IAS 2
PERSEDIAAN
OLEH
LOLY SEPSIODARMA
1511060068
FAKULTAS EKONOMI
PERBANAS INSTITUTE
2017
I. PENDAHULUAN
IAS 2 menyatakan dasar penentuan dan akuntansi untuk persediaan sebagai suatu
aset, hingga pendapatan yang terkait diakui. Standar juga memberikan pedoman
mengenai penilaian persediaan dan konsekuensi penghapusannya sebagai suatu beban
(expense) dan perlakuan yang harus diadopsi atas pendapatan terkait yang diakui.
- dimiliki untuk dijual di dalam rangkaian bisnis normal (misal barang jadi)
- digunakan untuk memproduksi barang dijual (misal bahan baku dan barang dalam
proses)
Tujuan dari standar ini adalah untuk mengatur perlakuan akuntansi untuk
persediaan. Masalah utama dalam akuntansi persediaan adalah jumlah biaya yang
harus diakui sebagai aset dan ditangguhkan sampai pendapatan terkait diakui. Standar
ini memberikan panduan dalam menentukan biaya dan pengakuannya selanjutnya
sebagai beban, termasuk setiap penurunan menjadi nilai realisasi bersih. Persediaan
harus diukur pada nilai terendah antara biaya dan realisasi bersih.
Nilai realisasi bersih adalah estimasi harga jual dalam kegiatan usaha normal
dikurangi estimasi biaya yang diperlukan untuk melakukan penjualan. Biaya
persediaan harus meliputi semua biaya pembelian, biaya konversi dan biaya lainnya
yang timbul dalam membawa persediaan ke lokasi dan kondisi. Biaya persediaan
harus diberikan dengan menggunakan metode FIFO atau dengan rumus biaya rata-rata
tertimbang. Entitas menggunakan rumus biaya yang sama terhadap semua persediaan
yang memiliki sifat dan kegunaan dengan kesatuan. Untuk persediaan dengan sifat
yang berbeda atau penggunaan yag berbeda, penggunaan rumus biaya yang berbeda
dapat dibenarkan. Akan tetapi, biaya persediaan barang yang tidak biasanya
dipertukarkan dan barang atau jasa yang diproduksi dan dipisahkan untuk proyek
proyek tertentu harus diberikan dengan menggunakan identifikasi khusus biaya
masing masing. Ketika persediaan dijual, nilai tercatat persediaan tersebut harus
diakui sebagai beban dalam periode di mana pendapatan terkait diakui. Nilai realisasi
dan seluruh kerugian persediaan harus diakui sebagai beban pada periode pencatatan
atau kerugiaan terjadi. Nilai realisasi harus diakui sebagai pengurangan jumlah
persediaan yang diakui sebagai beban pada periode terjadinya pemulihan tersebut.
IAS 2 berlaku terhadap semua persediaan kecuali hal berikut yang dikelola
dengan provisi standar spesifik tertentu :
- Barang dalam proses yang timbul menurut kontrak konstruksi (terdapat pada IAS
11 mengenai Kontrak Konstruksi)
- Instrumen Keuangan (misal saham, surat hutang, obligasi) yang dimiliki sebagai
persediaan (dijelaskan di IAS 32 mengenai Instrumen Keuangan : Penyajian; IAS
39 tentang Instrumen Keuangan; Pengakuan dan Pengukuran; dan IFRS 7 tentang
Instrumen Keuangan; Pengungkapan; IFRS 9 tentang Instrumen Keuangan)
- Aset biologis dan memproduksi yang terkait dengan aktivitas pertanian (terdapat
pada IAS 41 mengenai Pertanian)
- Persediaan produsen seperti binatang ternak, produk pertanian dan produk hutan,
minyak mineral, bijih besi dan gas, jika persediaan tersebut dinilai atas dasar
realisasi neto (NRV) sesuai dengan praktek yang telah ditetapkan dengan baik di
dalam industri tersebut. Hal ini terjadi misalnya, ketika tanaman pertanian telah
dipanen atau mineral telah di ekstrak dan penjualan terjamin di bawah kontrak
forward atau jaminan pemerintah, atau ketika pasar aktif ada dan ada risiko
kegagalan untuk menjual. Persediaan ini dikecualikan dari persyaratan
pengukuran standar ini.
