PENGUJIAN MATERIAL
UJI IMPAK
FAKULTAS TEKNIK
2017
BAB I
PENDAHULUAN
2
Untuk mengetahui kekerasan yang dimiliki oleh suatu material maka harus
dilakukan pengujian impak terhadap metrial tersebut.
Pengujian ketangguhan sangat penting dilakukan, hal ini untuk
mengetahui berapa besar ketangguhan yang dimiliki oleh setiap material.Hasil
yang didapat dari pengujian ketangguhan terhadap suatu material dapat
dijadikan sebagai suatu acuan atandar ketangguhan yang dimiliki oleh material
tersebut.Nilai tersebut dapat dijadikan tolak ukur kelayaka suatu material
untuk, didesain dan diproses untuk kegiatan produksi selanjutnya. Dalam dunia
industry, suatu material (khususnya bahan logam) sebelum diproses akan
dilakukan pengujian, salah satunya ketangguhan. Hal ini dimaksudkan untuk
mengetahui ketangguhan ynag dimiliki oleh material tersebut, yang digunakan
sebagaii gambaran kelayakan untuk diproses selanjutnya. Pada umumnya
ketangguhan suatu logam akan turun pada temperature yang sangat rendah.
Ketangguhan logam dapat ditinggkatkan dengan cara mencampurkan logam
dengan logam yang lain yang disebut aliase (alloy) [Avner, 1964].
Metode pengujian untuk ketangguhan dapat dilakukan dengan metode
Charpy atau izod.Metode yang dipilih sesuai dengan satndar pengujian yang
dipakai.
Karena pentingnya melakukan pengujian impak untuk mengetahui nilai
ketangguhan suatu logam maka dilakukanlah praktikum pengujian impak
terhadap logam. Hal ini dimaksudkan agar praktikan mengetahui tentang cara
melakukan pengujian impak yang baik terhadap suatu logam dan diharapkan
mampu menganalisa hasil dari pengujian impak yang telah didapatkan.
3
1.3 Batasan Masalah
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
2.1 Metode Pengujian Impak
5
Kendala plastic pada takik menghasilkan keadaan tegangan tiga sumbu.
Konsentrasi tegangan plastic maksimum diberikan oleh persamaan:
(
K a= 1+
2 2 )
Dimana sudut antara sisi takik.Nilai relative ketiga tegangan utama
sangat tergantung pada dimensi batang dan ukuran takik. Benda uji standar
cukup tebal untuk menjamin pembebanan regangan bidang yang tinggi dan
terbentuknya triaksidialitas pada hamper di seluruh penampang lintang takik.
Dengan demikian benda uji takik V standar, memberikan kondisi yang baik
bagi pengujian patah getas.
Pada uji impak kita mengukur energiyang diserap untuk mematahkan
benda uji.Setelah benda uji patah, bandul berayun kembali.Makin besar energy
yang diserap, makin rendah ayunan kembali pada bandul. Energy perpatahan
yang diserap biasanya dinyatakan dalam joule atau foot pound dan dibaca
langsung pada skala petunjuk(dial) yang telah dikalibrasi yang terdapat pada
mesin penguji. Energy yang diperlukan untuk mematahkan benda uji Charpy
sering kali diberi tanda Cv 25 ft-lb. di Eropa hasil uji impak sering kali
dinyatakan sebagai energy yang diserap tiap satuan luas penampang lintang
benda uji. Perlu diingat bahwa energy perpatahan yang diukur dengan uji
Charpy hanyalah energy relative dan tidak bisa digunakan secara langsung
dalam persamaan perancangan.
6
Pengukuran lain dari uji Charpy yang biasanya dilakukan adalah
penelaahan permukaan patahan untuk menentukan jenis patahan yang terjadi,
patahan berserat(patahan geser), granular (patahan belah) atau campuran dari
keduanya. Bentuk patahan yang berbeda ini dapat ditentukan dengan mudah,
wlaupun pengamatan permukaan patahan tidak menggunakan pembesaran,
facet permukaan patahan belah yang datar memperlihatkan daya pemantul
cahaya yang tinggi serta penampilan yang berkilat. Sementara permukaan
patahan ulet berserat yang berbentuk dimple menyerap cahaya serta
penampilan yang buram. Biasanya dibuat suatu perkiraan berapa persen
patahan permukaan yang terjadi berupa patahan belah atau serat. Patahan
bernemtuk serat, pertama kali tampak di seekitar permukaan luar dari benda uji
(tepi geseran) dimana kendala trisumbu (triaksial)berakhir. Minimal
pengukuran jenis ketiga yaitu pengukuran keuletan dalam bentuk persen
pengkerutan benda uji pada takik, kadang-kadang dilakukan pula pada uji
Charpy.
