Anda di halaman 1dari 16

SUMMARY

Mycoplasma
Legionella
Clamidya
Ketiga bakteri tersebut merupaka penyebab Pneumonia
atypical, disebut atypical karena:
1. Bakteri tersebut sulit diisolasi, karena merupakan
bakteri fastigius dan biasanya tumbuh lambat (sulit
dikultur) dan butuh media khusus
2. Gejala klini pneumonia atypical ini gejalanya tidak
khas/tidak tampak sebagai gejala pneumonia pada
umumnya. Demam tidak significant seperti
pneumonia typical yang onsetnya cepat dan gejala
klinis seperti batuk dengan dahak yang produktif
lalu disertai dengan gambaran paru yang rusak
(sesuai pneumonia). Pneumonia typical disebabkan
oleh Streptococcus pneumonia dan Haemophilus
influenza. Pneumonia atypical onsetnya lambat,
sedangkan yg typical kurang dari 1 minggu sudah
keadaan akut dan berat
3. Tidak respon dengan antibiotik golongan beta
lactam. Karena bakteri penyebab pneumonia
atypical ini tidak memiliki dinding sel yg tebal,
bakteri-bakteri ini hanya memiliki dinding sel yang
sangat tipis, sedangkan antibiotik golongan beta
lactam bekerja pada dinding sel. Biasanya
antibiotik yang dipakai adalah golongan eritromisin
atau tetrasiklin.

MYCOPLASMA
Bentuknya tidak jelas / banyak bentuk
(pleomorfik), punya dinding sel yang sangat tipis
dan merupakan prokariot yang paling kecil serta
dapat tumbuh di medium buatan tanpa sel.
Genus yang paling penting adalah Mycoplasma
dan Ureaplasma. Namun Ureaplasma biasanya
patogen pada traktus genitourinarius penyebab
penyakit hubungan seksual.
Ukuran mycoplasma sangat kecil sehingga
terkadang sulit dibedakan dengan virus dan
bentuknya bisa bermacam-macam (pleomorfik).
Dinding sel dari mycoplasma mengandung
kolesterol dan sifatnya fakultatis anaerob (bisa
hidup dengan kadar O2 yang rendah), gerak (+)
dengan cara glidding.
Resisten terhadap antibiotik penisilin atau
golongan beta lactam (disebabkan karena tidak
memiliki dinding sel yang tebal seperti bakteri
gram lainnya) pada bakteri gram, dinding selnya
mengandung peptidoglikan sehingga bakteri
tersebut dapat menyerap zat warna pertama yaitu
cristal violet atau zat warna kedua yaitu karbol
fukhsin. Kalau bakteri gram + biasanya bateri
berwarna ungu, sedangakan bakteri gram -
berwarna merah. Sedangkan mycoplasma tidak
dapat diwarnai dengan zat warna seperti itu karena
dinding sel nya yang sangat tipis.
Dinding sel mycoplasma mengandung kolesterol,
sehingga untuk biakannya sendiri butuh kolesterol.
Pada biakan yang biasa dipakai yaitu agar darah,
tidak mengandung kolesterol sehingga tidak dapat
tumbuh mycoplasma pada biaka tersebut.
Mycoplasma dibiakan pada media BHI (Brain Heart
Infussion), yaitu kaldu dari jaringan otak dan
jantung hewan, karena disana banyak
mengandung nutrien, lalu ditambahkan yeast
extract dan pakai serum kuda yang mengandung
kolesterol. Mycoplasma butuh kolesterol untuk
sintesis dinding sel dan asam nukleat dari jaringan
otak dan jantung.
Mycoplasma memiliki kelemahan, yakni tidak bisa
membuat purin atau asam amino dan pirimidin,
sehingga butuh tambahan asam nukleat pada
medianya.
Kalo pada media BHI ini kita tambahkan agar maka
akan mejadi biakan yang padat, dan akan terlihat
gambaran fried egg (yakni pada bagian tengahnya
tampak gambaran yang lebih opak dan
pinggirannya ada gambaran radiolusen).
Mycoplasma ukurannya lebih kecil daripada
Ureaplasma sehingga disebut (Tiny Mycoplasma).
Mycoplasma punya reseptor yang bisa melekat
pada membran sel mamalia terutama membran sel
epitel yang bersilia. DIketahui bahwa pada traktus
respiratorius manusia memegang peranan penting
adalah epitel bersilia (yang tujuannya adalah
gerakkan silia tersebut ke satu arah, yakni kearah
atas, tujuannya mencegah benda asing masuk ke
saluran nafas). Mycoplasma ini melekat pada epitel
tersebut dan merusak sehingga epitel bersilia
tersebut kehilangan fungsinya untuk menghalau
benda asing keluar, sehingga bakteri ini dapat
masuk hingga kejaringan alveolar.
Mycoplasma hanya berespon terhadap antibiotik
golongan eritromisin dan turunannya serta
tetrasiklin dan turunannya.
(e.g Eritromisin = Klaritromisin, Asitromisin, Spiramisin,
dll) sedangkan (e.g Tetrasiklin = Doxycyclin, G-Cyclin,
dll)