- Persediaan yang dimiliki oleh broker, pedagang komoditas yang mengukur
persediaannya atas dasar nilai wajar dikurangkan dengan biaya untuk menjual.
Ketika persediaan tersebut diukur pada nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual,
perubahan nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual diakui dalam laporan laba
rugi pada periode perubahan. Broker trader adalah mereka yang membeli atau
menjual komoditas untuk orang lain atau pada rekening mereka sendiri.
Persediaan dimaksud disini yang terutama diperoleh dengan tujuan dijual dalam
waktu dekat dan menghasilkan keuntungan dari fluktuasi harga atau margin
broker-trader. Ketika persediaan tersebut diukur pada nilai wajar dikurangi biaya
untuk menjual, mereka dikeluarkan dari persyaratan pengukuran standar ini.
Persediaan harus dinilai pada yang lebih rendah anara biaya perolehan atau nilai
realisasi neto. Berikut hal-hal yang harus dipertimbangkan saat menentukan biaya
perolehan dan nilai realisasi neto :
- Biaya perolehan (cost) meliputi biaya prolehan atas pembelian persediaan dan
semua biaya perolehan lainnya yang lansung diatribusikan kepada akuisisi
persediaan dan mewujudkan persediaan tersebut kepada lokasi dan kondisi
sekarang seperti bea masuk dan pajak impor yang tidak dapat dipulihkan yang
dibayar kepada otoritas pajak, beban transpor, dan penanganan.
- Biaya konversi meliputi biaya perolehan yang langsung terkait dengan produksi
seperti tenaga kerja langsung dan alokasi sistematis overhead pabrik tetap dan
variable yang terjadi untuk mengkonversikan bahan baku menjadi barang jadi.
Tidak seperti overhead pabrik tetap yang konstan tanpa dipengaruhi oleh volume
produksi, overhead pabrik variable berbeda secar langsung dengan volume
produksi. Dalam hal produk gabungan, jika biaya perolehan konversi setiap
produk tidak diidentifikasi secara terpisah, maka nilai realisasi neto produk
sampingan digunakan untuk mengalokasikan biaya atas suatu dasar yang rasional
dan konsisten. Dalam hal produk sampingan, nilai realisasi neto produk
dikurangkan dari biaya produk utama untuk menghasilkan biaya konversi.
- Biaya perolehan (cost) tidak termasuk biaya umum dan administrasi, biaya
penjualan dan distribusi, pemborosan abnormal dan biaya penyimpanan atau
gudang (jika tidak terkait dengan proses produksi)
- Biaya perolehan (cost) tidak termasuk biaya bunga dan biaya pinjaman lainnya,
kecuali bila persediaan merupakan sebuah aset kualifikasi.
- Fluktuasi kurs mata uang asing atas persediaan yang dibel dalam mata uang asing
tidak termasuk di dalam biaya perolehan atas pembelian persediaan.
- Selisih antara biaya perolehan atas pembelian persediaan menurut ketentuan kredit
normal dan jumlah yang terutang menurut ketentuan penyelesaian yang
ditangguhkan tidak termasuk sebagai biaya perolehan (cost)
Metode pencatatan persediaan secara fisik biasa disebut juga dengan sistem
periodik (periodic inventory system), karena untuk menentukan nilai atau harga
pokok persediaan barang dagang di akhir periode harus dilakukan penghitungan
secara fisik (stock opname) di gudang tempat menyimpan barang yang
bersangkutan untuk mengetahui besarnya persediaan barang dagang diakhir
periode.
