Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PRAKTIKUM

PENGUJIAN MATERIAL

UJI IMPAK

Di Susun Oleh Kelompok 7 :


1. WIDHIANTO 13510804
2. OKTA DWI SUSANTO 13510814
3. SURYANTO 13510828
4. FATAH NAHDHATUL ANHAR 13510819
5. MAKRUF 13510839
6. HANDHOKO SUSILO 14510916

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO

2017

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Selama perang dunia II, banyak sekali perhatian dicuarhkan pada
perpatahan getas yang dialami sambungan las kapal liberty dan tanker
T2.Diantara kapal-kapal jenis tersebut ada yang benar-benar terbelah menjadi
dua bagian, sementara pada sebagian yang lain, retakan yang terjadi tidak
mengakibatkan terjadinya kerusakan total. Hamper semua kegagalan terjadi
selama musim dingin, dan terjadi baik pada waktu kapal berada di laut bebas
maupun ketika sedang berlabuh. Pada kenyataannya, baja sedang yang
biasanya bersifat ulet dapat berubah menjadi getas bila berada dalam kondisi
tertentu.Suatu program penelitian yang luas telah dilakukan sebagai usaha
untuk mendapatkan penyebab kegagalan tersebut dan menemukan cara-cara
pencegahannya.Di samping penelitian untuk kasus tersebut dilakukan pula
penelitian untuk lebih memahami mekanisme patah getas dan kegagalan secara
umum.Akhirnya ditemukan bahwa penyebab kegagalan tersebut adalah kerena
kegagalan getas baja lunak yang digunakan sebagai penyokong kapal.
Kegagalan fungsi logam pada kapal terutamaa terjadi pada sambungan las,
untuk beberapa lama teknik pengelasan dianggap tidak cocok untuk kondisi
dimana terdapat kemungkinan perpatahan las.Namun, diperlukan pengendalian
mutu yang baik untuk mencegah terjadinya cacat pengelasan yang dapat
berfungsi sebagai takik atau alat untuk mempertinggi tegangan.
Logam merupakan salah satu material ynag sangat penting bagi kebutuhan
orang banyak.Logam mempunyai sifat-sifat istimewa yang menjadi dasar
penggunaannya.Salah satu sifat yang dimiliki oleh logam antara lain kekuatan,
kekerasan, ketangguhan, keuletan, mampu bentuk dan mampu las. Salah satu
sifat yang penting adalah ketangguhan.Sifat ketangguhan adalah kemampuan
suatu logam untuk menahan beban kejut.Ketangguhan suatu logam merupakan
gabungan antara kekuatan dan keuletan logam tersebut.Sifat ketangguahan
suatu logam sangat diperlukan baik pada temperature tiggi maupun pada
temperature rendah.
Ilmu metalurgi sangatlah penting dan diperlukan dalam dunia industry
baik secara teknis maupun aplikasinya di lapangan, mulai dari pembuatan,
pembentukan hingga pembentukan secara inspection.

2
Untuk mengetahui kekerasan yang dimiliki oleh suatu material maka harus
dilakukan pengujian impak terhadap metrial tersebut.
Pengujian ketangguhan sangat penting dilakukan, hal ini untuk
mengetahui berapa besar ketangguhan yang dimiliki oleh setiap material.Hasil
yang didapat dari pengujian ketangguhan terhadap suatu material dapat
dijadikan sebagai suatu acuan atandar ketangguhan yang dimiliki oleh material
tersebut.Nilai tersebut dapat dijadikan tolak ukur kelayaka suatu material
untuk, didesain dan diproses untuk kegiatan produksi selanjutnya. Dalam dunia
industry, suatu material (khususnya bahan logam) sebelum diproses akan
dilakukan pengujian, salah satunya ketangguhan. Hal ini dimaksudkan untuk
mengetahui ketangguhan ynag dimiliki oleh material tersebut, yang digunakan
sebagaii gambaran kelayakan untuk diproses selanjutnya. Pada umumnya
ketangguhan suatu logam akan turun pada temperature yang sangat rendah.
Ketangguhan logam dapat ditinggkatkan dengan cara mencampurkan logam
dengan logam yang lain yang disebut aliase (alloy) [Avner, 1964].
Metode pengujian untuk ketangguhan dapat dilakukan dengan metode
Charpy atau izod.Metode yang dipilih sesuai dengan satndar pengujian yang
dipakai.
Karena pentingnya melakukan pengujian impak untuk mengetahui nilai
ketangguhan suatu logam maka dilakukanlah praktikum pengujian impak
terhadap logam. Hal ini dimaksudkan agar praktikan mengetahui tentang cara
melakukan pengujian impak yang baik terhadap suatu logam dan diharapkan
mampu menganalisa hasil dari pengujian impak yang telah didapatkan.

