yang makin ketat. Oleh karena itu, terjadi kejar- mengejar antara baku mutu dengan
kemampuan industri menaati baku mutu. Dari sisi perdagangan pun, terjadi kecenderungan
mengaitkan aspek lingkungan hidup, sehingga hal tersebut menjadikan suatu tantangan bagi
kalangan industri dan jasa untuk dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas kerjanya supaya tetap
dapat mempertahankan diri dalam situasi persaingan global. Pengusaha juga perlu
mempertimbangkan perspektif konsumen mengenai produknya, seperti citra positif yang diperoleh
dengan mendapatkan sertifikasi ekolabel dan ISO 14000. Sebagian konsumen mempunyai
pertimbangan yang luas dalam setiap melakukan tindakan berkonsumsi. Mereka tidak hanya
memperhatikan mutu, penampilan, harga, garansi ataupun pelayanannya saja, melainkan juga akan
mempertimbangkan beberapa masalah baru. Pertama, masalah ekologi, yang berkaitan dengan
adalah ada tidaknya unsur pencemaran atau perusakan lingkungan mulai dari pengadaan bahan
baku, proses produksi, serta akibat yang ditimbulkan dari penggunaan barang tersebut. Kedua,
masalah etika, setiap kali konsumen memutuskan untuk membeli atau tidak membeli, mereka terlebih
dahulu mempertimbangkan etika produsennya. Apakah produsen menjalankan usahanya dengan
benar atau apakah produsen tidak memanfaatkan kelemahan peraturan yang ada di suatu negara.
Contoh dalam hal ini adalah penghargaan yang lebih dari konsumen terhadap suatu perusahaan
yang telah menggunakan standar yang diakui secara internasional (misalnya ISO 9000, ISO
14000).Yang ketiga adalah masalah keadilan, yaitu apakah produksi tersebut mengeksploitasi
sumberdaya alam dan ekonomi masyarakat lokal, atau apakah pengusaha mengupayakan
pelestarian dengan penghitungan yang tepat antara eksploitasi yang mereka lakukan sejalan dengan
upaya perbaikan. Contoh dalam masalah ini adalah kondisi masyarakat yang sekarang makin kritis
dimana upaya pelestarian lingkungan hidup selalu ditanyakan dalam setiap bentuk produk dan jasa
yang ada. Penerapan Produksi Bersih dapat mendukung ketiga aspek tersebut, terutama dalam
kaitannya dengan sertifikasi ekolabel dan ISO 14000.Sikap Indonesia mengenai perlunya integrasi
Produksi Bersih dengan strategi pemasaran produk dalam menanggapi isu lingkungan sudah jelas.
Hal tersebut sudah menjadi komitmen pemerintah. Dalam konteks perdagangan dan industri di
Indonesia, pemerintah juga telah memperkenalkan Produksi Bersih (cleaner production) sejak tahun
1993 melalui program-program yang dikembangkan oleh BAPEDAL untuk menarik minat masyarakat
(Community Awareness ) dalam menerapkan Produksi Bersih.Tekad pemerintah untuk melaksanakan
Produksi Bersih ini kemudian dicanangkan pada tahun 1995 sebagai komitmen nasional bagi
kalangan industri dan pengusaha untuk mewujudkan pembangunan berkelanjutan (sustainable
development). Sebagai tindak lanjutnya pada tahun 1996 kemudian telah disusun suatu Rencana
Pelaksanaan Kegiatan Produksi Bersih yang mencakup arahan pelaksanaan Produksi Bersih pada
seluruh sektor kegiatan. Pola ini dilakukan melalui kegitan bantuan teknis, pengembangan sistem
informasi, peningkatan kesadaran dan pelatihan serta pengembangan sistem insentif. Selanjutnya
program-program Produksi Bersih dilaksanakan sejalan dengan program-program lain yang dapat
mendorong penerapan Produksi Bersih seperti label lingkungan (environmental labelling) dan Sistem
Manajemen Lingkungan (environmental management system) melalui kerjasama dengan instansi
terkait misalnya Departemen Perindustrian dan Perdagangan. Pada hakekatnya, pemasaran
ditujukan untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Persoalannya, kebutuhan konsumen dalam era
globalisasi ini tidak hanya sekedar memenuhi kebutuhan untuk hidup saja, tetapi juga kebutuhan
untuk menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan hidup mereka. Itulah sebabnya kepedulian
konsumen akan lingkungan yang semakin meningkat ini perlu diantisipasi oleh semua pihak. Dengan
adanya integrasi Produksi Bersih dengan strategi pemasaran produk maka banyak manfaat yang
dapat diperoleh bagi semua pihak (win-win situation). Misalnya, bagi usaha ekspor, upaya
mengintegrasikan penerapan Produksi Bersih dengan strategi pemasaran akan membuat produk dan
atau jasanya telah memenuhi persyaratan tertentu sehingga dapat dikatakan sebagai produk/jasa
yang akrab dengan lingkungan. Dengan demikian produknya dapat diterima oleh konsumen
internasional.