Karena nilai persediaan barang dagang tidak dapat diketahui melalui pencatatan,
maka harga pokok barang yang terjual tidak dapat ditentukan dengan benar. Oleh
karena itu pada akhir periode akuntansi, setelah dihitung jumlah persediaan akhir
barang tersebut secara akuntansi dibuatkan jurnal penyesuaian atas persediaan
barang dagang tersebut. Penghitungan persediaan akhir barang dagang ini antara
lain dengan metode; FIFO (First In First Out), LIFO (Last In First Out), rata-rata
sederhana, dan rata-rata tertimbang.
Metode FIFO ini yang digunakan pedoman adalah harga barang yang dibeli
pertama digunakan untuk menentukan harga pokok barang yang terjual. Metode
LIFO menetapkan harga barang yang paling akhir (terbaru) dibeli digunakan
sebagai dasar menentukan harga pokok barang yang laku dijual.
Hutang usaha/Kas xx
Jurnal untuk Mencatat Penjualan Barang Dagangan
Piutang/Kas xx
Penjualan xx
Contoh:
Tanggal 1 Oktober 2006 Toko Rejeki membeli dengan kredit barang dagangan dari
Toko Makmur 5.000 kg beras @ Rp5.000,00 senilai Rp25.000.000,00.
Tanggal 5 Oktober 2006 Toko Rejeki menjual dengan kredit barang dagangan
tersebut 4.000 kg beras @ Rp5.500,00 kepada Toko Aman senilai Rp22.000.000,00
dengan syarat (termin) pembayaran 2/10; n/30.
Berdasarkan transaksi tersebut dapat dicatat dalam jurnal berikut ini.
1 Otober 2006
Pembelian Rp 25.000.000
5 Oktober 2006
Penjualan Rp 22.000.000
2) METODE PERFETUAL
Hutang usaha/Kas xx
Jurnal untuk Mencatat Penjualan Barang Dagangan
Contoh:
Tanggal 1 Oktober 2006 Toko Rejeki membeli dengan kredit barang dagangan
dari Toko Makmur 5.000 kg beras @ Rp5.000,00 senilai Rp25.000.000,00
dengan syarat (termin) pembayaran 3/10; n/30.
Tanggal 5 Oktober 2006 Toko Rejeki menjual dengan kredit barang dagangan
tersebut 4.000 kg beras @ Rp5.500,00 kepada Toko Aman senilai
Rp22.000.000,00 dengan syarat (termin) pembayaran 3/10; n/30.
Berdasarkan transaksi tersebut dapat dicatat dalam jurnal berikut ini.
1 Oktober 2006
Persediaan Barang Dagang Rp 25.000.000 (mencatat pembelian)
Hutang Usaha Rp 25.000.000
5 Oktober 2006
Penjualan Rp 22.000.000 (mencatat penjualan BD)
Harga Pokok Penjualan Rp 22.000.000
Pada metode perpetual ini setiap jenis barang harus dibuatkan buku
pembantu persediaan yang akan digunakan untuk mencatat transaksi yang
berkaitan dengan keluar masuknya barang dagangan yang bersangkutan.
Adapun contoh kartu persediaan adalah:
Keterangan kolom:
2 : untuk mencatat uraian transaksi, baik yang masuk atau keluar serta nama
pemasok/pelanggan
3 : untuk mencatat banyaknya barang yang masuk/dibeli.
4 : untuk mencatat harga perolehan barang per satuan barang yang masuk/dibeli.
5 : untuk mencatat harga jumlah harga perolehan (banyaknya barang X harga
per unit) barang yang masuk/dibeli.
6 : untuk mencatat banyaknya barang yang keluar/dijual.
7 : untuk mencatat harga perolehan barang per satuan barang yang keluar/dijual.
8 : untuk mencatat harga jumlah harga perolehan (banyaknya barang X harga
per unit ) barang yang keluar/dijual.
9 : untuk mencatat banyaknya barang yang masih ada/ tersisa.
10 : untuk mencatat harga perolehan barang per satuan barang yang masih
ada/tersisa.
