Anda di halaman 1dari 18

Jagalah Pandanganmu

Kategori: Tazkiyatun Nufus

16 Komentar // 16 Oktober 2010

Mencuci mata sudah menjadi kebiasaan dan budaya banyak orang terutama di kalangan para
muda. Nongkrong di pinggir jalan untuk mencuci mata, menikmati pemandangan alam yang
indah dan penuh pesona sudah menjadi adat sebagian orang. Namun yang menjadi pertanyaan
adalah alam apakah yang sedemikian indahnya sehingga menjadikan para pemuda begitu banyak
yang tertarik dan terkadang mereka nongkrong hingga berjam-jam? Ternyata alam tersebut
adalah wajah manis para wanita. Apalagi sampai terlontar dari sebagian mereka pemahaman
bahwa memandang wajah manis para wanita merupakan ibadah dengan dalih, Saya tidaklah
memandang wajah para wanita karena sesuatu (hawa nafsu), namun jika saya melihat mereka
saya berkata, Maha sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik[1]

Ini jelas merupakan racun syaithan yang telah merasuk dalam jiwa-jiwa sebagian kaum
muslimin. Pada hakekatnya istilah yang mereka gunakan (cuci mata) merupakan istilah yang
telah dihembuskan syaithan pada mereka. Istilah yang benar adalah Ngotori mata.

Kebiasaan yang sudah merebak seantero dunia ini memang sulit untuk ditinggalkan. Bukan cuma
orang awam saja yang sulit untuk meninggalkannya bahkan betapa banyak ahli ibadah yang
terjerumus ke dalam praktek ngotori mata ini. Masalahnya alam yang menjadi fokus
pandangan sangatlah indah dan dorongan dari dalam jiwa untuk menikmati pesona alam itupun
sangat besar.
Oleh karena itu penulis mencoba untuk memaparkan beberapa perkara yang berkaitan dengan
hukum pandangan, semoga bermanfaat bagi penulis khususnya dan juga bagi saudara-saudaraku
para pembaca yang budiman.

Fadhilah menjaga pandangan

Menjaga pandangan mata dari memandang hal-hal yang diharamkan oleh Allah merupakan
akhlak yang mulia, bahkan Rasulullah r menjamin masuk surga bagi orang-orang yang salah satu
dari sifat-sifat mereka dalah menjaga pandangan.
Abu Umamah berkata,Saya mendengar Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
,
, ,
,
,

,
Berilah jaminan padaku enam perkara, maka aku jamin bagi kalian surga. Jika salah seorang
kalian berkata maka janganlah berdusta, dan jika diberi amanah janganlah berkhianat, dan jika
dia berjanji janganlah menyelisihinya, dan tundukkanlah pandangan kalian, cegahlah tangan-
tangan kalian (dari menyakiti orang lain), dan jagalah kemaluan kalian.[2]

Bahkan orang jahiliyahpun mengetahui bahwa menjaga pandangan adalah akhlak yang mulia.
Berkata Antarah bin Syaddad seorang penyair di zaman jahiliyah:


Dan akupun terus menundukkan pandanganku tatkala tampak istri tetanggaku sampai
masuklah dia ke rumahnya[3]
Syaikh Abdurrazzaq bin Abdilmuhsin Al-Abbad Hafidzohumulloh- berkata,Inilah salah satu
akhlak mulia yang dipraktekkan oleh orang pada zaman jahiliyah, namun yang sangat
memprihatinkan justru kaum muslimin di zaman sekarang meninggalkannya.

Menjaga pandangan di zaman sekarang ini sangatlah sulit

Menjaga pandangan dari hal-hal yang dilarang memang perkara yang sangat sulit apalagi di
zaman sekarang ini. Hal-hal yang diharamkan untuk dipandang hampir ada disetiap tempat, di
pasar, di rumah sakit, di pesawat, bahkan di tempat-tempat ibadah. Majalah-majalah, koran-
koran, televisi (ditambah lagi dengan adanya parabola), gedung-gedung bioskop penuh dengan
gambar-gambar seronok dan porno alias para wanita yang berpenampilan vulgar. Wallahul
Mustaan

Bagaimana para lelaki tidak terjebak dengan para wanita yang aslinya merupakan keindahan
kemudian bertambah keindahannya tatkala para wanita tersebut menghiasi diri mereka dengan
alat-alat kecantikan, dan lebih bertambah lagi keindahannya jika yang menghiasi adalah syaithan
yang memang ahli dalam menghiasi para wanita. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam berkata

Wanita adalah aurat, jika ia keluar maka syaitan memandangnya[4]

Berkata Al-Mubarokfuuri, Yaitu syaitan menghiasi wanita pada pandangan para lelaki, dan
dikatakan (juga) maksudnya adalah syaitan melihat wanita untuk menyesatkannya dan
(kemudian) menyesatkan para lelaki dengan memanfaatkan wanita tersebut sebagai sarana[5]

Diantara penyebab terjangkitinya banyak orang dengan penyakit ini, bahkan menimpa para
penuntut ilmu, karena sebagian mereka telah dibisiki syaithan bahwasanya memandang wanita
tidaklah mengapa jika tidak diiringi syahwat. Atau ada yang sudah mengetahui bahwasanya hal
ini adalah dosa namun masih juga menyepelekannya. Yang perlu digaris bawahi adalah banyak
sekali orang yang terjangkit penyakit ini dan mereka terus dan sering melakukannya dengan
tanpa merasa berdosa sedikitpun, atau minimalnya mereka tetap meremehkan hal ini, padahal
ada sebuah kaedah penting yang telah kita ketahui bersama yaitu

Tidak lagi disebut dosa kecil jika (perbuatan maksiat itu) dilakukan terus menerus.[6]

Hukum memandang wajah wanita yang bukan mahram.

Dari Jarir bin Abdillah radliyallahu anhu , ia berkata,


,

Saya bertanya kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam tentang pandangan yang tiba-
tiba (tidak sengaja), maka beliau memerintahan aku untuk memalingkan pandanganku[7]
Dari Buraidah, dia berkata, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam berkata kepada Ali
radliyallahu anhu,
,

!
Wahai Ali janganlah engkau mengikuti pandangan (pertama yang tidak sengaja) dengan
pandangan (berikutnya), karena bagi engkau pandangan yang pertama dan tidak boleh bagimu
pandangan yang terakhir (pandangan yang kedua)[8]

Dari Ibnu Abbas radliyallahu anhu, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam pernah
membonceng Al-Fadl lalu datang seorang wanita dari Khotsam. Al-Fadl memandang kepada
wanita tersebut dalam riwayat yang lain, kecantikan wanita itu menjadikan Al-Fadl kagum- dan
wanita itu juga memandang kepada Al-Fadl, maka Nabipun memalingkan wajah Al-Fadl kearah
lain (sehingga tidak memandang wanita tersebut)[9]

Nabi shallallahu alaihi wa sallam memalingkan wajah Al-Fadl sehingga tidak lagi memandang
wajah wanita tersebut, jelaslah hal ini menunjukan bahwa memandang wajah seorang wanita
(yang bukan mahram) hukumnya haram.[10]

Bahayanya Tidak Menjaga Pandangan Mata.