1.2 Tujuan Percobaan


Mengeatahui HI dan sifat perpatahan berdasarkan % patahan.

3
1.3 Batasan Masalah

Pada percobaan pengujian tarik ini yaitu dengan memberikan pembebanan


secara tiba-tiba dengan beban maksimal 300 joule.Kondisi lingkungan benda
kerja dibatasi pada temperature 0oC.

1.4 Sistematika Penulisan

Penulisan laporan ini dibagi menjadi enam bab. Bab I menjelaskan


mengenai latar belakang, tujuan masalah, batasan masalah sistematika
penulisan. Bab II menjelaskan meengenai tinjauan pustaka ynag berisi
mengenai teori singkat dari percobaan yang dilakukan, Bab III menjelaskan
mengenai metode penelitian, bab IV menjelaskan mengenai data percobaan dan
pembahasan. Bab V mengenai kesimpulan dari percobaan.Selain itu juga di
akhir laporan terdapat lampiran yang memuat contoh perhitungan, jawaban
pertanyaan dan tugas, gambar alat dan bahan serta terdapat juga blanko
percobaan.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

4
2.1 Metode Pengujian Impak

Pengujian ampak adalah untuk mengetahui sifat mekanis suatu material


yang dapat dilihat dari bentuk perpatahan dan energy yang dibutuhkan untuk
material patah dalam kondisi temperature yang beragam.
Umumnya pengujian impak menggunakan batang bertakik.Berbagai jenis
pengujian impak batang bertakik telah digunakan untuk menentukan
kecenderungan bahan untuk bersifat getas.Dengan jenis uji ini dapat diketahui
perbedaan sifat bahan yang tidak teramati dalam uji tarik.Hasil yang diperoleh
dari uji batang bertakik tidak dengan sekaligus memberikan besaran rancangan
yang dibutuhkan, karena tidak mungkin mengukur komponen tegangan tiga
sumbu pada takik-takik.
Para peneliti kepatahan getas logam telah menggunakan berbagai bentuk benda
uji untuk pengujian impak bertakik.Secara umum benda uji dikelompokkan ke
dalam dua golongan standar. Dikenal ada dua metode percobaan impak:
1. Metode charpy
Batang imapk biasa, banyak digunakan di Amerika Serikat. Benda uji
charpy mempunyai luas penampang lintang bujursangkar (10x 10 mm)
dan mengandung takik V- 45o, dengan jari-jari dasar 0,25mm dan
kedalaman 2mm. benda uji diletakkan pada tumpuan dalam posisi
mendatar dan bagian yang tak bertakik diberi beban impak dengan ayunan
bandul (kecepatan impak sekitar 16 ft/dtk). Benda uji akan melengkung
dan patah pada laju regangan yang tinggi, kira-kira 103 detik.
2. Metode Izod
Dengan batang impak kontiveler.Benda uji Izod lazim digunakan di
inggris, namun saat ini jarang digunakan.Benda ini mempunyai
penampang lintang bujursangkar atau lingkaran dan bertakik V di dekat
ujung yang dijepit.

