Anda di halaman 1dari 35

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Menurut Global Initiative for Asthma 2016, Asma adalah penyakit


heterogen, umumnya dengan karakteristik inflamasi saluran napas kronik. Asma
ditandai dengan riwayat gejala pernapasan seperti mengi, sesak napas, rasa
tertekan di dada dan batuk yang waktu dan intensitasnya dapat berubah-ubah,
bersamaan dengan variasi hambatan aliran ekspirasi.1

Asma adalah gangguan inflamasi kronik saluran napas yang melibatkan


banyak sel dan elemennya. Inflamasi kronik menyebabkan peningkatan
hiperesponsif jalan napas yang menimbulkan gejala episodik berulang berupa
mengi, sesak napas, dada terasa berat dan batuk-batuk terutama malam dan atau
dini hari. Episodik tersebut berhubungan dengan obstruksi jalan napas yang luas,
bervariasi dan seringkali bersifat reversibel dengan atau tanpa pengobatan.2,3

Asma eksaserbasi akut adalah episode yang ditandai dengan serangan


peningkatan progresif gejala sesak, batuk mengi, dada mengetat dan penurunan
progresif fungsi paru. Eksaserbasi dapat terjadi pada pasien dengan serangan asma
yang sudah lama, kambuh sesekali dan yang baru terkena asma. Eksaserbasi
biasanya terjadi karena terpapar pajanan agen eksternal (infeksi saluran napas
misal: virus, serbuk sari, dan polusi) dan karena ketidakpatuhan dalam pengobatan
namun dalam beberapa pasien terjadi tanpa faktor resiko yang diketahui. 1,2
Serangan asma bervariasi dari ringan sampai berat bahkan dapat bersifat
fatal atau mengancam jiwa. Seringnya serangan asma menunjukkan penanganan
asma sehari-hari yang kurang tepat. Dengan kata lain penanganan asma
ditekankan kepada penanganan jangka panjang, dengan tetap memperhatikan
serangan asma akut atau perburukan gejala dengan memberikan pengobatan yang
tepat.1,2
BAB II

Penatalaksanaan Asma Eksaserbasi Akut ELFATH RAHMAWENY


TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi
Menurut Global Initiative for Asthma 2016, Asma adalah penyakit heterogen,
umumnya dengan karakteristik inflamasi saluran napas kronik. Asma ditandai
dengan riwayat gejala pernapasan seperti mengi, sesak napas, rasa tertekan di dada
dan batuk yang waktu dan intensitasnya dapat berubah-ubah, bersamaan dengan
variasi hambatan aliran ekspirasi.1

2. Epidemiologi
Asma pada umumnya, merupakan penyakit kronis respiratory yang
mempengaruhi 1-18 % dari total penduduk di negara yang berbeda. Asma ditandai
oleh gejala wheeze, sesak napas, dada sesak/atau batuk, dan aliran udara ekspiras
yang sedikit atau terbatas. Gejala dan aliran udara yang sedikit khasnya dalam
waktu dan intensitas yang berbeda-beda. Perbedaan ini seringkali dipicu oleh faktor
seperti latihan, alergi atau paparan iritasi, perubahan cuaca, atau penyakit infeksi
virus pada saluran pernapasan.1

Asma bronkial merupakan salah satu penyakit alergi dan masih menjadi
masalah kesehatan baik di negara maju maupun di negara berkembang. Prevalensi
dan angka rawat inap penyakit asma bronkial di negara maju dari tahun ke tahun
cenderung meningkat. Perbedaan prevalensi, angka kesakitan dan kematian asma
bronkial berdasarkan letak geografi telah disebutkan dalam berbagai penelitian.
Selama sepuluh tahun terakhir banyak penelitian epidemiologi tentang asma
bronkial dan penyakit alergi berdasarkan kuisioner telah dilaksanakan di berbagai
belahan dunia. Semua penelitian ini walaupun memakai berbagai metode dan
kuisioner namun mendapatkan hasil yang konsisten untuk prevalensi asma bronkial
sebesar 5-15% pada populasi umum dengan prevalensi lebih banyak pada wanita
dibandingkan laki-laki. Di Indonesia belum ada data epidemiologi yang pasti
namun diperkirakan berkisar 3-8%.3

Penatalaksanaan Asma Eksaserbasi Akut ELFATH RAHMAWENY


Dua pertiga penderita asma bronkial merupakan asma bronkial alergi (atopi)
dan 50% pasien asma bronkial berat merupakan asma bronkial atopi. Asma bronkial
atopi ditandai dengan timbulnya antibodi terhadap satu atau lebih alergen seperti
debu, tungau rumah, bulu binatang dan jamur. Atopi ditandai oleh peningkatan
produksi IgE sebagai respon terhadap alergen. Prevalensi asma bronkial non atopi
tidak melebihi angka 10%. Asma bronkial merupakan interaksi yang kompleks
antara faktor genetik dan lingkungan. Data pada penelitian saudara kembar
monozigot dan dizigot, didapatkan kemungkinan kejadian asma bronkial
diturunkan sebesar 60-70%.3

3. Etiologi
Menurut The Lung Association of Canada, ada 2 faktor yang menjadi
pencetus asma:4
1 Faktor yang menyebabkan bronkokonstriksi
Bronkokonstriksi adalah gangguan pernafasan akut yang belum
berarti asma, tapi bisa menjurus menjadi asma jenis intrinsik. Gejala yang
ditimbulkan cenderung tiba-tiba, berlangsung dalam waktu pendek dan
relatif mudah di atasi dalam waktu singkat. Namun saluran pernapasan
akan bereaksi lebih cepat terhadap pemicu apabila sudah terjadi
peradangan.4

Umumnya pemicu yang mengakibatkan bronkokonstriksi termasuk


stimulus sehari-hari seperti : 4

Perubahan cuaca dan suhu udara


Polusi udara
Asap rokok
Infeksi saluran pernapasan
Gangguan emosi
Olahraga yang berlebihan

Penatalaksanaan Asma Eksaserbasi Akut ELFATH RAHMAWENY


2 Faktor yang menyebabkan inflamasi pada saluran pernapasan
Faktor ini merupakan penyebab asma yang sesungguhnya atau
asma jenis ekstrinsik. Gejala yang ditimbulkan berlangsung lebih lama
(kronis) dan lebih sulit di atasi dibanding yang diakibatkan oleh
pemicu.
Umumnya penyebab asma adalah alergen yang bisa dalam bentuk :
Ingestan : alergen yang masuk ke dalam tubuh melalui mulut
(dimakan/diminum). Ingestan yang utama adalah makanan dan obat.
Inhalan : alergen yang dihirup masuk ke dalam tubuh melalui
hidung atau mulut seperti serbuk bunga, tungau, serpih/kotoran
binatang, jamur, dan lain-lain.
Kontak dengan kulit contohnya bedak, lotion, beberapa metal dalam
bentuk perhiasan, juga karena bersentuhan dengan barang-barang
berbahan lateks.4

4. Klasifikasi

Klasifikasi asma berdasarkan level terkontrolnya menurut Global Initiative for


Asthma (GINA) yakni: 1
Tabel 1. Level Kontrol Asma.

No Karakteristik Terkontrol Terkontrol Tidak


parsial Terkontrol
1 Gejala siang Tidak ada atau > 2x / minggu 3 atau lebih
2x / minggu keadaan
2 Hambatan aktivitas Tidak ada Ada terkontrol
3 Gejala malam/ bangun Tidak ada Ada parsial*
waktu malam
4 Perlu reliever / Tidak ada atau > 2x / minggu
bantuan inhalasi 2x / minggu)
5 Fungsi paru PEF atau Normal < 80% prediksi
FEV1)** atau hasil terbaik
(bila ada)

*secara definisinya, bila terjadi eksaserbasi maka disebut sebagai asma tidak terkontrol.