Dari Abu Hurairah radliyallahu anhu bahwasanya Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam
bersabda,

Dua mata berzina, dan zina keduanya adalah pandangan[11]

Penamaan zina pada pandangan mata terhadap hal-hal yang haram merupkan dalil yang sangat
jelas atas haramnya hal tersebut dan merupakan peringatan keras (akan bahayanya), dan hadits-
hadits yang semakna hal ini sangat banyak[12]

Allah berfirman,





.
Katakanlah kepada para lelaki yang beriman, Hendaknya mereka menahan sebagian
pandangan mereka dan memelihara kemaluan mereka, yang demikian itu adalah lebih suci bagi
mereka, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang mereka perbuat, dan katakanlah
kepada para wanita yang beriman, Hendaknya mereka menahan sebagian pandangan mereka
dan memelihara kemaluan mereka..

Hingga firman Allah diakhir ayat



Dan bertaubatlah kalian sekalian kepada Allah wahai orang-orang yang beriman semoga kalian
beruntung. (An-Nuur 30-31)

Berkata Syaikh Utsaimin,Ayat ini merupakan dalil akan wajibnya bertaubat karena tidak
menundukan pandangan dan tidak menjaga kemaluan -menundukkan pandangan yaitu dengan
menahan pandangan dan tidak mengumbarnya- karena tidak menundukkan pandangan dan tidak
menjaga kemaluan merupakan sebab kebinasaan dan sebab kecelakaan dan timbulnya fitnah.
Nabi shallallahu alaihi wa sallam telah bersabda,


Tidak pernah aku tinggalkan fitnah yang lebih berbahaya terhadap kaum pria daripada finah
para wanita.[13]


Dan sesungguhnya fitnah yang pertama kali menimpa bani Israil adalah fitnah wanita.[14]

Oleh karena itu musuh-musuh Islam bahkan musuh-musuh Allah dan RasulNya dari golongan
Yahudi, Nasrani, orang-orang musyrik, dan komunis, serta yang menyerupai mereka dan
merupakan antek-antek mereka , mereka semua sangat ingin untuk menimpakan bencana ini
kepada kaum muslimin dengan (memanfaatkan) para wanita. Mereka mengajak kepada ikhtilath
(bercampur baur) antara para lelaki dan para wanita dan menyeru kepada moral yang rusak.
Mereka mempropagandakan hal itu dengan lisan-lisan mereka, dengan tulisan-tulisan mereka,
serta dengan tindak-tanduk mereka -Kita berlindung kepada Allah- karena mereka mengetahui
bahwa fitnah yang terbesar yang menjadikan seseorang melupakan Robnya dan melupakan
agamanya hanyalah terdapat pada wanita.[15]
Dan para wanita memberi fitnah kepada para lelaki yang cerdas sebagaimana sabda Nabi,


Tidak pernah aku melihat orang yang kurang akal dan agamanya yang lebih membuat hilang
akal seorang lelaki tegas dari pada salah seorang dari kalian (wahai para wanita).[16]

Apakah engkau ingin (penjelasan) yang lebih jelas dari (penjelasan Nabi shallallahu alaihi wa
sallam yang gamblang) ini?

Tidak ada yang lebih dari para wanita dalam hal melalaikan akal seorang laki-laki yang tegas,
lalu bagiamana dengan pria yang lemah, tidak memiliki ketegasan, tidak memiliki semangat,
tidak memiliki agama dan kejantanan? Tentunya lebih parah lagi.

Namun seorang pria yang tegas dibuat teler oleh para wanita kita mohon diselamatkan oleh
Allah- dan inilah kenyataan yang terjadi. Oleh karena itu setelah Allah memerintah kaum
mukminin untuk menundukan pandangan Allah berkata,

Dan bertaubatlah kalian sekalian kepada Allah wahai orang-orang yang beriman semoga kalian
beruntung.

Maka wajib atas kita untuk saling menasehati untuk bertaubat dan hendaknya saling
memperhatikan antara satu dengan yang lainnya apakah seseorang diantara kita telah bertaubat
ataukah masih senantiasa tenggelam dalam dosa-dosanya, karena Allah mengarahkan perintah
untuk bertaubat kepada kita semua. [17]

Perintah Allah secara khusus untuk bertaubat dari tidak menjaga pandangan mata menunjukan
bahwa hal ini bukanlah perkara yang sepele. Pandangan mata merupakan awal dari berbagai
macam malapetaka. Barangsiapa yang semakin banyak memandang kecantikan seorang wanita
yang bukan mahramnya maka semakin dalam kecintaannya kepadanya hingga akhirnya akan
mengantarkannya kepada jurang kebinasaannya, Wal iyadzu billah[18]
Berkata Al-Marwazi,Aku berkata kepada Abu Abdillah (Imam Ahmad bin Hanbal), Seseorang
telah bertaubat dan berkata ,Seandainya punggungku dipukul dengan cambuk maka aku tidak
akan bermaksiat, hanya saja dia tidak bisa meninggalkan (kebiasaan tidak menjaga)
pandangan?, Imam Ahmad berkata, Taubat macam apa ini?[19]

Berkata Syaikh Muhammad Amin, Dengan demikian engkau mengetahui bahwasanya firman
( Dia mengetahui pandangan mata yang berhianat)[20] merupakan ancaman
Allah
terhadap orang yang berkhianat dengan pandangannya yaitu dengan memandang kepada perkara-
perkara yang tidak halal baginya[21]

( Dia mengetahui pandangan mata yang


Berkata Ibnu Abbas menafsirkan ayat ini
berhianat)[22], Seorang pria berada bersama sekelompok orang. Kemudian lewatlah seorang
wanita maka pria tersebut menampakkan kepada orang-orang yang sedang bersamanya bahwa
dia menundukkan pandangannya, namun jika dia melihat mereka lalai darinya maka diapun
memandang kepada wanita yang lewat tersebut, dan jika dia takut ketahuan maka diapun
kembali menundukkan pandangannya. Dan Allah telah mengetahui isi hatinya bahwa dia ingin
melihat aurat wanita tersebut.[23]

Dari Abdullah bin Abi Hudzail berkata, Abdullah bin Masud masuk dalam sebuah rumah
mengunjungi seseorang yang sakit, beliau bersama beberapa orang. Dan dalam rumah tersebut
terdapat seorang wanita maka salah seorang dari mereka orang-orang yang bersamanya
memandang kepada wanita tersebut, maka Abdullah (bin Masud) berkata kepadanya,Jika
matamu buta tentu lebih baik bagimu[24]

Jangankan memandang paras ayu sang wanita, bahkan memandangnya dari belakangnya saja,
atau bahkan hanya memandang roknya saja bisa menimbulkan fitnah. Akan datang syaithan dan
mulai menghiasi sekaligus mengotori benak lelaki yang memandangnya dengan apa yang ada di
balik rok tersebut. Jelaslah pandangannya itu mendatangkan syahwat.

