Bab Ii
Bab Ii
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Anatomi jangtung?
2. Bagaimana Fisiologi jangtung?
3. Apa Pengertian hipertensi?
4. Bagaimana Etiologi penyakit hipertensi?
5. Bagaimana Mekanisme klinis hipertensi ?
6. Bagaimana diognosa penyakit hipertensi?
7. Bagaimana terapi penyakit hipertensi?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui proses
terjadinya hipertensi dang mengetahui mekanisme klink serta mengetahui
terapi dari penyakit hipertensi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2
A. Anatomi Jangtung
3
diafragma menyokong dari bawah, pembuluh darah yang keluar masuk dari
jantung sehingga jantung tidak mudah berpindah. Factor yang mempengaruhi
kedudukan jantung adalah:
1. Umur: Pada usia lanjut, alat-alat dalam rongga toraks termasuk jantung
agak turun kebawah
2. Bentuk rongga dada: Perubahan bentuk tora yang menetap (TBC)
menahun batas jantung menurun sehingga pada asma toraks melebar dan
membulat
3. Letak diafragma: Jika terjadi penekanan diafragma keatas akan mendorong
bagian bawah jantung ke atas
4. Perubahan posisi tubuh: proyeksi jantung normal di pengaruhi oleh posisi
tubuh.
a. Otot jantung terdiri atas 3 lapisan yaitu:
1. Luar/Epicardium
2. Tengah/ miokardium
4
Lapisan otot jantung yang menerima darah dari arteri koronaria.
Susunan miokardium yaitu:
a) Otot atria: Sangat tipis dan kurang teratur, disusun oleh dua
lapisan. Lapisan dalam mencakup serabut-serabut berbentuk lingkaran
dan lapisan luar mencakup kedua atria.
3. Dalam / Endokardium
5
oleh dinding atrium sinistra, sebgain atrium sinistra dan sebgain kecil
dinding ventrikel sinistra.
6
Jantung terdiri dari empat ruang yaitu:
7
Ventrikel sinistra: Berhubungan dengan atrium sinistra
melalui osteum atrioventrikuler sinistra dan dengan aorta melalui
osteum aorta terdiri dari:
a. Valvula mitralis
B. Fisiologi Jantung
a. Fungsi umum otot jantung yaitu:
8
2. Mengikuti hukum gagal atau tuntas: impuls dilepas mencapai ambang
rangsang otot jantung maka seluruh jantung akan berkontraksi
maksimal.
9
2) Fase depolarisasi(cepat): Disebabkan meningkatnya permeabilitas
membrane terhadap natrium sehingga natrium mengalir dari luar ke
dalam.
f. Siklus Jantung
10
Empat pompa yang terpisah yaitu: dua pompa primer atrium dan
dua pompa tenaga ventrikel. Periode akhir kontraksi jantung sampai
kontraksi berikutnya disebut siklus jantung.
g. Fungsi jantung sebagai pompa Lima fungsi jantung sebagai pompa yaitu:
3. Periode ejeksi
4. Diastole
h. Curah jantung
1. Beban awal
2. Kontraktilitas
3. Beban akhir
4. Frekuensi jantung
11
Periode pekerjaan jantung yaitu:
1. Periode systole
2. Periode diastole
3. Periode istirahat
i. Bunyi Jantung
3. Bunyi ketiga: lemah dan rendah 1/3 jalan diastolic individu muda
C. Pengertian Hipertensi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi didalam arteri. Arteri adalah
pembuluh yang menyangkut darah dari jantung yang memompa keseluruh
jaringan dan organ- organ tubuh. Tekanan darah tinggi bukan berarti tegangan
emosi yang berlebihan walaupun tegangan emosi dan stres dapat
meningkatkan tekanan darah untuk sementara. Krisis hipertensi (tekanan
darah diatas 180/120 mm Hg dapat dikategorikan mengalami hipertensi
darurat (meningkatnya tekanan darah akut dan disertai kerusakan organ) atau
hipertensi gawat.
Hipertensi terjadi bila aliran darah dalam pembuluh darah
menimbulkan tekanan darah terlalu besar terhadap dinding pembuluh darah.
