Anda di halaman 1dari 14

SATUAN ACARA PENYULUHAN

PENANGANAN HIPERTENSI SEBAGAI PENCEGAHAN STROKE


BERULANG PADA PASIEN PASCA STROKE DI RUANG
AZALEA RSUP HASAN SADIKIN BANDUNG

DISUSUN OLEH :

1
1. Dini Hanifatul M 6. Janna Nahdya
2. Nita Prawitasari 7. Wiedy Suciati
3. Taufik Yusdian 8. Andhika Widya
4. Dinda Piranti A 9. Ria Fitria Bahri
5. Reggi Prathama 10. Fitrianti Pratami

2
SUB BAGIAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
PROGRAM PROFESI NERS ANGKATAN XXXIII
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2017
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Materi / Topik : Penanganan Hipertensi Sebagai Pencegahan Stroke Berulang


Sasaran : Keluarga pasien dengan stroke di Ruang Azalea RSHS Bandung
Tempat : Ruang Azalea RSHS Bandung
Hari / Tanggal : Selasa, 28 Maret 2017
Durasi : 1 pertemuan (30 menit)
Pemateri : Mahasiswa kelompok 3 Keperawatan Medikal Bedah Program Profesi
Ners angkatan XXXIII Fkep UNPAD

A. Tujuan Institusional
Meningkatkan pengetahuan keluarga dan pasien mengenai penanganan hipertensi sebagai
pencegahan stroke berulang pada pasien pasca stroke di rumah.
B. Tujuan Instruksional Umum
Setelah mengikuti penyuluhan ini, peserta mampu mengetahui, memahami dan
mengaplikasikan tentang penanganan hipertensi sebagai pencegahan stroke berulang pada
pasien pasca stroke di rumah.
C. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mengikuti pendidikan kesehatan, peserta didik mampu :
- Mengetahui dan memahami pengertian dan faktor resiko stroke.
- Mengetahui dan memahami pengertian dan penyebab hipertensi.

3
- Mengetahui dan memahami cara penanganan hipertensi sebagai pencegahan stroke
berulang.
- Mengaplikasikan pengetahuan tentang penanganan hipertensi sebagai pencegahan
stroke berulang.
D. Analisa Tugas
Standar Kompetensi :
Know
- Pengertian stroke
- Faktor resiko stroke
- Pengertian hipertensi
- Penyebab hipertensi
- Penanganan hipertensi pada pasien pasca stroke
Show
- Peserta didik menyimak dan memperhatikan kegiatan penyuluhan dengan
seksama.
- Peserta didik mendengarkan dengan seksama penjelasan pemateri dan penyuluh.
- Peserta didik mendiskusikan hal-hal yang belum dimengerti tentang materi
penyuluhan.
E. Pokok Bahasan
Penanganan hipertensi sebagai pencegahan stroke berulang pada pasien pasca stroke.
F. Sub Pokok Bahasan
Pengertian dan faktor resiko stroke.
Pengertian dan penyebab hipertensi.
Penanganan hipertensi sebagai pencegahan stroke berulang.
G. Materi Pendidikan Kesehatan (Terlampir)
H. Alokasi Waktu
- Apresiasi : 2 menit
- Kegiatan membuka : 3 menit
- Penjelaskan / Uraian Materi : 10 menit
- Tanya jawab (diskusi) : 10 menit

4
- Mini Clossure : 3 menit
- Clossure : 2 menit
Total waktu : 30 menit
I. Strategi Instruksional
- Memberikan stimulasi kapada peserta didik untuk mengajukan pertanyaan/ide dengan
memberikan pujian (reward)
- Melakukan tanya jawab apabila peserta didik mengalami kesulitan pemahaman

J. Kegiatan Penyuluhan
Tahap Kegiatan Penyuluh Kegiatan Peserta Metode Media
Pra Menyiapkan perlengkapan
Set ruangan
Menyiapkan lingkungan yang
terapeutik
Kegiatan Apresiasi Power
membuka Melakukan perkenalan point
C
Menjelaskan tujuan
Menyimak E
penyuluhan
R
Menjelaskan cakupan materi
A
yang akan dibahas
Menyimak M
Kontrak waktu
A
H
Uraian Materi Mejelaskan defenisi stroke Memperhatikan dan Brain Power