Perbedaan cara pembebanan antara metode Izod dengan metode Charpy,


ditunjukkan pada gambar1

5
Kendala plastic pada takik menghasilkan keadaan tegangan tiga sumbu.
Konsentrasi tegangan plastic maksimum diberikan oleh persamaan:

(
K a= 1+
2 2 )
Dimana sudut antara sisi takik.Nilai relative ketiga tegangan utama

sangat tergantung pada dimensi batang dan ukuran takik. Benda uji standar
cukup tebal untuk menjamin pembebanan regangan bidang yang tinggi dan
terbentuknya triaksidialitas pada hamper di seluruh penampang lintang takik.
Dengan demikian benda uji takik V standar, memberikan kondisi yang baik
bagi pengujian patah getas.
Pada uji impak kita mengukur energiyang diserap untuk mematahkan
benda uji.Setelah benda uji patah, bandul berayun kembali.Makin besar energy
yang diserap, makin rendah ayunan kembali pada bandul. Energy perpatahan
yang diserap biasanya dinyatakan dalam joule atau foot pound dan dibaca
langsung pada skala petunjuk(dial) yang telah dikalibrasi yang terdapat pada
mesin penguji. Energy yang diperlukan untuk mematahkan benda uji Charpy
sering kali diberi tanda Cv 25 ft-lb. di Eropa hasil uji impak sering kali
dinyatakan sebagai energy yang diserap tiap satuan luas penampang lintang
benda uji. Perlu diingat bahwa energy perpatahan yang diukur dengan uji
Charpy hanyalah energy relative dan tidak bisa digunakan secara langsung
dalam persamaan perancangan.

6
Pengukuran lain dari uji Charpy yang biasanya dilakukan adalah
penelaahan permukaan patahan untuk menentukan jenis patahan yang terjadi,
patahan berserat(patahan geser), granular (patahan belah) atau campuran dari
keduanya. Bentuk patahan yang berbeda ini dapat ditentukan dengan mudah,
wlaupun pengamatan permukaan patahan tidak menggunakan pembesaran,
facet permukaan patahan belah yang datar memperlihatkan daya pemantul
cahaya yang tinggi serta penampilan yang berkilat. Sementara permukaan
patahan ulet berserat yang berbentuk dimple menyerap cahaya serta
penampilan yang buram. Biasanya dibuat suatu perkiraan berapa persen
patahan permukaan yang terjadi berupa patahan belah atau serat. Patahan
bernemtuk serat, pertama kali tampak di seekitar permukaan luar dari benda uji
(tepi geseran) dimana kendala trisumbu (triaksial)berakhir. Minimal
pengukuran jenis ketiga yaitu pengukuran keuletan dalam bentuk persen
pengkerutan benda uji pada takik, kadang-kadang dilakukan pula pada uji
Charpy.
Uji impak batang bertakik sangat bermanfaat apabila dilakukan paad
berbagai temperature sedemikian hingga besarnya tempertur peralihan ulet
getas dapat ditentukan.Pada gambar 2 tampak jenis kurva yang dapat diperoleh.
Besarnya energy yang diserap akan berkurang apabila temperaturnya turun,
tetapi pada beberapa jenis bahan, penurunan nilai tersebut tidak terjadi pada
nilai temperature tertentu. Hal ini akan mempersulit penentuan temperature
peralihan secara tepat. Dalam memilih bahan berdasarkan ketangguhan
terhadap takik atau kecenderungan untuk mengalami patah getas, maka factor
yang menentukan adalah temperature peralihan. Gambar 2 , memperlihatkan
bahwa penilaian berddasarkan nilai ketahanan impak pada satu temperature
tertentu dapat menimbulkan kesalahan. Baja karbon memperlihatkan
ketangguhan takik yang lebih tinggi pada temperature kamar, tetapi
temperature peralihanya lebih tinggi daripada aluminium.Bahan dengan
temperature peralihan paling rendah merupakan bahan yang lebih baik.