Penatalaksanaan Asma Eksaserbasi Akut ELFATH RAHMAWENY


**tanpa pemberian bronkodilator, pemeriksaan fungsi paru tidak dapat digunakan pada anak usia 5
tahun.
Berdasarkan derajatnya, asma dapat dibagi menjadi:5

1. Intermiten
a. Gejala klinis < 1 kali/minggu
b. Gejala malam < 2 kali/bulan
c. Tanpa gejala di luar serangan
d. Serangan berlangsung singkat
e. Volume ekspirasi paksa detik pertama (VEP1) > 80% nilai prediksi atau
arus puncak ekspirasi (APE) > 80% nilai terbaik
f. Variabilitas APE < 20%
2. Persisten ringan
a. Gejala klinis > 1 kali/minggu tetapi < 1 kali/hari
b. Gejala malam > 2 kali/bulan
c. Tanpa gejala di luar serangan
d. Serangan dapat menggangu aktivitas tidur dan tidur
e. Volume ekspirasi paksa detik pertama (VEP1) > 80% nilai prediksi atau
arus puncak ekspirasi (APE) > 80% nilai terbaik
f. Variabilitas APE 20%-30%
3. Persisten sedang
a. Gejala setiap hari
b. Gejala malam > 2 kali/minggu
c. Sering dapat menggangu aktivitas dan tidur
d. Volume ekspirasi paksa detik pertama (VEP1) 60%-80% nilai prediksi
atau arus puncak ekspirasi (APE) 60%-80% nilai terbaik
e. Variabilitas APE > 30%
4. Persisten berat
a. Gejala terus menerus
b. Gejala malam sering
c. Sering kambuh
d. Aktivitas fisik terbatas
e. Volume ekspirasi paksa detik pertama (VEP1) < 60% nilai prediksi atau
arus puncak ekspirasi (APE) < 60% nilai terbaik
f. Variabilitas APE > 30%.5

Berdasarkan derajat berat asma6


Asma Intermiten
Termasuk pula dalam asma intermiten penderita alergi dengan pajanan
alergen, asmanya kambuh tetapi di luar itu bebas gejala dan faal paru normal.

Penatalaksanaan Asma Eksaserbasi Akut ELFATH RAHMAWENY


Demikian pula penderita exercise induced asthma atau kambuh hanya bila cuaca
buruk, tetapi di luar pajanan pencetus tersebut gejala tidak ada dan faal paru
normal.
Serangan berat umumnya jarang pada asma intermiten walaupun
mungkin terjadi. Bila terjadi serangan berat pada asma intermiten, selanjutnya
penderita diobati sebagai asma persisten sedang.6
Pengobatan yang lazim adalah agonis beta-2 kerja singkat hanya jika
dibutuhkan, atau sebelum exercise pada exercise-induced asthma, dengan
alternatif kromolin atau leukotriene modifiers; atau setelah pajanan alergen
dengan alternatif kromolin. Bila terjadi serangan, obat pilihan agonis beta-2
kerja singkat inhalasi, alternatif agonis beta-2 kerja singkat oral, kombinasi
teofilin kerja singkat dan agonis beta-2 kerja singkat oral atau antikolinergik
inhalasi. Jika dibutuhkan bronkodilator lebih dari sekali seminggu selama 3
bulan, maka sebaiknya penderita diperlakukan sebagai asma persisten ringan.6
Asma Persisten Ringan
Penderita asma persisten ringan membutuhkan obat pengontrol setiap
hari untuk mengontrol asmanya dan mencegah agar asmanya tidak bertambah
bera; sehingga terapi utama pada asma persisten ringan adalah antiinflamasi
setiap hari dengan glukokortikosteroid inhalasi dosis rendah. Dosis yang
dianjurkan 200-400 ug BD/ hari atau 100-250 ug FP/hari atau ekivalennya,
diberikan sekaligus atau terbagi 2 kali sehari.6
Terapi lain adalah bronkodilator (agonis beta-2 kerja singkat inhalasi)
jika dibutuhkan sebagai pelega, sebaiknya tidak lebih dari 3-4 kali sehari. Bila
penderita membutuhkan pelega/ bronkodilator lebih dari 4x/ sehari,
pertimbangkan kemungkinan beratnya asma meningkat menjadi tahapan
berikutnya.6
Asma Persisten Sedang
Penderita dalam asma persisten sedang membutuhkan obat pengontrol
setiap hari untuk mencapai asma terkontrol dan mempertahankannya. Idealnya

Penatalaksanaan Asma Eksaserbasi Akut ELFATH RAHMAWENY


pengontrol adalah kombinasi inhalasi glukokortikosteroid (400-800 ug BD/ hari
atau 250-500 ug FP/ hari atau ekivalennya) terbagi dalam 2 dosis dan agonis
beta-2 kerja lama 2 kali sehari. Jika penderita hanya mendapatkan
glukokortikosteroid inhalasi dosis rendah ( 400 ug BD atau ekivalennya) dan
belum terkontrol; maka harus ditambahkan agonis beta-2 kerja lama inhalasi
atau alternatifnya. Jika masih belum terkontrol, dosis glukokortikosteroid
inhalasi dapat dinaikkan. Dianjurkan menggunakan alat bantu/ spacer pada
inhalasi bentuk IDT/MDI atau kombinasi dalam satu kemasan (fix combination)
agar lebih mudah.6
Terapi lain adalah bronkodilator (agonis beta-2 kerja singkat inhalasi)
jika dibutuhkan , tetapi sebaiknya tidak lebih dari 3-4 kali sehari. . Alternatif
agonis beta-2 kerja singkat inhalasi sebagai pelega adalah agonis beta-2 kerja
singkat oral, atau kombinasi oral teofilin kerja singkat dan agonis beta-2 kerja
singkat. Teofilin kerja singkat sebaiknya tidak digunakan bila penderita telah
menggunakan teofilin lepas lambat sebagai pengontrol.6
Asma Persisten Berat
Tujuan terapi pada keadaan ini adalah mencapai kondisi sebaik mungkin,
gejala seringan mungkin, kebutuhan obat pelega seminimal mungkin, faal paru
(APE) mencapai nilai terbaik, variabiliti APE seminimal mungkin dan efek
samping obat seminimal mungkin. Untuk mencapai hal tersebut umumnya
membutuhkan beberapa obat pengontrol tidak cukup hanya satu pengontrol.
Terapi utama adalah kombinasi inhalasi glukokortikosteroid dosis tinggi (> 800
ug BD/hari atau ekivalennya) dan agonis beta-2 kerja lama 2x sehari.
Kadangkala kontrol lebih tercapai dengan pemberian glukokortikosteroid
inhalasi terbagi 4 kali sehari daripada 2 kali sehari. 6
Teofilin lepas lambat, agonis beta-2 kerja lama oral dan leukotriene
modifiers dapat sebagai alternatif agonis beta-2 kerja lama inhalasi dalam
perannya sebagai kombinasi dengan glukokortikosteroid inhalasi, tetapi juga
dapat sebagai tambahan terapi selain kombinasi terapi yang lazim

Penatalaksanaan Asma Eksaserbasi Akut ELFATH RAHMAWENY


(glukokortikosteroid inhalasi dan agonis beta-2 kerja lama inhalasi). Jika sangat
dibutuhkan, maka dapat diberikan glukokortikosteroid oral dengan dosis
seminimal mungkin, dianjurkan sekaligus single dose pagi hari untuk
mengurangi efek samping. Pemberian budesonid secara nebulisasi pada
pengobatan jangka lama untuk mencapai dosis tinggi glukokortikosteroid
inhalasi adalah menghasilkan efek samping sistemik yang sama dengan
pemberian oral, padahal harganya jauh lebih mahal dan menimbulkan efek
samping lokal seperti sakit tenggorok/mulut. Sehingga tidak dianjurkan untuk
memberikan glukokortikosteroid nebulisasi pada asma di luar serangan/stabil
atau sebagai penatalaksanaan jangka panjang.6
Klasifikasi berat serangan asma akut 3,7
Tabel 2. Klasifikasi berat serangan asma akut
Gejala dan Berat Serangan Asma Keadaan Mengancam
Tanda jiwa