Hasil atau nilai pengukuran tekanan darah terdiri dari 2 nilai nilai yang lebih
tinggi disebut sebagai tekana darah sistolik, dan nilai yang lebih rendah
disebut tekanan darah diastolik. Tekanan darah normal yaitu tidak kurang dari
120 (sistolik) /80 (diastolik)mmHg, tetapi nilai ini bervariasi untuk masing
masing orang.
12
D. Diagnosa
Diagnosa hipertensi didasarkan pada pengukuran berulang tekanan
darah yang mengikat.
E. Etiologi Hipertensi
Berdasarkan etiologinya, hipertensi dibagi atas hipertensi esensial dan
hipertensi sekunder. Pasien yang penyebab spesifik hipertensinya tidak
ditemukan dikatakan mengidap hipertensi primer esensial. Pasien dengan
etiologi spesifik dikatakan mengidap hipertensi sekunder .
13
resistensi insulin. Paling tidak ada 3 faktor penyebab hipertensi yakni makan
garam (natrium) berlebihan, stres psikis, dan obesitas.
Progrnosis hipertensi
1 Komplikasi hipertensif
Yakni komplikasi yang langsung disebabkan oleh hipertensi itu
sendiri, misalnya pendarahan otak, ensefalopati hipertensi, hipertrofi
vertikel kiri, gagal jantung kongestif, gagal ginjal,aneurisma aorta, dan
hipertensi akselerasi/maligna (pendarahan retina dengan/ tanpa udem
pupil).
2 Komplikasi aterosklerotik
Yakni komplikasi akibat proses aterosklerotik yang disebabkan
tidak hanya hipertensi sendiri tetapi juga oleh banyak faktor lain misalnya,
peningkatan kolesterol serum, merokok, diabetes militus, dll. Komplikasi
aterosklerotik ini berupa penyakit jantung koroner (PJK), infark miokard,
trombosis serebral, dan kludikasio.
F. Manifestasi Klinik
a. Penderita hipertensi primer yang sederhana pada umunya tidak diasertai
gejalah.
b. Penderita hipertensi sekunderdapat disertai gejalah suatu penyakit
G. Terapi
14
1 Tujuan terapi
a. Secara keseluruhan tujuan penanganan hipertensi adalah mengurangi
morbiditas dan kematian
b. Target nilai tekanan darahnya adalah kurang dari 140/90 untuk
hipertensi tidak komplikasi dan kurang dari 130/80 untuk penderita
diabetes mellitus serta ginjal kronik.
c. TDS merupakan indikasi yang baik untuk resiko kardiovaskular dari
pada TDD dan seharusnya dijadikan tanda klinik primer dalam
mengontrol hipertensi.
2 Terapi Non- Farmakologi
a. Penderita prehipertensi dan hipertensi sebaiknya sebaiknya dianjurkan
untuk memodifikasi gaya hidup. Termasuk penurunan berat badan jika
kelebihan berat badan serta mengurangi asupan natrium hingga lebih
kecil sama dengan2,4 g/hari Nacl.Melakukan aktifitas fisik serta
aerobik dan mengurangi mengkomsumsi alkohol dan menghentikan
kebiasaan merokok.
15
b. Penderita yang didiaknosis hipertensi tahap 1 dan 2 sebaiknya
ditempatkan pada terapi modifikasi gaya hidup dan terapi obat secara
bersamaan.
3 Terapi farmakologi
a. Pemilihan obat tergantung pada derajat meningkatnya tekanan darah
dan keberadaan comelling indication.
b. kebanyakan penderita hipertensi tahap 1 sebaiknya terapi diawali
dengan deuretik thiazide. Penderita hipertensi tahap 2 pada umunya
diberikan terapi kombinasi salah satu obatnya deuretik kecuali
terdapat kontraindikasi
c. Deuretik, blocker, inhibitor Angiotensin-Converting, Enzyme
(ACE), Angiotensin II, Receptor bloker (ARB), dan Calcium Channel
bloker (CCB), merupakan agen primer berdasarkan pada kerusakan
organ target atau mordibitas dan kematian kardiovaskular.
d. Bloker, 2-agonis sentral, inhibitor adrenergik, vasodilator
merupakan alternatif yang dapat digunakan penderita setelah
mendapatkan obat pilihan pertama.