7
Keuntungan utama uji impak takik charpy V adalah mudah dilakukan,
murah dan benda uji kecilnya kecil.Pengujian dapat dilakukan pada
temperature di bawah temperature ruang.Alat uji ini dapat dilihat pada gambar
3.Selain itu bentuk benda uji yang digunakan sangat cocok untuk menguji
ketangguhan takik pada bahan berkekuatan rendah seperti baja konstruksi. Uji
tersebut juga dapat digunakan untuk memperbandingkan pengaruh paduan dan
perlakuan panas pada ketangguhan takik, serta sering digunakan untuk
keperluan pengendalian kualitas bahan. Kesukaran utama yang dihadapi adalah
bahwa hasil uji charpy kurang mungkin dimanfaatkan dalam perancangan.
Karena besar level tegangan tidak diberikan, sukar untuk menghubungkan data
Cv dengan performa pemakaian. Selain itu tidak terdapat hubungan antara data
charpy dengan ukuran cacat.Sebagai tambahan, sebaran hasil uji yang besar
mempersulit penentuan kurva-kurva peralihan secara cermat.

8
Pemanfaatan utama hasil uji Charpy dalam rekayasa adalah untuk memilih
bahan yang tahan terhadap patahan getas dengan menggunakan kurva
temperature peralihan. Dasar pemikiran perancangan adalah memilih bahan
yang mempenyai ketangguhan takik yang memadai untuk berbagai kondisi
pembebanan yang berat sedemikian hingga kemampuan dukung beban bagian
konstruksi dapat dihitung dengan menggunakan metode kekuatan standar,
tanpa memperlihatkan sifat-sifat patah dari bahan atau efek konsentrasi
tegangan retak atau cacat

2.2 Mesin uji Charpy yang dilengkapi alat ukur tambahan

Uji cahrpy biasanya menentukan besar energy total yang diserap benda uji.
Informasi tambahan dapat diperoleh bila mesin uji impak dilengkapi dengan
alat ukur tambahan untuk mencatat besar beban terhadap waktu selama
pengujian berlangsung.Pada gambar 2 tampak kurva beban waktu ideal untuk
uji Charpy.Dta semacam ini memungkinkan kita untuk menentukan besar
energy pada saat terjadinya perpatahan dan berapa besar energy untuk
perambatan retak. Selain itu akan diketahui pula besar perambatan luluh, besar
beban maksimum dan besar beban perpatahan.

9
Bila kecepatan bandul impak dapat dianggap konstan selama percobaan,

maka:
1
E=V 0 P dt
0

Dimana

Vo = kecepatan awal

P = beban seketika

t = waktu

Akan tetapi sesungguhnya asumsi bahwa kecepatan bandul V adalah


konstan tidak benar, karena V berkurang sebanding dengan beban pada benda
uji. Biasanya dianggap bahwa
Et =E1 (1a)

Dimana :

Et = energy perpatahan total

E
a= , Eo=energi awal bandul
4 Eo

Ada kolerasi yang baik antara nilai yang ditentukan dan yang diperoleh
melalui pengamatan langsung pada petunjuk mesin uji impak.

10
Karena takik benda uji charpy tidak setajam takik yang terdapat pada
pengujian mekanika perpatahan, ada usaha yang menggunakan benda uji
Charpy standar dengan retak awal.Retak awal ini berupa retak lelah (fatique
crack) pada ujung takik V. Benda uji dengan retak awal ini digunakan pada
pengujian charpy yang dilengkapi alat ukur tambahan untuk mengukur harga
ketangguhan perpatahan dinamik.

2.3 Makna Kurva Temperature Peralihan

Pemanfaatan utama hasil uji Charpy dalam rekayasa adalah untuk memilih
bahan terhadap patah getas dengan menggunakan kurva temperature
peralihan.Dasar pemikiran perncangan adalah memilih bahan yang mempunyai
ketangguhan takik yang memadai untuk berbagai kondisi pembebanan yang
berat sedemikian hingga kemampuan dukung beban bagian konstruksi dapat
dihitung dengan menggunakan metode kekuatan standar tanpa memperlihatkan
sifa-sifat patah dari bahan atau efek konsentrasi tegangan retak atau cacat.
Temperature peralihan bahan dapat digolongkan menjadi 3 kategori,
seperti tampak pada gambar 2.Logam kps (FCC) berkekuatan menengah dan
renadh sebagian besar logam heksagonal tumpukan padat mempunyai
ketangguhan takik yang demikian tingginya sehingga kepatahan getas tidak
merupakan persoalan, terkecuali dalam lingkungan kimiawi khusus yang
relative. Bahan berkekuatan tinggi mempunyai ketangguhan takik demikian