Ringan Sedang Berat

Sesak napas Berjalan Berbicara Istirahat -

Posisi Dapat tidur Duduk Duduk -


telentang membungkuk

Cara 1 kalimat Beberapa kata Kata demi kata -


berbicara

Kesadaran Mungkin Gelisah Gelisah Mengantuk, gelisah,


gelisah kesadaran menurun

RR <20x/menit 20-30x/menit >30x/menit -

Nadi <100x/menit 100-120x >120x menit Bradikardia


/menit

Pulsus - +/- 10-20 + -


paradoksus 10 mmHg mmHg
>25 mmHg Kelelahan otot

Penatalaksanaan Asma Eksaserbasi Akut ELFATH RAHMAWENY


Otot bantu - + + Torakoabdominal
napas dan paradoksal
retraksi
suprasternal

Mengi Akhir Akhir Inspirasi dan Silent chest


ekspirasi ekspirasi ekspirasi
paksa

APE > 80 % 60-80 % < 60% -

PaO2 > 80 mmHg 80-60 mmHg < 60 mmHg -

PaCO2 < 45 mmHg < 45 mmHg > 45 mmHg -

SaO2 > 95 % 91-95 % < 90 % -

Asma Eksaserbasi Akut1

Asma eksaserbasi akut adalah episode yang ditandai dengan serangan


peningkatan progresif gejala sesak, batuk mengi, dada berat dan penurunan
progresif fungsi paru. Eksaserbasi dapat terjadi pada pasien dengan serangan asma
yang sudah lama, kambuh sesekali dan yang baru terkena asma. Eksaserbasi
biasanya terjadi karena terpapar pajanan agen eksternal (infeksi ssaluran napas
misal: virus, serbuk sari, dan polusi) dan karena ketidakpatuhan dalam pengobatan
namun dalam beberapa pasien terjadi tanpa faktor resiko yang diketahui.1,2

Serangan asma bervariasi dari ringan sampai berat bahkan dapat bersifat
fatal atau mengancam jiwa. Seringnya serangan asma menunjukkan penanganan
asma sehari-hari yang kurang tepat. Dengan kata lain penanganan asma
ditekankan kepada penanganan jangka panjang, dengan tetap memperhatikan
serangan asma akut atau perburukan gejala dengan memberikan pengobatan yang
tepat.1,2

Penilaian berat serangan merupakan kunci pertama dalam penanganan


serangan akut. Langkah berikutnya adalah memberikan pengobatan tepat,
selanjutnya menilai respons pengobatan, dan berikutnya memahami tindakan apa

Penatalaksanaan Asma Eksaserbasi Akut ELFATH RAHMAWENY


yang sebaiknya dilakukan pada penderita (pulang, observasi, rawat inap, intubasi,
membutuhkan ventilator, ICU, dan lain-lain). Langkah-langkah tersebut mutlak
dilakukan, sayangnya seringkali yang dicermati hanyalah bagian pengobatan
tanpa memahami kapan dan bagaimana sebenarnya penanganan serangan asma.1,2,3

Penanganan serangan yang tidak tepat antara lain penilaian berat serangan
di darurat gawat yang tidak tepat dan berakibat pada pengobatan yang tidak
adekuat, memulangkan penderita terlalu dini dari darurat gawat, pemberian
pengobatan (saat pulang) yang tidak tepat, penilaian respons pengobatan yang
kurang tepat menyebabkan tindakan selanjutnya menjadi tidak tepat. Kondisi
penanganan tersebut di atas menyebabkan perburukan asma yang menetap,
menyebabkan serangan berulang dan semakin berat sehingga berisiko jatuh dalam
keadaan asma akut berat bahkan fatal.1,2,3

Faktor resiko yang meningkatkan resiko kematian karena asma.1

Riwayat asma yang fatal membutuhkan intubasi dan ventilasi mekanik


Pernah dirawat inap / masuk IGD karena asma pada tahun lalu
Pernah mengkonsumsi dan atau baru berhenti mengkonsumsi
kortikosteroid
Tidak sedang menggunakan kortikosteroid inhalasi
Penggunaan SABA berlebihan terutama salbutamol lebih dari 1 tabung
perbulan
Memiliki riwayat penyakit psikiatri atau masalah psikososial
Tidak patuh dengan pengobatan asma

5. Patofisiologi
Sesuatu yang dapat memicu serangan asma ini sangat bervariasi antara satu
individu dengan individu yang lain. Beberapa hal diantaranya adalah alergen, polusi
udara, infeksi saluran nafas, kecapaian, perubahan cuaca, makanan, obat atau
ekspresi emosi yang berlebihan, rinitis, sinusitis bakterial, poliposis, menstruasi,
refluks gastroesofageal dan kehamilan.7

Penatalaksanaan Asma Eksaserbasi Akut ELFATH RAHMAWENY


Alergen akan memicu terjadinya bronkokonstriksi akibat dari pelepasan IgE
dependent dari sel mast saluran pernafasan dari mediator, termasuk diantaranya
histamin, prostaglandin, leukotrin, sehingga akan terjadi kontraksi otot polos.
Keterbatasan aliran udara yang bersifat akut ini kemungkinan juga terjadi oleh
karena saluran pernafasan pada pasien asma sangat hiper responsif terhadap
bermacam-macam jenis serangan. Akibatnya keterbatasan aliran udara timbul oleh
karena adanya pembengkakan dinding saluran nafas dengan atau tanpa kontraksi
otot polos. Peningkatan permeabilitas dan kebocoran mikrovaskular berperan
terhadap penebalan dan pembengkakan pada sisi luar otot polos saluran
pernafasan.4,5,7

Gambar 1. Bronkiolus Normal Dan Bronkiolus Pada Asma Bronkial

Penyempitan saluran pernafasan yang bersifat progresif yang disebabkan oleh


inflamasi saluran pernafasan dan atau peningkatan tonos otot polos bronkioler
merupakan gejala serangan asma akut dan berperan terhadap peningkatan resistensi
aliran, hiper inflasi pulmoner, dan ketidakseimbangan ventilasi dan perfusi.7

Pada penderita asma bronkial karena saluran napasnya sangat peka


(hipersensitif) terhadap adanya partikel udara, sebelum sempat partikel tersebut
dikeluarkan dari tubuh, maka jalan napas (bronkus) memberi reaksi yang sangat
berlebihan (hiperreaktif), maka terjadilah keadaan dimana.7

Penatalaksanaan Asma Eksaserbasi Akut ELFATH RAHMAWENY


Otot polos yang menghubungkan cincin tulang rawan akan berkontraksi
/memendek/mengkerut
Produksi kelenjar lendir yang berlebihan
Bila ada infeksi akan terjadi reaksi sembab/pembengkakan dalam saluran napas

Hasil akhir dari semua itu adalah penyempitan rongga saluran napas.
Akibatnya menjadi sesak napas, batuk keras bila paru mulai berusaha untuk
membersihkan diri, keluar dahak yang kental bersama batuk, terdengar suara
napas yang berbunyi yang timbul apabila udara dipaksakan melalui saluran napas
yang sempit. Suara napas tersebut dapat sampai terdengar keras terutama saat
mengeluarkan napas.4,5,7

