PENDAHULUAN
Pangan dan gizi terkait erat dengan upaya peningkatan sumber daya
manusia (SDM). Salah satu upaya perbaikan dan peningkatan gizi tersebut
diantaranya adalah dengan gizi makanan jajanan pada anak sekolah.
Makanan jajanan adalah makanan dan minuman yang dipersiapkan dan
dijual oleh pedagang kaki lima di jalanan dan di tempat-tempat keramaian
umum lain yang langsung dimakan atau dikonsumsi tanpa pengolahan atau
persiapan lebih lanjut.
Makanan jajanan sudah menjadi bagian tidak terpisahkan dari
kehidupan masyarakat, baik di perkotaan maupun di pedesaan. Budaya
jajan menjadi bagian dari keseharian hampir semua kelompok usia dan
kelas sosial, termasuk anak usia sekolah atau golongan remaja. Biasanya
pada jam pulang sekolah atau jam istirahat, anak sekolah akan
memanfaatkannya untuk membeli makanan kecil sebagai camilan seperti
siomay, pempek, cilok, cimol, bakso, aneka es dan masih banyak jajanan
yang lainnya.
Konsumsi akan makanan jajanan di masyarakat terus meningkat
mengingat dengan makin terbatasnya waktu anggota keluarga untuk
mengolah makanan sendiri. Keunggulan makanan jajanan adalah murah
dan mudah didapat, serta cita rasanya yang enak dan cocok dengan selera
kebanyakan masyarakat (Setyo M, 2005). Padahal makanan jajanan yang
dijual di sekitar sekolah belum tentu memiliki kandungan gizi yang baik,
dan yang terpenting adalah kita tidak mengetahui secara pasti bahan-bahan
apa yang digunakan serta kebersihannya dalam mengolah makanan jajanan
tersebut. Selain itu kita juga tidak mengetahui apakah makanan jajanan
yang dijual tersebut dibuat atau diproduksi pada hari itu juga atau sudah
beberapa hari sebelumnya.
Sering kita jumpai kasus-kasus mengenai bahayanya bahan-bahan
yang digunakan pada jajanan anak sekolah dan aneka jenis penyakit yang
dapat ditimbulkan dari berbagai jajanan tersebut. Seperti tifus, muntaber,
radang tenggorokan, diare dan masih banyak lagi penyakit yang dapat
ditimbulkan jika mengkonsumsi jajan sembarangan. Tidak sedikit orang
tua yang melarang anak untuk membeli jajan disekolah karena bahaya
tersebut. Tetapi tak sedikit pula orang tua yang membiarkan anaknya
mengkonsumsi jajanan tersebut dengan alasan agar anak tersebut tidak
rewel. Ada anak-anak yang menurut dan mengerti akan bahayanya jika
mereka mengkonsumsi jajanan tersebut dan lebih memilih untuk
membawa bekal dari rumah buatan orang tua sendiri. Tetapi tak sedikit
pula anak-anak yang cuek terhadap larangan orang tua tersebut dan tetap
membeli jajan disekolah dan enggan untuk membawa bekal dari rumah.
Aspek negatif makanan jajanan yaitu apabila dikonsumsi berlebihan
dapat menyebabkan terjadinya kelebihan asupan energi yang akan
menyebabkan terjadinya obesitas. Ditinjau dari pola makan, remaja
merupakan kelompok yang peka terhadap pengaruh lingkungan luar
seperti maraknya iklan makanan siap santap yang umumnya mengandung
kalori tinggi, kaya lemak, tinggi natrium, dan rendah serat. Hal ini
memungkinkan terjadinya kasus kegemukan di kalangan remaja.
Pola makan yang tidak sehat tersebut seringkali terjadi karena
ketidaktahuan akan dampak yang ditimbulkan serta kurangnya
pengetahuan dalam memilih makanan jajanan. Pengetahuan berpengaruh
terhadap sikap dalam memilih makanan jajanan. Pengetahuan yang baik
diharapkan mempengaruhi konsumsi makanan yang baik sehingga dapat
menuju status gizi yang baik. Kurang cukupnya pengetahuan tentang gizi
dan kesehatan dalam memilih makanan jajanan akan berpengaruh terhadap
status gizi (Sediaoetama, 2000).