11
rendahnya, sehingga patah getas dapat terjadi akibat beban nominal di baja
berkekuatan tinggi, padua-paduan titanium, dan aluminium termasuk dalam
kategori ini. Pada temperature rendah, terjadi pembelahan getas, sedangkan
padatemperatur yan lebih tinggi terjadi perpatahan energy rendah.

Dasar pemikiran penggunaan kurva temperature peralihan terpusatkan


pada penentuan temperature, patah getas terendah untk level tegangan
elastic.Makin rentah temperature peralihan, maka makin besar ketangguhan
patah suatu bahan.

2.4 Faktor yang Mempengaruhi Temperatur Peralihan

Perubahan temperature peralihan melebihi 100oF dapat diperoleh dengan


cara mengubah komposisi kimia atau struktur mikro baja lunak. Perubahan
temperature peralihan terbesar tejadi akibat perubahan jumlah karbon dan
mangan.Pertambahan kandugan karbon juga mempengaruhi energy
maksimal.Fosfor juga sangat berpengaruh dalam mempertinggi temperature
peralihan. Tempeatur peralihan Charpy takik V akan meningkat untuk tiap
pertambahan fosfor. Peran nitrogen sukar ditentukan karena zat ini berintregasi
dengan zat lain. Ketangguhan takik sangat peka terhadap oksigen. Untuk besi
dengan kemurnian tinggi, kandungan oksigen diatas 0,003% akan
mengakibatkan perpatahan intergranular dengan absorpsi energy yang rendah.
Apabila kandungan oksigen dinaikkan, maka temperature peralihan akan naik.
Dari hasil tersebut, maka apabila deoksidasi mempunyai pengaruh yang
penting pada temperature peralihan.

12
2.5 Uji Beban Jatuh

Kekurangan utama uji impak Charpy terletak pada ukuran benda uji yang
kecil dan tidak selalu merupakan model yang realistic dari keadaan
sebenarnya.Pemakaian benda uji yang kecil tidak hanya menimbulkan sebaran
data yang sukup luas, tetapi apad benda uji dengan ketebalan 0,394 inchi tidak
terdapat kendala yang serupa dengan kendala pada struktur yang lebih besar.

Temperature peralihan bahan dapat digolongkan menjadi 3 kategori,


seperti tampak pada gambar 2.Logam kps (FCC) berkekuatan menengah dan
renadh sebagian besar logam heksagonal tumpukan padat mempunyai
ketangguhan takik yang demikian tingginya sehingga kepatahan getas tidak
merupakan persoalan, terkecuali dalam lingkungan kimiawi khusus yang
relative.Bahan berkekuatan tinggi mempunyai ketangguhan takik demikian
rendahnya, sehingga patah getas dapat terjadi akibat beban nominal di daerah
elastic pada sembarang temperature dan laju regangan apabila terdapat cacat
(retakan).
Baja berkekuatan tinggi paduan-paduan titanium dan aluminium termasuk
dalam kategori ini.Pada temperature rendah, terjadi patah pembelahan getas,
sedangkan pada temperature yang lebih tinggi terjadi perpatahan energy
rendah.Pada kondisi seperti inilah analisa mekanika patahan merupakan hal
yang berguna dan wajar. Ketangguhan takik logam kubik pusat ruang (BCC)
berkekuatan menengah dan rendah, Be, Zn dan bahan keramik sangat
tergantung pada temperature. Pada temperature rendah, patah terjadi secara
pembelahan, sedangkan pada temperature yang tinggi terjadi perpatahan