Menjelaskan faktor resiko menyimak penjelasan point

terjadinya stroke dari penyuluhan Storming

Mejelaskan defenisi
Ceramah
hipertensi

5
Mejelaskan penyebab Tanya
hipertensi Jawab
Menjelaskan cara
penanganan hipertensi
Mini Clossure Meminta salah satu anggota Mengutarakan Tanya -
keluarga klien untuk jawaban jawab
menjelaskan sedikit
tentang penyuluhan
penanganan hipertensi
Clossure/Penutu Mengajukan beberapa Mengutarakan ide Tanya Leaflet
p pertanyaan atau pendapat jawab
Memberikan kesimpulan
Menutup pertemuan dan Menyimak
membagikan leaflet kepada
Ceramah
peserta didik
Menyimak

Ceramah

K. Variasi Media
- Leaflet
- Power point
L. Metoda Instruksional
- Brain stroming
- Ceramah
- Tanya jawab
M. Evaluasi
Hasil belajar
Evaluasi lisan :
1. Apa yang dimaksud stroke ?
2. Jelaskan faktor resiko stroke !
3. Apa yang dimaksud hipertensi ?

6
4. Jelaskan penyebab hipertensi !
5. Bagaimana cara penanganan hipertensi pada pasien pasca stroke ? Jelaskan !

MATERI PENYULUHAN
PENANGANAN HIPERTENSI SEBAGAI PENCEGAHAN STROKE BERULANG PADA
PASIEN PASCA STROKE

I. PENGERTIAN STROKE
Stroke disebut dengan cedera cerebrovaskuler atau cerebrovaskuler insidens (CVA)
yaitu gangguan suplai darah normal ke otak akibat iskemik (penurunan aliran darah ke
otak), yang sering terjadi dengan tiba-tiba dan menyebabkan focal neurologi dan
defisit (Ignata Vicius dan Bayne, 1991).
Definisi lainnya yaitu kehilangan fungsi otak yang disebabkan oleh berhentinya suplai
darah ke bagian otak (Brunner and Suddarth, 1997).
Stroke adalah adanya beberapa kelainan otak baik secara fungsional maupun structural
yang disebabkan oleh keadaan patologis dari seluruh system pembuluh darah otak.
Stroke dapat terjadi akibat adanya trombosis yaitu bekuan darah dalam pembuluh
darah otak atau leher, embolisme cerebral yaitu bekuan darah atau material lain yang
dibawa ke otak dari bagian tubuh yang lain, dan hemoragi serebral yaitu pecahnya
pembuluh darah serebral dengan perndarahan ke dalam jaringan otak atau ruang
sekitar otak.

II. FAKTOR RESIKO STROKE


Beberapa faktor dapat menyebabkan terjadinya penyakit stroke. Faktor tersebut dibagi
menjadi dua yaitu tidak dapat dimodifikasi dan dapat dimodifikasi.

7
Tidak dapat dimodifikasi : usia, jenis kelamin, herediter, ras / etnik.
Dapat dimodifikasi : riwayat hipertensi, penyakit jantung, diabetes mellitus, Transient
Ischemic Attack (TIA), hiperkolesterol, obesitas, merokok, alkoholik, hiperurisemia,
peninggian hematokrit (Mansjoer, 2000). Berdasarkan data yang ditemukan dari
beberapa jurnal penelitian mengatakan bahwa faktor resiko terjadinya stroke berulang
disebabkan oleh faktor paling besar yaitu hipertensi.

III. PENGERTIAN HIPERTENSI


Hipertensi adalah penyakit kronik akibat desakan darah yang berlebihan dan hampir
konstan pada arteri. Tekanan dihasilkan oleh kekuatan jantung ketika memompa darah.
Hipertensi merupakan suatu keadaan dimana tekanan darah seseorang adalah > 140
mmHg (tekanan sistolik) dan atau < 90 mmHg (tekanan diastolik) (Joint National
Committee on Prevention Detection, Evaluation, and Treatment of High Pressure VII,
2003).