P. Fever disebabkan oleh Ricketsia


Sitakrosis disebabkan oleh Clamydia
Pneumonia yang disebabkan oleh virus.
Pneumonia yang disebabkan oleh virus dan
termasuk dalam atypical misalnya seperti MERS,
SARS, dll karena gejala awalnya tidak khas seperti
pneumonia, batuk yang tidak produktif dll. Namun
kalau didiamkan paru-parunya akan terlihat
gambaran yg rusak (gambaran radiologinya sesuai
pneumonia).

Patogenesisnya: Pneumonia ini hanya 1 serotype dan


patogen terhadap manusia. Transmisinya melalui
inhalasi droplet (percikan ludah). Kumannya oleh
reseptor yang dimiliki akan melekat pada sel epitel
yang besilia dan merusak sel tersebut lalu masuk ke sel
alveol dari paru-paru dan menimbulkan pneumoni
(radang paru-paru), letaknya ekstra seluler.
Tubuh akan membuat antibodi terhadap antigen
dinding sel mycoplasma yang mengandung kolesterol
dan sudah terbungkus oleh glicolipid, antigen ini lah
yang akan dideteksi oleh tubuh. Setelah terbentuk
antibodi, maka akan berikatan antara antibodi dan
antigen glicolipid ini. Tetapi antibodi ini tidak spesifik,
karena bisa berikatan dengan antigen I eritrosit
manusia dan juga antigen dari bakteri lainnya (afinitas
antibodi ini rendah). Jadi ikatan antibodi dengan
antigen (surface glicolipid) mudah lepas, ikatan ini baru
bisa stabil kalau reaksi ini terjadi di suhu redah (4
derajat celcius). Oleh karena itu disebutlah cold
aglutinin. Surface aglutinin itu disebut cold aglutinin.
Sehingga untuk pemeriksaan serologinya disebut
pemeriksaan cold aglutinin.
Antibodi yang terbentuk ini hanya mengenal benda
yang mengandung kolesterol, sehingga jeleknya dapat
berikatan juga dengan jaringan di otak, paru, hati, dll
dan reaksi tersebut dapat merusak. Sehingga
kerusakan yang terjadi bukan hanya akibat dari
antigen, karena antigennya tetap berada di paru tetapi
efeknya dapat meluas ke otak, paru, hati. Yang
merusak adalah antibodinya yang tidak dapat
mengenal secara spesifik, dan menyebabkan kerusakan
pada sel-sel diluar pulmo.
Gejala klinis
Masa inkubasi yang lama membedakan pneumonia
atypical dengan pneumonia typical. Pneumonia
typical biasanya kurang dari 1 minggu langsung
timbul gejala berat, sedangkan yg atypical
gejalanya bisa 2-3 minggu/15-20 hari dan onsetnya
gradual (artinya perlahan-lahan/lambat sampai
menimbulkan gejala). Awalnya hanya ada demam,
batuk yang ringan, sakit tenggorokkan dan timbul
gejala pneumonia kalau sudah timbul gejala batuk
yang produktif. Gejala pneumonia nya baru jelas
setelah dengan pemeriksaan Rontgen Paru (akan
ada tampak gambaran infiltrat pada lobus paru).
Pneumonia yang disebabkan oleh Mycoplasma ini
biasanya tidak berat dibandingkan bakteri lainnya.
Kalau daya tahan tubuh pasien baik, biasanya
dapat sembuh sendiri.
Kalo disebabkan oleh Streptococcus pneumonia
biasanya keadaan pasiennya jelek, pasien sesak
nafas, kesadaran menurun, demam yang tinggi,
dsb dalam waktu yang singkat.
