Anda di halaman 1dari 14

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

I. Konsep Dasar

A. Definisi

Kanker adalah istilah umum yang mencakup setiap pertumbuhan maligna dalam

setiap bagian tubuh, pertumbuhan ini tidak bertujuan, bersifat parasit, dan berkembang

dengan mengorbankan manusia sebagai hospesnya (Hinchliff, 1999).

Kanker serviks adalah pertumbuhan sel-sel abnormal pada daerah batas antara epitel

yang melapisi ektoserviks (porsio) dan endoserviks kanalis serviksalis yang disebut

squamo-columnar junction (SCJ) (Wiknjosastro, Hanifa. 2005).

B. Etiologi

Penyebab langsung kanker serviks belum diketahui. Faktor ekstrinsik yang diduga

berhubungan dengan insiden karsinoma serviks, antara lain infeksi Human Papilloma

Virus (HPV) dan spermatozoa. Menurut Wiknjosastro Hanifa ada beberapa faktor yang

dapat meningkatkan resiko terjadinya kanker serviks, antara lain adalah :

1. Hubungan seks pada usia muda atau pernikahan pada usia muda
Faktor ini merupakan faktor risiko utama. Semakin muda seorang perempuan

melakukan hubungan seks, semakin besar risikonya untuk terkena kanker serviks.

Berdasarkan penelitian para ahli, perempuan yang melakukan hubungan seks pada usia

kurang dari 17 tahun mempunyai resiko 3 kali lebih besar daripada yang menikah pada

usia lebih dari 20 tahun.

2. Berganti-ganti pasangan seksual

4
Perilaku seksual berupa gonta - ganti pasangan seks akan meningkatkan

penularan penyakit kelamin. Penyakit yang ditularkan, salah satunya adalah infeksi

Human Papilloma Virus (HPV) telah terbukti dapat meningkatkan timbulnya kanker

serviks, penis dan vulva. Resiko terkena kanker serviks menjadi 10 kali lipat pada

wanita yang mempunyai partner seksual 6 orang atau lebih. Di samping itu, virus

herpes simpleks tipe 2 dapat menjadi faktor pendamping.

3. Faktor genetik

Terjadinya mutasi sel pada sel epitel skuamosa serviks yang menyebabkan

terjadinya kanker serviks pada wanita dapat diturunkan melalui kombinasi genetik dari

orang tua ke anaknya.

4. Kebiasaan merokok

Wanita perokok memiliki risiko 2 kali lebih besar terkena kanker serviks

dibandingkan dengan wanita yang tidak merokok. Penelitian menunjukkan, lendir

serviks pada wanita perokok mengandung nikotin yang dapat menurunkan daya tahan

serviks di samping merupakan ko-karsinogen infeksi virus. Selain itu, rokok

mengandung zat benza piren yang dapat memicu terbentuknya radikal bebas dalam

tubuh yang dapat menjadi mediator terbentuknya displasia sel epitel pada serviks.

5. Infeksi virus

Infeksi virus herpes simpleks (HSV-2) dan virus papiloma atau virus

kondiloma akuminata diduga sebagai factor penyebab kanker serviks

6. Jumlah kehamilan dan partus

Kanker serviks terbanyak dijumpai pada wanita yang sering partus. Semakin

sering partus semakin besar kemungkinan resiko mendapat karsinoma serviks.

C. Klasifikasi

5
Stage 0 : Ca.Pre invasif

Stage I : Ca Terbatas pada serviks

Stage Ia : Disertai inbasi dari stroma yang hanya diketahui secara histopatologis

Stage Ib : Semua kasus lainnya dari stage I

Stage II : Sudah menjalar keluar serviks tapi belum sampai kepanggul telah mengenai

dinding vagina, Tapi tidak melebihi dua pertiga bagian proksimal

Stage III : Sudah sampai dinding panggula dan sepertiga bagian bawah vagina

Stage IIIB : Sudah mengenai organ-organ lain.