Skema 1.
Patofisiologi
Asma.7

Obstruksi
aliran udara merupakan
gangguan fisiologis
terpenting pada asma
akut. Gangguan
ini akan
menghambat aliran
udara selama inspirasi
dan ekspirasi dan dapat dinilai dengan tes fungsi paru yang sederhana seperti Peak
Expiratory Flow Rate (PEFR) dan FEV1 (Forced Expiration Volume). Ketika terjadi
obstruksi aliran udara saat ekspirasi yang relatif cukup berat akan menyebabkan
pertukaran aliran udara yang kecil untuk mencegah kembalinya tekanan alveolar
terhadap tekanan atmosfer maka akan terjadi hiper inflasi dinamik. Besarnya hiper
inflasi dapat dinilai dengan derajat penurunan kapasitas cadangan fungsional dan
volume cadangan. Fenomena ini dapat pula terlihat pada foto toraks yang

Penatalaksanaan Asma Eksaserbasi Akut ELFATH RAHMAWENY


memperlihatkan gambaran volume paru yang membesar dan diafragma yang
mendatar.7

Hiperinflasi dinamik terutama berhubungan dengan peningkatan aktivitas otot


pernafasan, mungkin sangat berpengaruh terhadap tampilan kardiovaskular. Hiper
inflasi paru akan meningkatkan after load pada ventrikel kanan oleh karena
peningkatan efek kompresi langsung terhadap pembuluh darah paru.7

Obstruksi saluran napas pada asma merupakan kombinasi spasme otot


bronkus, sumbatan mukus, edema, dan inflamasi dinding bronkus. Obstruksi
bertambah berat selama ekspirasi karena secara fisiologis saluran napas menyempit
pada fase tersebut. Hal ini mengakibatkan udara distal tempat terjadinya obstruksi
terjebak tidak bisa diekspirasi. Selanjutnya terjadi peningkatan volume residu,
kapasitas residu fungsional dan pasien akan bernapas pada volume yang tinggi
mendekati kapasitas paru total. Keadaan hiperinflasi ini bertujuan agar saluran
napas tetap terbuka dan pertukaran gas berjalan lancar. Untuk mempertahankan
hiperinflasi ini diperlukan otot-otot bantu napas.7

Penyempitan saluran napas dapat terjadi baik pada saluran napas yang besar,
sedang, maupun kecil. Gejala mengi menandakan ada penyempitan di saluran napas
besar, sedangkan pada saluran napas yang kecil gejala batuk dan sesak lebih
dominan dibanding mengi.7

6. Manifestasi klinik2,4
Keluhan utama penderita asma ialah sesak napas mendadak, disertai fase
inspirasi yang lebih pendek dibandingkan dengan fase ekspirasi, dan diikuti bunyi
mengi (wheezing), batuk yang disertai serangan sesak napas yang kumat-kumatan.
Pada beberapa penderita asma keluhan tersebut dapat ringan, sedang atau berat dan
sesak napas penderita timbul mendadak, dirasakan makin lama makin meningkat
atau tiba-tiba menjadi lebih berat. Hal ini sering terjadi terutama pada penderita
dengan rhinitis alergika atau radang saluran napas bagian atas. Sedangkan pada

Penatalaksanaan Asma Eksaserbasi Akut ELFATH RAHMAWENY


sebagian besar penderita keluhan utama ialah sukar bernapas disertai rasa tidak enak
di daerah retrosternal. Mengi (wheezing) terdengar terutama waktu ekspirasi.
Suara mengi ini sering kali dapat didengar dengan jelas tanpa menggunakan
alat. Keadaan ini tergantung cepat atau lambatnya aliran udara yang keluar-masuk
paru. Bila dijumpai obstruksi ringan atau kelelahan otot pernapasan, mengi
(wheezing) akan terdengar lemah atau tidak terdengar sama sekali. Sedang batuk
hampir selalu ada, bahkan sering kali diikuti dengan dahak putih berbuih. Selain itu,
makin kental dahak akan memberikan keluhan sesak napas yang lebih berat, apalagi
penderita mengalami dehidrasi.
Dalam keadaan sesak napas hebat, penderita lebih menyukai posisi duduk
membungkuk dengan kedua telapak tangan memegang kedua lutut. Tanda lain yang
menyertai sesak napas berat ialah pergerakan cuping hidung yang sesuai dengan
irama pernapasan, otot bantu pernapasan ikut aktif dan penderita tampak gelisah.
Frekuensi pernapasan terlihat meningkat (takipneu), selain karena sesak napas
mungkin pula karena rasa takut. Pada fase permulaan sesak napas akan diikuti
dengan penurunan PaO2 dan PaCO2, tetapi pH normal atau sedikit naik.
Hipoventilasi yang terjadi kemudian akan memperberat sesak napas, karena
menyebabkan penurunan PaO2 dan pH serta meningkatkan PaCO2 darah. Selain itu
terjadi kenaikan tekanan darah dan denyut nadi sampai 110-130 kali/menit, karena
peningkatan konsentrasi katekolamin dalam darah. Bila tanda-tanda hipoksemia
tetap ada (PaO2<60 mmHg) diikuti dengan hiperkapnia (PaCO2<45 mmHg), asidosis
respiratorik, sianosis, gelisah, kesadaran menurun, papiledema dan pulsus
paradoksus, berarti asma makin memberat.
Pada perkusi dada, suara napas normal sampai hipersonor. Pada asma ringan
letak diafragma masih normal, dan menjadi datar serta rendah pada asma berat.
Suara vesikuler meningkat, disertai ekspirasi memanjang. Kalau ada sekret,
terdengar ronki kasar waktu inspirasi dan tumpang tindih dengan wheezing waktu
inspirasi. Suara napas tambahan yang bersifat lokal, mungkin menunjukkan ada
bronkiekstasis atau pneumonia dan kadang-kadang karena atelektasis ringan.
7. Diagnosis2,4

Penatalaksanaan Asma Eksaserbasi Akut ELFATH RAHMAWENY


Studi epidemiologi menunjukkan asma underdiagnosed di seluruh dunia,
disebabkan berbagai hal antara lain gambaran klinis yang tidak khas dan beratnya
penyakit yang sangat bervariasi, serta gejala yang bersifat episodik sehingga
penderita tidak merasa perlu ke dokter. Diagnosis asma didasari oleh gejala yang
bersifat episodik, gejala berupa batuk, sesak napas, mengi, rasa berat di dada dan
variabiliti yang berkaitan dengan cuaca. Anamnesis yang baik cukup untuk
menegakkan diagnosis, ditambah dengan pemeriksaan jasmani dan pengukuran faal
paru terutama reversibiliti kelainan faal paru, akan lebih meningkatkan nilai
diagnostik.2,3
RIWAYAT PENYAKIT / GEJALA : 2,3,4
1. Bersifat episodik, seringkali reversibel dengan atau tanpa pengobatan
2. Gejala berupa batuk , sesak napas, rasa berat di dada dan berdahak
3. Gejala timbul/ memburuk terutama malam/ dini hari
4. Diawali oleh faktor pencetus yang bersifat individu
5. Respons terhadap pemberian bronkodilator.
Hal lain yang perlu dipertimbangkan dalam riwayat penyakit :
1. Riwayat keluarga (atopi)
2. Riwayat alergi / atopi
3. Penyakit lain yang memberatkan
4. Perkembangan penyakit dan pengobatan.