Kekebalan tubuh yang timbul setelah terinfeksi
mycoplasma ini biasanya incomplete karena
ketidak spesifikan dari antibodi yang terbentuk
(bisa reinfeksi dan bisa terjadi reaksi silang dengan
antigen I eritrosit manusia).
Jadi pemeriksaannya bisa dengan serologi.
Pemeriksaan serologi ini ada 2, ada yang spesifik
dan non-spesifik. Non-spesifik adalah yang cold
aglutinin karena bisa bereaksi dengan antigen
lainnya.
Angka kejadian penularan bisa meninggi pada
daerah yang padat e.g asrama, sekolah,dll karena
kontaknya lebih dekat.
Pemeriksaan dapat dengan melihat gejala
klinisnya, yakni :
Pada awalnya, onset di minggu pertama tidak
terdapat gejala apapun. Gejala baru timbul pada 2-
3 minggu, terkadang inkubasi sampai minggu ke 3
dan mulai timbul demam, sakit kepala, pegal-
pegal, dsb.
Gejala batuk baru timbul 1 minggu setelahnya,
yakni di minggu ke 4 dengan gejala batuk yang
ringan.
Mulai dari infeksi hingga timbulnya gejala biasanya
sudah bisa dilakukan kultur di minggu ke 2
sebelum timbulnya gejala (tetapi biasanya pasien
tidak datang ke dokter bila belum ada keluhan),
sehingga kultur jarang dikerjakan dan kultur juga
sulit dikerjakan. Namun kultur masih dapat kita
lakukan atau pengambilan bakteri dapat dilakukan
selama gejala masih ada, karena bakterinya masih
ada. Dengan menurunnya gejala akan semakin
menurunkan hasil kultur karena bakterinya
semakin sedikit.
Sedangkan pemeriksaan serologi baru dapat kita
lakukan saat awal munculnya gejala, karena saat
itu diharapkan untuk mendapatkan antibodi,
karena antibodi baru keluar setelah terjadinya
gejala.
Kalau yang cold aglutinin karena sifatnya tidak
spesifik maka hasilnya dapat cepat turun. Namun
biasanya inilah yang muncul pertama
dibandingkan pemeriksaan serologi yang spesifik.
Kalau yang spesifik dipakainya yang complement
fixation test
Pemeriksaan ini memang khusus dilakukan untuk
mencari surface glicolipid, hanya bisa dengan
surface glicolipid. Sedangkan yang cold aglutinin
masih bisa bereaksi dengan antigen I eritrosit atau
antigen lainnya.
Complement fixation test ini bisa bertahan dalam
waktu yang cukup lama, namun kelemahannya
harus dilakukan pemeriksaan sebanyak 2 kali.
Pertama saat kondisi pasien sedang sakit atau
timbulnya gejala, namun disini biasanya titer
masih rendah sekitar 1/32. Dan pada saat sembuh,
disini titernya lebih tinggi (kenaikan titer 4kali)
karena menandakan bahwa antibodinya bekerja
produktif.
Untuk pemeriksaan lab, specimen yang dapat
dipakai adalah specimen yang kontak dengan
bakteri tersebut, misalnya dari swab tenggorok,
sputum, bilasan bronkus, pus, atau sekresi genital
(uretra)-kalau terkait yang ureaplasma
(mycoplasma hominis).
Diagnosis saat gejala akut sulit ditegakkan, karena
gejala yang tidak khas. Dan bakteri ini tidak dapat
diwarnai dengan pewarnaan.
Biakan baru akan tumbuh setelah 1 minggu
sehingga biakan biasanya tidak dilakukan,
melainkan lebih kepada pemeriksaan serologi.