D. Patofisiologi

Dari beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya kanker sehingga menimbulkan


gejala atau semacam keluhan dan kemudian sel - sel yang mengalami mutasi dapat
berkembang menjadi sel displasia. Apabila selkarsinoma telah mendesak pada jaringan
syaraf akan timbul masalahkeperawatan nyeri. Pada stadium tertentu sel karsinoma dapat
mengganggu kerja sistem urinaria menyebabkan hidroureter atau hidronefrosis yang
menimbulkan masalah keperawatan resiko penyebaran infeksi. Keputihan yang
berkelebihan dan berbau busuk biasanya menjadi keluhan juga, karena mengganggu pola
seksual pasien dan dapat diambil masalah keperawatan gangguan pola seksual. Gejala dari
kanker serviks stadium lanjut diantaranya anemia hipovolemik yang menyebabkan
kelemahan dan kelelahan sehingga timbul masalah keperawatan gangguan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh.
Pada pengobatan kanker leher rahim sendiri akan mengalami beberapa efek samping
antara lain mual, muntah, sulit menelan, bagi saluran pencernaan terjadi diare gastritis,
sulit membuka mulut, sariawan, penurunan nafsu makan ( biasa terdapat pada terapi
eksternal radiasi ). Efek samping tersebut menimbulkan masalah keperawatan yaitu nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh. Sedangkan efek dari radiasi bagi kulit yaitu menyebabkan
kulit merah dan kering sehingga akan timbul masalah keperawatan resiko tinggi kerusakan
integritas kulit. Semua tadi akan berdampak buruk bagi tubuh yang menyebabkan
kelemahan atau kelemahan sehingga daya tahan tubuh berkurang dan resiko injury pun
akan muncul. Tidak sedikit pula pasien dengan diagnosa positif kanker leher rahim ini
merasa cemas akan penyakit yang dideritanya. Kecemasan tersebut bias dikarenakan

6
dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit, ancaman status kesehatan dan mitos
dimasyarakat bahwa kanker tidak dapat diobati dan selalu dihubungkan dengan kematian.

E. Tanda dan Gejala

Pada fase prakanker (tahap displasia), sering tidak ada gejala atau tanda-tanda yang

khas. Namun, kadang bisa ditemukan gejala-gejala sebagai berikut :

1. Keputihan atau keluar cairan encer dari vagina. Getah yang keluar dari vagina ini makin

lama akan berbau busuk akibat infeksi dan nekrosis jaringan

2. Perdarahan setelah senggama (post coital bleeding) yang kemudian berlanjut menjadi

perdarahan yang abnormal

3. Pada fase invasif dapat keluar cairan berwarna kekuning-kuningan dan berbau busuk.

4. Timbul gejala-gejala anemia bila terjadi perdarahan kronis.

5. Kelemahan pada ekstremitas bawah

6. Timbul nyeri panggul (pelvis) atau di perut bagian bawah bila ada radang panggul

7. Pada stadium lanjut, badan menjadi kurus kering karena kurang gizi, edema pada kaki,

timbul iritasi kandung kemih dan poros usus besar bagian bawah (rektum),

terbentuknya fistel vesikovaginal atau rektovaginal, atau timbul gejala-gejala akibat

metastasis jauh.

F. Komplikasi

1.Gagal ginjal

Dalam beberapa kasus kanker serviks stadium lanjut, tumor kanker (pertumbuhan

jaringan abnormal) dapat menekan ureter, menghalangi aliran urin keluar dari ginjal.

Sehingga urin tertampung dalam ginjal dikenal sebagai hidronefrosis dan dapat

menyebabkan ginjal menjadi bengkak dan rusak.

2. Bekuan darah

7
Kanker serviks, seperti kanker lainnya, dapat membuat darah lebih lengket dan

membuatnya lebih rentan terhadap penyumbatan. Istirahat di tempat tidur setelah

operasi dan kemoterapi juga dapat meningkatkan risiko mengalami penggumpalan

darah sehingga menyumbat aliran darah.Biasanya terjadi pada ektermitas bawah.

3. Pendarahan

Jika kanker menyebar ke usus vagina atau kandung kemih, dapat menyebabkan

kerusakan yang signifikan, mengakibatkan pendarahan. Perdarahan dapat terjadi pada

vagina, rektum (bagian belakang).

4. Keputihan

Komplikasi lain jarang tapi menyedihkan dari kanker serviks stadium lanjut adalah

cairan berbau tidak menyenangkan dari vagina.

G. Pemeriksaan Diagnostik

1. Pemeriksaan Sitologi Pap Smear

Salah satu pemeriksaan sitologi yang bisa dilakukan adalah pap smear. Pap smear

merupakan salah satu cara deteksi dini kanker leher rahim. Test ini mendeteksi adanya

perubahan-perubahan sel leher rahim yang abnormal, yaitu suatu pemeriksaan dengan

mengambil cairan pada laher rahim dengan spatula kemudian dilakukan pemeriksaan

dengan mikroskop.

2. Kolposkopi

Pemeriksaan dengan pembesaran (seperti mikroskop) yang digunakan untuk

mengamati secara langsung permukaan serviks dan bagian serviks yang abnormal.