PEMERIKSAAN FISIK
Gejala asma bervariasi sepanjang hari sehingga pemeriksaan jasmani dapat
normal. Kelainan pemeriksaan jasmani yang paling sering ditemukan adalah mengi
pada auskultasi. Pada sebagian penderita, auskultasi dapat terdengar normal
walaupun pada pengukuran objektif (faal paru) telah terdapat penyempitan jalan
napas. Pada keadaan serangan, kontraksi otot polos saluran napas, edema dan
hipersekresi dapat menyumbat saluran napas, maka sebagai kompensasi penderita
bernapas pada volume paru yang lebih besar untuk mengatasi menutupnya saluran
napas. Hal itu meningkatkan kerja pernapasan dan menimbulkan tanda klinis
berupa sesak napas, mengi dan hiperinflasi. Pada serangan ringan, mengi hanya
terdengar pada waktu ekspirasi paksa. Walaupun demikian mengi dapat tidak

Penatalaksanaan Asma Eksaserbasi Akut ELFATH RAHMAWENY


terdengar (silent chest) pada serangan yang sangat berat, tetapi biasanya disertai
gejala lain misalnya sianosis, gelisah, sukar bicara, takikardi, hiperinflasi dan
penggunaan otot bantu napas.4
FAAL PARU
Umumnya penderita asma sulit menilai beratnya gejala dan persepsi
mengenai asmanya, demikian pula dokter tidak selalu akurat dalam menilai dispnea
dan mengi; sehingga dibutuhkan pemeriksaan objektif yaitu faal paru antara lain
untuk menyamakan persepsi dokter dan penderita, dan parameter objektif menilai
berat asma. Pengukuran faal paru digunakan untuk menilai:
1. obstruksi jalan napas
2. reversibiliti kelainan faal paru
3. variabiliti faal paru, sebagai penilaian tidak langsung hiperesponsif jalan napas
Banyak parameter dan metode untuk menilai faal paru, tetapi yang telah
diterima secara luas (standar) dan mungkin dilakukan adalah pemeriksaan
spirometri dan arus puncak ekspirasi (APE).4
a. Spirometri4
Pengukuran volume ekspirasi paksa detik pertama (VEP 1) dan kapasiti vital
paksa (KVP) dilakukan dengan manuver ekspirasi paksa melalui prosedur yang
standar. Pemeriksaan itu sangat bergantung kepada kemampuan penderita
sehingga dibutuhkan instruksi operator yang jelas dan kooperasi penderita.
Untuk mendapatkan nilai yang akurat, diambil nilai tertinggi dari 2-3 nilai yang
reproducible dan acceptable. Obstruksi jalan napas diketahui dari nilai rasio
VEP1/ KVP < 75% atau VEP1 < 80% nilai prediksi.
Manfaat pemeriksaan spirometri dalam diagnosis asma :
- Obstruksi jalan napas diketahui dari nilai rasio VEP1/ KVP < 75% atau
VEP1 < 80% nilai prediksi.
- Reversibiliti, yaitu perbaikan VEP1 15% secara spontan, atau setelah
inhalasi bronkodilator (uji bronkodilator), atau setelah pemberian
bronkodilator oral 10-14 hari, atau setelah pemberian kortikosteroid
(inhalasi/ oral) 2 minggu. Reversibiliti ini dapat membantu diagnosis asma
- Menilai derajat berat

Penatalaksanaan Asma Eksaserbasi Akut ELFATH RAHMAWENY


b. Arus Puncak Ekspirasi (APE)
Nilai APE dapat diperoleh melalui pemeriksaan spirometri atau
pemeriksaan yang lebih sederhana yaitu dengan alat peak expiratory flow
meter (PEF meter) yang relatif sangat murah, mudah dibawa, terbuat dari
plastik dan mungkin tersedia di berbagai tingkat layanan kesehatan termasuk
puskesmas ataupun instalasi gawat darurat. Alat PEF meter relatif mudah
digunakan/ dipahami baik oleh dokter maupun penderita, sebaiknya digunakan
penderita di rumah sehari-hari untuk memantau kondisi asmanya. Manuver
pemeriksaan APE dengan ekspirasi paksa membutuhkan koperasi penderita dan
instruksi yang jelas.4
Manfaat APE dalam diagnosis asma
- Reversibiliti, yaitu perbaikan nilai APE 15% setelah inhalasi bronkodilator
(uji bronkodilator), atau bronkodilator oral 10-14 hari, atau respons terapi
kortikosteroid (inhalasi/ oral , 2 minggu)
- Variabiliti, menilai variasi diurnal APE yang dikenal dengan variabiliti
APE harian selama 1-2 minggu. Variabiliti juga dapat digunakan menilai
derajat berat penyakit (lihat klasifikasi)
Nilai APE tidak selalu berkorelasi dengan parameter pengukuran faal
paru lain, di samping itu APE juga tidak selalu berkorelasi dengan derajat berat
obstruksi. Oleh karenanya pengukuran nilai APE sebaiknya dibandingkan
dengan nilai terbaik sebelumnya, bukan nilai prediksi normal; kecuali tidak
diketahui nilai terbaik penderita yang bersangkutan.4
Cara pemeriksaan variabiliti APE harian:
Diukur pagi hari untuk mendapatkan nilai terendah, dan malam hari untuk
mendapatkan nilai tertinggi. Rata-rata APE harian dapat diperoleh melalui 2
cara:
- Bila sedang menggunakan bronkodilator, diambil variasi/ perbedaan nilai
APE pagi hari sebelum bronkodilator dan nilai APE malam hari
sebelumnya sesudah bronkodilator. Perbedaan nilai pagi sebelum
bronkodilator dan malam sebelumnya sesudah bronkodilator menunjukkan

Penatalaksanaan Asma Eksaserbasi Akut ELFATH RAHMAWENY


persentase rata-rata nilai APE harian. Nilai > 20% dipertimbangkan
sebagai asma.
APE malam - APE pagi
Variabiliti harian = -------------------------------------------- x 100 %
1/2 (APE malam + APE pagi)
- Metode lain untuk menetapkan variabiliti APE adalah nilai terendah APE
pagi sebelum bronkodilator selama pengamatan 2 minggu, dinyatakan
dengan persentase dari nilai terbaik (nilai tertinggi APE malam hari).2,4,5
8. Penatalaksanaan 2,5
Tujuan utama penatalaksanaan asma adalah meningkatkan dan
mempertahankan kualitas hidup agar penderita asma dapat hidup normal tanpa
hambatan dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Tujuan penatalaksanaan asma:

a. Menghilangkan dan mengendalikan gejala asma


b. Mencegah eksaserbasi akut
c. Meningkatkan dan mempertahankan faal paru seoptimal mungkin
d. Mengupayakan aktivitas normal
e. Menghindari efek samping obat
f. Mencegah terjadinya keterbatasan aliran udara (airflow limitation)
g. Mencegah kematian karena asma.
Penatalaksanan asma bronkial terdiri dari pengobatan non medikamentosa dan
pengobatan medikamentosa :2,5

a) Pengobatan non medikamentosa


Penyuluhan
Menghindari faktor pencetus
Pengendalian emosi
Pemakaian oksigen.
b) Pengobatan medikamentosa

Pada prinsipnya pengobatan asma dibagi menjadi dua golongan yaitu


antiinflamasi merupakan pengobatan rutin yang bertujuan mengontrol penyakit
serta mencegah serangan dikenal dengan pengontrol, dan bronkodilator yang

Penatalaksanaan Asma Eksaserbasi Akut ELFATH RAHMAWENY


merupakan pengobatan saat serangan untuk mencegah eksaserbasi/serangan
dikenal dengan pelega.8

1. Antiinflamasi (pengontrol)
Pengontrol adalah medikasi asma jangka panjang untuk mengontrol asma,
diberikan setiap hari untuk mencapai dan mempertahankan keadaan asma
terkontrol pada asma persisten. Pengontrol sering disebut pencegah, yang
termasuk obat pengontrol:2,5
Kortikosteroid
Kortikosteroid adalah agen anti inflamasi yang paling potensial dan
merupakan anti inflamasi yang secara konsisten efektif sampai saat ini.
Efeknya secara umum adalah untuk mengurangi inflamasi akut maupun
kronik, menurunkan gejala asma, memperbaiki aliran udara, mengurangi
hiperresponsivitas saluran napas, mencegah eksaserbasi asma, dan
mengurangi remodelling saluran napas. Kortikosteroid terdiri dari
kortikosteroid inhalasi dan sistemik.2,4,5