MICOPLASMA HOMINIS (UREAPLASMA)


Biasanya pada traktus genitourinarius
Pada biakan yang sudah diberikan agar, akan
tampak gambaran fried egg pada mycoplasma
yakni dibagian tengah tampak opak dengan
adanya halo atau bagian luar yang tampak
radiolusen. Untuk ukuran, ureaplasma lebih besar
daripada mycoplasma.
Penularan yang mycoplasma hominis atau yg
ureaplasma kalau pada bayi biasanya melalui jalan
lahir.
Pengobatannya dengan Doxycyclin atau
Azitromycin atau Flurokuinolon
LEGIONELLA
Ada 30 spesies dan 50 serogroup. Tapi yang paling
banyak dipelajari adalah Legionella pneumophila
Legionella pneumophila ada 14 serogroup,
merupakan Bakteri Gram Negartive
Transmisinya lebih berbahaya, yakni melalui
aerosol. Ada bersama udara, partikerlnya lebih
kecil. Penularannya biasa paling sering melalui AC,
bakteri ini sering mengkontaminasi di lingkungan
yang ada air nya.e.g cooling tower AC, pada AC
central, kalau cooling window biasanya tidak pakai
cooling tower. Apabila cooling tower tsb
terkontaminasi oleh legionella maka, bakteri
tersebut akan keluar melalui udara yg keluar dari
AC.
Penyakit ini biasa dikenal dengan sick building
syndrome, dimana biasanya digedung gedung
menggunakan AC central. Jadi penyakitnya ini bisa
dikategorikkan PAK.
Banyak dilingkungan berair, e.g danau, kolam,
system air panas, pengolahan air (cooling tower).
Salah satu factor virulensinya adalah bakteri ini
dapat bertahan hidup di suhu tinggi 40 derajat-60
derajat. Dan hal lainnya juga, legionella ini dapat
hidup dilingkungan abiotic e.g pipa, karet, plastic,
tempat penampungan air dan membentuk
sedimen (biofilm). Sedimen tersebut akan
melindungi bakteri legionella dan bakteri ini dapat
hidup berdampigan dengan protozoa, bakteri, alga,
dan ganggang.
Transmisinya bisa melalui aspirasi air yang
terkontaminasi, inhalasi karena aerosol, dan bisa
inokulasi langsung dengan alat yang kontak
dengan saluran nafas e.g ventilator yang tidak di
sterilisasi dengan baik nosocomial
Kalau pada manusia biasanya bakteri ini letaknya
intraseluler, namun ditempat lain juga dapat hidup
secara ekstraseluler (abiotic).
Gejala klinisnya ada 2, legionalles disease
(penyebab pneumonia), dan Pontiac fever (tidak
ada kelainan diparu, melainkan hanya demam saja.
Biasanya ini adalah penyebab kebanyakan sick
building syndrome). Namun ada juga yg klinisnya
asimptomatik.
Factor virulensinya bakteri ini bisa bertahan
intraseluler pada makrofag bronkoalveolar.
Dan bakteri ini bisa memproduksi enzim proteolitik
yang bisa merusak sel daripada hospes
Factor hospes yang dapat meningkatkan tingkat
kematian adalah kalau pasiennya menggunakan
therapy immunosupresif atau punya penyakit paru
kronis, alkoholik, perokok, dll.
Spesimennya berasal dari semua produk saluran
nafas, sputum, bilasan bronkus, aspirasi
transtrakeal, biopsy paru, cairan pleura, pus,
abses, cairan pericardial, peritoneal, atau dari air
sumber infeksi.
Sebagai catatan, legionella disease ini tidak pernah
menular human to human. Pasti melalui aerosol
atau ada sumber.
Deteksi yang paling mudah dengan sampel urine,
karena urine paling mudah diambil daripada
sputum. Dan dapat dilakukan test dengan test
urine antigen detection. Dipakai wadah yang steril,
tertutup rapat dan tidak bocor. Kecuali kalau yang
diambil adalah cairan brokoscopy, Jangan diberikan
NaCl karena dapat menyebabkan
kuman/bakterinya mati jika ingin di kultur.
Disimpan dalam suhu -70 derajat celcius agar
dapat bertahan dalam waktu beberapa hari.
Secara mikroskopik bakteri ini, batang gram
negative. Pleomorfik. Bisa intra atau ekstraseluler.
Kultur dapat dilakukan pada media khusus, media
nya BYCE (Buffered Charcoal Yeast
Extract)khusus warnanya hitam, mengandung
L-cyscteine. Bisa deteksi antigen-antibodi.
Pemeriksaan kultur ini bisa dilakukan di lab kecil
sekalipun. Kalau mau kultur harus dengan media
khusus ini.
Urine antigen detection bisa dengan direct
fluorescent antibody (DFA) atau dengan
immunofluorescent antibody (serologi)
Kalau kultur, bakterinya fastidious. Aerob. Pada
kultur BYCE, apabila ingin lebih cepat tumbuh
maka dipakailah yang semiselektif. Yakni dengan
cara menekan pertumbuhan dari bakteri lainnya
dengan pemberian antibiotic yang tidak
membunuh bakteri legionella tapi membunuh
bakteri lain e.g Polimyxin B (gram +), Anisomycin,
Vancomycin (gram +)atau Cefamandole (gram -).
Inkubasi bisa 3-5 hari, penampilannya pada media
agar ground glass appearance seperti kaca tapi
warnanya hitam.
Urine antigen detection hanya bisa serogroup I.
dan memang yang paing banyak ditemukan adalah
legionella pneumophila serogroup I.
Deteksinya pada hari ke-3 dari infeksi hingga 1
tahun, tidak bisa mendeteksi infeksi baru, hingga
pada anamnesis harus ditanyakan riwayat apakah
dulu pernah ada keluhan seperti ini sebelumnya,
kalau memang sudah pernah, maka akan tetap
positive.
Eksresinya antigen melalui urine akan dihambat
oleh pemberian antibiotic, hal inilah merupakan
kelemahan dari urine antigen detection, kalau
pasiennya sudah minum antibiotic sebelumnya,
test ini kemungkinan negative karena antigennya
sudah dihambat oleh antibiotiknya, terutama
antibiotic golongan makrolid (eritromisin).
Urine antigen detection ini mempunyai sensitivitas
90-94%, spesifisitas 90-100%.
Direct fluorescent antibody (DFA)
sensitivitasnya(positive benar) 25-80%, rendah
karena bisa terjadi cross reaksi dengan bakteri
lainnya selain legionella, spesifisitasnya(negative
benar) 94-99%. Pemeriksaan ini dideteksi dengan
mikroskkop fluorescent sehingga agak lebih sulit.