Berkata Al-Ala bin Ziyad, Janganlah engkau mengikutkan pandanganmu pada pakaian
seorang wanita. Sesungguhnya pandangan menimbulkan syahwat dalam hati

Demikianlah sangat takutnya para salaf akan bahayanya mengumbar pandangan, dan perkataan
mereka ini bukanlah suatu hal yang berlebihan, bahkan bahaya itupun bisa kita rasakan. Namun
yang sangat menyedihkan masih ada di antara kita yang merasa dirinya aman dari fitnah
walaupun mengumbar pandangannya. Hal ini tidaklah lain kecuali karena dia telah terbiasa
melakukan kemaksiatan, terbiasa mengumbar pandangannya, sehingga kemaksiatan tersebut
terasa ringan di matanya. Dan ini merupakan ciri-ciri orang munafik. Berkata Abdullah bin
Masud r,


Seorang mumin memandang dosa-dosanya seperti gunung yang ia berada di bawah gunung
tersebut, dia takut (sewaktu-waktu) gunung tersebut jatuh menimpanya. Adapun seorang
munafik memandang dosa-dosanya seperti seekor lalat yang terbang melewati hidungnya lalu
dia pun mngusir lalat tersebut.[25]
Bahkan tatkala seseorang sedang melaksanakan ibadah sekalipun, hendaknya dia tidak merasa
aman dan tetap menjaga pandangannya.

Berkata Al-Fadl bin Ashim,Tatkala seorang pria sedang thawaf di kabah tiba-tiba dia
memandang seorang wanita yang ayu dan tinggi semampai, maka diapun terfitnah disebabkaan
wanita tersebut, hatinyapun gelisah. Maka diapun melantunkan sebuah syair,

Aku tidak menyangka kalau aku bisa jatuh cinta.tatkala sedang thawaf mengelilingi rumah
Allah yang diberi kiswah[26]
Hingga akhirnya akupun ditimpa bencana maka jadilah aku setengah gila
Gara-gara jatuh cinta kepada seorang seorang wanita yang parasnya menawan laksana
rembulan
Duhaisekirainya aku tidak memandang elok rupanya

Demi Allah apa kiranya yang bisa aku harapkan dari pandanganku dengan memandangnya?
[27]
Berkata Maruf Al-Kurkhi , Tundukkanlah pandangan kalian walaupun kepada kambing betina
Berkata Sufyan At-Tsauri menafsirkan firman Allah

( Dan manusia dijadikan
bersifat lemah 4,28), Seorang wanita melewati seorang pria, maka sang pria tidak mampu
menguasai dirinya untuk menunudukkan pandangannya pada wanita tersebutmaka adakah
yang lebih lemah dari hal ini?[28]
Berkata seorang penyair ,Namun kadang seorang pria tak berdaya, tekuk lutut dibawah kerling
mata wanita

Praktek para salaf dalam menjaga pandangan.

Dari Al-Madaini dari syaikh-syaikh beliau berkata, Sebagian orang pemerintahan di Bashrah
hendak bertemu dengan Dawud bin Abdillah, maka Dawudpun pergi (menuju Bashrah) dan
singgah di rumah salah seorang sahabat beliau yang terletak di pinggiran Bashrah. Sahabatnya
ini adalah seorang yang sangat pencemburu. Dia memiliki seorang istri yang bernama Zarqaa
yang cantik jelita. Pada suatu saat sahabatnya ini keluar karena ada suatu keperluan, maka diapun
berpesan kepada istrinya untuk bersikap ramah dan melayani Dawud. Tatkala kembali
kerumahnya diapun berkata kepada Dawud, Bagaimana menurutmu dengan si Zarqaa?,
bagaimana sikap ramahnya kepadamu?. Dawud berkata, Siapa itu Zarqaa?, dia berkata,
Yang mengurusimu dirumah ini. Dawud berkata, Saya tidak tahu dia si Zarqaa atau si
Kahlaa?. Lalu istrinya menemuinya maka diapun marah dan berkata, Aku telah berpesan
kepadamu agar ramah dan melayani Dawud, lalu mengapa tidak kau lakukan pesanku?.
Istrinya berkata, Engkau telah berpesan kepadaku untuk melayani seorang yang buta, demi
Allah dia sama sekali tidak melirik kepadaku!

Dari Muhammad bin Abdillah Az-Zarraad berkata, Hassaan (bin Abi Sinan) keluar untuk
melaksanakan shalat ied, tatkala dia kembali dikatakan kepadanya, Wahai Abu Abdillah, kami
tidak melihat hari raya ied yang wanitanya paling banyak (keluar ikut shalat ied) dari pada ied
tahun ini! Dia berkata,Tidak ada seorang wanitapun yang bertemu denganku hingga aku
kembali! . Dalam riwayat yang lain disebutkan bahwa tatkala dia kembali istrinya berkata
kepadanya, Berapa wanita cantik yang engkau lihat hari ini? (Hasan diam tidak menjawab)
namun tatkala istrinya terus mendesaknya diapun berkata, Celaka engkau! saya tidak melihat
kecuali pada jempol kakiku semenjak saya keluar darimu hingga saya kembali kepadamu! [29]

Berkata Sufyan,Ar-Robi bin Khutsaim selalu menundukkan pandangannya. (Pada suatu hari)
lewatlah di depannya sekelompok wanita maka diapun menundukkan kepalanya hingga para
wanita tersebut menyangka bahwa dia buta. Para wanita tersebutpun berlindung kepada Allah
dari (ditimpa) kebutaan[30]

Salaf tidak hanya menjaga pandangan mereka dari hal-hal yang diharamkan, bahkan mereka juga
menjaga pandangan mereka dari hal-hal yang tidak perlu.

Seorang laki-laki berkata kepada Dawud At-Thai, Sebaiknya engkau memerintahkan


(seseorang) untuk membersihkan sarang laba-laba yang ada di langit-langit rumah! , Dawud
berkata, Tidakkah engkau tahu bahwasanya memandang yang tidak perlu itu dibenci?, lalu
Dawud berkata,Aku dikabarkan bahwa dirumah Mujahid lantai dua ada sebuah kamar, namun
Mujahid tidak tahu sama sekali selama tiga puluh tahun.[31]

Hal ini menunjukan kesungguhan salaf dalam menjaga pandangan mereka, sampai-sampai
sarang laba-laba yang dilangit-langit rumah dan kamar yang ada di lantai atas rumah mereka
tidak mereka katahui, karena mereka tidak memandang kepada hal-hal yang tidak perlu sehingga
mereka tidak memandang ke atas karena tidak ada perlunya. Barangsiapa yang membiasakan
dirinya mengumbar pandangannya untuk memandang hal-hal yang tidak perlu maka suatu saat
dia akan memandang hal yang diharamkan oleh Allah. Sungguh jauh berbeda antara salaf dengan
sebagian kita yang tatkala berjalan matanya jelalatan ke sana kemari.

Akibat buruk tidak menundukkan pandangan mata.

