Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

ASFIKSIA NEONATORUM

A. DEFENISI
Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas
secara spontan dan teratur. Bayi dengan riwayat gawat janin sebelum lahir,
umumnya akan mengalami asfiksia pada saat dilahirkan. Masalah ini erat
hubungannya dengan gangguan kesehatan ibu hamil, kelainan tali pusat, atau
masalah yang mempengaruhi kesejahteraan bayi selama atau sesudah
persalinan (Asuhan Persalinan Normal, 2007).
Asfiksia neonatorum ialah keadaan dimana bayi tidak dapat segera
bernafas scr spontan dan teratur setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh
hipoksia janin dalam uterus dan hipoksia ini berhubungan dengan faktor-
faktor yang timbul dalam kehamilan, persalinan, atau segera setelah bayi
lahir. Akibat-akibat asfiksia akan bertambah buruk apabila penanganan bayi
tidak dilakukan secara sempurna. Tindakan yang akan dikerjakan pada bayi
bertujuan mempertahankan kelangsungan hidupnya dan membatasi gejala-
gejala lanjut yang mungkin timbul. (Prawirohardjo: 2008).
Asfiksia neonatorum adalah keadaan dimana bayi tidak dapat bernafas
secara spontan dan teratur segera stelah lahir. Keadaan tersebut dapat
disertai dengan adanya hipoksia, hiperkapnea, dan sampai ke asidosis.
Keadaan asfiksia ini dapat terjadi karena kurangnya kemampuan fungsi organ
bayi seperti pengembangan paru-paru. Proses terjadinya asfiksia neonatorum
ini dapat terjadi pada masa kehamilan, persalinan, atau dapat terjadi segera
setelah lahir. Banyak faktor yang menyebabkannya, diantaranya adanya
penyakit pada ibu sewaktu hamil seperti hipertensi, paru, gangguan kontraksi
uterus pada ibu, resiko tinggi kehamilan, dapat terjadi pada faktor plasenta
seperti janin dengan solusio plasenta, atau juga faktor janin itu sendiri.
( Hidayat, 2005).

B. ETIOLOGI
Beberapa faktor tertentu diketahui dapat menjadi penyebab terjadinya
asfiksia pada bayi baru lahir, diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Factor Ibu
a. Cacat bawaan
b. Preeklampsia dan eklampsia
c. Pendarahan abnormal (plasenta previa atau solusio placenta
d. Partus lama atau partus macet
e. Demam selama persalinan Infeksi berat (malaria, sifilis, TBC, HIV)
f. Kehamilan Lewat Waktu (sesudah 42 minggu kehamilan)

1
g. Hipoventilasi selama anastesi
h. Penyakit jantung sianosis
i. Gagal bernafas
j. Keracunan CO
k. Tekanan darah rendah
l. Gangguan kontraksi uterus
m. Usia ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun
2. Factor tali pusat
a. Lilitan tali pusat
b. Tali pusat pendek
c. Simpul tali pusat
d. Prolapsus tali pusat
3. Factor bayi
a. Kompresi umbilikus
b. Tali pusat menumbung, lilitan tali pusat
c. Kompresi tali pusat antara janin dan jalan lahir
d. Prematur
e. Gemeli
f. Kelainan congential
g. Pemakaian obat anestesi
h. Trauma yang terjadi akibat persalinan
i. Bayi prematur (sebelum 37 minggu kehamilan)
j. kelainan bawaan (kongenital)
k. Air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan)
4. Factor plasenta
a. Plasenta tipis
b. Plasenta tidak menempel
c. Solusio plasenta
5. Factor persalinan
a. Persalinan dengan tindakan (sungsang, bayi kembar, distosia bahu,
ekstraksi vakum, ekstraksi forsep)
b. Partus lama
c. Partus tindakan