Kromolin
Mekanisme yang pasti kromolin belum sepenuhnya dipahami, tetapi
diketahui merupakan antiinflamasi non steroid, menghambat penglepasan
mediator dari sel mast. Pemberiannya secara inhalasi. Digunakan sebagai
pengontrol pada asma persisten ringan. Studi klinis menunjukkan pemberian
sodium kromoglikat dapat memperbaiki faal paru dan gejala, menurunkan
hiperesponsif jalan napas walau tidak seefektif glukokortikosteroid inhalasi.
Dibutuhkan waktu 4-6 minggu pengobatan untuk menetapkan apakah obat ini
bermanfaat atau tidak. Efek samping umumnya minimal seperti batuk atau
rasa obat tidak enak saat melakukan inhalasi.2,5

Metilsantin
Teofilin adalah bronkodilator yang juga mempunyai efek
ekstrapulmoner seperti antiinflamasi. Pada dosis yang sangat rendah efek

Penatalaksanaan Asma Eksaserbasi Akut ELFATH RAHMAWENY


antiinflamasinya minim pada inflamasi kronik jalan napas dan studi
menunjukkan tidak berefek pada hiperesponsif jalan napas. Teofilin juga
digunakan sebagai bronkodilator tambahan pada serangan asma berat.
Sebagai pelega, teofilin/aminofilin oral diberikan bersama/kombinasi dengan
agonis beta-2 kerja singkat, sebagai alternatif bronkodilator jika dibutuhkan.2,5
Agonis beta-2 kerja lama
Termasuk di dalam agonis beta-2 kerja lama inhalasi adalah salmeterol
dan formoterol yang mempunyai waktu kerja lama (>12 jam). Seperti
lazimnya agonis beta-2 mempunyai efek relaksasi otot polos, meningkatkan
pembersihan mukosilier, menurunkan permeabiliti pembuluh darah dan
memodulasi penglepasan mediator dari sel mast dan basofil. Kenyataannya
pada pemberian jangka lama, mempunyai efek antiinflamasi walau kecil.
Inhalasi agonis beta-2 kerja lama yang diberikan jangka lama mempunyai
efek protektif terhadap rangsang bronkokonstriktor. Pemberian inhalasi
agonis beta-2 kerja lama, menghasilkan efek bronkodilatasi lebih baik
dibandingkan preparat oral.2,5

Leukotriene modifiers
Obat ini merupakan antiasma yang relatif baru dan pemberiannya
melalui oral. Selain bersifat bronkodilator juga mempunyai efek anti
inflamasi. Mekanisme kerjanya menghambat 5-lipoksigenase sehingga
memblok sintesis semua leukotrin (contohnya zileuton) atau memblok
reseptor-reseptor leukotrien sisteinil pada sel target (contohnya montelukas,
pranlukas, zafirlukas). Mekanisme kerja tersebut menghasilkan efek
bronkodilator minimal dan menurunkan bronkokonstriksi akibat alergen,
sulfurdioksida dan exercise. Selain bersifat bronkodilator, juga mempunyai
efek antiinflamasi. Berbagai studi menunjukkan bahwa penambahan
leukotriene modifiers dapat menurunkan kebutuhan dosis glukokortikosteroid
inhalasi penderita asma persisten sedang sampai berat, mengontrol asma pada

Penatalaksanaan Asma Eksaserbasi Akut ELFATH RAHMAWENY


penderita dengan asma yang tidak terkontrol walau dengan
glukokortikosteroid inhalasi.2,5

Tabel 3. Sediaan dan dosis obat pengontrol asma4

Penatalaksanaan Asma Eksaserbasi Akut ELFATH RAHMAWENY


Penatalaksanaan Asma Eksaserbasi Akut ELFATH RAHMAWENY
2. Bronkodilator (pelega)
Prinsipnya untuk dilatasi jalan napas melalui relaksasi otot polos,
memperbaiki dan atau menghambat bronkostriksi yang berkaitan dengan
gejala akut seperti mengi, rasa berat di dada dan batuk, tidak memperbaiki
inflamasi jalan napas atau menurunkan hiperesponsif jalan napas.2,4,5
Termasuk pelega adalah :

Penatalaksanaan Asma Eksaserbasi Akut ELFATH RAHMAWENY


Agonis beta2 kerja singkat
Kortikosteroid sistemik. (Steroid sistemik digunakan sebagai obat pelega
bila penggunaan bronkodilator yang lain sudah optimal tetapi hasil belum
tercapai, penggunaannya dikombinasikan dengan bronkodilator lain).
Antikolinergik
Aminofillin
Adrenalin.
Agonis beta 2 kerja singkat 2,4,5
Termasuk golongan ini adalah salbutamol, terbutalin, fenoterol, dan
prokaterol yang telah beredar di Indonesia. Pemberian dapat secara inhalasi
atau oral, pemberian secara inhalasi mempunyai onset yang lebih cepat dan
efek samping yang minimal.

Metilxantin2,4,5
Termasuk dalam bronkodilator walau efek bronkodilatasinya lebih
lemah dibanding agonis beta-2. Aminofillin kerja singkat dapat
dipertimbangkan untuk mengatasi gejala walau disadari onsetnya lebih lama
dari pada agonis beta-2 kerja singkat. Teofilin kerja singkat tidak menambah
efek bronkodilatasi agonis beta-2 kerja singkat dosis adekuat, tapi
mempunyai manfaat untuk respiratory drive, memperkuat fungsi otot
pernapasan dan mempertahankan respons terhadap agonis beta-2 kerja
singkat di antara pemberian satu dengan berikutnya. Teofilin berpotensi
menimbulkan efek samping sebagaimana metilsantin, tapi dapat dicegah
dengan dosis yang sesuai dan pemantauan. Teofilin kerja singkat sebaiknya
tidak diberikan pada penderita yang sedang dalam terapi teofilin lepas lambat
kecuali diketahui dan dipantau ketat kadar teofilin dalam serum .

Antikolinergik2,4,5

Penatalaksanaan Asma Eksaserbasi Akut ELFATH RAHMAWENY


Pemberian secara inhalasi. Mekanisme kerjanya memblok efek
penglepasan asetilkolin dari saraf kolinergik pada jalan nafas. Menimbulkan
bronkodilatasi dengan menurunkan tonus vagal intrinsik, selain itu juga
menghambat reflek bronkokonstriksi yang disebabkan iritan. Efek
bronkodilatasi tidak seefektif agonis beta-2 kerja singkat, onsetnya lama dan
dibutuhkan 30-60 menit untuk mencapai efek maksimum. Tidak
mempengaruhi reaksi alergi tipe cepat ataupun tipe lambat dan juga tidak
berpengaruh terhadap inflamasi. Termasuk dalam golongan ini adalah
ipratropium bromide dan tiotropium bromide. Analisis meta penelitian
menunjukkan ipratropium bromide mempunyai efek meningkatkan
bronkodilatasi agonis beta-2 kerja singkat pada serangan asma, memperbaiki
faal paru dan menurunkan risiko perawatan rumah sakit secara bermakna.
Oleh karena disarankan menggunakan kombinasi inhalasi antikolinergik dan
agnonis beta-2 kerja singkat sebagai bronkodilator pada terapi awal serangan
asma berat atau pada serangan asma yang kurang respons dengan agonis beta-
2 saja, sehingga dicapai efek bronkodilatasi maksimal. Tidak bermanfaat
diberikan jangka panjang, dianjurkan sebagai alternatif pelega pada penderita
yang menunjukkan efek samping dengan agonis beta-2 kerja singkat inhalasi
seperti takikardia, aritmia dan tremor. Efek samping berupa rasa kering di
mulut dan rasa pahit. Tidak ada bukti mengenai efeknya pada sekresi mukus.8