1.4 Strategi Penerapan Produksi Bersih.


Komitmen Nasional Produksi Bersih merupakan upaya penggalangan penerapan Produksi
Bersih secara sukarela oleh berbagai kalangan, baik itu pemerintah, kalangan industri dan jasa,
bahkan para peneliti dan konsultan yang terlibat. Komitmen Nasional ini antara lain adalah dengan
melaksanakan:
1. Produksi Bersih dipertimbangkan pada tahap sedini mungkin dalam pengembangan proyek-proyek
baru, atau pada saat mengkaji proses dan/atau aktivitas yang sedang berlangsung.
2. Semua pihak turut bertanggung jawab dan terlibat dalam program dan rencana tindakan Produksi
Bersih dan bekerjasama untuk mengharmonisasikan pendekatan-pendekatan Produksi Bersih.
3. Agar Produksi Bersih dapat dilaksanakan secara efektif, semua pendekatan melalui peraturan
perundang-undangan, instrumen ekonomi maupun upaya sukarela harus dipertimbangkan.
4. Program Produksi Bersih menekankan pada upaya perbaikan yang berlanjut.
5. Produksi Bersih hendaknya melibatkan pertimbangan daur hidup suatu produk.

BAB II
PENANGANAN BAHAN BAKU

2.1 Bahan Baku


Bahan baku berasal dari jenis kayu Accasia Mangium yang akan mengalami
beberapa proses untuk menghasilkan pulp. Bahan baku tersebut dperoleh dari Hutan
Tanaman Industri PT. Musi Hutan Persada (PT MHP).
Kayu merupakan hasil hutan dari sumber kekayaan alam dan merupakan bahan mentah yang
mudah diproses untuk dijadikan barang sesuai dengan kemajuan teknologi. Kayu
memiliki beberapa sifat yang tidak dapat ditiru oleh bahan lain.

Sifat umum yang terdapat pada kayu adalah :


1. Semua batang pohon mempunyai pengatur vertical dan sifat simetris radial.
2. Kayu tersusun dari sel-sel yang memiliki tipe bermacam-macam dan susunan sel nyaterdiri
dari senyawa kimia berupa selulosa dan hemiselulosa (unsure karbohidrat) serta berupa lignin
(non karbohidrat).
3. Semua kayu bersifat anisotripic, yaitu memperlihatkan sifat yang berlainan jika diujimenurut
tiga arah utamanya (longitudinal, tangensial, dan radial). Hal ini disebabkanstruktur dan
orientasi selulosa dalam dinding sel , bentuk memanjang sel kayu dan pengaturan sel
terhadap sumber vertical dan horizontal pada batang pohon.
4. Kayu merupakan suatu yang bersifat higroskopik , yaitu bertambah kelembabannyaakibat
perubahan kelembaban dan suhu udara sekitarnya.5.Kayu dapat diserang oleh makhluk hidup
perusak kayu, dapat juga terbakar terutamakayu dalam keadaan kering.
2.1.1 Sifat Kimia Kayu.
Komponen didalam kayu mempunyai arti penting, karena menentukan
kegunaan dari jenis kayu tersebut, pada umumnya komponen kimia kayu daun lebar dan
kayu daun jarumterdiri dari 3 unsur :
a. Karbohidrat terdiri dari sellulosa dan hemiselulosa .
b. Non karbohidrat yang berupa lignin.
c. Ekstraktif, yaitu yang diendapkan dalam kayu selama proses pertumbuhan.

Distribusi komponen kimia tersebut dalam dinding sel kayu merata, dan kadar
selulosa sertahemiselulosanya banyak terdapat dalam dinding sekunder. Sedangkan lignin
banyak terdapatdalam dinding primer dan lamella tengah. Zat ekstraktif terdapat diluar
dinding sel kayu.

Unsur-unsur kimia dalam zat kayu adalah:


a. Karbohidrat 50 %
b. Hidrogen 6 %
c. Nitrogen 0,04 0,1 %
d. Abu 0,2-0,5%
e. Sisanya O

2.1.2 Sifat Fisik Kayu


Beberapa sifat fisik yang terdapat pada kayu adalah sebagai berikut :
1. Berat Jenis.
Kayu mempunyai berat jenis yang berbeda, yaitu antara 0,2 1,8. Berat jenis
merupakan petunjuk penting bagi beberapa sifat kayu, makin berat kayu maka pada
umumnya makinkuat pula kayu tersebut. Berat jenis kayu ditentukan oleh tebal dinding sel
kayu, dankecilnya rongga sel kayu yang membentuk pori-pori.
2. Keawetan Alami Kayu.
Keawetan alami kayu adalah ketahanan kayu terhadap serangan dari unsure
unsure perusak kayu dari luar, seperti ; jamur, rayap, bubuk, cacing dan lainnya yang
diukur dalam jangka tahunan.
3. Warna Kayu.
Ada beberapa macam warna kayu, antara lain warna kuning, keputih-putihan,
coklatmuda, coklat tua, kehitam-hitaman, dan kemerah-merahan. Warna pada kayu
disebabkanoleh zat pengisi warna.
4. Higroskopik Higroskopik adalah suatu sifat yang dapat menyerap atau melepaskan air
ataukelembaban kayu sangat dipengaruhi oleh kelembaban dan suhu udara.
5. Berat Kayu.
Berat suatu jenis kayu tergantung dari jumlah zat kayu.
2.1.3. Proses Produksi.
Bahan baku berasal dari jenis kayu Accasia Mangium akan mengalami
beberapa tahap proses dari tahap persiapan hingga akhir menjadi pulp.