C. MANIFESTASI KLINIK
Bayi yang mengalami kekurangan O2 akan terjadi pernafasan yang cepat
dalam periode yang singkat apabila asfiksia berlanjut, gerakan pernafasan
akan berhenti, denyut jantung juga mulai menurun, sedangkan tonus
neuromuscular berkurang secara berangsur-agsur berkurang dari bayi
memasuki periode apneru primer.
Gejala dan tanda pada asfiksia neunatorum yang khas antara lain
meliputi pernafasan cepat, pernafasan cuping hidung, sianosisus, nadi cepat
Gejala lanjut pada asfiksia :
1. Pernafasan megap-megap yang dalam
2. Denyut jantung terus menurun
3. Tekanan darah mulai menurun
4. Bayi terlihat lemas (flaccid)
5. Menurunnya tekanan O2 anaerob (PaO2)
6. Meningginya tekanan CO2 darah (PaO2)

2
7. Menurunnya PH (akibat acidosis respoiraktorik dan metabolic)
8. Dipakainya sumber glikogen tubuh anak metabolisme anaerob
9. Terjadinya perubahan sistem kardivaskuler

Klasifikasi Apgar Skor

Tanda 0 1 2

Detak jantung Tak ada <100 x/mnt >100 x/mnt

Pernafasan Tidak ada Tidak teratur Menangis kuat

Tonus otot Lunglai Ekstremitas Gerakan aktif


lemah
Reflek saat jalan Tidak ada Batuk/bersin
nafas dibersihkan Menyeringai

Warna Tubuh
Biru/pucat kemerahan Merah seluruh
tubuh
Ekstremitas
Biru

10. Sumber : Utomo, (2006).

D. PATOFISIOLOGI
Selama kehidupan di dalam rahim, paru janin tidak berperan dalam
pertukaran gas oleh karena plasenta menyediakan oksigen dan mengangkat
CO2 keluar dari tubuh janin. Pada keadaan ini paru janin tidak berisi udara,
sedangkan alveoli janin berisi cairan yang diproduksi didalam paru sehingga
paru janin tidak berfungsi untuk respirasi. Sirkulasi darah dalam paru saat ini
sangat rendah dibandingkan dengan setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh
karena konstriksi dari arteriol dalam paru janin. Sebagian besar sirkulasi darah
paru akan melewati Duktus Arteriosus (DA) tidak banyak yang masuk kedalam
arteriol paru.
Segera setelah lahir bayi akan menariknafas yang pertama kali
(menangis), pada saat ini paru janin mulai berfungsi untuk respirasi. Alveoli
akan mengembang udara akan masuk dan cairan yang ada didalam alveoli
akan meninggalkan alveoli secara bertahap. Bersamaan dengan ini arteriol