13
ulet.Jadi terdapat peralihan dari takik getas ke takik tangguh, apabila
temperature naik. Pada logam, peralihan ini terjadi pada 0,1 hingga 0,2
temperatur lebur absolute, Tm sementara untuk keramik, peralihan terjadi
antara 0,5 hingga 0,7 Tm

BAB III

PROSEDUR PERCOBAAN

3.1 Diagram Alir Percobaan

14
Benda uji berukuran
standar

Mengukur luas
penampang dan takik
benda uji

Memasang benda uji


pada alat uji impak

Memasang bandul pada


posisi 300 joule

Melepas bandul

Mencatat energy yang diserap


untuk memattahkan benda uji

Data

Pembahasan Literatu
re

Kesimpulan

Gambar 7. Diagram alir percobaan

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat yang digunakan

1. Mesin uji impak Charpy

15
2. Penjepit specimen
3. Termos es
4. Jangka sorong
5. Thermometer

3.2.2 Bahan yang digunakan

1. Baja BS 34 A

3.3 Prosedur Percobaan

1. Membuat benda uji dengan ukuran standar


2. Mengukur luas penampang dan kedalaman takik benda uji
3. Menyiapkan benda uji hingga temperature -10 oC
4. Memasangkan benda uji pada mesin uji impak Charpy
5. Memasangkan bandul pada posisi skala 300 Joule
6. Melepaskan bandul dan mencatat energy yang diserap untuk mematahkan

benda uji
7. Mengamati permukaan benda uji dan menentukan persen (%) perpatahan

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Percobaan

Dari hasil percobaan uji impak yang telah dilakukan maka diperoleh data
hasil pengujian seperti yang terdapat dalam table 1
Bentuk
Luas Harga
Temperature Energy patahan
No Bahan penampang impak
2 (oC) (joule) %
(mm ) (J/mm2)
patahan
1 BS 34 A 80 0 196 2,45 45%

16
NO T (c) a (mm) b (mm) A (mm2) E (joule) HI

(joule/mm2

)
1 26 C 2 7 14 36 2,57
2 26 C 2 7 14 45 3,21
3 26 C 2 7 14 50 3,57
4 26 C 2 7 14 50 3,57
5 26 C 2 7 14 56 4

4.2 Pembahasan

Uji impak adalah pengujian dengan menggunakan pembebanan yang cepat


(rapid loading).Pengujian impak merupakan suatu pengujian yang mengukur
ketahanan bahan terhadap beban kejut.Inilah yang menbedakan pengujian
impak dengan pengujian tarik dan kekerasan dimana pembebanan dilakukan
secara perlahan-lahan.Pengujian impak merupakan suatu upaya untuk
mensimulasikan kondisi operasi metrial yang sering ditemui dalam
perlengkapan transpotasi atau konstruksi dimana beban tidak selamanya
terjadi secara perlahan-lahan melainkan datang secara tiba-tiba, contoh
deformasi pada bumper mobil pada saat terjadinya tumbukan kecelakaan.
Pada uji impak terjadi proses penyerapan energy yang besar ketika beban
menumpuk specimen. Energy yang diserap material ini dapat dihitung dengan
menggunakan prinsip perbedaan energy potensial dari pendulum beban yang
berayun dari suatu ketinggian tertentu dan menumbuk benda uji sehingga
benda uji mengalami deformasi. Pada pengujian ini banyaknya energy yang
diserap oleh bahan untuk terjadinya perpatahan merupakan ukuran ketahanan
impak atau ketangguhan bahan tersebut.
Pada percobaan uji impak ini menggunakan metode uji impak Charpy.
Benda uji Charpy memiliki luas penampang lintang bujur sangkar (10x10mm)
dan memiliki takik berbentuk V dengan sudut 45o, dengan jari-jari dasar
0,25mm dab kedalaman 2 mm. benda uji diletakkan pada tumpuan dalam
posisi mendatar dan bagian yang bertakik diberi beban impak dari ayunan
bandul.