2.2.Bahan baku kayu


a.Pengulitan
Barkstorage merupakan tempat penampungan limbah yang berupa kulit
kayu yang sudah dikecilkan dengan menggunakan pallman chipper, debu
kayu atau serbuk kayu yang digunakan sebagai bahan bakar multi fuel
boiler. Tiap proses pengulitan dan serpihan kayu memilki conveyor
tersediri yang tujuannya untuk mengumpulkan dan membawa kulit dan
serbuk kayu yang terpisah dari kayu yang sudah diolah.

Debarking Drum
Debarking Drum berfungsi untuk menguliti kulit kayu yang berkapasitas
250 m3/jam.Kulit ini harus dipisahkan karena akan mempersulit dalam
proses pembuatan pulp dan akan menyebabkan bintik hitam pada pulp
yang dihasilkan. Gelondongan kayu tersebut masuk ke debarking drum yang
berputar, proses pengulitan terjadi karena singgungan dan benturan antar
gelondongan kayu dengan debarking drum.Sementara proses penguulitan
itu berlangsung sekitar 9 menit, air terus dialirkan yang berguna untuk
memudahkan pengelupasan kukit kayu dan menghilangkan debu yang
saling berbenturan. Debarking drum ini dilengkapi dengan slot- slot pada
dindingdindingnya unutuk tempat keluarnya kulit kayu yang terkelupas.
Kulit kayu yang sudah terkelupas dikirim ke bark shredder melaui scrapper
conveyor, sedangkan gelondongan kayu yang sudah dikuliti akan dikirim ke
proses washing melalui chipper feed conveyor.

b.Penyerpihan
Proses ini dimulai dengan pengankutan serpihan kayu dari chip file
dengan menggunakan screw conveyor, dan selanjutnya dengan shuttle
conveyor yang akan memasukkan chips ke degister degister yang kosong dengan
waktu pengisian 25-30 menit untuk masing- masing degister. Udara
yang ada dalm degister dihilangkan melalui sirkulasi dengan
menggunakan blower.
Shutle conveyor berjalan dari satu degister ke degister yang kosong untuk
pengisian chip. Chip yang masuk dikontrol dengan alat yang
disebut weightometer aagar pengisisan tidak melewati batas yang ditentukan
adalah 75 ton. Selama proses pengisisan chip, dialirkan16 uap (steam)
dengan tekanan rendah kedalam degister melalui chip pakker yang terdapat
pada bagian atas bejana untuk menimbulkan gerakan twbulen yang
berfungsi menyamaratakan chip dalam degister sehingga tercapai kapasitas
yang diinginkan. Proses ini membutuhkan waktu selama 25 menit.

d. penyimpanan kayu(wood storage)


Wood storage merupakan tempat penyimpanan gelondongan kayu
yang bertempat secara terbuka dan berlokasi di unit persiapan kayu. Luas
area tempat penimbunan kayu ini adalah 240 m x 90 m dan dibagi atas 7
blok penyimpanan kayu yaitu bolk A blok G,sehingga memudahkan
penyusunan kayu yang datang karena pemakaian kayu
berdasarkan sistem FIFO First In First Out . gelondongan kayu yang berasal
dari hutan tanam industry dibawa ke lokasi pabrik dengan menggunakan
truk- truk milik nitra. Kayu yang sudah dibawa suadah dipotong terlebih
dahulu di sektor dengan ukuran 2,5 m dan diameter kayu 140 cm. kayu-
kayu tersebut dibongkar dengan mengunakan Conecrane(Goliath Cranc) dan
disusun di blok- blok yang ada di log yard.

Loading deck Loading


deck merupakan rantai yang terdiri dari 8 baris yang bergerak
unutk menggerakkan kayu masuk ke Slasher deck, dimana kayu tersebut
berasal dari penimbunan kayu yang diangkut dengan logam (material
handling) dan diletakkan ke loading deck ini terdapat slot panjang pada sisi-
sisinya yang berfungsi sebagai level sensor untuk menjaga agar loading
deck tidak over load. Jika kayu- kayu yang masuk ke loading deck melebihi tinggi
slot maka secara otomatis loading deck akan terhenti.
Slasher Deck
Slasher deck dilengkapi dengan alat pemotong disebut circulation saw yang
fungsinya memotong kayu- kayu panjang. Pada slasher deck terapat
scrapper conveyor yang berfungsi untuk menampung debu- debu dari
kayu yang bergerak yang selanjutnya akan dibawa bark shredder (tempat
pertemuan conveyor conveyor yang menyangkut debukayu,dan chip kayu
yang terlalu kecil).

Chain Inti Drum


Chain Inti Drum disini berfungsi sebagai tempat berkumpulnya kayu yang
bergerak dari slasher deck yang kemudian kayu akan bergerak ke infeed
conveyor.

Infeed conveyor
Infeed conveyor merupakan suatu alat yang membawa gelondongan kayu ke
sistem pemisah.