3
paru akan mengembang dan aliran darah kedalam paru akan meningkat
secara memadai. Duktus Arteriosus (DA) akan mulai menutup bersamaan
dengan meningkatnya tekanan oksigen dalam aliran darah. Darah dari
jantung kanan (janin) yang sebelumnya melewati DA dan masuk kedalam
Aorta akan mulai memberi aliran darah yang cukup berarti kedalam arteriole
paru yang mulai mengembang DA akan tetap tertutup sehingga bentuk
sirkulasi extrauterin akan dipertahankan.
Pada saat lahir alveoli masih berisi cairan paru, suatu tekanan ringan
diperlukan untuk membantu mengeluarkan cairan tersebut dari alveoli dan
alveoli mengembang untuk pertama kali. Pada kenyataannya memang
beberapa tarikan nafas yang pertama sangat diperlukan untuk mengawali dan
menjamin keberhasilan pernafasan bayi selanjutnya. Proses persalinan normal
(pervaginam) mempunyai peran yang sangat penting untuk mempercepat
proses keluarnya cairan yang ada dalam alveoli melalui ruang perivaskuler
dan absorbsi kedalam aliran darah atau limfe. Gangguan pada pernafasan
pada keadaan ini adalah apabila paru tidak mengembang dengan sempurna
(memadai) pada beberapa tarikan nafas yang pertama. Apnea saat lahir, pada
keadaan ini bayi tidak mampu menarik nafas yang pertama setelah lahir oleh
karena alveoli tidak mampu mengembang atau alveoli masih berisi cairan dan
gerakan pernafasan yang lemah, pada keadaan ini janin mampu menarik
nafas yang pertama akan tetapi sangat dangkal dan tidak efektif untuk
memenuhi kebutuhan O2 tubuh. keadaan tersebut bisa terjadi pada bayi
kurang bulan, asfiksia intrauterin, pengaruh obat yang dikonsumsi ibu saat
hamil, pengaruh obat-obat anesthesi pada operasi sesar.
Dalam hal respirasi selain mengembangnya alveoli dan masuknya udara
kedalam alveoli masih ada masalah lain yang lebih panjang, yakni sirkulasi
dalam paru yang berperan dalam pertukaran gas. Gangguan tersebut antara
lain vasokonstriksi pembuluh darah paru yang berakibat menurunkan perfusi
paru. Pada bayi asfiksia penurunan perfusi paru seringkali disebabkan oleh
vasokonstriksi pembuluh darah paru, sehingga oksigen akan menurun dan
terjadi asidosis. Pada keadaan ini arteriol akan tetap tertutup dan Duktus
Arteriosus akan tetap terbuka dan pertukaran gas dalam paru tidak terjadi.
Selama penurunan perfusi paru masih ada, oksigenasi ke jaringan tubuh
tidak mungkin terjadi. Keadaan ini akan mempengaruhi fungsi sel tubuh dan
tergantung dari berat dan lamanya asfiksia, fungsi tadi dapat reversible atau
menetap, sehingga menyebabkan timbulnya komplikasi, gejala sisa, ataupun

4
kematian penderita. Pada tingkat permulaan, gangguan ambilan oksigen dan
pengeluaran CO2 tubuh ini mungkin hanya menimbulkan asidosis respiratorik.
Apabila keadaan tersebut berlangsung terus, maka akan terjadi metabolisme
anaerobik berupa glikolisis glikogen tubuh. Asam organik yang terbentuk
akibat metabolisme ini menyebabkan terjadinya gangguan keseimbangan
asam basa berupa asidosis metabolik. Keadaan ini akan mengganggu fungsi
organ tubuh, sehingga mungkin terjadi perubahan sirkulasi kardiovaskular
yang ditandai oleh penurunan tekanan darah dan frekuensi denyut jantung.
Secara singkat dapat disimpulkan bahwa pada penderita asfiksia akan terlihat
tahapan proses kejadian yaitu menurunnya kadar PaO2 tubuh, meningkat
PCO2, menurunnya pH darah dipakainya sumber glikogen tubuh dan
gangguan sirkulasi darah. Perubahan inilah yang biasanya menimbulkan
masalah dan menyebabkan terjadinya gangguan pada bayi saat lahir atau
mungkin berakibat lanjut pada masa neonatus dan masa pasca neonatus.
Bila janin kekurangan O2 dan kadar CO2 bertambah, timbulah
rangsangan terhadap nervus vagus sehingga DJJ (denyut jantung janin)
menjadi lambat. Jika kekurangan O2 terus berlangsung maka nervus vagus
tidak dapat dipengaruhi lagi. Timbulah kini rangsangan dari nervus simpatikus
sehingga DJJ menjadi lebih cepat akhirnya ireguler dan menghilang. Janin
akan mengadakan pernafasan intrauterin dan bila kita periksa kemudian
terdapat banyak air ketuban dan mekonium dalam paru, bronkus tersumbat
dan terjadi atelektasis. Bila janin lahir, alveoli tidak berkembang.
Apabila asfiksia berlanjut, gerakan pernafasan akan ganti, denyut
jantung mulai menurun sedangkan tonus neuromuskuler berkurang secara
berangsur-angsur dan bayi memasuki periode apneu primer. Jika berlanjut,
bayi akan menunjukkan pernafasan yang dalam, denyut jantung terus
menurun , tekanan darah bayi juga mulai menurun dan bayi akan terluhat
lemas (flascid). Pernafasan makin lama makin lemah sampai bayi memasuki
perioode apneu sekunder. Selama apneu sekunder, denyut jantung, tekanan
darah dan kadar O2 dalam darah (PaO2) terus menurun. Bayi sekarang tidak
bereaksi terhadap rangsangan dan tidak akan menunjukkan upaya pernafasan
secara spontan. Kematian akan terjadi jika resusitasi dengan pernafasan
buatan dan pemberian tidak dimulai segera.

