TINJAUAN TEORITIS
I. Konsep Dasar
A. Definisi
Kanker adalah istilah umum yang mencakup setiap pertumbuhan maligna dalam
setiap bagian tubuh, pertumbuhan ini tidak bertujuan, bersifat parasit, dan berkembang
Kanker serviks adalah pertumbuhan sel-sel abnormal pada daerah batas antara epitel
yang melapisi ektoserviks (porsio) dan endoserviks kanalis serviksalis yang disebut
B. Etiologi
Penyebab langsung kanker serviks belum diketahui. Faktor ekstrinsik yang diduga
berhubungan dengan insiden karsinoma serviks, antara lain infeksi Human Papilloma
Virus (HPV) dan spermatozoa. Menurut Wiknjosastro Hanifa ada beberapa faktor yang
1. Hubungan seks pada usia muda atau pernikahan pada usia muda
Faktor ini merupakan faktor risiko utama. Semakin muda seorang perempuan
melakukan hubungan seks, semakin besar risikonya untuk terkena kanker serviks.
Berdasarkan penelitian para ahli, perempuan yang melakukan hubungan seks pada usia
kurang dari 17 tahun mempunyai resiko 3 kali lebih besar daripada yang menikah pada
4
Perilaku seksual berupa gonta - ganti pasangan seks akan meningkatkan
penularan penyakit kelamin. Penyakit yang ditularkan, salah satunya adalah infeksi
Human Papilloma Virus (HPV) telah terbukti dapat meningkatkan timbulnya kanker
serviks, penis dan vulva. Resiko terkena kanker serviks menjadi 10 kali lipat pada
wanita yang mempunyai partner seksual 6 orang atau lebih. Di samping itu, virus
3. Faktor genetik
Terjadinya mutasi sel pada sel epitel skuamosa serviks yang menyebabkan
terjadinya kanker serviks pada wanita dapat diturunkan melalui kombinasi genetik dari
4. Kebiasaan merokok
Wanita perokok memiliki risiko 2 kali lebih besar terkena kanker serviks
serviks pada wanita perokok mengandung nikotin yang dapat menurunkan daya tahan
mengandung zat benza piren yang dapat memicu terbentuknya radikal bebas dalam
tubuh yang dapat menjadi mediator terbentuknya displasia sel epitel pada serviks.
5. Infeksi virus
Infeksi virus herpes simpleks (HSV-2) dan virus papiloma atau virus
Kanker serviks terbanyak dijumpai pada wanita yang sering partus. Semakin
C. Klasifikasi
5
Stage 0 : Ca.Pre invasif
Stage Ia : Disertai inbasi dari stroma yang hanya diketahui secara histopatologis
Stage II : Sudah menjalar keluar serviks tapi belum sampai kepanggul telah mengenai
Stage III : Sudah sampai dinding panggula dan sepertiga bagian bawah vagina
D. Patofisiologi
6
dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit, ancaman status kesehatan dan mitos
dimasyarakat bahwa kanker tidak dapat diobati dan selalu dihubungkan dengan kematian.
Pada fase prakanker (tahap displasia), sering tidak ada gejala atau tanda-tanda yang
1. Keputihan atau keluar cairan encer dari vagina. Getah yang keluar dari vagina ini makin
2. Perdarahan setelah senggama (post coital bleeding) yang kemudian berlanjut menjadi
3. Pada fase invasif dapat keluar cairan berwarna kekuning-kuningan dan berbau busuk.
6. Timbul nyeri panggul (pelvis) atau di perut bagian bawah bila ada radang panggul
7. Pada stadium lanjut, badan menjadi kurus kering karena kurang gizi, edema pada kaki,
timbul iritasi kandung kemih dan poros usus besar bagian bawah (rektum),
metastasis jauh.
F. Komplikasi
1.Gagal ginjal
Dalam beberapa kasus kanker serviks stadium lanjut, tumor kanker (pertumbuhan
jaringan abnormal) dapat menekan ureter, menghalangi aliran urin keluar dari ginjal.