IV. PENYEBAB HIPERTENSI


Hipertensi dapat disebabkan oleh beberapa hal, yaitu :
1. Umur
Pada usia tua diperlukan keadaan darah yang meningkat untuk memompakan
sejumlah darah ke otak dan alat vital lainya. Pada usia tua pembuluh darah sudah
mulai melemah dan dinding 17 pembuluh darah sudah menebal (Kiangdo,1977).
2. Riwayat keluarga
Hipertensi akibat dari riwayat keluarga juga disebabkan faktor genetik pada
keluarga tersebut. Beberapa peneliti mengatakan terdapat kelainan pada gen
angiotensinogen tetapi mekanismenya mungkin bersifat poligenik. Gen
angiotensinogen berperan penting dalam produksi zat penekan angiotensin, yang
mana zat tersebut dapat meningkatkan tekanan darah. Terjadinya perubahan bahan
angiostensinogen menjadi menjadi angiotensin I dan di dalam sirkulasi pulmonal
angiotensin I diubah menjadi angiotensin II dan selanjutnya bahan angiostensin II

8
inilah yang berperan merangsang beberapa pusat yang penting dan mengakibatkan
terjadinya perubahan tekanan darah. Dalam mekanismenya, bahan angiotensin II
mempengaruhi dan merangsang pusat haus dan minum di bagian hypothalamus di
dalam otak, sehingga menyebabkan rangsangan yang meningkatkan masukan air dan
selain itu juga merangsang pusat vasomotor dengan akibat meningkatkan rangsangan
syaraf simpatis kepada arteriola, myocardium dan pacu jantung yang mengakibatkan
tekanan darah tinggi atau hipertensi (Ibnu, 1996).

3. Obesitas
Pada obesitas didapatkan adanya peningkatan volume plasma dan curah jantung
yang akan meningkatkan tekanan darah.
4. Stress
Menurut Ibnu (1996) Stres dapat mempengaruhi perubahanperubahan pada
hypothalamus, hal itu mengakibatkan terjadi perubahan tekanan darah dan denyut
jantung. Terdapat dua jalur reaksi hypothalamus dalam menanggulangi rangsangan
stres fisik, emosi, dan sebagainya, yaitu : 1. Dengan mengeluarkan sejumlah hormon
vasopresin dan Corticotropin Releasing Factor (CRF), yang mana kedua hormon
tersebut akan mempengaruhi daya retensi air dan ion natrium serta mengakibatkan
kenaikan volume darah. 2. Merangsang pusat vasomotor dan menghambat pusat
vagus, sehingga timbul reaksi yang menyeluruh di dalam tubuh berupa peningkatan
sekresi norephineprin dan ephineprin oleh medula adrenalis, meningkatkan frekuensi
denyut jantung, meningkatkan kekuatan konstraksi otot jantung sehingga curah
jantung meningkat. Perubahan-perubahan fungsi kardiovaskuler yang menyeluruh
tersebut menyebabkan terjadinya kenaikan tekanan darah dan denyut jantung.
5. Merokok
Kadar nikotin merangsang sistem saraf simpatik, sehingga pada ujung saraf
tersebut melepaskan hormon stres norephinephrine dan segera mengikat hormon
receptor alpha. Hormon ini mengalir dalam pembuluh darah ke seluruh tubuh. Oleh
karena itu, jantung akan berdenyut lebih cepat dan pembuluh darah akan mengkerut.