5
E. PATHWAY

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Beberapa pemeriksaan diagnostik yang dilakukan untuk mendiagnosis
adanya asfiksia pada bayi (pemeriksaan diagnostik) yaitu :
1. Pemeriksaan pH darah janin
Dengan menggunakan amnioskopi yang dimasukkan lewat serviks dibuat
sayatan kecil pada kulit kepala janin dan diambil contoh darah janin.

6
Darah ini diperiksa pH-nya. Adanya asidosis menyebabkan turunnya pH.
Apabila pH itu sampai turun dibawah 7,2 hal itu dianggap sebagai tanda
bahaya (Wiknjosastro, 2007).
2. Analisa Gas Darah
3. Analisa dilakukan pada darah arteri, penting untuk mengetahui adanya
asidosis dan alkalosis respiratorik/metabolik. Hal ini diketahui dengan
tingkat saturasi SaO2 dan PaO2. Pemeriksaan ini juga dilakukan untuk
mengetahui oksigenasi, evaluasi tingkat kemajuan terapi (Muttaqin, 2008).
4. Elektrolit Darah
Komplikasi metabolisme terjadi di dalam tubuh akibatnya persediaan
garam-garam elektrolit sebagai buffer juga terganggu kesetimbangannya.
Timbul asidosis laktat, hipokalsemi, hiponatremia, hiperkalemi.
Pemeriksaan elektrolit darah dilakukan uji laboratorium dengan test urine
untuk kandungan ureum, natrium, keton atau protein (Harris, 2003).
5. Gula darah
Pemeriksaan gula darah dilakukan uji laboratorium dengan test urine
untuk kandungan glukosa. Menurut Harris (2003), penderita asfiksia
umumnya mengalami hipoglikemi.
6. Pemeriksaan radiologi
Pemeriksaan radiologik seperti ultrasonografi (USG),computed
tomography scan (CT-Scan) dan magnetic resonance imaging (MRI)
mempunyai nilai yang tinggi dalam menegakkan diagnosis
7. USG ( Kepala )
8. Penilaian APGAR score
9. Pemeriksaan EGC dan CT- Scan
10. Foto polos dada

G. PENATALKSANAAN
1. Pengaturan suhu
Segera setelah lahir, badan dan kepala neonatus hendaknya dikeringkan
seluruhnya dengan kain kering dan hangat, dan diletakan telanjang di
bawah alat/ lampu pemanas radiasi, atau pada tubuh Ibunya, bayi dan Ibu
hendaknya diselimuti dengan baik, namun harus diperhatikan pula agar
tidak terjadi pemanasan yang berlebihan pada tubuh bayi.
2. Lakukan tindakan A-B-C-D (Airway/ membersihkan jalan nafas, Breathing/
mengusahakan timbulnya pernafasan/ ventilasi, Circulation/ memperbaiki
sirkulasi tubuh, Drug/ memberikan obat
a. Memastikan saluran nafas terbuka
Meletakkan bayi dalam posisi kepala defleksi, bahu diganjal.
Menghisap mulut, hidung dan trakhea.
Bila perlu, masukkan pipa ET untuk memastikan saluran
pernafasan terbuka.
b. Memulai pernafasan