Salah satu upaya sederhana yang dapat dilakukan oleh orang tua
untuk mengurangi tingkat obesitas remaja adalah dengan membawakan
bekal sekolah. Akan tetapi, biasanya anak sekolah pada usia memasuki 12
sampai 16 tahun sudah mulai merasa malu membawa bekal makanan.
Karena merasa sudah cukup besar dan sudah tidak perlu lagi membawa
bekal makanan. Bagi sebagian anak terutama anak laki-laki, membawa
bekal makanan yang dibuat oleh orang tua sendiri menandakan bahwa ia
anak yang manja. Hal ini menurut mereka merupakan hal yang
memalukan.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di SMP N 27 Semarang,
diketahui banyak siswa yang membeli makanan jajanan di sekitar sekolah
baik itu di kantin sekolah maupun pedagang jajanan di luar sekolah.
Makanan jajanan yang mereka konsumsi umumnya mengandung lemak
dan gula tinggi serta rendah serat seperti gorengan, cilok, cimol, batagor,
es serut, minuman ringan, dan lain-lain. Mayoritas siswa beralasan
memilih makanan jajanan adalah untuk mengurangi rasa lapar sebagai
pengganti sarapan. Disamping itu, rasa makanan jajanan yang enak dan
harganya yang murah pun menjadi pendukung siswa untuk jajan meskipun
sebagian dari mereka tahu bahwa makanan tersebut tidak baik untuk
kesehatan.
II. TUJUAN
Tujuan dari pengamatan obesitas pada remaja di SMP N 27
Semarang ini adalah untuk :
1. Mengetahui pengetahuan siswa sebelum dilakukan penyuluhan tentang
obesitas, makanan jajanan, pedoman gizi seimbang pada remaja di
SMPN 27 Semarang.
2. Mengetahui pengetahuan siswa setelah dilakukan penyuluhan tentang
obesitas, makanan jajanan, pedoman gizi seimbang pada remaja di
SMPN 27 Semarang.
3. Mengetahui status gizi remaja di SMP N 27 Semarang.
Sangat Gawat 4
Gawat 3
Kegawatan
Cukup Gawat 2
Sangat Gawat 1
Sangat Mudah 4
Tingkat Mudah 3
Pencegahan Cukup Mudah 2
Mudah 1
Septiani C. 2008. Pengembangan Metode dan Media Baru untuk Memantau dan
Menilai Konsumsi Makanan Anak-Anak (Tesis). Jakarta: Universitas
Indonesia http://lib.ui.ac.id/file?file=pdf/abstrak-123382.pdf (Diakses Pada
16 Mei 2017).
Niman S. 2013. Anatomi dan fisiologi sistem pencernaan. Jakarta: Trans Info
Media.
Hidayati, N.S., Irawan, R., dan Hidayat, B. 2006. Obesitas pada Anak.
http://www.pediatrik.com (Diakses Pada 16 Mei 2017).
Khomsan, Ali. 2004. Pangan dan Gizi untuk Kesehatan. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Sartika, Ratu Ayu Dewi. 2011. Faktor Risiko Obesitas Pada Anak 5 15 Tahun di
Indonesia. Makara Kesehatan. Volume 15 Nomor 1.
Sediaoetama AD. 2000. Ilmu Gizi Untuk Mahasiswa dan Profesi jilid 1. Jakarta:
Dian Rakyat.
Soetardjo S. 2011. Gizi Seimbang dalam Daur Kehidupan. Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama.
Sukma, Devi Cahya., Margawati, Ani. 2014. Hubungan Pengetahuan dan Sikap
Dalam Memilih Makanan Jajanan dengan Obesitas Pada Remaja di SMP
Negeri 2 Brebes. Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. (Dapat
diakses melalui http://eprints.undip.ac.id/45765/).
Tiha, Riani E., Legi, Nonce N., & Walalangi, Rivolta GM. 2016. Hubungan
Pengetahuan Gizi, Pola Makan dengan Status Gizi di Desa Pahaleten
Kecamatan Kakas Kabupaten Minahasa. Gizido. Volume 8. Nomor 2.
(Dapat diakses melalui
https://ejurnal.poltekkesmanado.ac.id/index.php/gizido/article/download/34
1/364).