Ibnul Qoyyim berkata, Kebanyakannya maksiat itu masuk kepada seorang hamba melalui
empat pintu, yang keempat pintu tersebut adalah kilasan pandangan, betikan di benak hati,
ucapan, dan tindakan. Maka hendaknya seorang hamba menjadi penjaga gerbang pintu bagi
dirinya sendiri pada keempat gerbang pintu tersebut, dan hendaknya ia berusaha terus berjaga
ditempat-tempat yang rawan ditembus oleh musuh-musuh yang akibatnya merekapun merajalela
(berbuat kerusakan) di kampung-kampung kemudian memporak-porandakan dan meruntuhkan
semua bangunan yang tinggi. Adapun pndangan maka dia adalah pembimbing (penunjuk jalan)
bagi syahwat dan utusan syahwat. Menjaga pandangan merupakan dasar untuk menjaga
kemaluan, barangsiapa yang mengumbar pandangannya maka dia telah mengantarkan dirinya
terjebak dalam tempat-tempat kebinasaan. Pandangan merupakan sumber munculnya
kebanyakan malapetaka yang menimpa manusia, karena pandangan melahirkan betikan hati
kemudian berlanjut betikan di benak hati menimbulkan pemikiran (perenungan/lamunan) lalu
pemikiran menimbulkan syahwat kemudian syahwat melahirkan keinginan kemudian menguat
kehendak tersebut hingga menjadi azam/tekad (keinginan yang sangat kuat) lalu timbullah
tindakan dan pasti terjadi tindakan tersebut- yang tidak sesuatupun yang mampu mencegahnya.
Oleh karena itu dikatakan kesabaran untuk menundukan pandangan lebih mudah daripada
kesabaran menahan kepedihan yang akan timbul kelak akibat tidak menjaga pamdangan.

Berkata seorang penyair



Seluruh malapetaka sumbernya berasal dari pandangan.dan besarnya nyala api berasal
dari bunga api yang kecil

Betapa banyak pandangan yang jatuh menimpa hati yang memandang..sebagaimana jatuhnya
anak panah yang terlepaskan antara busur dan talinya

Selama seorang hamba masih memiliki mata yang bisa ia bolak-balikan (umbar)maka ia
sedang berada di atas bahaya di antara pandangan manusia

Menyenangkan mata apa yang menjadikan penderitaan jiwanya..sungguh tidak ada


kelapangan dan keselamatan dengan kegembiraan yang mendatangkan penderitaan.

Diantara akibat tidak menjaga pandangan yaitu menimbulkan penyesalan yang sangat mendalam
dan hembusan nafas yang panjang (tanda penyesalan) serta kesedihan dan kepahitan yang
dirasakan. Seorang hamba akan melihat dan menghendaki sesuatu yang ia tidak mampu untuk
meraihnya dan dia tidak mampu untuk bersabar jika tidak mampu meraihnya, dan hal ini
merupakan adzab (kesengsaraan dan penderitaan) yang sangat berat, yaitu engkau menghendaki
sesuatu yang engkau tidak bisa menahan kesabaranmu untuk mendapatkannya bahkan engkau
tidak bisa sabar walaupun untuk mencicipi sedikit yang kau inginkan tersebut padahal engkau
tidak memiliki kemampuan untuk meraihnya. Betapa banyak orang yang mengumbar kilasan
pandangannya maka tidaklah ia melepaskan kilasan-kilasan pandangan tersebut kecuali
kemudian ia terkapar diantara kilasan-kilasan pandangan yang dilepaskannya itu. Yang sungguh
mengherankan kilasan pandangan yang diumbar merupakan anak panah yang tidak sampai
menancap kepada yang dipandang agar yang dipandang menyiapkan tempat untuk hati
sipemandangyang lebih mengherankan lagi bahwasanya pandangan menggores luka yang
parah pada hati sipemandang kemudian luka tersebut tidak berhenti bahkan diikuti dengan luka-
luka berikutnya (karena berulangnya pandangan yang diumbar oleh si pemandang-pen) namun
pedihnya luka tersebut tidaklah menghentikan sipemandang untuk berhenti mengulang-ulang
umbaran pandangannya. Dikatakan Menahan umbaran pandangan lebih ringan dibanding
penyesalan dan penderitaan yang berkepanjangan[32].

Berkata Ibnul Qoyyim, Diriwayatkan bahwasanya dahulu di kota Mesir ada seorang pria yang
selalu ke mesjid untuk mengumandangkan adzan dan iqomah serta untuk menegakkan sholat.
Nampak pada dirinya cerminan ketaatan dan cahaya ibadah. Pada suatu hari pria tersebut naik di
atas menara seperti biasanya untuk mengumandangkan adzan dan di bawah menara tersebut ada
sebuah rumah milik seseorang yang beragama nasrani. Pria tersebut mengamati rumah itu lalu ia
melihat seorang wanita yaitu anak pemilik rumah itu. Diapun terfitnah (tergoda) dengan wanita
tersebut lalu ia tidak jadi adzan dan turun dari menara menuju wanita tersebut dan memasuki
rumahnya dan menjumpainya. Wanita itupun berkata, Ada apa denganmu, apakah yang kau
kehendaki?, pria tersebut berkata, Aku menghendaki dirimu, sang wanita berkata, Kenapa
kau menghendaki diriku?, pria itu berkata, Engkau telah menawan hatiku dan telah mengambil
seluruh isi hatiku, sang wanita berkata, Aku tidak akan memnuhi permintaanmu untuk
melakukan hal yang terlarang, pria itu berkata, Aku akan menikahimu, sang wanita berkata,
Engkau beragam Islam adapun aku beragama nasrani, ayahku tidak mungkin menikahkan aku
denganmu, pria itu berkata, Saya akan masuk dalam agama nasrani, sang wanita berakta,
Jika kamu benar-benar masuk ke dalam agam nasrani maka aku akan melakukan apa yang kau
kehendaki. Maka masuklah pria tersebut ke dalam agama nasrani agar bisa menikahi sang
wanita. Diapun tinggal bersama sang wanita di rumah tersebut. Tatkala ditengah hari tersebut
(hari dimana dia baru pertama kali tinggal bersama sang wanita dirumah tersebut-pen) dia naik di
atas atap rumah (karena ada keperluan tertentu-pen) lalu iapun terjatuh dan meninggal. Maka ia
tidak menikmati wanita tersebut dan telah meninggalkan agamanya.[33]