Sehingga urin tertampung dalam ginjal dikenal sebagai hidronefrosis dan dapat
2. Bekuan darah
7
Kanker serviks, seperti kanker lainnya, dapat membuat darah lebih lengket dan
3. Pendarahan
Jika kanker menyebar ke usus vagina atau kandung kemih, dapat menyebabkan
4. Keputihan
Komplikasi lain jarang tapi menyedihkan dari kanker serviks stadium lanjut adalah
G. Pemeriksaan Diagnostik
Salah satu pemeriksaan sitologi yang bisa dilakukan adalah pap smear. Pap smear
merupakan salah satu cara deteksi dini kanker leher rahim. Test ini mendeteksi adanya
perubahan-perubahan sel leher rahim yang abnormal, yaitu suatu pemeriksaan dengan
mengambil cairan pada laher rahim dengan spatula kemudian dilakukan pemeriksaan
dengan mikroskop.
2. Kolposkopi
mengamati secara langsung permukaan serviks dan bagian serviks yang abnormal.
Dengan kolposkopi akan tampak jelas lesi-lesi pada permukaaan serviks, kemudian
3. Serviksografi
8
Servikografi terdiri dari kamera 35 mm dengan lensa 100 mm dan lensa ekstensi
50 mm. Fotografi diambil oleh tenaga kesehatan dan slide (servikogram) dibaca oleh
terjadi pada penderita kanker serviks dengan mengukur kadar hemoglobin, hematokrit,
trombosit dan kecepatan pembekuan darah yang berlangsung dalam sel-sel tubuh.
5. Biopsi
H. Penatalaksanaan
1. Terapi local
Terapi local dilakukan pada penyakit prainvasif, yang meliputi biopsy, cauterasi, terapi
laser, konisasi, dan bedah buku.
2. Histerektomi
Histerektomi mungkin juga dilakukan tergantung pada usia wanita, status anak, dan
atau keinginan untuk sterilisasi. Histerektomi radikal adalah pengangkatan uterus,
pelvis dan nodus limfa para aurtik.
3. Pembedahan
Pembedahan dilakukan untuk pengangkatan sel kanker.
4. Radioterapi batang eksternal
Dilakukan jika nodus limfe positif terkena dan bila batas-batas pembedahan. Untuk
terapi radiasi ini biasanya para wanita dipasang kateter urine sehingga tetap berada di
tempat tidur, makan makanan dengan diet ketat dan memakan obat untuk mencegah
defekasi, karena pada terapi ini biasanya terpasang tampon (aplikator)
7. Terapi biologi
Yaitu dengan memperkuat system kekebalan tubuh (system imun)
8. Kemoterapi
Dengan menggunakan obat-obatan sitostastik.
II. Askep Teoritis
A. Pengkajian
1. Biodata
Seperti nama, jenis kelamin, alamat, suku bangsa. Pendidikan dan pekerjaan
9
2. Riwayat Kesehatan
- Keluhan utama
pasien biasanya datang dengan keluhan intra servikal dan disertai keputihan
menyerupai air.
- Riwayat kesehatan sekarang
pada stadium awal klien tidak merasakan keluhan yang mengganggu, baru pada
stadium akhir yaitu stadium 3 dan 4 timbul keluhan seperti : perdarahan, keputihan
dan rasa nyeri intra servikal.
-Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat abortus, infeksi pasca abortus, infeksi masa nifas, riwayat ooperasi
kandungan, serta adanya tumor
- Riwayat kesehatan keluarga
Adanya keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan klien
3. Riwayat Psikososial
- Intrapersonal : perasaan yang di rasakan pasien (cemas atau sedih)
- Interpersonal : Hubungan dengan orang lain
4. Pola nutrisi dan metabolisme
Biasanya nafsu makan pasien menurun atau berkurang, karena proses kemoterapi dan
Kecemasan
5. Pola istirahat dan tidur
Biasanya pasien tidak dapat istirahat karena nyeri dan cemas
6. Kaji pemahaman pasien atau keluarga tentang kondisi, tindakan, pemeriksaan
diagnostik dan tindakan perawatan diri untuk mencegah komplikasi
7. Pemeriksaan fisik
a) Kepala
- Rambut : bersih, tidak ada ketombe, dan tidak rontok
- Mata : konjunctiva tidak anemis
- Hidung : simetris, tidak ada sputum
- Telinga : simetris, bersih, tidak ada serumen
- Mulut : bibir tidak kering, tidak sianosis, mukosa bibir lembab, tidak terdapat lesi
- Leher : tidak ada pembesaran kelenjer tiroid dan tidak ada pembesaran kelenjer
getah bening
b) Dada
- Inspeksi : simetris
- Perkusi : sonor seluruh lap paru
- Palpasi : simetris kana dan kiri
- Auskultasi : vesikuler
c) Abdomen
- Inspeksi : simetris, tidak ascites
- Palapasi : tidak ada nyeri tekan
- Perkusi : tympani
- Auskultasi : bising usus normal
10
d) Genetalia
Ada lesi, adanya pengeluaran pervaginam, berbau
e) Ekstremitas atas atau bawah
Tidak oedema
DIAGNOSA KEPERAWATAN
11
12
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
1. penyebaran Setelah dilakukan 1. Kaji adanya infeksi di sekitar 1. Untuk menhetahui tanda infeksi
Resiko
tindakan keperawatan area serviks pada pasien
infeksi selama 3x24 jam diharap 2. Tekankan pada pasien 2. Untuk mencegah terjadinya
berhubungan dengan
kan masalah dapat teratasi pentingnya personal hygiene infeksi pada pasien
pengeluaran pervaginam
(darah,keputihan) Kriteria hasil : 3. Berikan perawatan dengan 3. untuk mencegah agar tidak
- infeksi tidak terjadi prinsip aseptik dan antiseptik terjadi penyebaran infeksi
- TTV terutama suhu 4. Tempatkan pasien pada 4. Untuk mengurangi terjadinya
dalam batas normal lingkungan yang terhindar infeksi
dari infeksi
5. Kolaborasi dalam pemberian 5. Membantu dalam proses
Obat antibiotik penyembuhan
13
No Diagnosa Tujuan & Kriteria Intervensi Rasional
Keperawatan Hasil
3. Gangguan nutrisi kurang Setelah dilakukan 1. Awasi konsumsi makanan / 1. Mengidentifikasi kekurangan
14
dari kebutuhan tubuh tindakan keperawatan cairan nutrisi
berhubungan dengan selama 3x24 jam diharap 2. Perhatikan adanya mual dan 2. Gejala yang menyertai
anoreksia, mual muntah kan dapat Muntah akumulasi toksin endogen yang
mempertahankan nutrisi dapat merubah/menurunkan
yang adekuat pemasukan dan memerlukan
Kriteria hasil : intervensi
- BB stabil 3. Berikan makanan sedikit 3. Porsi yang lebih kecil dapat
- Nafsu makan membaik dalam frekuensi sering meningkatkan msukan
makanan/cairan
4. Kolaborasi dengan ahli gizi 4. Menentukan kalori dan nutrisi
dalam pembatasan diet
5. Kolaborasi dalam pemberian 5. Membantu dalam proses
Obat penyembuhan
4. Ansietas berhubungan Setelah dilakukan 1. Kaji tingkat kecemsan pada 1. Untuk mengetahui sampai
dengan kurangnya tindakan keperawatan pasien dan keluarga baik sejauh mana tingkat kecemasan
pengetahuan tentang selama 3x24 jam diharap ringan sampai berat pada pasien dan keluarga
proses pengobatan kan masalah dapat teratasi 2. Kaji intervensi yang dapat 2. Untuk mengetahui cara mana
15
Kriteria hasil : menurunkan ansietas yang paling efektif untuk
- ansietas berkurang mengurangi tingkat kecemasan
- pengetahuan bertambah 3. Berikan aktivitas yang dapat 3. Untuk mengalihkan perhatian
mengurangi kecemasan pasien dari kecemasan yang
dialaminya
4. Identifikasi sumber / orang 4. Memberikan keyakinan pada
yang dekat dengan pasien pasien bahwa dia tidak sendiri
dalam menghadapi masalah
yang di alaminya
16
17