11 : untuk mencatat harga jumlah harga perolehan (banyaknya barang X harga
per unit) barang yang masih ada/tersisa.
Contoh:
Tanggal 1 Oktober 2006 Toko Rejeki membeli dengan tunai barang dagangan
dari Toko Makmur 5.000 kg beras @ Rp5.000,00 senilai Rp25.000.000,00
dengan syarat (termin) pembayaran 3/10; n/30.
Tanggal 5 Oktober 2006 Toko Rejeki menjual dengan kredit barang dagangan
tersebut 4.000 kg beras @ Rp5.500,00 kepada Toko Aman senilai
Rp22.200.000,00 dengan syarat (termin) pembayaran 2/10; n/30.
Transaksi yang ada di Toko Rejeki dapat dicatat dalam buku persediaan berikut
ini.
Biaya perolehan persediaan diukur dengan menggunakan salah satu dari formula
biaya perolehan berikut :
Metode identifikasi khusus dari persediaan digunakan jika barang yang dibeli tidak
biasanya dipertukarkan dan secara khusus seluruhnya atas suatu proyek tertentu.
Dalam hal barang/ jasa, keduangan diproduksi dan dipisahkan untuk proyek tertentu.
Dalam semua hal lainnya, biaya perolehan persediaan harus diukur dengan metode
FIFO atau metode biaya rata-rata tertimbang. Persediaan yang memiliki sifat yang
sejenis dan digunakan entitas harus dinilai dengan menggunakan formula biaya
perolehan yang sama pula. Namun, dalam hal persediaan dengan sifat dan kegunaan
yang berlainan, formula biaya yang berbeda mungkin dapat dijustifikasi.
Pembelian
Selama bulan :
Februari 2008 20.000 unit @ $25 per unit
Maret 2008 25.000 unit @ $30 per unit
Agustus 2008 30.000 unit @ $35 per unit
Penjualan
Selama bulan :
Juni 2008 25.000 unit
Nopember 2008 30.000 unit
Berkenaan dengan informasi pembelian dan penjualan tersebut, Odyssey Inc., menilai
persediaannya dengan metode FIFO pada tgl berikut :
- 30 Juni 2008
- 30 September 2008
- 31 Desember 2008
Penilaian persediaan atas dasar FIFO tgl 30 Juni 2008 30 September 2008, dan 31
Desember 2008 sebagai berikut :
$1.650.000
$(950.000)
Metode LIFO adalah kebalikan dari metode FIFO. Dalam metode LIFO harga pokok
persediaan yang paling akhir yang akan terlebih dahulu diebankan sebagai harga
pokok penjualan. Dengan demikian harga pokok persediaan akhir terdiri dari harga
beli dari barang-barang yang lama yang biasanya merupakan harga pokok persediaan
awal.
Menurut metode biaya rata-rata tertimbang, biaya perolehan setiap barang ditentukan
dengan rata-rata tertimbang dari biaya perolehan dari barang yang sejenis pada awal
suatu periode dan biaya perolehan barang tersebut dibeli atau diproduksi selama
Steady LLC, suatu perseroan terbatas yang baru menggunakan perangkat lunak untuk
menghitung biaya perolehan dan nilai persediaannya. Perangkat lunak yang populer
ini diprogram untuk menilai persediaan hanya dengan menggunakan metode biaya
dilakukan Steady LLC selama tahun 2008 (sebagai sebuah perusahaan yang baru,
Steady LLC tidak mempunyai saldo persediaan yang terbawa ke periode berikutnya) :
Pembelian
15 Januari 2008 200 unit @ $200 per unit
15 Maret 2008 200 unit @ $300 per unit
25 September 2008 200 unit @ $350 per unit
Penjualan
25 Maret 2008 100 unit
15 Desember 2008 175 unit
Atas dasar informasi tesebut, penilaian dan biaya perolehan per unit persediaan pada
31 Maret 2008, 30 September 2008, dan 31 Desember 2008 menurut metode biaya