4. Farmakoterapi Mekanisme Pengendalian Tekanan Darah
a. Diuretik
Adapun obat yang termasuk obat diuretick yaitu bumetanide,
eplerenone, fluosemide, hydrochlorothiazide, spironolactone,
triamtrene.
1) Diuretik tiazid
Kerja adalah Diuretik tiazid seperti hydrochlorothiazide,
awalnya menurunkan tekanan darah dengan meningkatkan asupan
natrium dan ekseresi air. Hal ini menyebabkan penurunan volume
ekstraseluler, mengakibatkan penurunan curah jantung dan aliran
darah ginjal. Dengan terapi jangka lama volume plasma
mengdekati nilai normal, tetapi resistensi prifer menurun. Diuretic
menghemat kalium sering kali dikombinasikan dengan tiazid.
Kegunaan terapeutik adalah diuretic tiazid menurunkan
tekanan darah pada posisi baik telentang maupun berdiri, dan
hipotensi postural jarang teramati, kecuali pada pasien lansia yang
kehabisan volume. Agen ini berkerja berlawanan terhadap retensi
air dan natrium yang terjadi oleh agen lain yang digunakan dalam
16
terapi hipertensi. Oleh Karen itu, tiazid berguna dalam terapi
kombinasi dengan beragam agen antihipertensi lain, termasuk
penghambat-, penghambat ACE, penghambat reseptor-
angiontensin, dan diuretik hemat-kalium. Diuertik tiazid terutama
berguna dalam terapi pasien kulit hitam atau lansia. Obat ini tidak
pada pasien dengan fungsi ginjal yang tidak adekuat.
Farmakonetik adalah diuretic tiazid aktif per oral.
Kecepatan absorsi dan eleminasinya sangat bervariasi meskipun
setiap agen tidak jelas apakah lebih bermanfaat dibandingkan yang
lain. Semua tiazid merupakan ligan untuk system sekresi asam
organic nefron sehingga obat ini dapat berkopentensi dengan uric
acid untuk eleminasi.
Efek samping adalah diuretic tiazid menginduksi
hipolekimia dan hiperurisemia pada 70 persen pasien dan
hiperglekimia pada 10 persen pasien. Hipomagnesemia juga dapat
terjadi, kadar kalium dalam serum harus dipantau ketat pada pasien
yang terpedisposisi aritimia jantung.
2) Loop diuretik
Loop diuretic bekerja segera, bahkan pada pasien yang
fungsi ginjal yang buruk atau yang tidak terrespon terhadap tiazid
atau diuretik lainya. Loop diuretic dapat menyebabkan penurunan
resisteni fasikuler ginjal dan pengkatan aliran darah.
17
keluar simpatis dari system saraf pusat (ssp) dengan menghambat
pelepasan rennin dari ginjal sehingga menurunkan pembentukan
angiontensin II dan sekresi aldosterone. Protipe penghambat- adalah
penghambat yang berkerja pada reseptor 1 dan 2. Penghambat
selektif resepor 1, seperti metoprolol dan atenolol merupakan
penghambat- yang paling sering diresepkan. Penghambat- selektif
dapat diberikan dengan hati-hati pada pasien yang mengalami asma
ketika propanolol dikoindikasikan akibat penghambatanya terhadap
brokodilasi yang diperantai- 2. Penghambat- harus diberikan dengan
hati-hati dalam terapi pasien yang mengalami gagal jantung akut atau
penyakit vascular perifer.
2) Kegunaan terapeutik
a) Subkelompok populasi hipertensi: penghambat- lebih
dibandingkan kulit hitam dan rang muda dibandingkan lansia.
(catatan kondisi yang mengdorong penggunaan penghambat-,
misalnya penyakit pada obstruktif krnis yang berat, gagal jantung
kongestif kronis, atau penyakit vaskular perifer oklusimtif
simtomatik yang berat. Lebih sering dijumpai pada lansia dan
penderita diabetes.)
b) Pasien hipertensi dengan penyakit-penyakit penyerta: penghambat-
berguna dalam mengobati kondisi yang menyertai hipertensi,
seperti takiatmia supraventrikuar, infark miokadium sebelumnya,
angina pectoris, gagal jantung kronis, dan nyeri kepala migrant.