Washing station
Sementara drum orbit shaim yang bergerak terus dalam belt conveyot, kayu
dicuci dengan cara menyemprotkan air dari atas sementara kayu
berada drum orbit chain yang terus bergerak ke infeed chute (infeed belt).
Infeed Chute (Infeed Belt)
Pada jalur Infeed Chute terdapat metal detector yang berfungsi untuk
mengetahui/mendeteksi benda- benda yang terikut dengan kayu- kayu
yang lewat yang dapat merusak chipper seperti metal/logam.

f. pemanfaatan limbah padat


Contoh dari limbah padat (sludge) berasal dari limbah cair yang
telah melewati pengolahan dan dapat dimanfaatkan kembali sebagai
pupuk dan bahan campuran untuk pembakaran di boiler. Selain itu, limbah
padat (sludge)juga dapat dimanfaatkan untuk memproduksi
kertas embosse atau tutup kor pada gulungan kertas.
Pada sistem pengolahan air limbah, selain diharapkan akan
dihasilkan effluent yang sesuai dengan baku mutu yang ada maka akan
selalu dihasilkan juga biasanya berbentuk cairan semi padat yang
mengandung 93 99.5 % air, 0.2 1.2 % padatan dan zat-zat terlarut
yang dikandung oleh air limbah atau dikulturkan oleh proses penanganan
air limbah. Karakteristik lumpur mempengaruhi kelayakan dari alternatif-
alternatif pemanfaatan dan pembauangannya. Karakteristik lumpur
tersebut dipengaruhi oleh komposisi air limbah yang ditangani serta
proses-proses penanganan air limbah. Hal ini akan terlihat jelas pada
lumpur yang dihasilkan oleh sistem penanganan air limbah yang
menerima buangan-buangan industri dalam jumlah yang besar.

Lumpur yang dihasilkan pada sistem pengolahan air limbah industri


kertasada 2 macam, yaitu:
1) Primary sludge
Merupakan sludge hasil endapan air limbah yang dihasilkan dari primary
clarifier. Proses pada primary clarifier ini
merupakan proses pengolahan primer,
dimana air buangan yang diolah belum melewati proses-proses
yang lainnya yang dapat mengubah karakteristik air limbah sehingga
lumpur yang dihasilkan merupakan SS yang dapat mengendap secara
gravitasi dan merupakan lumpur anorganik, dengan kandungan utamanya
adalah fiber,lateks, dan clay.
2) Secondary sludge
Merupakan lumpur yang dihasilkan sebagai endapan pada secondary
clarifier.Air limbah yang diolah pada secondary clarifier merupakan air limbah
yang telah diolah secara biologis yaitu pengaktifan mikroorganisme yang
menggunakan zat anorganik yang terdapat pada air limbah untuk
pertumbuhannya. Dengan demikian lumpur yang dihasilkan merupakan
lumpur organik.

Limbah cair
Limbah cair yang dihasilkan dari proses produksi diolah lebih lanjut
oleh Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL).Instalasi pengolahan limbah
cair kertas yang digunakan meliputi:
1. Bak Ekualisasi
Bak ekualisasi berfungsi untuk menghomogenkan limbah yang
berasal dari berbagai kawasan dan meningkatkan kadar oksigen. Bak ini
dilengkapi dengan mixer dan penyaring (filter).

2. Bak Pengendap I (Primary Clarifier)


Saat dialirkan ke bak pengendap I, limbah ditambahkan dengan
koagulan dan flokulan. Jenis koagulan yang digunakan adalah alum atau
PAC (Poly Aluminium Chloride), sedangkan flokulan yang digunakan adalah jenis
polimer. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
Al2(SO4)3 + 6H2O 2Al(OH)3 + 3H2SO4
Senyawa Al(OH)3 akan memberikan efek flokulasi dengan cara
menjembatani partikel-partikel serat sehingga terbentuk flok-flok besar.
Flok-flok inilah yang kemudian diendapkan pada bak pengendap I. Filtrat
yang dihasilkan dialirkan ke belt press atau didaur ulang untuk pemasakan
bubur di hydra pulper. Bak pengendap I ini juga dilengkapi
dengan scrapper untuk menggiring kotoran yang mengapung di tepi agar
menuju ke tengah dan dapat disedot oleh pompa yang berada di tengah
bak pengendap. Air limbah yang tersisa kemudian dialirkan ke bak aerasi
untuk diproses secara biologis.

3. Bak Aerasi
Pada bak aerasi terjadi pengolahan air limbah secara mikrobiologi
dengan menggunakan lumpur aktif yang mengandung bakteri
jenis Sarcodina atau Rotutoria. Prinsip lumpur aktif adalah memanfaatkan
bakteri-bakteri aerob untuk mengurai polutan dalam air, yang nutrisinya
dipenuhi oleh nitrogen dan fosfor. Bakteri ini berasal dari kotoran kerbau
dan akan memakan sisa-sisa serat.