9
Selanjutnya akan menyebabkan penyempitan pembuluh darah dan menghalangi arus
darah secara normal, sehingga tekanan darah akan meningkat.
6. Konsumsi alkohol
Alkohol dihubungkan dengan hipertensi, karena peminum alkohol akan
cenderung hipertensi (Sidabutar dan Prodjosujadi, 1990). Namun diduga,
peningkatan kadar kortisol, dan peningkatan volume sel darah merah serta
kekentalan darah berperan dalam menaikkan tekanan darah. Alkohol juga diduga
empunyai efek pressor langsung pada pembuluh darah, karena alkohol menghambat
natrium dan kalium, sehingga terjadi peningkatan natrium intrasel dan menghambat
pertukaran natrium dan kalsium seluler yang akan memudahkan kontraksi sel otot.
Otot pembuluh darah akan menjadi lebih sensitive terhadap zat-zat pressor seperti
angiotensin dan katekolamin.
7. Konsumsi kafein
William (2004) dalam jurnal penelitiannya menyebutkan bahwa kafein
meningkatkan tekanan darah secara akut. Efek klinis yang terjadi tergantung pada
respon tekanan darah responden yang diuji dengan mengkonsumsi kafein setiap hari.
Hasil dari penelitian tersebut menyebutkan ada kenaikan tekanan darah pada
responden yang mengkonsumsi kafein >250 mg per hari selama 5 hari.
8. Kurang aktivitas fisik
Kurangnya aktifitas fisik menjadi faktor risiko hipertensi karena orang yang tidak
aktif cenderung memiliki detak jantung yang lebih tinggi. Semakin tinggi detak
jantung, semakin keras jantung bekerja akibatnya timbul darah tinggi. Kurangnya
aktivitas fisik juga meningkatkan risiko kelebihan berat badan.
9. Terlalu banyak garam pada makanan
Terlalu banyak natrium dalam diet dapat menyebabkan peningkatan cairan dalam
tubuh khususnya dalam pembuluh darah, yang dapat meningkatkan tekanan darah.
10. Terlalu sedikit kalium pada makanan
Kalium membantu menyeimbangkan jumlah natrium dalam sel. Jika asupan kalium
sedikit, artinya natrium relatif meningkat akibatnya terjadi penumpukan cairan dalam
tubuh yang akan membuat tensi darah naik.
11. Terlalu sedikit vitamin D pada makanan

10
Suatu hal yang sudah pasti, jika kekurangan vitamin D dalam diet dapat
menyebabkan tekanan darah tinggi. Karena Vitamin D dapat mempengaruhi enzim
yang diproduksi oleh ginjal yang mempengaruhi tekanan darah.

V. PENANGANAN HIPERTENSI
Penderitaan hipertensi yang mengalami kelebihan berat badan dianjurkan untuk
menurunkan berat badannya sampai batas ideal.
Merubah pola makan pada penderita diabetes, kegemukan atau kadar kolesterol
darah tinggi.
Mengurangi pemakaian garam sampai kurang dari 2,3 gram natrium atau 6 gram
natrium klorida setiap harinya (disertai dengan asupan kalsium, magnesium dan
kalium yang cukup)
Olahraga aerobik yang tidak terlalu berat. Penderita hipertensi esensial tidak perlu
membatasi aktivitasnya selama tekanan darahnya terkendali.
Berhenti merokok dan mengurangi alkohol.
Diet Nutrisi Pada Pasien Pasca Stroke
Pasien pasca stroke memerlukan diet khusus penyakit stroke untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi dengan memperhatikan keadaan dan komplikasi penyakit. Tujuan
dilakukannya diet ini ialah untuk memperbaiki keadaan stroke seperti kesulitan dalam
menelan (disfagia), pneumonia, kelaiann ginjal dan dekubitus (luka karena terlalu
lama berbaring). Selain itu diet khusus juga penyakit stroke diharapkan dapat
mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit.
Menurut tahapan pada stroke pemberian makanan dan pengaturan jenis diet dibagi
menjadi dua fase, yaitu fase akut dan fase pemulihan. Pada fase pemulihan diet pasien
sudah sadar dan tidak mengalami gangguan fungsi menelan atau disfagia. Makanan
sudah dapat diberikan melalui mulut dalam bentuk makanan cair, makanan saring,
makanan lunak dan makanan biasa yang diberikan secara bertahap.
Menurut Almatsier (2004) dalam Farida (2009), diet khusus pasien stroke
memiliki beberapa syarat, diantaranya:
1. Energi yang cukup yaitu 24-45 kkal/KgBB. Pada fase akut, diberikan 1500
kkal/hari

11
2. protein cukup, yaitu 0,8-1 g/kgBB. Jika pasien berada dalam kondidi gizi kurang
berikan protein sebanyak 1,2-1,5 g/KgBB
3. lemak cukup, sebesar 20%-25% dari kebutuhan energi total. Upayakan untuk
mengkonsumsi lemak tidak jenuh dan membatasi mengkonsumsi lemak jenuh,
yaitu kurang dari kebutuhan energi total. Sedangkan, batas kolesterol kurnag dari
300 mg.
4. karbohidrat cukup, yaitu 60-70% dari kebutuhan eneri total
5. cukup akan vitamin, terutama vitamin A, vitamin B6, asam folat, vitamin B12 serta
vitamin C dan E
6. mineral yang cukup, seperti kalsium, magnesium dan kalium
7. konsumsi serta yang cukup untuk membantu menurunkan kadar kolesterol dan
pencegahan terhadap sembelit
8. cairan cukup, sebanyak enam sampai delapan gelas sehari kecuali pada pasien
dengan keadaan edema (pembengkakan) harus dibatasi asupan cairannya
9. makanan diberikan dalam porsi kecil (sedikit) dan sering (pada jeda waktu yang
tidak terlalu lama).