3) Farmakokinetik
Penghambat- efektif peroral. Praponolol mengalami
metabolisme lintas-pertama yang ekstensif dan sangat beragam.
Penghambat- dapat memerlukan beberapa minggu untuk
menghasilkan efek lengkapnya.
4) Efek samping
a) Efek lazim : penghambat- dapat menyebabkan brakardia dan
efek samping SSp,seperti kelelahan,letargi, insomnia, dan
halusianasi. Obat ini juga dapat menyebabkan hipertensi.
18
Penghambat- dpata menurunkan libido dan menyebabkan
impotensi.
b) Perubahan pola lipid serum: penghambat- dapat meggangu
metabolisme lipid, dapat menurunkan kolestrol lipoprotein
densitas tinggi, dan meningkatkan triasilgliserol plasma.
c) Purtus obat : mendadak mengiinduksi angina infark miokardium
atau bahkan, kematian mendadak pada pasien penyakit jantung
iskemik. Oleh sebab itu, dosis oba-obat ini harus harus diturnkan
bertahap slama 2hingga 3 minggu pada pasien hipertensi dan
penyakit jantung iskemia.
c. Penghambat ACE
Adapun obat-obat yang digunakan dalam penghanghambat ACE
adalah benazepril, captopril, enalapril, fosinopril, lisinopril, moexipril,
Quinapril, dan rampril.
1) Kerja
Penghambat ACE menurunkan tekana darah dengan cara
penurunan resistensi vasikuler perifer tanpa curah, denyut, atau
kontraktilitas jangtung. Obat-obat ini menghambat ACE yang
memerantarai agiontensin I untuk membentuk agiontensin II sebagai
vasokontriktor poten. Enzim pengonversi tersebut juga bertanggung
jawab terhadap pemecahan bradikinin. Penghambat ACE
menurunkanan kadar angiontensin II dan efek vasodilator
peningkantan barandikinin. Dengan menurunkan kadar angiontensin
II dalam sirkulasi, penghambat ACE juga menurunkan sekresi
aldosterone, mengakibatkan penurunan natrium dan retensi air.
2) Kegunaan terapeutik
Seperti halnya penghambat-, penghambat ACE paling
efektif bagi pasien hipertensi berkulit putih dan mudah. Namun ketika
digunakan kombinasi dengan diuretik. Keefektifan penghambat ACE
sama pada pasien kulit hitam dan kulit putih dengan hipertensi.
Bersama penghamabat reseptor-angiontensin, penfhambat ACE
mempelambat penurunan nefropati diabetikum dan menurunkan
albuminuria. Penghambat ACE juga efektif dalam pengobatan pasien
yang mengalami gagal jantung kronis. Penghambat ACE merupakan
19
standar dalam perawatan pasien pascainfark miokardium. Terapi
dimulai 24 jam setelah akhir infark.
3) Efek sampaing
Efek samping yang lazim meliputi batuk kering ruam, demam,
perubahan sensasi ras, hipertensi (pada keadaan hipofolemik), dan
hiperkemia. Batuk kering juga terjadi pada sekitar 10 persen pasien,
dianggap disebabkan Karena peningkatan kadar bradikinin dalam
cabang paru. Kadar kalium harus dipantau dan suplmen kalium atau
diretik hemat0kalium dikontraindikasikan. Anggioderma jarang
terjadi, tetapi kemunkinan bias mengacam jiwa dan juga dan dapat
disebabkan karena peningkatan kadar bradkinin. Karena terdapat
resiko angiderma dan sinkop dosis pertama, penghambat ACE
mungkin diberikan pertama kali diruang praktek dokter dan
pemantauan ketat. Gagal ginjal reversible dapat terjadi pada pasien
yang mengalami snetosis arteri renalis bilateral yang parah.
