Summary
Summary
Mycoplasma
Legionella
Clamidya
Ketiga bakteri tersebut merupaka penyebab Pneumonia
atypical, disebut atypical karena:
1. Bakteri tersebut sulit diisolasi, karena merupakan
bakteri fastigius dan biasanya tumbuh lambat (sulit
dikultur) dan butuh media khusus
2. Gejala klini pneumonia atypical ini gejalanya tidak
khas/tidak tampak sebagai gejala pneumonia pada
umumnya. Demam tidak significant seperti
pneumonia typical yang onsetnya cepat dan gejala
klinis seperti batuk dengan dahak yang produktif
lalu disertai dengan gambaran paru yang rusak
(sesuai pneumonia). Pneumonia typical disebabkan
oleh Streptococcus pneumonia dan Haemophilus
influenza. Pneumonia atypical onsetnya lambat,
sedangkan yg typical kurang dari 1 minggu sudah
keadaan akut dan berat
3. Tidak respon dengan antibiotik golongan beta
lactam. Karena bakteri penyebab pneumonia
atypical ini tidak memiliki dinding sel yg tebal,
bakteri-bakteri ini hanya memiliki dinding sel yang
sangat tipis, sedangkan antibiotik golongan beta
lactam bekerja pada dinding sel. Biasanya
antibiotik yang dipakai adalah golongan eritromisin
atau tetrasiklin.
MYCOPLASMA
Bentuknya tidak jelas / banyak bentuk
(pleomorfik), punya dinding sel yang sangat tipis
dan merupakan prokariot yang paling kecil serta
dapat tumbuh di medium buatan tanpa sel.
Genus yang paling penting adalah Mycoplasma
dan Ureaplasma. Namun Ureaplasma biasanya
patogen pada traktus genitourinarius penyebab
penyakit hubungan seksual.
Ukuran mycoplasma sangat kecil sehingga
terkadang sulit dibedakan dengan virus dan
bentuknya bisa bermacam-macam (pleomorfik).
Dinding sel dari mycoplasma mengandung
kolesterol dan sifatnya fakultatis anaerob (bisa
hidup dengan kadar O2 yang rendah), gerak (+)
dengan cara glidding.
Resisten terhadap antibiotik penisilin atau
golongan beta lactam (disebabkan karena tidak
memiliki dinding sel yang tebal seperti bakteri
gram lainnya) pada bakteri gram, dinding selnya
mengandung peptidoglikan sehingga bakteri
tersebut dapat menyerap zat warna pertama yaitu
cristal violet atau zat warna kedua yaitu karbol
fukhsin. Kalau bakteri gram + biasanya bateri
berwarna ungu, sedangakan bakteri gram -
berwarna merah. Sedangkan mycoplasma tidak
dapat diwarnai dengan zat warna seperti itu karena
dinding sel nya yang sangat tipis.
Dinding sel mycoplasma mengandung kolesterol,
sehingga untuk biakannya sendiri butuh kolesterol.
Pada biakan yang biasa dipakai yaitu agar darah,
tidak mengandung kolesterol sehingga tidak dapat
tumbuh mycoplasma pada biaka tersebut.
Mycoplasma dibiakan pada media BHI (Brain Heart
Infussion), yaitu kaldu dari jaringan otak dan
jantung hewan, karena disana banyak
mengandung nutrien, lalu ditambahkan yeast
extract dan pakai serum kuda yang mengandung
kolesterol. Mycoplasma butuh kolesterol untuk
sintesis dinding sel dan asam nukleat dari jaringan
otak dan jantung.
Mycoplasma memiliki kelemahan, yakni tidak bisa
membuat purin atau asam amino dan pirimidin,
sehingga butuh tambahan asam nukleat pada
medianya.
Kalo pada media BHI ini kita tambahkan agar maka
akan mejadi biakan yang padat, dan akan terlihat
gambaran fried egg (yakni pada bagian tengahnya
tampak gambaran yang lebih opak dan
pinggirannya ada gambaran radiolusen).
Mycoplasma ukurannya lebih kecil daripada
Ureaplasma sehingga disebut (Tiny Mycoplasma).
Mycoplasma punya reseptor yang bisa melekat
pada membran sel mamalia terutama membran sel
epitel yang bersilia. DIketahui bahwa pada traktus
respiratorius manusia memegang peranan penting
adalah epitel bersilia (yang tujuannya adalah
gerakkan silia tersebut ke satu arah, yakni kearah
atas, tujuannya mencegah benda asing masuk ke
saluran nafas). Mycoplasma ini melekat pada epitel
tersebut dan merusak sehingga epitel bersilia
tersebut kehilangan fungsinya untuk menghalau
benda asing keluar, sehingga bakteri ini dapat
masuk hingga kejaringan alveolar.