Berkata Ibnu Katsir, Ibnul Jauzi menyebutkan dari Abduh bin Abdirrohim, beliau berkata,
Lelaki celaka ini dahulunya seorang yang sering berjihad di jalan Allah memerangi negeri Rum,
namun pada suatu saat di suatu peperangan tatkala pasukan kaum muslimin mengepung suatu
daerah di negeri Rum (dan kaum Rum bertahan di benteng mereka-pen), dia memandang seorang
wanita Rum yang berada dalam benteng pertahanan mereka maka diapun jatuh cinta kepada
wanita tersebut. Lalu diapun menulis surat kepada wanita itu, Bagaimana caranya agar aku bisa
berjumpa dengan engkau?. Wanita tersebut menjawab, Jika engkau masuk ke dalam agama
nasrani dan engkau naik bertemu denganku. Maka iapun memenuhi permintaan sang wanita.
Dan tidaklah pasukan kaum muslimin kembali kecuali ia tetap berada di sisi wanita tersebut.
Kaum muslimin sangat sedih tatkala mengetahui akan hal itu, dan hal ini sangat berat bagi
mereka. Tak lama kemudian mereka (pasukan kaum muslimin) melewatinya dan dia sedang
bersama wanita tersebut dalam benteng, mereka berkata kepadanya, Wahai fulan, apa yang
dilakukan oleh hafalan Quranmu? apa yang dilakukan oleh amalanmu?, apa yang dilakukan
puasamu?, apa yang dilakukan oleh jihadmu? apa yang dilakukan oleh sholatmu?, maka iapun
menjawab, :Ketahuilah aku telah dilupakan Al-Quran seluruhnya kecuali firman Allah Orang-
orang yang kafir itu seringkali (nanti di akhirat) menginginkan, kiranya mereka dahulu (di dunia)
menjadi orang-orang muslim. Biarkanlah mereka (di dunia ini) makan dan bersenang-senang dan
dilalaikan oleh angan-angan (kosong), maka kelak mereka akan mengetahui (akibat perbuatan
mereka). (QS. 15:32-3), sekarang aku telah memiliki harta dan a nak di tengah-tengah
mereka.[34]

Ibnul Qoyyim menyebutkan, Ada seorang pria yang akan meninggal dikatakan kepadanya,
Katakan lal ilaaha illallaah! , diapun berkata, Dimana jalan menuju kawasan pemandian
umum Minjab?. Ibnul Qoyyim berkata, perkataannya ini ada sebabnya yaitu pria ini sedang
berdiri di depan rumahnya dan pintu rumahnya mirip dengan pintu kawasan pemandian umum
Minjab. Lalu lewatlah seorang wanita yang berparas ayu dan bertanya kepadanya, Dimana jalan
menuju kawasan pemandian umum Minjab?. Pria tersebut menjawab, Ini adalah kawasan
tempat pemandian umum Minjab (padahal itu adalah rumahnya). Maka masuklah sang wanita
ke dalam rumahnya dan diapun masuk juga dibelakang sang wanita. Tatkala sang wanita
mengetahui bahwa di telah masuk ke dalam rumah sang pria dan dia telah tertipu maka sang
wanita menampakkan kepada pria tersebut kegembiraan dan rasa riang dengan berkumpulnya dia
dengan sang pria. Sang wanita berkata, Sungguh baik jika bersama kita sesuatu yang
mengindahkan hari kita dan menyenangkan mata. Pria tersebut berkata, Tunggulah sebentar
aku akan datang membawa semua yang kau kehendaki dan kau inginkan. Maka sang priapun
keluar dengan meninggalkan sang wanita sendiri di rumahnya dan dia tidak mengunci pintu
rumah. Lalu iapun mengmbil semua yang dibutuhkan dan kembali kerumahnya namun ia
mandapatkan sang wanita telah keluar dan pergi dan sang wanita sama sekali tidak
mengkhianati pria tersebut-. Maka sedihlah sang pria dan selalu mengingat wanita tersebut, dan
dia berjalan di jalan-jalan dan lorong-lorong sambil berkata:

Duhai, kapan ada suatu hari dimana sang wanita yang dalam keadaan letih berkata,
Bagaimanakah jalan menuju kawasan pemandian umum Minjab?

Maka tatkala suatu hari dia sedang mengucapkan hal itu tiba-tiba ada seorang wanita yang
menjawabnya dari belokan jalan, dia berkata

Kenapa engkau tidak segera menjaga rumah atau menjaga pintu takala engkau telah
mendapatkan sang wanita?

Maka bertambahlah kesedihannya, dan demikian terus kondisinya hingga akhirnya bait syair
inilah adalah perkataannya yang terakhir di dunia[35]

Dari Ibnu Abbas r, beliau berkata,Datang seorang laki-laki ke Rasulullah r dalam keadaan
berlumuran darah, maka Rasulullah r berkata kepadanya,Ada apa dengan engkau? dia
berkata,Wahai Rasulullah ! seorang wanita lewat di depanku maka akupun memandangnya, aku
terus memandangnya hingga akhirnya aku menabrak tembok maka jadilah apa yang engkau lihat
sekarang (aku berlumuran darah). Rasulullah r berkata,

Jika Allah menghendaki kebaikan pada hambanya maka Ia menyegerakan hukuman baginya di
dunia[36]

Berkata Amr bin Murrah,Saya memandang seorang wanita yang membuatku terkagum-kagum,
lalu matakupun buta, maka saya berharap kebutaanku ini adalah hukuman bagiku.

Abu Abdillah bin Al-Jalla pernah suatu ketika tidak menjaga pandangannya, lalu datang
seseorang menegurnya seraya berkata kepadanya, Engkau akan merasakan akibatnya walaupun
di hari kelak. Dia baru merasakan akibatnya empat puluh tahun setelah kejadian tersebut. Dia
berkata,Maka aku menemui akibat perbuatanku setelah empat puluh tahun, aku dijadikan lupa
Al-Quran[37]

Para salaf bisa merasakan bahwa sebagian musibah yang menimpa mereka merupakan akibat
dari kemaksiatan yang telah mereka lakukan, walaupun kemasiatan tersebut jauh telah lama
terjadi. Hal ini dikarenakan mereka jarang melakukan kemaksiatan sehingga mereka ingat betul
kemakisatan-kemaksiatan yang telah mereka lakukan. Adapun sebagian orang zaman sekarang,
jika ditimpa musibah mereka tidak tahu apa sebab musibah tersebut, bahkan sama sekali tidak
terlintas dalam benak mereka bahwa musibah tersebut merupakan akibat ulah perbuatan
(maksiat) mereka. Kalaupun mereka merasakan bahwa musibah yang menimpa mereka
dikarenakan kemaksiatan, mereka tidak tahu kemaksiatan yang manakah yang mendatangkan
musibah tersbut. Hal ini dikarenakan terlalu banyak dan beraneka ragamnya kemaksiatan yang
telah mereka lakukan sampai-sampai mereka lupa dengan kemaksiatan-kemaksiatan tersebut.

Renugkanlah wahai saudarakulihatlah pria ini, Allah telah memberikannya anugrah kepadanya
dan memuliakannya dengan menjadikannya menghapal Al-Quran, lalu diapun menyia-nyiakan
anugrah tersebut dengan suatu pandangan yang diharamkan oleh Allah. Jika telah hilang
ketakwaan maka akan hilang ilmu, sebagaimana ketakwaan merupakan sebab utama untuk
meraih ilmu yang bermanfaat. Meninggalkan ketakwaan merupakan sebab utama terhalangnya
ilmu yang bermanfaat.

