SUMBER PUSTAKA:
1. Kusmiran, Eny. 2012. Kesehatan reproduksi remaja dan wanita. Jakarta :
Salemba Medika
2. Arisman. 2009. Buku Ajar Ilmu Gizi dalam daur kehidupan. Jakarta : EGC
3. Devi, Nirmala. 2012. Gizi Saat Sindrom Menstruasi. Jakarta : PT.
Bhuana Ilmu Populer
4. http://birohmah.unila.ac.id/9-cara-mencegah-penyakit-menular-seksual-pms/
5. http://yunusputra11.blogspot.co.id/2012/08/asupan-gizi-untuk-remaja.html
PENDAHULUAN
Pada pertemuan yang lalu kita telah membahas tentang upaya preventiv
dan promotif dalam kesehatan reproduksi pada lansia. Seperti yang sudah
dijadwalkan pada silabus, pertemuan kali ini akan membahas mengenai upaya
preventiv dan promotif dalam kesehatan reproduksi pada remaja yang merupakan
kelanjutan dari materi yang lalu.
Selama 60 menit kedepan akan disampaikan berdasarkan tahapan-tahapan
sebagai berikut: Mahasiswa memiliki pengetahuan pendidikan seksual, promosi
gizi, pola hidup sehat, pencegahan IMS/PMS, pencegahan HIV/AIDS dan pada
tahap akhir akan ada evaluasi untuk mengukur tingkat pemahaman mahasiswa
terhadap materi yang telah disampaikan.
Tujuan kita mempelajari materi ini agar mahasiswa memiliki pengetahuan
mengenai upaya preventiv dan promotif dalam kesehatan reproduksi pada remaja
sehingga dapat mengaplikasikan pengetahuan yang telah didapat dalam dunia
kesehatan reproduksi. Maka dari itu materi ini sangat penting untuk dipelajari,
kita nantinya sebagai bidan pendidik diharapkan mampu melakukan upaya
preventiv dan promotif dalam kesehatan reproduksi pada remaja dalam suatu
institusi pendidikan agar derajat kesehatan khususnya kesehatan reproduksi
remaja dan capaian akhir terealisasikan secara baik.
URAIAN MATERI
A. Promotif dan Preventif
Promosi Kesehatan adalah proses untuk meningkatkan kemampuan
masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Selain itu untuk
mencapai derajat kesehatan yang sempurna, baik fisik, mental, dan sosial, maka
masyarakat harus mampu mengenal serta mewujudkan aspirasinya, kebutuhannya,
dan mampu mengubah atau mengatasi lingkungannya (lingkungan fisik, sosial
budaya dan sebagainya).
Promosi kesehatan adalah upaya meningkatkan kemampuan kesehatan
masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat agar
mereka dapat menolong dirinya sendiri, serta mampu berperan secara aktif dalam
masyarakat sesuai sosial budaya setempat yang didukung oleh kebijakan public
yang berwawasan. (Depkes RI, 2012)
Promosi kesehatan adalah kombinasi berbagai dukungan menyangkut
pendidikan, organisasi, kebijakan dan peraturan perundangan untuk perubahan
lingkungan dan perilaku yang menguntungkan kesehatan.
Preventif
Upaya preventif adalah sebuah usaha yang dilakukan individu dalam
mencegah terjadinya sesuatu yang tidak diinginkan. Prevensi secara etimologi
berasal dari bahasa latin, pravenire yang artinya datang sebelum atau antisipasi
atau mencegah untuk tidak terjadi sesuatu. Dalam pengertian yang sangat luas,
prevensi diartikan sebagai upaya secara sengaja dilakukan untuk mencegah
terjadinya gangguan, kerusakan, atau kerugian bagi seseorang atau masyarakat.
1. Pendidikan Seksual
Seks berarti jenis kelamin. Segala sesuatu yang berhubungan dengan jenis
kelamin disebut seksualitas. Seksualitas menyangkut berbagai dimensi yang
sangat luas, diantaranya adalah dimensi biologis, psikologis, sosial dan kultural.
a. Dimensi Biologis
1. Menstruasi
1. Mimpi basah
3. Rambut tumbuh di ketiak, pubis, wajah (atas bibir dan sekitar dagu)
5. Betis memanjang
Mulai menunjukkan
ketertarikan seksual dengan anak
seusianya
(Margaretha, 2016)
a. Peran Orangtua
Menanamkan pola asuh yang baik pada anak sejak prenatal dan balita
Menjadi kewajiban bagi orang tua untuk melihat dan mengawasi sikap dan
perilaku remaja agar tidak terjerumus ke dalam pergaulan yang membawanya ke
dalam kenakalan remaja dan tindakan yang merugikan diri sendiri. Namun
demikian hendaknya dilakukan dengan bersahabat dan lemah lembut. Sikap penuh
curiga, justru akan menciptakan jarak antara anak dan orang tua, serta kehilangan
kesempatan untuk melakukan dialog terbuka dengan anak dan remaja.
Menghadapi remaja yang telah memasuki masa akil balig, orang tua perlu
lebih sabar dan mau mengerti tentang perubahan pada remaja. Perlu menciptakan
dialog yang hangat dan akrab, jauh dari ketegangan atau ucapan yang disertai
cercaan. Hanya bila remaja merasa aman dan terlindung, orang tua dapat menjadi
sumber informasi, serta teman yang dapat diajak bicara atau bertukar pendapat
tentang kesulitan atau masalah mereka.
Gizi sangat erat kaitannya dengan kesehatan reproduksi, karena zat gizi
mempengaruhi seluruh proses yang terdapat dalam tubuh terutama saat terjadinya
menstruasi, seperti aliran darah, hormon, daya tahan tubuh, dan emosi.