17
Dari percobaan ini dapat diketahui besar energy yang diserap oleh
specimen pada temperature 0oC ketika diberikan beban tiba-tiba oleh alat uji
impak Charpy adalah 196 J dan HI sebesar 2,45J/mm 2. Besarnya nilai energy
yang diserapp oleh specimen dapat menyatakan bahwa specimen yang
menggunakan dalam pengujian merupakan material yang tangguh.
Temperature yang dikenakan pada specimen akan mempengaruuhi
ketangguhan specimen dan berdampak pada nilai HI. Sebab semakin rendah
temperature maka material akan semakin getas sehingga ketangguhan dan nilai
HI pun akan semakin rendah. Temperature transisi ini bergantung pada
berbagai hal, salah satunya aspek metalurgi yaitu kadar karbon. Material
dengan kadar karbon yang tinggi akan semakin getas, dan harga impaknya
kecil, sehingga temperature transisinya lebih besar. Temperature transisi akan
mempengaruhi ketahanan material terhadap perubahan temperature. Jika
temperature transisinya kecil maka material tersebut tidak tahan terhadap
perubahan temperature. Dari percobaan ini dapat diketahui pula bahwa
specimen memiliki kadar karbon yang rendah sehingga walaupun didinginkan
namun energy yang diserap oleh specimen tetap besar.
Adapun beberapa jenis perpatahan yang terjadi pada material.Perpatahan
berserat (fibrous fracture) yang melibatkan mekanisme pergeseran bidang-
bidang Kristal didalam bahan logam yang ulet (ductile). Ditandai dengan
permukaan patahan berserat yang berbentuk dimple yang menyerap cahaya dan
berpenampilan buram. Perpatahan granukar/kristalin, yang dihasilkan oleh

18
mekanisme pembelahan (cleavage) pada butir-butir dari bahan logam yang
rapuh (brittle).Ditandai dengan prmukaan patahan yang datar yang mampu
memberikan daya pantul cahaya yang tinggi.Perpatahan campuran (berserat
dan granular).Merupakan kombinasi dua jenis perpatahab di atas.
Dari percobaan ini dapat terlihat bahwa perpatahan yang terjadi termasuk
jenis perpatahan berserat.Karena terdapatnya serat-serat dan berwarna
buram.Ini juga dapat menyatakan bahwa specimen yang digunakan termasuk
material ulet.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari percobaan dan hasil yang telah didapat maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Specimen yang digunakan merupakan material ulet
2. Perubahan temperature dapat mempengaruhi nilai HI
3. Semakin rendah temperature maka material akan semakin bersifat getas
4. Bentuk patahan yang terjadi merupakan patahan ulet

5.2 Saran

19
Specimen yang digunakan haruslah berukuran standar sesuai dengan
metode yang digunakan.Keakuratan membaca temperature dan alat uji dapat
mempengaruhi hasil percobaan.

DAFTAR PUSTAKA

Avner,S.H.1964, Introduction to Physical Metalurgy.Mc. Grwahill, New


York
Davis, H.E, dan G.E, Troxell, 1964. The Testing and Inspection of
Engineering Material, New York: Mc. Graw-Hill
Messi Andhika. 2011. Pengujian impact pada suatu material.
http://andhika14.blogspot.com/.(19 Aprill 2011)
Lakthin, Y. 1968. Engineering Physical Mettalurgy.Moscow: MIR
Published
Sariyusriati.2009. impact testing. http://sariyusriati.wordpress.com/.(19
april 2011)

20
Lampiran 1 hasil perhitungan

1. Mecari luas penampang benda uji


A = P x L = 8 x 10 = 80 mm2
Keterangan:
A : luas penampang permukaan (mm2)
P : panjang benda uji (mm)
L : lebar benda uji (mm)
2. Mencari harga impak
W 196 J
HI= = =2,45
A 80 mm2

Keterangan:

21
A : luas penampang permukaan (mm2)

W : energy yang dibutuhkan (J)

HI : harga impak (J/mm2)

Lampiran 2 : jawaban pertanyaan dan tugas

1. Buat dan jelaskan grafik hubungan antara harga impak (HI) terhadap

temperature (T)
Jawab:

Semakin rendah temperature suatu logam maka nilai ketangguhannya akan


menurun. Karena saat temperature dinaikkan maka atom-atom material

22
tersebut akan memiliki energy untuk berpindah atau bergetar. Semikin tinggi
temperature atom-atom akan semakin mudah berpindah attau bergerak.
2. Apa yang dimaksud dengan temperature transisi uji impak? Tentukan
temperature transisi dari grafik uji impak yang dilakukan!