CHLAMIDYA
Chlamidya ini juga hamper sama dengan virus
karena dinding sel nya tidak jelas. Setelah
diperiksa dengan mikroskop ternyata pada
chlamidya ini terdapat RNA dan DNA sehingga
digolongkan dalam bakteri, sedangkan virus hanya
memiliki salah satunya saja.
Karena dinding sel nya juga sangat tipis/kecil
sehingga chlamidya juga resisten dengan antibiotic
golongan beta lactam.
Chlamidya ini termasuk gram negative dan sangat
kecil, parasite obligat intraseluler. Tidak bisa
tumbuh pada media buatan, harus pada media
kultur sel.
Ada 3 spesiesnya: Chlamidya Sitasi
(menyebabkan sinartrosis atau penyakit zoonosis
biasanya pada kotoran burung parkit, dll),
Chlamidya trachomatis (menyebabkan infeksi
pada mata, traktus respiratorius, dan urogenitalia),
Chlamidya pneumonia (menyebabkan
pneumonia) spesies terbanyak.
Chlamidya siklus hidupnya ada 2, yaitu: Badan
elementer dan badan retikuler.
Siklus hidup dengan badan elementer ini yang
sifatnya infeksius, karena bakterinya bisa masuk
kedalam sel, sedangkan yang siklus hidup retikuler
ini yang untuk perkembang biakan.
Biakannya bisa dengan media kultur sel atau yolk
sac, atau dengan media khusus atau dengan tissue
culture dari hewan percobaan (namun yg ini jarang
dikerjakan karena lebih sulit).
Pertama badan elementer masuk ke dalam sel
dengan endositosis, hal ini yang menyebabkan
bakteri ini sebagai infeksius, setelah didalam sel
akan berubah menjadi badan retikuler dan
berkembang lebih banyak dan lepas lagi sebagai
badan elementer untuk menginfeksi sel lainnya.
Sitasi (penyakit zoonosis) inkubasinya seperti pada
umumnya penyakit pneumonia atypical, masa
inkubasinya lama 1-2 minggu. Dengan gejala
klinisnya sama nyeri kepala, lesu, demam dan
batuk-batuk (namun tidak significant).
Pengambilan bakteri infeksius biasanya dari artikel
feses hewan/ungags seperti burung. Isolasinya
sulit, serologi biasanya dengan complement
fixation test (seperti mycoplasma juga biasanya
dilakukan serologi) sedangkan yg legionella degan
urine antigen detection.
Penyebab nomor 3 penyakit pneumonia setelah
Streptococcus pneumonia, Haemophilus influenza.
Isolasinya pada embrionetic egg atau pada sel
telur atau pada biakan sel, biakan ini sulit karena
mudah terkontaminasi dan mahal biayanya, hanya
laboratorium tertentu yg dapat melakukan isolasi
ini. Yg termudah dapat dilakukan adalah dengan
deteksi antigen, yakni dengan pewarnaan khusus
biasanya dengan Giemsa, kalo yang Trachomatis
yg dilihat adalah badan inklusi (yg terletak
didalam namanya Lawesmeter Rowasteck
didalam sitoplasma). Kalau yg Sitasi bisa dengan
deteksi DNA (namun jauh lebih mahal, sehingga
yang lebih sering biasanya dengan serologgi
(complement fixation test namun kembali lagi,
kekurangannya adalah harus dilakukan konfirmasi
kembali sebanyak 2 kali pemeriksaan).