Uji impak batang bertakik sangat bermanfaat apabila dilakukan paad
berbagai temperature sedemikian hingga besarnya tempertur peralihan ulet
getas dapat ditentukan.Pada gambar 2 tampak jenis kurva yang dapat diperoleh.
Besarnya energy yang diserap akan berkurang apabila temperaturnya turun,
tetapi pada beberapa jenis bahan, penurunan nilai tersebut tidak terjadi pada
nilai temperature tertentu. Hal ini akan mempersulit penentuan temperature
peralihan secara tepat. Dalam memilih bahan berdasarkan ketangguhan
terhadap takik atau kecenderungan untuk mengalami patah getas, maka factor
yang menentukan adalah temperature peralihan. Gambar 2 , memperlihatkan
bahwa penilaian berddasarkan nilai ketahanan impak pada satu temperature
tertentu dapat menimbulkan kesalahan. Baja karbon memperlihatkan
ketangguhan takik yang lebih tinggi pada temperature kamar, tetapi
temperature peralihanya lebih tinggi daripada aluminium.Bahan dengan
temperature peralihan paling rendah merupakan bahan yang lebih baik.
7
Keuntungan utama uji impak takik charpy V adalah mudah dilakukan,
murah dan benda uji kecilnya kecil.Pengujian dapat dilakukan pada
temperature di bawah temperature ruang.Alat uji ini dapat dilihat pada gambar
3.Selain itu bentuk benda uji yang digunakan sangat cocok untuk menguji
ketangguhan takik pada bahan berkekuatan rendah seperti baja konstruksi. Uji
tersebut juga dapat digunakan untuk memperbandingkan pengaruh paduan dan
perlakuan panas pada ketangguhan takik, serta sering digunakan untuk
keperluan pengendalian kualitas bahan. Kesukaran utama yang dihadapi adalah
bahwa hasil uji charpy kurang mungkin dimanfaatkan dalam perancangan.
Karena besar level tegangan tidak diberikan, sukar untuk menghubungkan data
Cv dengan performa pemakaian. Selain itu tidak terdapat hubungan antara data
charpy dengan ukuran cacat.Sebagai tambahan, sebaran hasil uji yang besar
mempersulit penentuan kurva-kurva peralihan secara cermat.
8
Pemanfaatan utama hasil uji Charpy dalam rekayasa adalah untuk memilih
bahan yang tahan terhadap patahan getas dengan menggunakan kurva
temperature peralihan. Dasar pemikiran perancangan adalah memilih bahan
yang mempenyai ketangguhan takik yang memadai untuk berbagai kondisi
pembebanan yang berat sedemikian hingga kemampuan dukung beban bagian
konstruksi dapat dihitung dengan menggunakan metode kekuatan standar,
tanpa memperlihatkan sifat-sifat patah dari bahan atau efek konsentrasi
tegangan retak atau cacat
Uji cahrpy biasanya menentukan besar energy total yang diserap benda uji.
Informasi tambahan dapat diperoleh bila mesin uji impak dilengkapi dengan
alat ukur tambahan untuk mencatat besar beban terhadap waktu selama
pengujian berlangsung.Pada gambar 2 tampak kurva beban waktu ideal untuk
uji Charpy.Dta semacam ini memungkinkan kita untuk menentukan besar
energy pada saat terjadinya perpatahan dan berapa besar energy untuk
perambatan retak. Selain itu akan diketahui pula besar perambatan luluh, besar
beban maksimum dan besar beban perpatahan.
9
Bila kecepatan bandul impak dapat dianggap konstan selama percobaan,
maka:
1
E=V 0 P dt
0
Dimana
Vo = kecepatan awal
P = beban seketika
t = waktu
Dimana :
E
a= , Eo=energi awal bandul
4 Eo
Ada kolerasi yang baik antara nilai yang ditentukan dan yang diperoleh
melalui pengamatan langsung pada petunjuk mesin uji impak.
10
Karena takik benda uji charpy tidak setajam takik yang terdapat pada
pengujian mekanika perpatahan, ada usaha yang menggunakan benda uji
Charpy standar dengan retak awal.Retak awal ini berupa retak lelah (fatique
crack) pada ujung takik V. Benda uji dengan retak awal ini digunakan pada
pengujian charpy yang dilengkapi alat ukur tambahan untuk mengukur harga
ketangguhan perpatahan dinamik.