Pembuatan Pulp Dari Bahan Baku Non Kayu


PULP
Pulp adalah produk utama kayu, terutama digunakan untuk pembuatan kertas, tetapi pulp
juga diproses menjadi berbagai turunan selulosa, seperti rayon dan selofan. Pulp sering juga
disebut hasil pemisahan serat dari bahan baku berserat (kayu maupun non kayu) melalui
berbagai proses pembuatannya (mekanis, semikimia, kimia). Tujuan utama pembuatan pulp
kayu adalah untuk melepaskan serat-serat yang dapat dikerjakan secara kimia, atau secara
mekanik atau dengan kombinasi keduanya. Prinsip pembuatan pulp secara mekanis yakni
dengan pengikisan dengan menggunakan alat seperti grinda. Proses mekanis yang biasa
dikenal diantaranya PGW (Pine Groundwood), SGW (Semi Groundwood). Proses semi kimia
merupakan kombinasi antara mekanis dan kimia. Yang termasuk ke dalam proses ini
diantaranya CTMP (Chemi Thermo Mechanical Pulping) , NSSC (Neutral Sulfite
Semichemical). Sedangkan yang termasuk proses kimia yaitu proses kraft yang merupakan
bagian proses basa dan proses sulfit yang termasuk proses asam. Dimana proses kraft ini
pertama sekali dikenal di Swedia pada tahun 1885. Disebut kraft karena pulp yang dihasilkan
dari proses ini memiliki kekuatan lebih tinggi dari pada proses mekanis dan semikimia, akan
tetapi rendemen yang dihasilkan lebih kecil diantara keduanya karena komponen yang
terdegradasi lebih banyak (lignin, ekstraktif dan mineral.

Ada beberapa pembuatan pulp dari bahan baku non kayu diantaranya:
a. Jerami.
Jerami merupakan limbah pertanian yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku
pulping yang mudah di dapatkan dan merupakan energi yang terbarukan. Juga jerami dapat
langsung digunakan sebagai bahan baku pembuatan kertas. Penggunaan jerami sebagai bahan
baku kertas dapat digunakan setelah masa panen padi yaitu sekitar 2 bulan. Berbeda dengan
kayu yang masa pertumbuhannya sampai tahunan, juga jika menggunakan bahan baku kayu
maka akan menyebabkan berbagai kerugian antara lain bencana alam.Perkembangan
pendidikan dunia yang semakin meningkat, akan berbanding lurus dengan konsusmsi kertas
dunia. Kertas adalah bahan yang tipis dan rata, yang dihasilkan dengan kompresi serat yang
berasal dari pulp. Serat yang digunakan biasanya adalah alami, dan mengandung selulosa dan
hemiselulosa.
a. Jerami Padi (Oriza sativa).
Jerami adalah bagian vegetatif dari tanaman padi (batang, daun, tangkai malai). Ketiga
unsur ini relatif kuat karena mengandung unsur silika, dan selulosa yang tinggi serta
pelapukan yang memerlukan waktu yang relatif lama. Pada waktu tanaman dipanen, jerami
adalah bagian tanaman yang tidak dipungut.

Bobot jerami padi merupakan fungsi dari:


a. Rejim air,
b. Varietas, nisbah/ gabah jerami,
c. Cara budidaya,
d. Kesuburan tanah, dan
e. Musim, iklim, dan tinggi tempat

Pulping
Pulping adalah hasil pemisahan serat dari bahan baku berserat (kayu maupun non
kayu)melalui berbagai proses pembuatannya (mekanis, semikimia, kimia).Pulp terdiri dari
serat serat (selulosa dan hemiselulosa) sebagai bahan baku kertas .Proses pembuatan pulp
diantaranya dilakukan dengan proses mekanis , kimia , dan semikimia. Prinsip pembuatan
pulp secara mekanis yakni dengan pengikisan dengan menggunakan alat seperti gerinda.
Proses mekanis yang biasa dikenal diantaranya PGW (Pine Groundwood), SGW (Semi
Groundwood). Proses semi kimia merupakan kombinasi antara mekanis dan kimia. Yang
termasuk ke dalam proses ini diantaranya CTMP (Chemi Thermo Mechanical Pulping)
dengan memanfaatkan suhu untuk mendegradasi lignin sehingga diperoleh pulp yang
memiliki rendemen yang lebih rendah dengan kualitas yang lebih baik daripada pulp dengan
proses mekanis.

Solulosa.
Adapun faktor yang membuat selulosa disenangi untuk produksi pulp dan
kertas adalah:

1. Jumlahnya berlimpah, dapat melengkapi, dan mudah dipanen dan dipindah-pindahkan


dan akibatnya bahan ini murah harganya.

2. Zat ini umumnya berbentuk serat, dan kekuatan tariknya benar-benar tinggi.

3. Zat ini bisa menarik air, yang mempermudah persiapan mekanik dari serat-serat atau
ikatan-ikatan serat ketika campuaran serat tadi dikeringkan

4. Zat ini tidak dapat larut dalam air dan pelarut-pelarut organik

5. Tahan terhadap sejumlah bahan kimia yang menyebabkan dapat diisolasi dan
dimurnikan dari kayu yang merupakan sumber utama selulosa.

Jenis Jenis Proses


1. Proses Mekanik
Proses mekanik digunakan pada pembuatan kertas tingkat rendah yang memiliki
stabilitas warna rendah, seperti koran, kertas pembungkus dan kertas karton. Pelepasan serat
pada proses me kanis dilakukan dengan penggerindaan dan penggerusan.
Beberapa cara pembuatan pulp secara mekanis adalah:

1. Stone Ground Wood Pulping (SGP) : Pada proses ini digunakan batu gerinda untuk
menguraikan bahan baku. Bahan baku kayu digiling dan disemprotkan air. Rendemen
yang diperoleh antara 93-98%. Kekuatan dan derajat putih pulp yang dihasilkan
rendah. Energi dan air yang diperlukan cukup banyak.