Berkata Imam As-Syafii






Aku mengadu kepada imam Waki tentang buruknya hapalanku maka beliaupun mengarahkan
aku untuk meninggalkan kemaksiatan.
Ia mengabarkan kepadaku bahwasanya ilmu adalah cahaya..dan cahaya Allah tidaklah
diberikan kepada orang yang bermaksiat.

Kiat-kiat penting dalam menjaga pandangan mata.[38]

1 Selalu mengingat bahwasanya Allah selalu mengawasi perbuatanmnu, dan hendaknya engkau
malu kepada Allah tatkala bermaksiat kepadanya dengan mengumbar pandanganmu. Dimana
saja engkau berada Allah pasti mengawasimu. Tatkala engkau di kamar sendiri dihadapan
komputer, tatkala engkau sedang membuka internet, sedang membuka lembaran-lembaran
majalah.

2 Ingatlah bahwa matamu akan menjadi saksi atas perbuatanmu pada hari kiamat. Janganlah
engkau jadikan matamu sebagai saksi bahwa engkau telah memandang hal yang haram, namun
jadikanlah dia sebagai saksi bahwasanya engkau menundukkan pandanganmu karena Allah

3 Ingatlah ada malaikat yang mengawasimu dan mencatat seluruh perbuatanmu. Jangan sampai
malaikat mencatat bahwa engkau telah memandang wanita yang tidak halal bagimu. Malulah
engkau kepada malaikat tersebut.

4 Ingatlah bahwa bumi yang engkau pijak tatkala engkau mengumbar pandanganmu juga akan
menjadi saksi atas perbuatanmu.

5 Ingatlah akan buah dan faedah-faedah dari menjaga pandangan. Berkata Mujahid,
Menundukkan pandangan dari hal-hal yang diharamkan oleh Allah menimbulkan kecintaan
kepada Allah[39]. Yakinlah jika engkau menahan pandanganmu maka Allah akan menambah
cahaya imanmu, dan engkau akan semakin bisa merasakan kenikmatan beribadah kepada Allah.
Shalatmu akan bisa lebih khusyuk
Ibnul Qoyyim[40] menjelaskan bahwa barangsiapa yang menundukkan pandangannya
dari melihat hal-hal yang haram maka dia akan meraih faedah-faedah berikut ini:

1) Menyelamatkan hati dari pedihnya penyesalan karena barangsiapa yang mengumbar


pandangannya maka akan berkepanjangan penyesalan dan penderitaannya. Pandangan ibarat
bunga api yang menimbulkan besarnya nyala api

2) Menimbulkan cayaha dan kemuliaan di hati yang akan nampak di mata, di wajah, serta di
anggota tubuh yang lain

3) Akan menimbulkan firasat (yang baik) bagi orang yang menjaga pandangannya. Karena
firasat bersal dari cahaya dan merupkan buah dari cahaya tersebut. Maka jika hati telah
bercahaya akan timbuk firasat yang benar karena hati tersebut akhirnya ibarat kaca yang telah
dibersihkan.

4) Akan membukakan baginya pintu-pintu dan jalan-jalan ilmu

5) menimbulkan kekuatan hati dan keteguhan hati serta keberanian hati

6) Menimbulkan kegembiraan dalam hati dan kesenangan serta kelapangan dada yang hal ini
lebih nikmat dibandingkan keledzatan dan kesenangan tatkala mengumbar pandangan.

7) Terselamatkannya hati dari tawanan syahwat

8) Menutup pintu diantara pintu-pintu api neraka jahannam karena pandangan adalah pintu
syahwat yang mengantarkan seesorang untuk mengambil tindakan (selanjutnya yang lebih
diharamkan lagi-pen). Adapun menunundukkan pandangan menutup pintu ini

9) Menguatkan akal dan daya fikir serta menambahnya dan menegarkannya karena mengumbar
pandangan tidaklah terjadi kecuali karena sempitnya dan ketidakstabilan daya pikir dengan tanpa
memperhitungkan akibat-akibat buruk yang akan timbul.

10) Hati terselamatkan dari mabuk kepayang karena syahwat dan mampu menolak hantaman
kelalaian. Allah berfirman tentang orang-orang yang mabuk kepayang: Demi umurmu
(Muhammad), sesungguhnya mereka terombang-ambing di dalam kemabukan (kesesatan). (QS.
15:72)

7 Berupaya bersungguh-sungguh untuk membiasakan diri menjaga pandangan. Dan barang siapa
yang berusaha untuk bersabar maka Allah akan menjadikannya orang yang sabar. Jika jiwamu
terbiasa menundukkan pandangan maka kelak akan menjadi mudah bagimu. Walaupun pada
mulanya memang terasa sangat sulit, namun berusahalah!

8 Menjauhi tempat-tempat yang rawan timbulnya fitnah pandangan, walaupun akibat dari
menjauhi tempat-tempat tersebut engkau luput dari sebagian kemaslahatanmu. Jika engkau ingin
membuka internet bawalah teman yang bisa menasehatimu sehingga engkau tidak memandang
hal-hal yang terlarang, Sesungguhnya jika engkau membukanya sendiri maka syaithan lebih
mudah menjerumuskanmu. Jauhilah engkau dari menonton film dan sinetron dengan dalih untuk
mengisi waktu luang dan untuk rileks. Demikian juga janganlah engkau mendekati hal-hal yang
merupakan sarana mengumbar aurat wanita hanya karena alasan untuk mengikuti berita dan
mengikuti perkembangan informasi dunia.

9 Jauhkan dirimu dari melihat hal-hal yang tidak perlu, dengan cara ketika engkau berjalan
hendaknya engkau memandang kebawah kearah jalanmu, dan jangan engkau mengumbar
pandanganmu ke kanan, ke kiri, dan kebelakang. Karena barangsiapa yang mengumbar
pandangannya pasti dia akan terjerumus untuk memandang perkara yang diharamkan oleh Allah.
[41]

10 Banyak membasahi lisan dengan dzikir kepada Allah, karena dzikir merupakan benteng dari
gangguan syaitan. Biasakanlah dirimu dengan membaca dzikir pagi dan petang demikian juga
dengan dzikir-dzikir yang lain, terlebih lagi di kala fitnah aurat wanita berada di hadapannya
hingga engkau bisa menolak gangguan syaitan. Dengan berdzikir maka engkau akan tersibukkan
mengingat kebesaran Allah sehingga tidak terlintas keinginan memandang hal-hal yang haram.
Dengan berdzikir engkau akan semakin malu kepada Allah untuk memandang perkara yang tidak
halal bagimu.

11 Jika engkau belum menikah maka menikahlah. Sesungguhnya dalam pernikahan terlalu
banyak manfaat untuk membantu engkau menundukkan pandanganmu

12 Jika engkau telah beristri ingatlah bahwa dengan mengumbar pandangan syaitan menjadikan
engkau tidak menikmati apa yang telah Allah halalkan bagimu. Syaitan menghiasi perkara yang
haram yang telah engkau lihat dengan seindah-indahnya padahal tidak sesuai dengan kenyataan.
Barang siapa yang menjaga pandangannya maka dia akan menemukan kenikmatan pada apa
yang telah dihalalkan Allah baginya.