Tabel 4. obat-obat bronkodilator pada Asma bronkial4

Penatalaksanaan Asma Eksaserbasi Akut ELFATH RAHMAWENY


Tabel 5. Sediaan dan dosis obat pelega untuk mengatasi gejala asma4

Penatalaksanaan Asma Eksaserbasi Akut ELFATH RAHMAWENY


Glukokortikosteroid inhalasi dapat digunakan pada penanganan Asma2,4,5
Dewasa
Tabel 6. Glukokortikosteroid inhalasi dosis dewasa4

Obat Dosis Harian Dosis Harian Dosis Harian Tinggi


Rendah (g) Sedang (g) (g)

Beclomethasone
200-500 >500-1000 >1000-2000
dipropionate CFC

Beclomethasone
100-250 >250-500 >500-1000
dipropionate HFA

Budesonide 200-400 >400-800 >8--0-1680

Ciclesonide 80-160 >160-320 >320-1280

Flunisolide 500-1000 >1000-2000 >2000

Fluticazone
100-250 >250-500 >500-1000
propionate

Mumetasone fuoat 200 400 >800

Triamcinolone
400-1000 >1000-2000 >2000
acetonide

Anak-anak

Penatalaksanaan Asma Eksaserbasi Akut ELFATH RAHMAWENY


Tabel 7. Glukokortikoid inhalasi dosis anak-anak4
Obat Dosis Harian Dosis Harian Dosis Harian
Rendah (g) Sedang (g) Tinggi (g)

Beclomethasone
100-200 >200-400 >400
dipropionate

Budesonide 100-200 >200-400 >400

Budesenide neb 250-500 >500-1000 >1000

Ciclesonide 80-160 >160-320 >320

Flunisolide 500-750 >750-1250 >1250

Fluticazone
100-200 >200-500 >500
propionate

Mumetasone fuoat 100 >200 >400

Triamcinolone
400-800 >800-1200 >1200.(10)
acetonide

Kriteria rawat inap dan pemulangan pasien asma1-5


Pasien dengan nilai FEV1 atau PEF pada pre-treatment kurang dari 20% atau
pasien dengan nilai FEV1 atau PEF pada post-treatment kurang dari 40%
merupakan indikasi untuk dilakukan rawat inap pada pasien asma. Pada pasien
dengan nilai FEV1 atau PEF pada post-treatment antara 40-60% dapat dipulangkan
namun dengan syarat harus diawasi secara adekuat. Sedangkan pasien dengan nilai
FEV1 atau PEF pada post-treatment lebih dari 60% dapat langsung dipulangkan.

Penatalaksanaan Primer pada Pasien dengan Asma Eksaserbasi1

Penanganan awal apakah akut / sub akut asma eksaserbasi

Penilaian pada pasien : - apakah itu asma?


- Faktor resiko asma ?
- Berat atau eksaserbasi ?

Penatalaksanaan Asma Eksaserbasi Akut ELFATH RAHMAWENY


Akut / sedang Berat Mengancam jiwa

- Bicara terbata-bata per kalimat - Bicara perkata - Mengantuk


- Lebih suka duduk daripada - Duduk dengan membungkuk - Kebingungan
berbaring - RR 30 x/i - Henti napas
- Gelisah - Nadi > 120 x/ i -
- Nadi 100-120 x/i - Saturasi <90% -
- Menggunakan otot bantu - PEF 50% -
pernapasan
- Saturasi O2 90-95%
- PEF > 50%
-
-

Gawat

Mulai penangan :
SABA 4-10 hirup/MDI + Spacer Transfer ke pelayanan akut
diulangi setiap 20 menit dalam 1 jam Tunggu sebentar : berikan
Prednisolon : 1 mg/KgBB max 50 Perburukan SABA dan ipratropium
mg bromide, O2, dan kortikosteroid
Anak-anak 1-2 Mg/KgBB max 40 sistemik
mg
Kontrol O2 target 93-95% (anak-
anak (94-98%)

Lanjutkan dengan SABA sesuai yang dibutuhkan Perburukan


Nilai responnya dalam 1 jam
perbaikan

Nilai Untuk Pemberhentian Menetapkan Pemberhentian


Gejala : peraikan atau membutuhkan SABA Pelega : lanjutkan yang dibutuhkan
PEF perbaikan dan > 60-80% Kontrol : perhatikan teknik inhaler, kepatuhan
Saturasi O2 >94% Prednisolone : lanjutkan 5-7 hr (anak 3-5 hr)
Perawatan yang adekuat dirumah Kontrol Teratur : 2-7 hari

Penatalaksanaan Asma Eksaserbasi Akut ELFATH RAHMAWENY


Kontrol teratur
Pelega kurangi jumlahyang dibutuhkan
Kontrol lanjutkan dosis tinggi untuk waktu yg singkat (1-2 minggu) atau waktu yg panjang (3
bulan), tergantung dari eksaserbasinya
Faktor resiko koreksi faktor resiko yang memiliki kontribusi dengan eksaserbasi termasuk
teknik dan kepatuhan menggunakan inhaler
Rencana selanjutnya pahamkah ? patuh / tidak ? apakah ada perubahan / tidak ?

Skema 2. Penatalaksanaan Primer pada Pasien dengan Asma Eksaserbasi1

Penatalaksanaan akut pada asma eksaserbasi emergency1

Nilai inisial terapi apakah ada tanda lain seperti :

A : jalan napas B : pernapasan C: sirkulasi mengantuk, kebingungan, henti napas

Tidak

ya

TRIASE selanjutnya dengan status klinis Konsulkan ke ICU, berikan SABA dan O2
Berdasarkan perburukan siapkan untuk pemasangan intubasi

Akut dan sedang Berat

Berbicara perkalimat Bicara terbata-bata perkata


Lebih suka duduk dari pada berbaring Duduk dengan membungkuk
Tidak gelisah Gelisah
RR meningkat RR > 30 x/i
Tidak menggunakan otot bantu pernapasan Menggunakan otot bantu pernapasan
Nadi 100-120 x/i Nadi > 120 x/i
Saturasi O2 90-95% Saturasi O2 < 90%
PEF >50% PEF 50%
Penatalaksanaan Asma Eksaserbasi Akut ELFATH RAHMAWENY
SABA Saba
Pertimbangkan ipratronium bromide Ipratropium Bromide
Pantau saturasi O2 90-95% (anak-anak 94- Pantau Saturasi O2 93-95% (Anak-Anak
98%) 94-98%)
Oral kortikosteroid Oral Atau Iv Kortikosteroid
Pertimbangkan IV Magnesium
Pertimbangkan Inhalasi Kortikosteroid
Dosis Tinggi

Jika makin memburuk lakukan


penatalaksanaan dan lakukan penilaian ulang
untuk masuk ICU

Nilai kemajuan klinis


Lakukan pemeriksaan faal paru
Kepada seluruh pasien dalam 1 jam dan penilaian inisial terapi (ABC)

FEV1 atau PEF 60-80% dari prediksi FEV1 atau PEF < 60% dari prediksi
personal atau perbaikan gejala personal / respon klinis
Sedang Berat
Pertimbangkan untuk rencana Lanjutkan terapi dengan dosis lebih
pemberhentian tinggi dan nilai ulang frekuensinya

Skema 3. Penatalaksanaan akut pada asma eksaserbasi emergency1

Rencana pengobatan serangan asma berdasarkan berat serangan dan tempat


pengobatan2,4,5

Tabel 8. Rencana pengobatan serangan asma berdasarkan berat serangan dan tempat
pengobatan4
Serangan Pengobatan Tempat Pengobatan

RINGAN Terbaik : Di rumah


Aktivitas normal Inhalasi agonis -2
Berbicara satu kalimat Alternatif : Di praktek