2. Refiner Mechanical Pulping (RMP) : Proses ini menggunakan penggilingan dengan


cakram untuk menguraikan bahan baku. Bahan baku utama yang digunakan adalah
kayu jarum karena sifat fisik yang dihasilkan lebih baik dibandingkan pulp kayu asah,
sedangkan energi yang digunakan lebih rendah jika dibandingkan dengan proses SGP.

3. Thermo Mechanical Pulping (TMP) : Proses ini juga menggunakan penggilingan


dengan cakram untuk menguraikan bahan baku. Namun, perbedaan TMP dengan
RMP adalah adanya proses pemanasan sebelum penggilingan sehingga ikatan-ikatan
yang dibentuk lignin dilemahkan. Proses ini menyebabkan jumlah serat panjang lebih
banyak sehingga memiliki kekuatan yang lebih besar. Perlakuan awal dengan
pemanasan pada suhu tinggi menyebabkan komponen lignin menjadi lunak, serta
komponen yang mudah larut dalam air dan mudah menguap hilang.

4. Chemical Thermo Mechanical Pulping (CTMP) : Proses ini adalah pengembangan da


ri proses TMP. Pada proses ini, perlakuan awal yang diberikan selain pemanasan
adalah perlakuan kimiawi yang diharapkan dapat lebih mudah menghilangkan lignin.
Rendemen yang dihasilkan lebih rendah dari proses mekanik biasa tetapi
menghasilkan pulp yang memiliki sifat fisik yang lebih baik. Fraksi serat panjang
yang dihasilkan lebih banyak dari pulp yang berasal dari proses mekanik lainnya.

2. Proses Semi Kimia.


Proses ini merupakan gabungan dari proses mekanik dan proses kimia. Tahap awal dari
proses ini adalah pengolahan bahan baku dengan menggunakan bahan kimia untuk
memutuskan ikatan lignin, selulosa, kemudian dilanjutkan dengan pengolahan kimia. Contoh
pros es ini adalah proses pemasakan pulp dengan menggunakan Na2SO3 yang mengandung
larutan buffer untuk menetralkan asam-asam organik yang terbentuk pada pemanasan sampai
120 oC atau lebih. Fungsi buffer adalah untuk mencegah korosi, menaikkan rendemen dan
mengurangi waktu pemasakan. Contoh buffer adalah campuran NaOH dengan Na2CO3 atau
Na2S dengan Na2 SO4 . Buffer yang sering digunakan adalah NaHCO3 karena menghasilkan
pulp dengan warna yang lebih baik dan dengan pemakaian bahan kimia yang lebih sedikit.
Proses semi kimia yang lain adalah proses alkali dingin yaitu perendeman bahan baku dalam
larutan NaOH pada suhu kamar dan tekanan atmosfer. Brightness kertas yang dihasilkan
lebih rendah jika dibandingkan dengan proses netral sulfit.
3. Proses Kimia.
Pembuatan pulp dengan proses kimia adalah proses untuk merusak dan melarutkan zat
pengikat serat yang terdiri dari lignin, pentosa dan lainnya dengan menggunakan bahan-
bahan kimia. Proses untuk merusak dan melarutkan ini umum disebut sebagai proses
pemasakan. Proses pemasakan bahan baku dengan larutan kimia dilakukan dalam reaktor
yang disebut sebagai digester. Selama pemasakan berlangsung, lignin bereaksi dengan larutan
kimia pemasak dan membentuk senyawa-senyawa terlarut yang mudah dicuci. Namun
karena kesamaan sifat fisik dan kimia dari selulosa dan lignin, sebagian selulosa ikut bereaksi
juga, sehingga dapat menurunkan rendemen pulp yang dihasilkan. Berdasarkan bahan kimia
yang digunakan untuk pemasakan, pembuatan pulp dengan proses kimia dapat dibedakan
menjadi tiga macam, yaitu:
1. Proses Sulfat.
Pada proses sulfat, larutan pemasak yang digunakan adalah sodium hidroxide dan sodium
sulfite. Sodium sulfite dihasilkan dari reduksi sulfat selama proses pembakaran dengan
reaksi: Na2SO4+ 2C Na2 S + 2CO2
Sodium hidroxide dihasilkan dari hidrolisis sodium sulfite di dalam air dengan
reaksi: Na2S + H2O NaOH + NaHS
NaHS berfungsi sebagai buffer dan mengurangi efek degradasi selulosa oleh NaOH. NaHS
dapat bereaksi dengan lignin menghasilkan thio-lignin yang mudah larut dalam alkali
sehingga pemasakan dapat berlangsung lebih singkat dan temperatur dapat diturunkan sekitar
160-170 0C. Serat yang dihasilkan sangat baik tetapi memiliki warna yang jelek, sehingga
proses ini digunakan untuk membuat kertas berkekuatan tinggi seperti kantong semen dan
kertas bungkus.Proses sulfat memakai alkali aktif dan sulfiditas sebagai bahan pemasak,
sebagai bahan baku hampir semua jenis kayu dan non kayu baik kayu lunak maupun kayu
keras. Pulp yang dihasilkan berwarna coklat dan mempunyai kekuatan fisik yang tinggi
sehingga biasanya digunakan untuk pembuatan kertas semen, kertas bungkus dan kertas liner,
dan udah diputihkan ( bleaching ).