Penghambat ACE bersifat fetotoksik dan tidak boleh digunakan oleh
wanita hamil.
d. Antagonis Reseptor-Angiotensin II
Penghamabat reseptor-angiontensin II ( angiontensin II-resceptor
blockers/ ARB) merupakan alternatif penghamabat ACE. Obat-obat ini
menghambat reseptor ATI. Losartan merupakan prototype ARB, saat ini
terdapat 6 ARB tambahan. Efek farmakologi obat-obat ini serupa dengan
efek farmakologis penghambat ACE, yaitu menghasilkan diltasi arteriol
dan vena dan menghambat sekresi aldosteron sehingga menurunkan
tekanan darah dan menurunkan resensitensi garam beserta air, ARB tidak
meningkatkan kadar bradikinin. ARB menurunkan nefrotoksistas pada
diabetes, menjdaikna obat-obat ini sebagai terapi yang disetujui pada
diabetic hipertensi. Efek samping obat-obat ini serupa dengan efek
samping pada penghambat ACE meskipun resiko batuk dan angioderma
sanngat menurun, ARB juga bersifat fetotoksik. Adapun obat-obat yang
termasuk dalam resepto-angiontensin II yaitu candesartan, eprosartan,
irbesartan, losartan, omesartan, telmisartan, valsartan.
e. Penghambat Renin
20
Penghambat rennin selektif, alisiren, telah tersedia untuk terapi
hipertens. Aliskieren menghambat rennin secara langsung sehingga bekerja
lebih dini pada system rennin-angiotensin-aldosterone dibandingkan
penghambat ACE atau ARB. Obat ini menurunkan tekanan darah yang
hampir sama efektifnya dengan ARB, pnghambat ACE, dan tiazid. Obat ini
juga dikombinasikan dengan antihipertensi lainya, seperti diuretik,
penghambat ACE, ARB atau penghambat kanal kalsium. Aliskiren dapat
menyebabkan diare, khususnya pada dosis tinggi. Aliskiren dapat
menyebabkan batuk dan angioedema tetapi tidak mungkin tidak sesering
penghmabat ACE. Obat ini dikontraindikasikan selama kehamilan.
Kombinasi dasis maksimum aliskiren dan valsartan menurunkan tekanan
darah yang lebih besar daripada dosis maksimum tiap agen, tetapi tidak
lebih daripada yang diharapkan dengan terapi ganda, yang terdiri dari
berbagai agen dari golongan yang berbeda. Hiperkalemia jauh lebih sering
daripada pasien yang mendapatkan valsartan dan aliskiren.
f. Penghambat Kanal Kalsium
1) Golongan penghambat kanal kalsium
Penghambat kanal kalsium di bagi menjadi tiga golongan kimia;
masing-masing memiliki sifat farmakokinetik dan indikasi klinis yang
berbeda.
a) Difenilalkilamina: verapamil merupakn satu-satunya anggota kelas
ini yang saat ini disetujui di Amerika Serikat. Verpamil merupakan
penghambat kanal kalsium yang paling edikit selektif dan memiliki
efek yang bermakna terhadap sel otot polos jangtung dan vaskular.
Obat ini digunakan untuk mengobati angina, takiartmia
supravertikel, nyeri dan kepala migrant.
b) Benzotiazepin : ditilazem merupakan satu-satunya anggota kelas ini
disetuji Amerika Serikat. Seperti halnya verapamin, diltiazem
memengaruhi baik otot polos jangtung maupun vaskular; namun
obat ini memiliki efek inotropik negative yang kurang mononjol
pada jangtung dibangdingkan verapamil. Ditiazem memiliki profil
efek samping yang menguntungkan.
21
c) Dihidropiridin :golongan penghambat kalan kalsium yang
berkembang cepat ini meliputi nifedipin generasi pertama dan lima
agen generasi-kedua untuk mengobati penyakit kardiovasikuler:
amlopdipine, felodipine, irsadipine, nicardipine, dan nisoldipine.
Penghambat kanal kalsium generasi kedua ini berbeda dalam hal
farmokinetik, persetujuan penggunaan dan interaksi obat. Semua
dihiropiridin memiliki afiniatas yang lebih besar terhadap kanal
kalsium vaskular dibangdingkanb kanal kalsium dalam jangtung.