Di negara yang sedang berkembang, sekitar 27% remaja putra dan 26%
putri menderita anemia; sementara di negara maju angka tersebut hanya berapa
pada bilangan 5% dan 7%. Secara garis besar, sebanyak 44% wanita di negara
erkembang (10 negara di asia tenggara, termasuk Indonesia) mengalami anemia
kekurangan besi, sementara ibu hamil lebih besar lagi, yaitu 55%.
Di Amerika Serikat, sebagian remaja tidak memperoleh kalsium sebanyak
yang dianjurkan oleh RDA 18%. Remaja tidak setiap hari makan buah dan sayur,
sementara kudapan asin dan manis (70%) dimakan beberapa kali seperti (sepertiga
dari mereka) setiap hari.
Salah satu masalah serius yang menghantui dunia kini adalah konsumsi
makanan olahan, seperti yang ditayangkan dalam iklan TV secara berlebihan.
Tidak sedikit survei yang mencatat ketidakcukupan asupan zat gizi para remaja.
Mereka bukan hanya melewatkan waktu makan (terutama sarapan) dengan alasan
siuk, tetapi juga terlihat sangat enang mengunyah junk food. Disamping itu,
kekhawatiran menjadi gemuk telah memaksa mereka untuk mengurangi jumlah
pangan yang seharusnya di santap.
Kebiasaan makan yang diperoleh selama remaja akan berdampak pada
kesehatan dalam fase kehidupan selanjutnya, setelah dewasa dan usia lanjut.
Kekurangan zat besi dapat menimbulkan anemia dan keletihan. Contoh, kalsium
sangat penting dalam pembentukan tulang pada usia remaja. Kekurangan kalsium
selagi muda merupakan penyeab osteoporosis di usia lanjut, dan keadaan ini tidak
dapat ditanggulangi dengan meningkatkan konsumsi zat ini ketika (tanda)
penyakit ini tampak. Berikut anjuran untuk menciptakan pola kebiasaan pangan
yang baik pada remaja:
1. Mendorong para remaja untuk menikmati makanan, mencoa makanan
baru, menkonsumsi beberapa makanan di pagi hari, makan bersama
keluarga, menyeleksi makanan jajanan yang bergizi, dan sesekali (jika
keuangan memungkinkan) mengundang teman untu makan malam
bersama.
Semua zat gizi, yaitu karohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, bahkan
serat, berperan penting dalam pengaturan fisiologis seorang wanita menjelang
menstruasi dan saat menstruasi.
Wanita yang mengalami pre menstrual syndrom biasanya banyak
mengkonsumsi gula, karbohidrat, garam, asam lemak jenuh, asam lemak trans dan
sedikit mengkonsumsi vitamin B, zat besi, seng, mangan, sayur, dan buah-buahan.
Pada saat menjelang haid, banyak zat gizi yang dapat meringankan
keluhan seperti rasa nyeri, pembengkakan, pengaturan aliran darah, perbaikan
sistem saraf dan otot, memperbaiki suasana hati, dan emosi. Zat gizi tersebut
berasal dari golongan protein atau asam amino, lemak atau asam lemak, vitamin
dan mineral.
Sebagai contoh penelitian yang dilakukan oleh Setyarini Indah Lestari,
bahwa sebagian besar (70,5%) PMS dialami oleh wanita yang menyukai status
gizi yang kurang. Pada tabel berikut dapat dilihat zat gizi yang dapat membantu
meringankan pre menstrual syndrom.
T A B E L I M T
REMAJA LAKI-LAKI USIA 10 19 TAHUN
N o U s i a Sangat kurus K u r u s N o r m a l G e m u k Sangat gemuk
(tahun) (kurang (lebih dari)
dari)
1 1 0 1 2 , 8 12,8 13,7 13,8 18, 4 18 ,5 21,4 2 1 , 4
2 1 1 1 3 , 1 13,1 14,1 14,2 19, 1 19,2 22,4 2 2 , 4
3 1 2 1 3 , 4 13,4 14,4 14,5 19, 9 20,0 23,6 2 3 , 6
4 1 3 1 3 , 8 13,8 14,9 15,0 20, 8 20,9 24,8 2 4 , 8
5 1 4 1 4 , 3 14,3 15,5 15,6 21, 8 21,9 25,9 2 5 , 9
6 1 5 1 4 , 7 14,7 16,0 16,1 22, 7 22,8 27,0 2 7 , 0
7 1 6 1 5 , 1 15,1 16,5 16,6 23, 5 23,6 27,9 2 7 , 9
8 1 7 1 5 , 4 15,4 16,9 17,0 24, 3 24,4 28,6 2 8 , 6
9 1 8 1 5 , 7 15,7 17,3 17,4 24, 9 25,0 29,2 2 9 , 2
10 1 9 1 5 , 9 15,9 17,5 17,6 25, 4 25,5 29,7 2 9 , 7
4. Pencegahan Hiv/Aids
Penyakit ini ditemukan pertama kali tahun 1981, dan perkembangannya
sangat cepat. Di Indonesia sudah menjalar. Cara penularannya terutama melalui
hubungan seksual dan darah dengan memakai jarum suntik atau transfusi.
Perjalanan penyakit ini dimulai dengan Human T-Cell lymphotropic virus yang
menyerang sistem pertahanan tubuh secara perlahan, sehingga penderita seperti
pada keadaan carier (pembawa) yang mengandung virus, tampak sehat tetapi tetap
menjadi sumber infeksi terhdapa orang lain. HIV dalam tubuh manusia hanya
berada di sel darah putih tertentu yaitu sel T4 yang terdapat pada cairan tubuh.
HIV juga dapat ditemukan dalam jumlah kecil pada:
a. Air mata
b. Air liur
c. Cairan otak
d. Keringat