7
Memakai rangsangan taktil untuk memulai pernafasan.
Memakai VTP bila perlu, seperti sungkup dan balon, pipa ET dan
balon, mulut ke mulut (hindari paparan infeksi)
c. Mempertahankan sirkulasi darah
Rangsangan dan pertahankan sirkulasi darah dengan cara kompres
pada daerah dada
d. Pemberian obat-obatan
Epineprin Indikasi : diberikan apabila frekuensi jantung tetap di
bawah 80 x/mnt walaupun telah diberikan paling sedikit 30 detik
VTP adekuat dengan oksigen 100 % dan kompresi dada atau
frekuensi jantung. Dosis 0,1 0,3 ml/kg untuk larutan 1:10000.
Cara pemberian dapat melalui intravena (IV) atau melalui pipa
endotrakheal.
Efek : Untuk meningkatkan kekuatan dan kecepatan konstraksi
jantung
e. Volume ekspander (darah/ whole blood, cairan albumin-salin 5%, Nacl,
RL).
Indikasi : digunakan dalam resusitasi apabila terdapat kejadian
atau diduga adanya kehilangan darah akut dengan tanda-tanda
hipovolemi. Dosis 10 ml/ kg. Cara pemberian IV dengan kecepatan
pemberian selama waktu 5-10 menit.
Efek : meningkatkan volume vaskuler, meningkatkan asidosis
metabolik.
f. Natrium Bikarbonat
Indikasi : digunakan apabila terdapat apneu yang lama yang tidak
memberikan respon terhadap terapi lain. Diberikan apabila VTP
sudah dilakukan.
Efek : memperbaiki asidosis metabolik dengan meningkatkan ph
darah apabila ventilasi adekuat, menimbulkan penambahan
volume disebabkan oleh cairan garam hipertonik.

H. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pengkajan adalah data dasar utama proses keperawatan yang tujuannya
adalah untuk memberikan gambaran secara terus menerus mengenai
keadaan kesehatan klien yang memungkinkan perawat asuhan
keperawatan kepada klien
a. Identitas Pasien
yaitu: mencakup nama pasien, umur, agama, alamat, jenis kelamin,
pendidikan, perkerjaan, suku, tanggal masuk, no. MR, identitas
keluarga, dll.

8
b. Keluhan Utama
Biasanya bayi setelah partus akan menunjukkan tidak bias bernafas
secara spontan dan teratur segera setelah dilahirkan keadaan bayi
ditandai dengan sianosis, hipoksia, hiperkapnea, dan asidosis
metabolic
c. Riwayat kehamilan dan kelahiran
1) Prenatal
Kemungkinan ibu menderita penyakit infeksi akut, infeksi kronik,
keracunan karena obat-obat bius, uremia, toksemia gravidarum,
anemia berat, bayi mempunyai resiko tinggi terhadap cacat
bawaan dan tejadi trauma pada waktu kehamilan.
2) Intranatal
Biasanya asfiksia neonatus dikarenakan kekurangan o2 sebab
partus lama, rupture uteri yang memberat, tekanan terlalu kuat
dari kepala anak pada placenta, prolaps fenikuli tali pusat,
pemberian obat bius terlalu banyak dan tidak tepat pada
waktunya, perdarahan bayak, placenta previa, sulitio plasenta,
persentase janin abnormal, lilitan tali pusat, dan kesulitan lahir
3) Postnatal
Biasanya ditandai dengan adanya hipoksia, hiperkapnea, asidosis
metabolic, perubahan fungsi jantung, kegagalan system multi
organ.
d. Riwayat kesehatan
1) RKD
Kemungkinan ibu menderita penyakit infeksi akut, infeksi kronik,
keracunan karena obat-obat bius, uremia, toksemia gravidarum,
anemia berat, bayi mempunyai resiko tinggi terhadap cacat
bawaan dan tejadi trauma pada waktu kehamilan.
2) RKS
Biasanya bayi akan menunjukkan warna kulit membiru, terjadi
hipoksia, hiperkapnea, asidosis metabolic, usaha bernafas minimal
atau tidak ada, perubahan fungsi janutng, kegagalan system multi
organ, kejang, nistagmus dan menagis kurang baik atau tidak
menangis.
3) RKK
Biasanya faktor ibu meliputi amnionitis, anemia, diabetes,
hipertensiyang diinduksi oleh kehamilan dan obat-obat infeksi.
e. Pemeriksaan fisik
1) Kulit
warna kulit tubuh merah, sedangkan ekstremitas berwarna biru,
pada bayi preterm terdapat lanugo dan verniks.
2) Kepala