Oleh sebab itu, obat-obat ini terutama menarik dalam pengobatan
hipertensi. Beberapa agen lebih baru seperti amlodipine, dan
nicardipine, memiliki keuntungan yaitu agen-agen tersebut
menunjukan sedikit interaksi dengan obat-obat kardiovasikuler
lainya, seperti digoxin atau warfin yang sering digunkana bersama-
sama dengan penghamabat kanal-kalsium.
2) Kerja
Konsentrasi kalsium intraseluler memainkan peranan
pengting dalam mempertahankan tonus otot polos dalam kontraksi
miokardium. Kalsium memasuki sel otot melalui kanal kalsium
sesitif-voltase yang khusus. Pemicu ini melepaskan kalsium dari
reticulum sarkoplasma dan mitokondra. Yang kemudian
meningkatkan kadar kalsium sitosol. Antagonis kanal kalsium
menghambat gerakan kalsium masuk melalui peningkatan dengan
kanal kalsium tpe-L dalam jangtung dan otot polos pembuluh darah
koroner dan perifer. Hal ini menyebabkan relaksasi otot pembuluh
darah terutama dilatasi arteriol.
3) Kegunaan terapeutik
Penghambat kanal kalsium memiliki efek natriuretik
intrinksik sehingga tidak selalu memerlukan diuretik tambahan.
Agen-agen ini berguna dalam pengobatan pasien hipertensi yang
juga memiliki asma, diabetes, angina, dan atau penyakit vasikuler
perifer. Penderita hipertensi yang berkulit kitam berrespon baik
terhadap penghambat kanal kalsium.
4) Farmakokinetik
22
Sebagian besar agen ini memiliki waktu-paruh yang pendek
(3-8 jam) pada dosis pemberian oral. Tetapi diperlukan tiga kali
sehari untuk mempertahankan control yang baik terhdap hipertensi.
Preparat lepas lambat tersedia dan memungkinkan pemberian dosis
yang tidak terlalau sering. Amlodipine memilki waktu paruh yang
sangat pangjang dan tidak memerlukan formulasi lepas-lambat.
5) Efek sampaing
Konsitipasi terjadi pada 10 persen pasien yang terapi dengan
verapamil. Pusing, nyeri kepala, dan persaan lelah akibat
penururnana tekanan darah yang lebih sering dihidropiridin.
Verapamil harus dihindari pada pasien yang gagal jangtung kongsetif
atau blok artioventrikuler akibat efek intropik negative dan
dromotopiknya.
g. Agen Penghambat Adrenoseptor-
Prazosin, doxazosin, dan terazosin menghasilkan penghambatan
kompetitif adrenoseptor-1.obat-obat ini menurunkan resisitensi vasikuler
perifer dan menurunkan tekanan darah arteri dengan cara mnyebabkan
reaksi otot polos arteri dan vena. Obat-obat ini hanya menyebabkan sedikit
perubahan curah jangtung, aliran darah , ginjal dan laju filtrasi glomerulus.
Oleh sebab itu, takikardia jangka pangjang tidak terjadi, tetapi terjadi
retensi garam dan air. Hipotensi postural dapat terjadi pada beberapa
orang. Prazosin digunakan untuk terapi hipertensi ringan hingga sedang
dan diresepkan berkombinasi dengan propanolol atau diretik untuk efek
aditif. Takikardia reflex dan sinkop dosis-pertama merupakan efek
samping ang hamir universal. Penggunaan bersama dengan penghambat-
dapat diperlukan untuk mengurangi efek jangka pendek takikardia reflex.
Peningkatan denyut jangtung pada gagal jantung kongesitif terjadi pada
pasien yang menggunakan doxazasin saja dibangdingkan pada
penggunaan diuretik tiazid saja. Karena profil efek samping
perkembangan tolransi, penemuan antihipertensi yang lebih aman,
penghamabat-1 jarang digunakan dalam terapi hipertensi, tamsulosion
23
suatu penghambat-1 dengan selektifitasnya yang lebih besar terhadap otot
prostat telah digunakan pada hyperplasia prostat.
h. Agonis Reseptor 2 Sentral.