Mycoplasma hanya berespon terhadap antibiotik
golongan eritromisin dan turunannya serta
tetrasiklin dan turunannya.
(e.g Eritromisin = Klaritromisin, Asitromisin, Spiramisin,
dll) sedangkan (e.g Tetrasiklin = Doxycyclin, G-Cyclin,
dll)
CHLAMIDYA
Chlamidya ini juga hamper sama dengan virus
karena dinding sel nya tidak jelas. Setelah
diperiksa dengan mikroskop ternyata pada
chlamidya ini terdapat RNA dan DNA sehingga
digolongkan dalam bakteri, sedangkan virus hanya
memiliki salah satunya saja.
Karena dinding sel nya juga sangat tipis/kecil
sehingga chlamidya juga resisten dengan antibiotic
golongan beta lactam.
Chlamidya ini termasuk gram negative dan sangat
kecil, parasite obligat intraseluler. Tidak bisa
tumbuh pada media buatan, harus pada media
kultur sel.
Ada 3 spesiesnya: Chlamidya Sitasi
(menyebabkan sinartrosis atau penyakit zoonosis
biasanya pada kotoran burung parkit, dll),
Chlamidya trachomatis (menyebabkan infeksi
pada mata, traktus respiratorius, dan urogenitalia),
Chlamidya pneumonia (menyebabkan
pneumonia) spesies terbanyak.
Chlamidya siklus hidupnya ada 2, yaitu: Badan
elementer dan badan retikuler.
Siklus hidup dengan badan elementer ini yang
sifatnya infeksius, karena bakterinya bisa masuk
kedalam sel, sedangkan yang siklus hidup retikuler
ini yang untuk perkembang biakan.
Biakannya bisa dengan media kultur sel atau yolk
sac, atau dengan media khusus atau dengan tissue
culture dari hewan percobaan (namun yg ini jarang
dikerjakan karena lebih sulit).
Pertama badan elementer masuk ke dalam sel
dengan endositosis, hal ini yang menyebabkan
bakteri ini sebagai infeksius, setelah didalam sel
akan berubah menjadi badan retikuler dan
berkembang lebih banyak dan lepas lagi sebagai
badan elementer untuk menginfeksi sel lainnya.
Sitasi (penyakit zoonosis) inkubasinya seperti pada
umumnya penyakit pneumonia atypical, masa
inkubasinya lama 1-2 minggu. Dengan gejala
klinisnya sama nyeri kepala, lesu, demam dan
batuk-batuk (namun tidak significant).
Pengambilan bakteri infeksius biasanya dari artikel
feses hewan/ungags seperti burung. Isolasinya
sulit, serologi biasanya dengan complement
fixation test (seperti mycoplasma juga biasanya
dilakukan serologi) sedangkan yg legionella degan
urine antigen detection.
Penyebab nomor 3 penyakit pneumonia setelah
Streptococcus pneumonia, Haemophilus influenza.
Isolasinya pada embrionetic egg atau pada sel
telur atau pada biakan sel, biakan ini sulit karena
mudah terkontaminasi dan mahal biayanya, hanya
laboratorium tertentu yg dapat melakukan isolasi
ini. Yg termudah dapat dilakukan adalah dengan
deteksi antigen, yakni dengan pewarnaan khusus
biasanya dengan Giemsa, kalo yang Trachomatis
yg dilihat adalah badan inklusi (yg terletak
didalam namanya Lawesmeter Rowasteck
didalam sitoplasma). Kalau yg Sitasi bisa dengan
deteksi DNA (namun jauh lebih mahal, sehingga
yang lebih sering biasanya dengan serologgi
(complement fixation test namun kembali lagi,
kekurangannya adalah harus dilakukan konfirmasi
kembali sebanyak 2 kali pemeriksaan).
Corynebacterium Diphteri
Bakteri batang gram positive yg tidak berspora,
umumnya kalau batang adalah gram negative
kecuali Corynebacterium, Mycobacterium
tuberculosis, Bascillus (merupakan batang gram
+). Bedanya Corynebacterium dengan Bascillus
adalah pada Corynebacterium tidak berspora,
kalau ada spora nya kemungkinan Clostridium atau
Bascillus. Ada juga yang batang garam + idak
berspora seperti Corynebacterium adalah golongan
Histeria dan Perisimelotre (batang gram + tidak
berspora).
Genus ini banyak kemiripan dengan
Mycobacterium, yakni sama sama bakteri batang
gram positive, dan Nokardia yakni apabila diwarnai
menyerupai batang tahan asam yg warnanya
merah. Bisa dalam bentuk berkelompok
(Corynebacterium, Mycobacterium dan Nokardia).