Corynebacterium Diphteri
Bakteri batang gram positive yg tidak berspora,
umumnya kalau batang adalah gram negative
kecuali Corynebacterium, Mycobacterium
tuberculosis, Bascillus (merupakan batang gram
+). Bedanya Corynebacterium dengan Bascillus
adalah pada Corynebacterium tidak berspora,
kalau ada spora nya kemungkinan Clostridium atau
Bascillus. Ada juga yang batang garam + idak
berspora seperti Corynebacterium adalah golongan
Histeria dan Perisimelotre (batang gram + tidak
berspora).
Genus ini banyak kemiripan dengan
Mycobacterium, yakni sama sama bakteri batang
gram positive, dan Nokardia yakni apabila diwarnai
menyerupai batang tahan asam yg warnanya
merah. Bisa dalam bentuk berkelompok
(Corynebacterium, Mycobacterium dan Nokardia).
Biasanya Corynebacterium diphteri tidak dapat
diwarnai dengan pewarnaan biasa, namun dengan
pewarnaan khusus (jadi dari swab nasofaring lalu
kita lakukan pewarnaan khusus yakni pewarnaan
Lawenstein atau Neisser) nanti akan dilihat jelas
bakterinya dengan granul granulnya/tonjolan-
tonjolannya, yg khas adalah tonjolannya itu akan
memberikan warna yang berbda dari badan sel,
tonjolannya itu disebut Bubber Earts.
Yang penting untuk Corynebacterium adalah
bakteri ini menghasilkan toxin, Corynebacterium
diphteri yang tidak menghasilkan toxin sifatnya
avirulen atau tidak pathogen. Toxinnya inilah yang
berbahaya karena dapat menyebabkan kerusakan
sel menjadi nekrosis. Penyebab kematian dari
diphtery adalah dimana penyakit ini biasanya
menyerang anak-anak dibawah usia 5 tahun,
penyebab kematian adalah disebabkan karena
gagal nafas (yg bisa dikarenakan kerusakan
jantung atau karena edema laring sehingga
menyulitkan untuk bernafas, hingga dalam kondisi
ini harus dilakukan trakeostomi (dilobangi trakea
nya agar dapat dimasukkan ventilator)).
Sifatnya mudah mati dalam pemanasan,
desinfektan, tahan dalam keadaan yg kering, serta
dapat hidup selama beberapa minggu diluar.
Toxinnya diproduksi oleh strain yang diinfeksi oleh
bakteriofaga (virus yang menginfeksi bakteri) jadi
toxinnya dibawa oleh bakteriofaga, toxinnya
disebut eksotoxin. Kalau endogen pas
bakterinya mati, sel nya akan mengeluarkan toxin,
sedangkan eksotoxin selagi bakterinya hidup,
akan terus menghasilkan toxin. Pada kasus disini,
toxinnya ini diinduce oleh bakteriofaga. Toxinnya
ini akan berikatan dan mengganggu sintesa
protein, sehingga sel-sel yang dihinggapi oleh toxin
tersebut akan nekrosis.
Masa inkubasinya 2-5 hari, lokasinya di tonsil dan
faring. Oleh karena itu, pada pasien anak wajib
selalu memeriksa bagian dalam mulut dengan
menggunakan senter, untuk mengecek ada
tidaknya pseudomembran karena difteri (sakit
apapun pada anak, harus dilihat rongga mulutnya,
untuk melihat ada tidaknya pseudomembran,
karena diphteri itu membentuk pseudomembran
merusak jaringan disekitarnya, dan hal yg harus
dicegah adallah jangan sampai keburu edema.
Diphteri ini dapat menyebar secara sistemik dan
merusak organ lainnya (e.g jantung, system saraf,
ginjal,dll) harus segera ditolong dengan pemberian
segera antitoxin.
Identifikasi toxin kalau in vivo berarti kita
menggunakan hewan, kalau di in vitro dengan cara
test select orgonomi, akan terjadi difusi antara
toxin dan antitoxin.