Pemanfaatan utama hasil uji Charpy dalam rekayasa adalah untuk memilih
bahan terhadap patah getas dengan menggunakan kurva temperature
peralihan.Dasar pemikiran perncangan adalah memilih bahan yang mempunyai
ketangguhan takik yang memadai untuk berbagai kondisi pembebanan yang
berat sedemikian hingga kemampuan dukung beban bagian konstruksi dapat
dihitung dengan menggunakan metode kekuatan standar tanpa memperlihatkan
sifa-sifat patah dari bahan atau efek konsentrasi tegangan retak atau cacat.
Temperature peralihan bahan dapat digolongkan menjadi 3 kategori,
seperti tampak pada gambar 2.Logam kps (FCC) berkekuatan menengah dan
renadh sebagian besar logam heksagonal tumpukan padat mempunyai
ketangguhan takik yang demikian tingginya sehingga kepatahan getas tidak
merupakan persoalan, terkecuali dalam lingkungan kimiawi khusus yang
relative. Bahan berkekuatan tinggi mempunyai ketangguhan takik demikian
11
rendahnya, sehingga patah getas dapat terjadi akibat beban nominal di baja
berkekuatan tinggi, padua-paduan titanium, dan aluminium termasuk dalam
kategori ini. Pada temperature rendah, terjadi pembelahan getas, sedangkan
padatemperatur yan lebih tinggi terjadi perpatahan energy rendah.
12
2.5 Uji Beban Jatuh
Kekurangan utama uji impak Charpy terletak pada ukuran benda uji yang
kecil dan tidak selalu merupakan model yang realistic dari keadaan
sebenarnya.Pemakaian benda uji yang kecil tidak hanya menimbulkan sebaran
data yang sukup luas, tetapi apad benda uji dengan ketebalan 0,394 inchi tidak
terdapat kendala yang serupa dengan kendala pada struktur yang lebih besar.
13
ulet.Jadi terdapat peralihan dari takik getas ke takik tangguh, apabila
temperature naik. Pada logam, peralihan ini terjadi pada 0,1 hingga 0,2
temperatur lebur absolute, Tm sementara untuk keramik, peralihan terjadi
antara 0,5 hingga 0,7 Tm
BAB III
PROSEDUR PERCOBAAN
14
Benda uji berukuran
standar
Mengukur luas
penampang dan takik
benda uji
Melepas bandul
Data
Pembahasan Literatu
re
Kesimpulan
15
2. Penjepit specimen
3. Termos es
4. Jangka sorong
5. Thermometer
1. Baja BS 34 A
benda uji
7. Mengamati permukaan benda uji dan menentukan persen (%) perpatahan
BAB IV
Dari hasil percobaan uji impak yang telah dilakukan maka diperoleh data
hasil pengujian seperti yang terdapat dalam table 1
Bentuk
Luas Harga
Temperature Energy patahan
No Bahan penampang impak
2 (oC) (joule) %
(mm ) (J/mm2)
patahan
1 BS 34 A 80 0 196 2,45 45%
16
NO T (c) a (mm) b (mm) A (mm2) E (joule) HI
(joule/mm2
)
1 26 C 2 7 14 36 2,57
2 26 C 2 7 14 45 3,21
3 26 C 2 7 14 50 3,57
4 26 C 2 7 14 50 3,57
5 26 C 2 7 14 56 4
4.2 Pembahasan
17
Dari percobaan ini dapat diketahui besar energy yang diserap oleh
specimen pada temperature 0oC ketika diberikan beban tiba-tiba oleh alat uji
impak Charpy adalah 196 J dan HI sebesar 2,45J/mm 2. Besarnya nilai energy
yang diserapp oleh specimen dapat menyatakan bahwa specimen yang
menggunakan dalam pengujian merupakan material yang tangguh.
Temperature yang dikenakan pada specimen akan mempengaruuhi
ketangguhan specimen dan berdampak pada nilai HI. Sebab semakin rendah
temperature maka material akan semakin getas sehingga ketangguhan dan nilai
HI pun akan semakin rendah. Temperature transisi ini bergantung pada
berbagai hal, salah satunya aspek metalurgi yaitu kadar karbon. Material
dengan kadar karbon yang tinggi akan semakin getas, dan harga impaknya
kecil, sehingga temperature transisinya lebih besar. Temperature transisi akan
mempengaruhi ketahanan material terhadap perubahan temperature. Jika
temperature transisinya kecil maka material tersebut tidak tahan terhadap
perubahan temperature. Dari percobaan ini dapat diketahui pula bahwa
specimen memiliki kadar karbon yang rendah sehingga walaupun didinginkan
namun energy yang diserap oleh specimen tetap besar.