Dengan kolposkopi akan tampak jelas lesi-lesi pada permukaaan serviks, kemudian

dilakukan biopsi pada lesi-lesi tersebut.

3. Serviksografi

8
Servikografi terdiri dari kamera 35 mm dengan lensa 100 mm dan lensa ekstensi

50 mm. Fotografi diambil oleh tenaga kesehatan dan slide (servikogram) dibaca oleh

yang mahir dengan kolposkop.

4. Pemeriksaan darah lengkap

Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi tingkat komplikasi pendarahan yang

terjadi pada penderita kanker serviks dengan mengukur kadar hemoglobin, hematokrit,

trombosit dan kecepatan pembekuan darah yang berlangsung dalam sel-sel tubuh.

5. Biopsi

Dengan biopsi dapat ditemukan atau ditentukan jenis karsinomanya.

H. Penatalaksanaan
1. Terapi local
Terapi local dilakukan pada penyakit prainvasif, yang meliputi biopsy, cauterasi, terapi
laser, konisasi, dan bedah buku.
2. Histerektomi
Histerektomi mungkin juga dilakukan tergantung pada usia wanita, status anak, dan
atau keinginan untuk sterilisasi. Histerektomi radikal adalah pengangkatan uterus,
pelvis dan nodus limfa para aurtik.
3. Pembedahan
Pembedahan dilakukan untuk pengangkatan sel kanker.
4. Radioterapi batang eksternal
Dilakukan jika nodus limfe positif terkena dan bila batas-batas pembedahan. Untuk
terapi radiasi ini biasanya para wanita dipasang kateter urine sehingga tetap berada di
tempat tidur, makan makanan dengan diet ketat dan memakan obat untuk mencegah
defekasi, karena pada terapi ini biasanya terpasang tampon (aplikator)
7. Terapi biologi
Yaitu dengan memperkuat system kekebalan tubuh (system imun)
8. Kemoterapi
Dengan menggunakan obat-obatan sitostastik.
II. Askep Teoritis

A. Pengkajian

1. Biodata
Seperti nama, jenis kelamin, alamat, suku bangsa. Pendidikan dan pekerjaan

9
2. Riwayat Kesehatan
- Keluhan utama
pasien biasanya datang dengan keluhan intra servikal dan disertai keputihan
menyerupai air.
- Riwayat kesehatan sekarang
pada stadium awal klien tidak merasakan keluhan yang mengganggu, baru pada
stadium akhir yaitu stadium 3 dan 4 timbul keluhan seperti : perdarahan, keputihan
dan rasa nyeri intra servikal.
-Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat abortus, infeksi pasca abortus, infeksi masa nifas, riwayat ooperasi
kandungan, serta adanya tumor
- Riwayat kesehatan keluarga
Adanya keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan klien

3. Riwayat Psikososial
- Intrapersonal : perasaan yang di rasakan pasien (cemas atau sedih)
- Interpersonal : Hubungan dengan orang lain
4. Pola nutrisi dan metabolisme
Biasanya nafsu makan pasien menurun atau berkurang, karena proses kemoterapi dan
Kecemasan
5. Pola istirahat dan tidur
Biasanya pasien tidak dapat istirahat karena nyeri dan cemas
6. Kaji pemahaman pasien atau keluarga tentang kondisi, tindakan, pemeriksaan
diagnostik dan tindakan perawatan diri untuk mencegah komplikasi
7. Pemeriksaan fisik
a) Kepala
- Rambut : bersih, tidak ada ketombe, dan tidak rontok
- Mata : konjunctiva tidak anemis
- Hidung : simetris, tidak ada sputum
- Telinga : simetris, bersih, tidak ada serumen
- Mulut : bibir tidak kering, tidak sianosis, mukosa bibir lembab, tidak terdapat lesi
- Leher : tidak ada pembesaran kelenjer tiroid dan tidak ada pembesaran kelenjer
getah bening
b) Dada
- Inspeksi : simetris
- Perkusi : sonor seluruh lap paru
- Palpasi : simetris kana dan kiri
- Auskultasi : vesikuler
c) Abdomen
- Inspeksi : simetris, tidak ascites
- Palapasi : tidak ada nyeri tekan
- Perkusi : tympani
- Auskultasi : bising usus normal

10
d) Genetalia
Ada lesi, adanya pengeluaran pervaginam, berbau
e) Ekstremitas atas atau bawah
Tidak oedema

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Resiko penyebaran infeksi berhubungan dengan pengeluaran pervaginam (darah,


keputihan)
2. Gangguan rasa nyaman dan nyeri berhubungan dengan penekanan sel saraf kanker pada
syaraf, kematian sel
3. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual
muntah

4. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang prosedur pengobatan

11
12
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

No Diagnosa Tujuan & Kriteria Intervensi Rasional


Keperawatan Hasil

1. penyebaran Setelah dilakukan 1. Kaji adanya infeksi di sekitar 1. Untuk menhetahui tanda infeksi
Resiko
tindakan keperawatan area serviks pada pasien
infeksi selama 3x24 jam diharap 2. Tekankan pada pasien 2. Untuk mencegah terjadinya
berhubungan dengan
kan masalah dapat teratasi pentingnya personal hygiene infeksi pada pasien
pengeluaran pervaginam
(darah,keputihan) Kriteria hasil : 3. Berikan perawatan dengan 3. untuk mencegah agar tidak
- infeksi tidak terjadi prinsip aseptik dan antiseptik terjadi penyebaran infeksi
- TTV terutama suhu 4. Tempatkan pasien pada 4. Untuk mengurangi terjadinya
dalam batas normal lingkungan yang terhindar infeksi
dari infeksi
5. Kolaborasi dalam pemberian 5. Membantu dalam proses
Obat antibiotik penyembuhan

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

13
No Diagnosa Tujuan & Kriteria Intervensi Rasional
Keperawatan Hasil

2. Setelah dilakukan 1. Lakukan pengkajian nyeri 1. Untuk mengetahui tingkat nyeri


Gangguan rasa nyaman tindakan keperawatan secara komprehensif termasuk pada pasien
dan nyeri berhubungan
dengan penekanan sel selama 3x24 jam diharap lokasi, karakteristik dan
saraf kanker pada kan masalah dapat teratasi frekuensi
syaraf, kematian sel Kriteria hasil : 2. Observasi dari reaksi non 2. Mengetahui reaksi pasien
- mengontrol nyeri verbal dari ketidaknyamanan terhadap nyeri yang di alaminya
- menunjukkan tingkat 3. Gunakan komunikasi 3. Untuk mengetahui pengalaman
Nyeri teraupetik untuk mengetahui nyeri sebelumnya pada pasien
pengalaman nyeri pasien
sebelumnya
4. Ajarkan tehnik relaksasi 4. Dapatmengurangi nyeri pada
seperti tarik nafas dalam pasien
5. Kolaborasi dalam pemberian 5. Membantu dalam proses
Obat penyembuhan

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

No Diagnosa Tujuan & Kriteria Intervensi Rasional


Keperawatan Hasil

3. Gangguan nutrisi kurang Setelah dilakukan 1. Awasi konsumsi makanan / 1. Mengidentifikasi kekurangan

14
dari kebutuhan tubuh tindakan keperawatan cairan nutrisi
berhubungan dengan selama 3x24 jam diharap 2. Perhatikan adanya mual dan 2. Gejala yang menyertai
anoreksia, mual muntah kan dapat Muntah akumulasi toksin endogen yang
mempertahankan nutrisi dapat merubah/menurunkan
yang adekuat pemasukan dan memerlukan
Kriteria hasil : intervensi
- BB stabil 3. Berikan makanan sedikit 3. Porsi yang lebih kecil dapat
- Nafsu makan membaik dalam frekuensi sering meningkatkan msukan
makanan/cairan
4. Kolaborasi dengan ahli gizi 4. Menentukan kalori dan nutrisi
dalam pembatasan diet
5. Kolaborasi dalam pemberian 5. Membantu dalam proses
Obat penyembuhan

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

No Diagnosa Tujuan & Kriteria Intervensi Rasional


Keperawatan Hasil

4. Ansietas berhubungan Setelah dilakukan 1. Kaji tingkat kecemsan pada 1. Untuk mengetahui sampai
dengan kurangnya tindakan keperawatan pasien dan keluarga baik sejauh mana tingkat kecemasan
pengetahuan tentang selama 3x24 jam diharap ringan sampai berat pada pasien dan keluarga
proses pengobatan kan masalah dapat teratasi 2. Kaji intervensi yang dapat 2. Untuk mengetahui cara mana

15
Kriteria hasil : menurunkan ansietas yang paling efektif untuk
- ansietas berkurang mengurangi tingkat kecemasan
- pengetahuan bertambah 3. Berikan aktivitas yang dapat 3. Untuk mengalihkan perhatian
mengurangi kecemasan pasien dari kecemasan yang
dialaminya
4. Identifikasi sumber / orang 4. Memberikan keyakinan pada
yang dekat dengan pasien pasien bahwa dia tidak sendiri
dalam menghadapi masalah
yang di alaminya

16
17

Anda mungkin juga menyukai