Penatalaksanaan Asma Eksaserbasi Akut ELFATH RAHMAWENY


dalam satu nafas Kombinasi oral agins -2 dan dokter/klinik/puskesmas
Nadi < 100x/menit teofilin
APE > 80%

SEDANG Terbaik: UGD/RS


Jalan jarak jauh timbulkan Nebulisasi agonis -2 tiap 4 Klinik
gejala jam Praktek dokter
Bicara beberapa kata dalam Alternatif : Puskesmas
satu kali nafas - Agonis -2 subkutan
Nadi 100-120 x/ menit - Aminofilin IV
APE 60-80 % - Adrenalin 1/1000 0,3 ml SK

Oksigen bila mungkin


Kortikosteroid sistemik

BERAT Terbaik : UGD/RS


Sesak saat istirahat Nebulisasi agonis -2 tiap 4 Klinik
Berbicara kata perkata jam
dalam satu nafas Alternnatif :
Nadi >120 x/menit - Agonis -2 SK/IV
APE <60 % atau 100 l/detik - Adrenalin 1/1000 0,3 ml SK

Aminofilin bolus dilanjutkan


drip
Oksigen
Kortikosteroid IV
MENGANCAM JIWA Seperti serangan akut berat UGD/RS
Kesadaran berubah/menurun
Gelisah Pertimbangkan intubasi dan ICU
Sianosis ventilasi mekanis
Gagal nafas

9. Komplikasi4
1. Status asmatikus
2. Atelektasis
3. Hipoksemia
4. Pneumothoraks
5. Emfisema

10. Pencegahan 2,4,5


Asap rokok lingkungan (Enviromental tobacco smoke/ ETS)
Asap rokok merupakan oksidan, menimbulkan inflamasi dan
menyebabkan ketidak seimbangan protease antiprotease. Penderita asma yang
merokok akan mempercepat perburukan fungsi paru dan mempunyai risiko
mendapatkan bronkitis kronik dan atau emfisema sebagaimana perokok lainnya

Penatalaksanaan Asma Eksaserbasi Akut ELFATH RAHMAWENY


dengan gambaran perburukan gejala klinis, berisiko mendapatkan kecacatan,
semakin tidak produktif dan menurunkan kualiti hidup. Oleh karena itu penderita
asma dianjurkan untuk tidak merokok. Penderita asma yang sudah merokok
diperingatkan agar menghentikan kebiasaan tersebut karena dapat memperberat
penyakitnya.
Meningkatkan kebugaran fisis
Olahraga menghasilkan kebugaran fisis secara umum, menambah rasa
percaya diri dan meningkatkan ketahanan tubuh. Walaupun terdapat salah satu
bentuk asma yang timbul serangan sesudah exercise (exercise-induced
asthma/EIA), akan tetapi tidak berarti penderita EIA dilarang melakukan
olahraga. Bila dikhawatirkan terjadi serangan asma akibat olahraga, maka
dianjurkan menggunakan beta2-agonis sebelum melakukan olahraga.

Senam Asma Indonesia (SAI) adalah salah satu bentuk olahraga yang
dianjurkan karena melatih dan menguatkan otot-otot pernapasan khususnya,
selain manfaat lain pada olahraga umumnya. Senam asma Indonesia dikenalkan
oleh Yayasan Asma Indonesia dan dilakukan di setiap klub asma di wilayah
yayasan asma di seluruh Indonesia. Manfaat senam asma telah diteliti baik
manfaat subjektif (kuesioner) maupun objektif (faal paru); didapatkan manfaat
yang bermakna setelah melakukan senam asma secara teratur dalam waktu 3-
6 bulan, terutama manfaat subjektif dan peningkatan VO2 max.

Lingkungan Kerja
Bahan-bahan di tempat kerja dapat merupakan faktor pencetus serangan
asma, terutama pada penderita asma kerja. Penderita asma dianjurkan untuk
bekerja pada lingkungan yang tidak mengandung bahan-bahan yang dapat
mencetuskan serangan asma. Apabila serangan asma sering terjadi di tempat
kerja perlu dipertimbangkan untuk pindah pekerjaan. Lingkungan kerja

Penatalaksanaan Asma Eksaserbasi Akut ELFATH RAHMAWENY


diusahakan bebas dari polusi udara dan asap rokok serta bahan-bahan iritan
lainnya.
11. Kontrol Teratur1,2,4

Pasien harus segera ke dokter untuk perawatan jika asma terus memburuk
meskipun mengikuti aturan berobat atau jika ada serangan tiba-tiba. Kontrol 1-2
minggu setelah seranagan eksaserbasi akut untuk mengidentifikasi faktor resiko
tambahan eksaserbasi tersebut. Tindakan selanjutnya harus sesuai dengan
kebutuhan pasien. Pengobatan dilanjutkan selama 2-4 minggu stelah serangan
eksaserbasi kecuali pada riwayat asma eksaserbasi yang terjadi karena asmanya
tidak terkontrol, dalam keadaan ini diberikan inhaler dan pemeriksaan teratur. 1,2,3

Pada penatalaksanaan jangka panjang terdapat 2 hal yang penting diperhatikan oleh
dokter yaitu : 1,2,4

1. Tindak lanjut (follow-up) teratur


2. Rujuk ke ahli paru untuk konsultasi atau penanganan lanjut bila diperlukan.
Dokter sebaiknya menganjurkan penderita untuk kontrol tidak hanya bila terjadi
serangan akut, tetapi kontrol teratur terjadwal, interval berkisar 1- 6 bulan
bergantung kepada keadaan asma. Hal tersebut untuk meyakinkan bahwa asma
tetap terkontrol dengan mengupayakan penurunan terapi seminimal mungkin.

Rujuk kasus ke ahli paru layak dilakukan pada keadaan : 1,2,4

Tidak respons dengan pengobatan


Pada serangan akut yang mengancam jiwa
Tanda dan gejala tidak jelas (atipik), atau masalah dalam diagnosis banding,
atau komplikasi atau penyakit penyerta (komorbid); seperti sinusitis, polip
hidung, aspergilosis (ABPA), rinitis berat, disfungsi pita suara, refluks
gastroesofagus dan PPOK

Penatalaksanaan Asma Eksaserbasi Akut ELFATH RAHMAWENY


Dibutuhkan pemeriksaan/uji lainnya di luar pemeriksaan standar, seperti uji kulit
(uji alergi), pemeriksaan faal paru lengkap, uji provokasi bronkus, uji latih
(cardiopulmonary exercise test), bronkoskopi dan sebagainya.1,2,4
12. Prognosis4
Sulit untuk meramalkan prognosis dari asma bronkial yang tidak disertai
komplikasi. Hal ini akan tergantung pula dari umur, pengobatan, lama observasi dan
definisi. Prognosis selanjutnya ditentukan banyak faktor. Dari kepustakaan
didapatkan bahwa asma pada anak menetap sampai dewasa sekitar 26% - 78%.
Umumnya, lebih muda umur permulaan timbulnya asma, prognosis lebih
baik, kecuali kalau mulai pada umur kurang dari 2 tahun. Adanya riwayat dermatitis
atopik yang kemudian disusul dengan rinitis alergik, akan memberikan
kemungkinan yang lebih besar untuk menetapnya asma sampai usia dewasa. Asma
yang mulai timbul pada usia lanjut biasanya berat dan sukar ditanggulangi. Smith
menemukan 50% dari penderitanya mulai menderita asma sewaktu anak. Karena itu
asma pada anak harus diobati dan jangan ditunggu serta diharapkan akan hilang
sendiri. Komplikasi pada asma terutama infeksi dan dapat pula mengakibatkan
kematian.

Penatalaksanaan Asma Eksaserbasi Akut ELFATH RAHMAWENY

Anda mungkin juga menyukai