BORDETELLA
Bordetella yang paling sering adalah pertussis
dengan yang pathogen obligat aerob.
Pertussis ini biasanya immunisasinya DPT
(Diphtery, Pertusis, dana Tetanus)
Penularannya dengan cara aerosol, sehingga
termasuk berbahaya
Penyakit yang diarenakan bordetella pertussis ini
biasa dikenal dengan muffing cough / batuk 100
hari. Sekali batuk tidak berhenti-berhenti
terkadang sampai tidak bisa bernafas, tapi
sekalinya berhenti bisa lama lagi terjadi batuk. Hal
ini apabila terjadi pada bayi akan sangat
berbahaya, bayinya bisa sesak nafas, dan gagal
nafas lalu kekurangan oksigen dan bayi menjadi
biru.
Bordetella pertussis ini melekat pada sel epitel
bersilia, efek toxinnya ini ke sistemik. Bakterinya
ini menghasilkan toxin dalam bentuk eksotoxin
sama dengan diphtery.
Spesimennya sekret nasofaring posterior (bukan
dari mulut, melainkan dari nasal) diambil dengan
menggunkan swab yang lentur. Di biakan pada
medium borde genggou.
Reaksinya biasa paling sering dengan kultur kalau
pertussis karena bakterinya bisa tumbuh dengan
baik.
Bordetella pertussis ini termasuk bakteri batang
gram negative, therapy dengan eritromisin.
Pencegahannya dilakukan imunisasi dengan DPT
pada usia 3,4, dan 5 bulan dan diulang lagi usia
sekolah usia 5 tahun DT tanpa P (termasuk
imunisasi wajib).

Anda mungkin juga menyukai