2.ProsesSulfit. Pros
es ini menggunakan bahan kimia aktif, yaitu asam sulfit, kalsium bisulfit, sulfur dioksida
yang dinyatakan dalam larutan Ca(HSO3)2 dengan H2SO3 berlebih. Bahan baku yang
digunakan biasanya kayu lunak dan larutan pemasak SO2 dan Ca(HCO3)2.
Reaksi pembuatan larutan pemasak adalah:
S + O2 > SO2
2SO2 + H2 O + CaCO3 > Ca(HSO3)2 + CO2
Lignin yang terikat pada selulosa akan bereaksi dengan larutan
Ca(HSO3)2 membentuk lignin sulfonat dengan reaksi sebagai berikut:
Ca(HSO3)2 > Ca 2+ + 2HSO3-
Lignin + HSO 3- -> SO2+ Lignin-OH
Lignin-OH + HSO3 > Lignin-SO3 + H2O
Pulp yang dihasilkan dari proses sulfit baik untuk pembuatan kertas tissue dan kertas-
kertas cetak bermutu.
Beberapa keuntungan pulp sulfit adalah:

1. Rendemen yang lebih tinggi pada bilangan kappa tertentu, yang melibatkan
kebutuhan kayu yang rendah;

2. Derajat putih pulp yang tidak dikelantang lebih tinggi; dan

3. Persoalan pencemaran sedikit.

Cara ini sudah sangat jarang dipakai, karena biayanya yang terlalu mahal

4. Proses Soda (NaOH)


Proses ini digunakan untuk bahan baku non kayu seperti bagasse, jerami, damen dan
jenis rumput-rumputan yang lain. Larutan pemasak yang digunakan adalah NaOH sebanyak
18-35% berat bahan baku kering. Degradasi selulosa oleh larutan NaOH pekat dapat terjadi
pada suhu di atas 100 0C. Semakin tinggi temperatur pemasakan maka perbandingan jumlah
selulosa yang hilang akan lebih banyak daripada lignin yang hilang.
Beberapa hal yang berpangaruh pada proses soda adalah:
a. Perbandingan cairan pemasak terhadap bahan baku yang digunakan.
Kekurangan bahan kimia atau laru tan pemasak menyebabkan pulp berwarna gelap dan
sukar diputihkan pada tahap bleaching . Namun, bahan pemasak yang berlebihan dapat
menurunkan rendemen dengan terjadinyadegradasi serat-serat selulosa.
b. Waktu dan temperatur pemasakan.
Bila waktu pemasakan terlalu lama maka selulosa juga akan larut dalam jumlah besar.
Jika temperatur terlalu tinggi, jumlah karbohidrat yang terdegradasi akan lebih besar daripada
lignin yang terlarut sehingga akan menurunkan rendemen dan kekentalan pulp.
5. Proses Organosolv
Pembuatan biomassa secara efisien dapat dilakukan dengan menerapkan konsep
biomass refining yaitu pemrosesan dengan menggunakan pelarut organik ( organosolve
process ). Prinsipnya adalah melakukan fraksionasi biomassa menjadi komponen-komponen
utama penyusunnya (selulosa, hemiselulosa, dan lignin) tanpa banyak merusak ataupun
mengubahnya, serta dapat diolah lebih lanjut menjadi produk yang dapat dipasarkan.
Fraksionasi biomassa menggunakan pelarut organik yang telah menjadi suatu metode
alternatif bagi proses-proses konvensional dalam pembuatan pulp, yang lebih dikenal dengan
organosolve pulping.
Kelebihan dari proses organosolv dibandingkan dengan proses konvensional adalah:
1. Berdampak kecil bagi lingkungan, yaitu tidak menyebabkan timbulnya pencemaran seperti
gas-gas berbau yang disebabkan oleh belerang.
2. Cairan pemasak (pelarut organik) bekas dapat digunakan kembali setelah dimurnikan terlebih
dahulu.
3. Produk samping mempunyai daya jual seperti glukosa, pentosa, fulfural, adhesiv serta bahan-
bahan kimia.
6. Proses Bioteknologi
Peningkatan kualitas kayu yang menyangkut modifikasi biokimia kayu sangat berkaitan
erat dengan usaha-usaha dalam memodifikasi kandungan lignin dalam kayu. Lignin bersama-
sama dengan selulosa merupakan suatu komponen penting pada tumbuhan-tumbuhan
berpembuluh dan dapat ditemukan dalam jumlah yang besar pada dinding sel sekunder, serat
dan pembuluh angkut xilem. Fungsi lignin dalam tumbuhan selain sebagai penunjang
mekanik (mecanical support) juga sangat penting dalam membantu pertahanan tumbuhan
terhadap patogen. Untuk kepentingan industri ada dua kemungkinan berlawanan yang
menyangkut modifikasi kandungan lignin dalam kayu. Pertama, bila kayu yang diproduksi
diperlukan untuk penghasil energi, maka kandungan lignin perlu ditingkatkan karena secara
kimia lignin mengandung energi yang banyak bila dibandingkan dengan komponen-
komponen kayu lainnya. Kedua, bila kayu yang diproduksi diperlukan sebagai bahan baku
kertas dan pulp, maka kandungan lignin di dalam kayu perlu dikurangi karena dalam
pembuatan kertas dan pulp yang diperlukan hanyalah selulosa. Jadi untuk keperluan ini