9
Kemungkinan ditemukan caput succedaneum atau cephal
haematom, ubun-ubun besar cekung atau cembung
3) Mata
Warna konjungtiva anemis/tidak anemis, tidak ada bleeding
konjungtiva, warna sclera tidak kuning, pupil menunjukkan refleksi
terhadap cahaya.
4) Hidung
Terdapat pernafasan cuping hidung dan terdapat penumpukan
lendir.
5) Mulut
Bibir berwarna pucat atau merah, ada lendir atau tidak.
6) Telinga
Perhatikan kebersihannya dan adanya kelainan.
7) Leher
Perhatikan kebersihannya karena leher neonatus pendek.
8) Thorax
Bentuk simetris, terdapat tarikan intercostal, perhatikan suara
wheezing dan ronchi, frekuensi bunyi jantung lebih dari 100
x/menit.
9) Abdomen
Bentuk silindris, hepar bayi terletak 1-2 cm dibawah arcus costae
pada garis papilla mamae, lien tidak teraba, perut buncit
berarti adanya asites/tumor, perut cekung adanya hernia
diafragma, bising usus timbul 1-2 jam setelah masa kelahiran bayi,
sering terdapat retensi karena GI Tract belum sempurna.
10) Umbilikus
Tali pusat layu, perhatikan ada perdarahan/tidak, adanya tanda-
tanda infeksi pada tali pusat.
Genitalia
Pada neonatus aterm testis harus turun, lihat adakah kelainan
letak muara uretra pada neonatus laki-laki, neonatus perempuan
lihat labia mayor dan labia minor, adanya sekresi mucus keputihan,
kadang perdarahan.
11) Anus
Perhatikan adanya darah dalam tinja, frekuensi buang air besar
serta warna dari faeces.
12) Ekstremitas : Warna biru, gerakan lemah, akral dingin,
perhatikan adanya patah tulang atau adanya kelumpuhan saraf
atau keadaan jari-jari tangan serta jumlahnya.
f. Refleks
Pada neonates preterm post asfiksia berat reflek moro dan sucking
lemah. Reflek moro dapat memberi keterangan mengenai keadaan
susunan saraf pusat atau adanya patah tulang

10
I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Pola nafas tidak efektif b.d hipoventilasi/ hiperventilasi
2. Kerusakan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan perfusi ventilasi
3. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan
cairan diparu-paru
4. Resiko ketidakseimbangan suhu tubuh berhubungan dengan suplai
oksigen dalam darah berkurang