13 Pengorbananmu dengan menahan matamu dari memandang hal-hal yang menawan namun
diharamkan bagimu, akan diganti oleh Allah dengan yang lebih baik lagi bagimu. Rasulullah
bersabda,



Sesungguhnya tidaklah engkau meninggalkan sesuatu karena Allah kecuali Allah akan
menggantikan bagi engkau yang lebih baik darinya[42]

Jika yang akan engkau pandang adalah wanita yang cantik dan molek ingatlah bahwa Allah akan
menggantikannya dengan yang jauh lebih cantik, molek dan montok, ketahuilah! dialah bidadari.
Ingatlah janji yang Allah berikan pada orang-orang yang bertakwa yaitu bidadari di surga yang
kecantikannya tidak bisa dibandingkan dengan wanita di dunia. Betapapun engkau berusaha
untuk membayangkan kecantikannya dan kemolekan tubuhnya, maka engkau tidak akan pernah
bisa membayangkannya. Bidadari lebih cantik dan lebih molek dan lebih menawan dari yang kau
khayalkan karena sesungguhnya Allah menyediakan bagi hamba-hambaNya yang bertakwa di
surga apa yang tidak pernah mereka lihat, dan tidak pernah mereka dengar dan tidak pernah
terlintas dalam benak mereka.
14 Hendaknya engkau selalu mengingat nikmat yang telah Allah berikan kepadamu, dan engkau
akan dimintai pertanggungjawaban atas nikmat tersebut, untuk apakah nikmat tersebut engkau
manfaatkan? Pandangan mata adalah nikmat yang luar biasa, tentunya bentuk syukur engkau atas
nikmat pandanganmu itu hendaknya enggau gunakan untuk hal-hal yang diridhai oleh Allah.
Berkata Ibnul Jauzi,Fahamilah wahai saudaraku apa yang akan aku wasiatkan kepadamu.
Sesungguhnya matamu adalah suatu nikmat yang Allah anugrahkan kepadamu, maka janganlah
engkau bermaksiat kepada Allah dengan karunia ini. Gunakanlah karunia ini dengan
menundukkannya dari hal-hal yang diharamkan, niscaya engkau akan beruntung. Waspadalah!
Jangan sampai hukuman Allah (karena engkau tidak menjaga pandangan) menghilangkan
karuniaNya tersebut. Waktumu untuk berjihad dalam menundukkan pandanganmu terfokus pada
sesaat saja. Jika engkau mampu melakukannya (menjaga pandanganmu di waktu yang sesaat
tersebut) maka engkau akan meraih kebaikan yang berlipat ganda dan engkau selamat dari
keburukan yang berkepanjangan.[43]Jika engkau memang telah terlanjur memandang wanita
yang tidak halal engkau pandangi dan hatimu telah terkait dengannya, sulit untuk melupakannya
maka beristigfarlah kepada Allah dan berdoalah kepada Allah agar engkau bisa melupakannya.
Berkata Ibnu Muflih dalam kitabnya Al-Furu,[44] Dan hendaknya orang yang berakal
menjauhi sikap mengumbar pandangan karena mata melihat apa yang tidak ia mampui (apalagi)
yang dipadangnya bukan pada hakikat yang sebenarnya. Bahkan terkadang hal itu menyebabkan
mabuk kepayang maka rusaklah tubuhnya dan juga agamanya. Barangsiapa yang terkena
musibah seperti ini maka hendaknya ia memikirkan aib-aib para wanita. Ibnu Masud berkata,

| {

Jika seorang wanita membuat salah seorang dari kalian takjub maka hendaknya ia mengingat
hal-hal yang bau dari wanita tersebut, sungguh tidak ada yang lebih menakjubkan tentang
aibnya para wanita di dunia dengan firman Allah | ( } dan untuk mereka di
surga istri-istri yang suci)[45] ,

Ya Allah aku berlindung kepadamu dari keburukan pendengaranku, dari keburukan


pandanganku, dari keburukan lisanku, dari keburukan hatiku, dan dari keburukan maniku
(kemaluanku)[46]

Kota Nabi Shallallahu alaihi wa sallam, Jum,at 24 September 2004

Penulis: Ustadz Firanda Andirja

Artikel www.firanda.com, dipublish ulang oleh www.muslim.or.id

-
Daftar Pustaka,

1. Majmu Al-Fatawa, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah


2. Syarah Riadhus Shalihin, Syaikh Ibnu Utsaimin, Darul Bashirah
3. Adhwaaul Bayaan, Syaikh Muhammad Amin Asy-Syinqithi
4. Al-Muntaqa min Dzamil Hawa (Ibnul Jauzi), Kholid Abu Shalih, Darul Wathan
5. Sihaamul Ayun, DR. Abdullah bin Ali Al-Juaitsin
6. Al-Kabaiir, tahqiq Syaikh Masyhur Hasan Salman, maktabah Al-Furqon
7. Suratul Iqob liman Kholafa As-Sunnah wal Kitab, Abu Ammar Muhammad bin Abdillah
Bamusa, darul Iman.
8. Manarus sabil, karya Ibnu Dhouyan, tahqiq Ishom Al-Qolaji, terbitan Maktabah Al-Maarif
9. Al-Minhaj syarh shahih Muslim, Imam An-Nawawi, darul Ihyaut Turots, cetakan kedua
10. Tuhfatul Ahwadzi, Al-Mubarokfuri, Dar Ihya at-Turats al-Arabi
11. Al-Bidayah wan Nihayah, karya Ibnu Katsir, Maktabah Maarif Beiruut
12. Raudhatul Muhibbin, karya Ibnul Qoyyim, tahqiq Sayyid Imron, terbitan Darul Hadits
13. Silsilatul Ahadits Ad-Dhoifah, Syaikh Al-Albani, Maktabah Al-Maarif

-
[1] Ibnu Taimiyah menjelasakan bahwa merupakan hal yang telah diketahui bersama bahwa di
antara para wanita ada yang berupa elok yang hal ini merupakan ibrah dan tanda adanya
pencipta, namun apakah ada seorang muslim (sejati) yang berkata, Seseorang boleh
memandang paras para wanita yang bukan mahramnya yang para wanita tersebut adalah bagian
dari alam semesta- karena ini merupakan ibadah?, maka barangsiapa yang menjadikan
pandangan yang seperti ini merupakan ibadah maka dia telah kafir murtad (karena dia telah
menganggap maksiyat sebagai ibadah-red) wajib diminta taubatnya dan jika tidak bertaubat
maka hendaknya dibunuh. (Al-Fatawa 15/414)

[2] HR.Ath-Thabrani no:8018 dan Ibnu Adi (Al-Kamil 6/2048) dan dihasankan oleh Syaikh Al-
Albani (Ash-Shahihah no:1525) karena ada syahidnya dari hadits Ubadah bin Shamit.