bioteknologi dapat digunakan dalam usaha meningkatkan kandungan selulosa dan
mengurangi kandungan lignin dalam kayu tanpa melewati batas-batas fungsi kedua senyawa
tersebut. Pengurangan kandungan lignin dalam kayu juga dapat memberikan dampak positif
terhadap lingkungan, yakni dapat mengurangi kadar polutan kimia yang dihasilkan dari
proses pembuangan lignin selama proses pembuatan kertas dan pulp. Modifikasi kandungan
lignin dalam kayu dapat dilakukan melalui pengontrolan enzim-enzim yang terlibat dalam
jalur biosintesis lignin. Karena enzim merupakan produk dari gen, maka modifikasi
kandungan lignin ini dapat dilakukan melalui modifikasi gen secara rekayasa genetik.
Modifikasi gen ini tidak hanya berpengaruh terhadap kuantitas lignin saja, melainkan juga
terhadap komposisi dan lokalisasi lignin di dalam kayu.
Mikroorganisme yang terdiri atas sejumlah mikroba membantu proses pelapukan
sehingga sampah alam itu terurai, kembali menjadi tanah berupa humus. Hasil kerja
mikroorganisma yang sempurna tak menghasilkan polusi tersebut memberi inspirasi pada
para ilmuwan kita untuk memanfaatkannya dalam sektor industri. Industri kertas dan pulp
terkenal dengan limbahnya yang sulit diatasi. Limbah ini berasal dari bahan kimia seperti
soda api, sulfit dan garam sulfida dalam proses penghilangan kandungan lignin. Bahan kimia
inilah yang dianggap sebagai sumber pencemaran lingkungan. Proses penggunaan sulfur
mencemari udara dan sudah dilarang di se jumlah negara maju seperti Jerman. Di Indonesia
tidak semua pabrik kertas mempunyai unit pulping karena diisyaratkan harus mempunyai
pengolahan limbah yang investasinya lebih dari 20 persen dari nilai investasi, ujar Ba mbang
Prasetya dalam orasi pengukuhannya sebagai Ahli Peneliti Utama (APU) Bidang Konversi
Biomassa di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Jakarta, pekan silam. Pengolahan
pulp yang ideal adalah biopulping, yakni mengolah pulp dengan menggunakan bantuan
mikroba. Bambang menjelaskan, manfaat biopulping yang menonjol adalah penghematan
energi dan pengurangan pemakaian bahan kimia. Proses pembuata n bubur kayu alias pulp
dan kertas biasa dilakukan dengan memasak serpihan kayu, jerami atau ampas tebu.
Semuanya menggunakan bahan kimia. Tujuan proses ini untuk memisahkan komponen
lignin. Dalam biopulping, bahan-bahan kimia tadi digantikan oleh sejenis mikroba yang bisa
mengeluarkan enzim dan mendegradasi lignin. Mikroba ini adalah golongan jamur atau fungi
pelapuk kayu yang banyak dijumpai di alam bebas. Bahan pemutih kertas yang selama ini
menggunakan bahan kimia seperti chlorite dan hydrogen peroksida dapat digantikan dengan
enzim-enzim yang dikeluarkan oleh fungi pelapuk. Beberapa enzim yang sangat dikenal
untuk menguraikan lignin adalah manganese peroksidase, laccase dan lignin peroksidase.

7. Delignifikasi Oksigen.
Delignifikasi oksigen merupakan salah satu aplikasi industri pulp dan kertas dalam
melakukan bleaching (pemutihan) pulp selama beberapa tahun terakhir ini. Keuntungan dari
proses ini adalah pelestarian lingkungan. Proses delignifikasi oksigen biasanya dilakukan
selama 15 sampai 90 menit di bawah tekanan 400-1.000 kPa dan pada suhu 90-110C.

Berkurangnya kandungan lignin dalam biomassa menunjukkan terjadinya proses


delignifikasi selama pemrosesan dilakukan. Kandungan lignin dalam pulp untuk proses-
proses komersil secara sederhana dan cepat diperkirakan dengan Bilangan Kappa, yang
berkorelasi dengan lignin Klason atau kandungan lignin total dalam pulp. Besarnya nilai ko
relasi Bilangan Kappa dengan kandungan lignin dalam pulp bervariasi menurut biomassa dan
proses yang digunakan. Bilangan kappa dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
Bilangan kappa x 0.15% = % lignin dalam pulp

KERTAS Kertas merupakan alat dokumentasi, komunikasi, administrasi, dan transaksi yang
sampai saat ini tetap menjadi pilihan utama. Pengguna kertas hamper di setiap kota besar,
yang memiliki kegiatan atau lalu lintas perekonomian tinggi. Di kota- kota tersebut terdapat
sejumlah besar pertokoan, perkantoran, lembaga baik profit maupun non profit, sekolah,
Perguruan Tinggi dan sebagainya. Semua komponen tersebut adalah pengguna kertas yang
tinggi.

Anda mungkin juga menyukai