11

Anda mungkin juga menyukai

  • LP Stemi
    LP Stemi
    Dokumen13 halaman
    LP Stemi
    mutiarahmah30
    83% (12)
  • Pathway Labioschisis
    Pathway Labioschisis
    Dokumen1 halaman
    Pathway Labioschisis
    Huyel Donagracia
    Belum ada peringkat
  • Form Askep
    Form Askep
    Dokumen2 halaman
    Form Askep
    Huyel Donagracia
    Belum ada peringkat
  • LAPORAN PENDAHULUAN Bronkopneumonia
    LAPORAN PENDAHULUAN Bronkopneumonia
    Dokumen9 halaman
    LAPORAN PENDAHULUAN Bronkopneumonia
    Ilham Yello
    Belum ada peringkat
  • Suctin
    Suctin
    Dokumen4 halaman
    Suctin
    Huyel Donagracia
    Belum ada peringkat
  • LP Labio
    LP Labio
    Dokumen17 halaman
    LP Labio
    Huyel Donagracia
    Belum ada peringkat
  • Sap 2
    Sap 2
    Dokumen5 halaman
    Sap 2
    Huyel Donagracia
    Belum ada peringkat
  • Sap Penyuluhan
    Sap Penyuluhan
    Dokumen11 halaman
    Sap Penyuluhan
    Huyel Donagracia
    Belum ada peringkat
  • Tugas Individu PP Fix
    Tugas Individu PP Fix
    Dokumen10 halaman
    Tugas Individu PP Fix
    Huyel Donagracia
    Belum ada peringkat
  • Bab I Pendahuluan
    Bab I Pendahuluan
    Dokumen3 halaman
    Bab I Pendahuluan
    Huyel Donagracia
    Belum ada peringkat
  • Analisa GV
    Analisa GV
    Dokumen3 halaman
    Analisa GV
    Huyel Donagracia
    Belum ada peringkat
  • Format
    Format
    Dokumen3 halaman
    Format
    Huyel Donagracia
    Belum ada peringkat
  • Tugas Individu PP Fix
    Tugas Individu PP Fix
    Dokumen10 halaman
    Tugas Individu PP Fix
    Huyel Donagracia
    Belum ada peringkat
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Dokumen1 halaman
    Daftar Isi
    Huyel Donagracia
    Belum ada peringkat
  • Perawatan DC
    Perawatan DC
    Dokumen2 halaman
    Perawatan DC
    detris
    Belum ada peringkat
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Dokumen1 halaman
    Daftar Isi
    Huyel Donagracia
    Belum ada peringkat
  • Lembar Depan
    Lembar Depan
    Dokumen1 halaman
    Lembar Depan
    Huyel Donagracia
    Belum ada peringkat
  • LP Aspiksia
    LP Aspiksia
    Dokumen11 halaman
    LP Aspiksia
    Huyel Donagracia
    Belum ada peringkat
  • Pemberian IV
    Pemberian IV
    Dokumen3 halaman
    Pemberian IV
    detris
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Dokumen2 halaman
    Kata Pengantar
    Huyel Donagracia
    Belum ada peringkat
  • Transfusi Darah
    Transfusi Darah
    Dokumen2 halaman
    Transfusi Darah
    detris
    Belum ada peringkat
  • Pemberian Suction
    Pemberian Suction
    Dokumen2 halaman
    Pemberian Suction
    Huyel Donagracia
    Belum ada peringkat
  • Perawatan Trackeostomy
    Perawatan Trackeostomy
    Dokumen7 halaman
    Perawatan Trackeostomy
    detris
    Belum ada peringkat
  • Pemberian Nebulizer
    Pemberian Nebulizer
    Dokumen2 halaman
    Pemberian Nebulizer
    detris
    Belum ada peringkat
  • Pemberian Oxygen
    Pemberian Oxygen
    Dokumen2 halaman
    Pemberian Oxygen
    Huyel Donagracia
    Belum ada peringkat
  • Central Venous Pressure
    Central Venous Pressure
    Dokumen6 halaman
    Central Venous Pressure
    fauzul azmi
    Belum ada peringkat
  • Pemberian Ekg
    Pemberian Ekg
    Dokumen2 halaman
    Pemberian Ekg
    Huyel Donagracia
    Belum ada peringkat
  • Pemberian Injeksi IV
    Pemberian Injeksi IV
    Dokumen2 halaman
    Pemberian Injeksi IV
    Huyel Donagracia
    Belum ada peringkat
  • Pemberian NGT
    Pemberian NGT
    Dokumen3 halaman
    Pemberian NGT
    detris
    Belum ada peringkat
  • 2 Pre Planing MMD 1
    2 Pre Planing MMD 1
    Dokumen6 halaman
    2 Pre Planing MMD 1
    rafikahfika
    Belum ada peringkat