Biasanya Corynebacterium diphteri tidak dapat
diwarnai dengan pewarnaan biasa, namun dengan
pewarnaan khusus (jadi dari swab nasofaring lalu
kita lakukan pewarnaan khusus yakni pewarnaan
Lawenstein atau Neisser) nanti akan dilihat jelas
bakterinya dengan granul granulnya/tonjolan-
tonjolannya, yg khas adalah tonjolannya itu akan
memberikan warna yang berbda dari badan sel,
tonjolannya itu disebut Bubber Earts.
Yang penting untuk Corynebacterium adalah
bakteri ini menghasilkan toxin, Corynebacterium
diphteri yang tidak menghasilkan toxin sifatnya
avirulen atau tidak pathogen. Toxinnya inilah yang
berbahaya karena dapat menyebabkan kerusakan
sel menjadi nekrosis. Penyebab kematian dari
diphtery adalah dimana penyakit ini biasanya
menyerang anak-anak dibawah usia 5 tahun,
penyebab kematian adalah disebabkan karena
gagal nafas (yg bisa dikarenakan kerusakan
jantung atau karena edema laring sehingga
menyulitkan untuk bernafas, hingga dalam kondisi
ini harus dilakukan trakeostomi (dilobangi trakea
nya agar dapat dimasukkan ventilator)).
Sifatnya mudah mati dalam pemanasan,
desinfektan, tahan dalam keadaan yg kering, serta
dapat hidup selama beberapa minggu diluar.
Toxinnya diproduksi oleh strain yang diinfeksi oleh
bakteriofaga (virus yang menginfeksi bakteri) jadi
toxinnya dibawa oleh bakteriofaga, toxinnya
disebut eksotoxin. Kalau endogen pas
bakterinya mati, sel nya akan mengeluarkan toxin,
sedangkan eksotoxin selagi bakterinya hidup,
akan terus menghasilkan toxin. Pada kasus disini,
toxinnya ini diinduce oleh bakteriofaga. Toxinnya
ini akan berikatan dan mengganggu sintesa
protein, sehingga sel-sel yang dihinggapi oleh toxin
tersebut akan nekrosis.
Masa inkubasinya 2-5 hari, lokasinya di tonsil dan
faring. Oleh karena itu, pada pasien anak wajib
selalu memeriksa bagian dalam mulut dengan
menggunakan senter, untuk mengecek ada
tidaknya pseudomembran karena difteri (sakit
apapun pada anak, harus dilihat rongga mulutnya,
untuk melihat ada tidaknya pseudomembran,
karena diphteri itu membentuk pseudomembran
merusak jaringan disekitarnya, dan hal yg harus
dicegah adallah jangan sampai keburu edema.
Diphteri ini dapat menyebar secara sistemik dan
merusak organ lainnya (e.g jantung, system saraf,
ginjal,dll) harus segera ditolong dengan pemberian
segera antitoxin.
Identifikasi toxin kalau in vivo berarti kita
menggunakan hewan, kalau di in vitro dengan cara
test select orgonomi, akan terjadi difusi antara
toxin dan antitoxin.
BORDETELLA
Bordetella yang paling sering adalah pertussis
dengan yang pathogen obligat aerob.
Pertussis ini biasanya immunisasinya DPT
(Diphtery, Pertusis, dana Tetanus)
Penularannya dengan cara aerosol, sehingga
termasuk berbahaya
Penyakit yang diarenakan bordetella pertussis ini
biasa dikenal dengan muffing cough / batuk 100
hari. Sekali batuk tidak berhenti-berhenti
terkadang sampai tidak bisa bernafas, tapi
sekalinya berhenti bisa lama lagi terjadi batuk. Hal
ini apabila terjadi pada bayi akan sangat
berbahaya, bayinya bisa sesak nafas, dan gagal
nafas lalu kekurangan oksigen dan bayi menjadi
biru.
Bordetella pertussis ini melekat pada sel epitel
bersilia, efek toxinnya ini ke sistemik. Bakterinya
ini menghasilkan toxin dalam bentuk eksotoxin
sama dengan diphtery.
Spesimennya sekret nasofaring posterior (bukan
dari mulut, melainkan dari nasal) diambil dengan
menggunkan swab yang lentur. Di biakan pada
medium borde genggou.
Reaksinya biasa paling sering dengan kultur kalau
pertussis karena bakterinya bisa tumbuh dengan
baik.
Bordetella pertussis ini termasuk bakteri batang
gram negative, therapy dengan eritromisin.
Pencegahannya dilakukan imunisasi dengan DPT
pada usia 3,4, dan 5 bulan dan diulang lagi usia
sekolah usia 5 tahun DT tanpa P (termasuk
imunisasi wajib).