Tabel berikut memperlihatkan bahan makanan yang dianjurkan untuk


mengiringi proses penyembuhan stroke.
Bahan makanan Dianjurkan Tidak Dianjurkan
Sumber karbohidrat Beras, kentang, ubi, singkong, Produk olahan yang dibuat
tepung terigu, tepung hunkwe, dengan garam dapur, seperti
tepung tapioa, sagu, gula, baking powder, kue yang
madu, produk olahan yang terlalu manis dan gurih
dibuat tanpa garam dapur,
seperti makaroni, mie bihun,
roti biskuit dan kue kering.
Sumber pangan hewani Daging sapi dan ayam yang Daging sapi, ayam berlemak,
tidak berlemak, ikan, telur, jeroan, otak, hati, ikan banyak
ayam dan susu skim duri, keju, eskrim, susu full
cream, dan produk olahan
protein hewani yang

12
diawetkan seperti daging asap,
ham, bacon, dendeng dan
kornet
Sumber protein nabati Semua kacang-kacangan dan Produk olahan kacan-
produk olahan yang dibuat kacangan yang diawetkan
dengan garam dapur dalam dengan garam natrium dan
jumlah terbatas digoreng
Sayuran Sayuran berserat sedang yang Sayuran yang menimbulkan
dimasak, seperti bayam, gas seperti kol, sawi, kembang
kangkung, kacang panjang, kol dan lobak; sayuran
labu siam, tomat, taoge, berserat tinggi seperti daun
brokoli dan wortel singkong, daun katuk, daun
melinjo dan pare; sayuran
mentah.
Buah-buahan Buah segar, dibuat jus atau Buah ang enimbulkan gas,
sirup, seperti pisang, pepaya, seperti nangka dan durian;
jeruk, mangga, nanas dan buah yang diaweetkan dengan
jambu biji (tanpa bahan natrium seperti buah kaleng
pengawet) dan asinan
Sumber lemak Minyak jagung dan minyak Teh, kopi, coklat dalam jumlah
kedelai; margarine dan banyak dan kental, minuman
mentega tanpa garam yang bersoda dan alkohol
digunakan untuk menumis,
santan encer
Bumbu-bumbu Bumbu yang tidak tajam, Bumbu yang tajam, seperti
seperti garam (terbatas), gula, cabe, merica dan cuka; yang
bawang merah, bawang putih, mengandung bahan pengawet
jahe, laos, asam, kayu manis natrium, seperti kecap, terasi,
dan pala vetsin, soda dan baking
powder.
Sumber : Penuntutan diet, hal 171-172. 2004
Dalam penerapan pola diet ini harus mendapat dukungan penuh dari anggota
keluarga agar proses penyembuhan dapat berjalan secara maksimal.

13
REFERENSI
- Arisman, MB. 2004. Gizi dalam Kehidupan. Jakarta: EGC
- Hendromartono. Obesitas sebagai faktor Risiko Penyakit Kardiovaskuler. Majalah
Kedokteran Udayana 2002; 33(116): 91-96.
- http://caramengatasihipertensi.com/penanganan-hipertensi/(diakses pada Rabu, 22
Maret 2017 pukul 14.00)
- Ibnu M. Dasar-dasar fisiologi kardiovaskuler. Jakarta : EGC, 1996.
- Joint National Committeon Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of
Hight Blood Pressure. The sixth of the joint National Committee on Prevention,
Detection, Evaluation, and Treatment oh Hight Blood Pressure. National Institute of
Hight Blood Pressure 1997 : 98-480.
- Price, S. A. 2006. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi 6.
Jakarta : EGC
- Sidabutar RP & Prodjosujadi W. Ilmu penyakit dalam II. Jakarta : Balai penerbit
FKUI; 1990.
- Smeltzer, S. C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth.
Edisi 1. Volume 2. Jakarta : EGC

14

Anda mungkin juga menyukai