[3] Syair ini disebutkan oleh Syaikh Muhammad Amin As-Syinqithi dalam tafsirnya surat An-
Nuur ayat 31

[4] HR At-Thirmidzi 3/476 no 1173 dan dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani (lihat As-Shahihah
6/424 no 2688)

[5] Tuhfatul Ahwadzi 4/283

[6] Berkata Syaikh Masyhur Hasan Salman, Atsar ini disebutkan oleh As-Suyuthi dalam Ad-
Dar Al-Mantsur (2/500) dan ia menyandarkannya kepada Ibnu Jarir (8/245 no 9207) dan kepada
Ibnul Mundzir (2/671 no 1670) dan Ibnu Abi Hatim (3/934 no 5217), dan Al-Baihaqi dalam
Asy-Syuab no 7150 dari jalan Said bin Jubair bahwasanya ada seorang pria bertanya kepada
Ibnu Abbas Berapa jumlah dosa-dosa besar?, apakah jumlahnya tujuh?. Ibnu Abbas berkata,
Jumlahnya lebih dekat kepada tujuh ratus daripada tujuh, hanya saja tidak ada dosa besar jika
diiringi dengan istighfar dan tidak ada dosa kecil jika dilakukan terus menerus, dengan sanad
yang shahih mauquf kepada Ibnu Abbas. (Lihat Al-Kabair hal 47)

Berkata Syaikh Abu Muhammad bin Abdissalam tentang definisi terus menerus Yaitu dosa
kecil itu ia lakukan berulang-ulang sehingga ia merasakan sedikitnya kepeduliannya dengan
agamanya, yaitu ia merasakan bahwa ia telah melakukan dosa besar dengan dosa-dosa kecil
tersebut, ia juga berkata, Demikian juga berkumpul dosa-dosa kecil yang bermacam-macam
dimana ia merasakan dengan seluruh dosa-dosa kecil yang beraneka ragam tersebut sebagaimana
telah melaksanakan dosa besar yang paling kecil (Al-Minhaj 2/87)

[7] HR Muslim no 45

[8] HR Abu Dawud no 2149 (Kitabun Nikah), At-Tirmidzi no 2777 (Kitabul Adab), dan berkata
At-Tirmidzi, Hasan Gharib. Dihasankan oleh Syaikh Al-Albani dalam Shohihul Jami no 7953

[9] HR Al-Bukhari no 1513 (Kitabul Hajj) dan no 1854 (Kitab Jaza As-Soid) dan Muslim no 407
(Kitabul Hajj). Dalam riwayat Ahmad pada Musnadnya (1/211) disebutkan bahwa Al-Fadl
menyifati wanita tersebut adalah wanita cantik, dan Al-Fadlpun memandangnya, lalu Nabi
mengetahui bahwa Al-Fadl sedang memandang sang wanita maka Nabipun memalingkan wajah
Al-Fadl. Kemudian Al-Fadl mengulangi pandangannya lagi namun nabi memalingkan wajahnya
kembali hingga tiga kali.

[10] Adhwaaul Bayan, tafsir surat 24/31

[11] HR Al-Bukhari no 6343 (Kitabul Istidzan), Muslim no 20,21 (kitabul Qadar), dan lafal
hadits ini pada riwayat Ahmad dalam Musnadnya 2/343

[12] Adhwaaul bayan, tafsir An-Nuur 31

[13] HR Al-Bukhari no 5096 (Kitabun Nikah) dan Mulim no 97,98 (kitab Adz-Dzikir)

[14] HR Muslim no 99 (kitab Adz-Dzikir)

[15] Yang lebih menyedihkan lagi tidak sedikit dari kaum muslimin yang menyambut
propaganda mereka , mereka berbondong-bondong membeli parabola, berbondong-bondong
meramaikan bioskop-bioskop dan yang semisalnya. Mereka benar-benar telah ikut meramaikan
dan melariskan propaganda orang-orang kafir. Inna lillah

[16] HR Al-Bukhari no 304 (Kitabul Haidh, Bab tarkul Haaidhi Ash-shaum)

[17] Lihat Syarah Riyadhus Shalihin, awal bab taubat

[18] Adhwaul Bayan, tafsir surat 24/31

[19] Majmu Al-Fatawa 15/375

[20] QS 40 ayat 19

[21] Adhwaul Bayan, tafsir surat 24/31

[22] QS 40 ayat 19

[23] Dzammul Hawa hal 65


[24] Dzammul Hawa hal 63

[25] Shahihul Bukhori no 6308

[26] Kain yang digunakan untuk menutup kabah.

[27] Dzammul Hawa hal 67.

[28] Dzammul Hawa hal 64.

[29] Dzammul Hawa hal 64

[30] Dzammul Hawa hal 65

[31] Dzammul Hawa hal 63

[32] Ad-Da wad Dawa hal 232-236

[33] Ad-Da wad Dawa hal 127

[34] Al-Bidayah wan Nihayah (11/ 64)

[35] Ad-Daa wad Dawa hal 257,258

[36] HR Ath-Thabrani di Al-Mujam Al-Kabir no 11842, dan disebut oleh Al-Haitsami dalam
Majma Az-Zawaid (10/191-192) dan berkata, Pada sanadnya ada perawi yang bernama
Abdurrahman bin Muhammad bin Abdillah Al-Azmi, dan dia perawi yang dhaif. Aku berkata
(Khalid Abu Shalih),Dan hadits ini ada syahidnya dari hadits Abdullah bin Mughaffal,
sebagaimana diriwayatkan oleh Ahmad dalam Musnadnya (4/87) Lihat Dzammul Hawa hal 76

[37] Dzammul Hawa hal 76

[38] Diringkas dan disadur dengan tasharruf dari tulisan Doktor Abdullaoh bin Ali Al-Juaitsin
yang berjudul Sihaamul Ayun dan disertai tambahan dari penulis

[39] Majmu Al-Fatawa 15/396

[40] Raudhotul Muhibbin hal 95-103

[41] Apalagi di Indonesia. Orang yang menundukkan pandangannya kearah bawah saja
terkadang tidak selamat dari memandang aurat wanita apalagi ketika naik kendaraan yang
bercampur baur dengan wanita-, terlebih lagi orang yang matanya jelalatan ke sana kemari!

[42] Dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani (sebagaimana diisyaratkan oleh Syaikh Al-Albani
dalam Ad-Dhoifah I/62 no 5, beliau berkata, Sanadnya shahih sesuai dengan persyaratan Imam
Muslim)
[43] Dzammul Hawa hal78

[44] Sebagaimana dinukil dalam manarus sabil 2/122

[45] QS Al-Baqoroh ayat 25, yaitu para wanita surga mereka suci terbebas dari haid, ingus,
dahak, kencing, tai, mani, ludah dan hal-hal yang kotor. Hal ini sebagaimana tafsiran dari Ibnu
Abbas dan juga Mujahid (Lihat tafsir Ibnu Katsir QS 2:25)

[46] HR At-Thirmidzi no 3492, Abu Dawud no 1551, An-Nasai no 5444, dan dishahihkan oleh
Syaikh Al-Albani.

Dari artikel Jagalah Pandanganmu Muslim.Or.Id by null

Anda mungkin juga menyukai