Temperature transisi adalah temperature yang menentukan perubahan sifat


logam dari getas menjadi lunak atau ulet. Pada grafik diatas temperature
trransisi ditunjukkan oleh garis warna merah
Untuk menentukan daerah getas dan daerah ulet dapat diketahui setelah
temperature peralihan ditentukan.Temperature trasisi atau temperaut
peralihan merupakan temperature yang menentukan perubahan sifat logam
dari getas menjadi lunak/ulet.
3. Jelaskan dan gambarkan macam-macam takik spesemen uji impak!
1) Tipe A atau tipe takikan V, takikan benda uji ini berbentuk huruf V
dengan membentuk lingkaran dibagian sudutnya. Tipe ini
merupakan tipe takikan specimen uji impak Charpy.

2) Tipe B atau lubang anak kunci. Tipe ini merupakan takikan benda uji
impak Charpy.

23
3) Tipe C atau tipe takikan U, tipe ini merupakan tipe takikan specimen
uji impak Charpy. Takikan ini berbentuk huruf dengan membentuk
setengah lingkaran dibagian sudutnya.

4) Tipe D, tipe takikan ini merupakan tipe takikan specimen benda uji
impak Izod

4. Gambarkan bentuk dan dimensi specimen uji impak untuk metode CHarpy
dan Izod berdasarkan standar API!

24
5. Berikan 5 contoh kegunaan uji impak dalam kehidupan sehari-hari!
1) Untuk mengukur ketangguhan bahan berkekuatan rendah seperti
konstruksi
2) Untuk memperbandingkan pengaruh paduan terhadap ketangguhan
takik
3) Untuk memperbandingkan pengaruh perlakuan panas pada
ketangguhan bahan
4) Untuk keperluan pengendalian kualitas bahan
5) Untuk mengetahui ketangguhan bahan pada berbagai temperatur
6. Gambarkan bentuk perpatahan dari material getas dan lunak berdasarkan
pengujian impak yang anda lakukan!
1) Bentuk perpatahan dari material getas adalah berbentuk granular.
Faced permukaan patahan belah datar memiliki daya pantul yang
tinggi serta penampilan yang berkilat.

2) Bentuk perpetahan dari material lunak adalah berserat yang berbentuk


sampel menyerap cahaya serta penampilannya buram
7. Jelaskan mengapa kecelakaan pada kapal TITANIC bisa terjadi dan
jelaskan fenomena yang terjadi?

25
Kecelakaan terjadi karena pemilihan material yang tidak sesuai dengan
kondisi lingkungan yang dingin atau material yang dipakai bukanlah
material yang tangguh pada temperature yang dingin.Mengakibatkan
adanya perubahan sifat material dikarenakan perubahan temperature,
material yang ulet menjadi getas dan pada saat terjadi gesekan material
kapal mengalami patah. Berdasarkan teori telah diketahui bahwa energy
yang diserap semakin kecil berarti bahan akan semakin getas. Jadi ketika
temperature turun bahan akan semakin getas dan mudah patah ketika
mendapatkan beban kejut, sehingga kecelakaan material akan semakin
tinggi pada temperature yang semakin rendah.

Lampiran 3 gambar alat dan bahan

Gambar 01. Hasil percobaan ke satu

26
Gambar 02. Hasil percobaan ke dua

Gambar 03. Hasil percobaan ke tiga

Gambar 04. Hasil Percobaan ke empat

27
Hasil Percobaan ke lima

28

Anda mungkin juga menyukai