Adapun beberapa jenis perpatahan yang terjadi pada material.Perpatahan
berserat (fibrous fracture) yang melibatkan mekanisme pergeseran bidang-
bidang Kristal didalam bahan logam yang ulet (ductile). Ditandai dengan
permukaan patahan berserat yang berbentuk dimple yang menyerap cahaya dan
berpenampilan buram. Perpatahan granukar/kristalin, yang dihasilkan oleh
18
mekanisme pembelahan (cleavage) pada butir-butir dari bahan logam yang
rapuh (brittle).Ditandai dengan prmukaan patahan yang datar yang mampu
memberikan daya pantul cahaya yang tinggi.Perpatahan campuran (berserat
dan granular).Merupakan kombinasi dua jenis perpatahab di atas.
Dari percobaan ini dapat terlihat bahwa perpatahan yang terjadi termasuk
jenis perpatahan berserat.Karena terdapatnya serat-serat dan berwarna
buram.Ini juga dapat menyatakan bahwa specimen yang digunakan termasuk
material ulet.
BAB V
5.1 Kesimpulan
Dari percobaan dan hasil yang telah didapat maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Specimen yang digunakan merupakan material ulet
2. Perubahan temperature dapat mempengaruhi nilai HI
3. Semakin rendah temperature maka material akan semakin bersifat getas
4. Bentuk patahan yang terjadi merupakan patahan ulet
5.2 Saran
19
Specimen yang digunakan haruslah berukuran standar sesuai dengan
metode yang digunakan.Keakuratan membaca temperature dan alat uji dapat
mempengaruhi hasil percobaan.
DAFTAR PUSTAKA
20
Lampiran 1 hasil perhitungan
Keterangan:
21
A : luas penampang permukaan (mm2)
1. Buat dan jelaskan grafik hubungan antara harga impak (HI) terhadap
temperature (T)
Jawab:
22
tersebut akan memiliki energy untuk berpindah atau bergetar. Semikin tinggi
temperature atom-atom akan semakin mudah berpindah attau bergerak.
2. Apa yang dimaksud dengan temperature transisi uji impak? Tentukan
temperature transisi dari grafik uji impak yang dilakukan!
2) Tipe B atau lubang anak kunci. Tipe ini merupakan takikan benda uji
impak Charpy.
23
3) Tipe C atau tipe takikan U, tipe ini merupakan tipe takikan specimen
uji impak Charpy. Takikan ini berbentuk huruf dengan membentuk
setengah lingkaran dibagian sudutnya.
4) Tipe D, tipe takikan ini merupakan tipe takikan specimen benda uji
impak Izod
4. Gambarkan bentuk dan dimensi specimen uji impak untuk metode CHarpy
dan Izod berdasarkan standar API!
24
5. Berikan 5 contoh kegunaan uji impak dalam kehidupan sehari-hari!
1) Untuk mengukur ketangguhan bahan berkekuatan rendah seperti
konstruksi
2) Untuk memperbandingkan pengaruh paduan terhadap ketangguhan
takik
3) Untuk memperbandingkan pengaruh perlakuan panas pada
ketangguhan bahan
4) Untuk keperluan pengendalian kualitas bahan
5) Untuk mengetahui ketangguhan bahan pada berbagai temperatur
6. Gambarkan bentuk perpatahan dari material getas dan lunak berdasarkan
pengujian impak yang anda lakukan!
1) Bentuk perpatahan dari material getas adalah berbentuk granular.
Faced permukaan patahan belah datar memiliki daya pantul yang
tinggi serta penampilan yang berkilat.
25
Kecelakaan terjadi karena pemilihan material yang tidak sesuai dengan
kondisi lingkungan yang dingin atau material yang dipakai bukanlah
material yang tangguh pada temperature yang dingin.Mengakibatkan
adanya perubahan sifat material dikarenakan perubahan temperature,
material yang ulet menjadi getas dan pada saat terjadi gesekan material
kapal mengalami patah. Berdasarkan teori telah diketahui bahwa energy
yang diserap semakin kecil berarti bahan akan semakin getas. Jadi ketika
temperature turun bahan akan semakin getas dan mudah patah ketika
mendapatkan beban kejut, sehingga kecelakaan material akan semakin
tinggi pada temperature yang semakin rendah.
26
Gambar 02. Hasil percobaan ke dua
27
Hasil Percobaan ke lima
28