1) Clonidine, guanabenz, guanfacine, dan metildopa menurunkan tekanan
darah terutama dengan menstimulasi reseptor 2 adrenergic di otak,
yang mengurangi symphatetic outflow dari pusat vasomotor dan
meningkatkan tonus vagal. Stimulasi reseptor 2 presinap secara
perifer bisa berperan pada pengurangan tonus simpatik.
Konsekuensinya, bisa ada penurunan denyut jantung, cardiac output,
tahanan perifer total, aktivitas plasma renin, dan reflek baroreseptor.
2) Penggunaan kronik menyebabkan retensi natrium dan cairan, yang
tampaknya paling jelas dengan metildopa. Dosis rendah dari clonidine,
guanfacine, atau guanabenz bisa digunakan untuk merawat hipertensi
ringan tanpa perlu menambahkan diuretik.
3) Sedasi dan mulut kering adalah efek samping umum yang bisa hilang
dengan dosis rendah kronik. Dan seperti antihipertensi lain yang
bekerja sentral, bisa terjadi depresi.
4) Penghentian mendadak bisa menyebabkan rebound hypertension
(peningkatan mendadak tekanan darah sampai ke level sebelum
perawatan) atau overshoot hypertension (peningkatan tekanan darah
lebih tinggi dari level sebelum perawatan). Ini diperkirakan terjadi
setelah kompensasi peningkatan pada pelepasan norepinefrin yang
mengikuti penghentian stimulasi reseptor presinap.
5) Metildopa jarang menyebabkan hepatitis atau anemia hemolitik.
Peningkatan singkat pada hepatic transaminase kadang terjadi dengan
metildopa dan secara klinik tidak penting. Peningkatan yang bertahan
pada serum transaminase atau alkaline phosphatase bisa mendahului
onset fulminant hepatitis(hepatitis yang terjadi mendadak dalam
keadaan sangat parah), yang bisa fatal. Anemia hemolitik Coombs-
positive terjadi pada <1% pasien yang menerima metildopa, meski
20% tes direct-Coomb-nya positif tanpa mengalami anemia. Untuk
alasan ini, metildopa mempunyai kegunaan yang terbatas.
24
6) Transdermal delivery system untuk clonidine bisa dihubungkan dengan
efek samping yang lebih kecil dan peningkatan kepatuhan. Patch
digunakan pada kulit selama 2 minggu sebelum diganti. Tekanan darah
diturunkan sementara konsentrasi serum obat yang tinggi bisa
dihindari. Kerugiannya adalah harga mahal, 20% kejadian kulit
kemerahan yang terjadi lokal atau iritasi, dan penundaan onset efek
selama 2 atau 3 hari.
25
diuretik dan reserpine merupakan regimen antihipertensi yang efektif
dan tidak mahal.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Didalam makalah ini kami penulis menyadari bahwa terdapat banyak
kesalahan oleh karena itu kami meminta kepada pembaca agar memberikan
kritik dan sarn yang sifatnya agra dapat menyempurnakan makalah
selanjutnya.
26
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall, 1998, Buku Saku Diagnosa Keperawatan.Jakarta: EGC..
Doenges, Marllynn E, Moorhouse, Mary Frances, Glaissler, C.Alice.1998.
Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3.Jakarta: EGC
Ganiswarna Sulistia. G. 1995. Farmakologi Dan Terapi Edisi 4. Jakarta:
Universitas Indonesia
Harvey Richard. A. dan Champe Pamela C. 2014. Farmakologi Ulasan
Bergambar. Jakarta: EGC
Price, Syivia A dan Wilson, Lorraine M.2014.Patofisiologi edisi 6 Volume I.
Jakarta: EGC.
Kusnandar.2008. ISO Farmakoterapi. PT.ISFI Penerbitan: Jakarata
Wells Barbara G, Dipiro Joseph T, schwinghammer Terry L, Dipiro Cecily
V.2009. Pharmacotherapy Handbook seventh edition. The McGRaw-Hill
Companies: Columbia.
27