PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
1. Definisi
Menurut Global Initiative for Asthma 2016, Asma adalah penyakit heterogen,
umumnya dengan karakteristik inflamasi saluran napas kronik. Asma ditandai
dengan riwayat gejala pernapasan seperti mengi, sesak napas, rasa tertekan di dada
dan batuk yang waktu dan intensitasnya dapat berubah-ubah, bersamaan dengan
variasi hambatan aliran ekspirasi.1
2. Epidemiologi
Asma pada umumnya, merupakan penyakit kronis respiratory yang
mempengaruhi 1-18 % dari total penduduk di negara yang berbeda. Asma ditandai
oleh gejala wheeze, sesak napas, dada sesak/atau batuk, dan aliran udara ekspiras
yang sedikit atau terbatas. Gejala dan aliran udara yang sedikit khasnya dalam
waktu dan intensitas yang berbeda-beda. Perbedaan ini seringkali dipicu oleh faktor
seperti latihan, alergi atau paparan iritasi, perubahan cuaca, atau penyakit infeksi
virus pada saluran pernapasan.1
Asma bronkial merupakan salah satu penyakit alergi dan masih menjadi
masalah kesehatan baik di negara maju maupun di negara berkembang. Prevalensi
dan angka rawat inap penyakit asma bronkial di negara maju dari tahun ke tahun
cenderung meningkat. Perbedaan prevalensi, angka kesakitan dan kematian asma
bronkial berdasarkan letak geografi telah disebutkan dalam berbagai penelitian.
Selama sepuluh tahun terakhir banyak penelitian epidemiologi tentang asma
bronkial dan penyakit alergi berdasarkan kuisioner telah dilaksanakan di berbagai
belahan dunia. Semua penelitian ini walaupun memakai berbagai metode dan
kuisioner namun mendapatkan hasil yang konsisten untuk prevalensi asma bronkial
sebesar 5-15% pada populasi umum dengan prevalensi lebih banyak pada wanita
dibandingkan laki-laki. Di Indonesia belum ada data epidemiologi yang pasti
namun diperkirakan berkisar 3-8%.3
3. Etiologi
Menurut The Lung Association of Canada, ada 2 faktor yang menjadi
pencetus asma:4
1 Faktor yang menyebabkan bronkokonstriksi
Bronkokonstriksi adalah gangguan pernafasan akut yang belum
berarti asma, tapi bisa menjurus menjadi asma jenis intrinsik. Gejala yang
ditimbulkan cenderung tiba-tiba, berlangsung dalam waktu pendek dan
relatif mudah di atasi dalam waktu singkat. Namun saluran pernapasan
akan bereaksi lebih cepat terhadap pemicu apabila sudah terjadi
peradangan.4
4. Klasifikasi
*secara definisinya, bila terjadi eksaserbasi maka disebut sebagai asma tidak terkontrol.
1. Intermiten
a. Gejala klinis < 1 kali/minggu
b. Gejala malam < 2 kali/bulan
c. Tanpa gejala di luar serangan
d. Serangan berlangsung singkat
e. Volume ekspirasi paksa detik pertama (VEP1) > 80% nilai prediksi atau
arus puncak ekspirasi (APE) > 80% nilai terbaik
f. Variabilitas APE < 20%
2. Persisten ringan
a. Gejala klinis > 1 kali/minggu tetapi < 1 kali/hari
b. Gejala malam > 2 kali/bulan
c. Tanpa gejala di luar serangan
d. Serangan dapat menggangu aktivitas tidur dan tidur
e. Volume ekspirasi paksa detik pertama (VEP1) > 80% nilai prediksi atau
arus puncak ekspirasi (APE) > 80% nilai terbaik
f. Variabilitas APE 20%-30%
3. Persisten sedang
a. Gejala setiap hari
b. Gejala malam > 2 kali/minggu
c. Sering dapat menggangu aktivitas dan tidur
d. Volume ekspirasi paksa detik pertama (VEP1) 60%-80% nilai prediksi
atau arus puncak ekspirasi (APE) 60%-80% nilai terbaik
e. Variabilitas APE > 30%
4. Persisten berat
a. Gejala terus menerus
b. Gejala malam sering
c. Sering kambuh
d. Aktivitas fisik terbatas
e. Volume ekspirasi paksa detik pertama (VEP1) < 60% nilai prediksi atau
arus puncak ekspirasi (APE) < 60% nilai terbaik
f. Variabilitas APE > 30%.5
Serangan asma bervariasi dari ringan sampai berat bahkan dapat bersifat
fatal atau mengancam jiwa. Seringnya serangan asma menunjukkan penanganan
asma sehari-hari yang kurang tepat. Dengan kata lain penanganan asma
ditekankan kepada penanganan jangka panjang, dengan tetap memperhatikan
serangan asma akut atau perburukan gejala dengan memberikan pengobatan yang
tepat.1,2
Penanganan serangan yang tidak tepat antara lain penilaian berat serangan
di darurat gawat yang tidak tepat dan berakibat pada pengobatan yang tidak
adekuat, memulangkan penderita terlalu dini dari darurat gawat, pemberian
pengobatan (saat pulang) yang tidak tepat, penilaian respons pengobatan yang
kurang tepat menyebabkan tindakan selanjutnya menjadi tidak tepat. Kondisi
penanganan tersebut di atas menyebabkan perburukan asma yang menetap,
menyebabkan serangan berulang dan semakin berat sehingga berisiko jatuh dalam
keadaan asma akut berat bahkan fatal.1,2,3
5. Patofisiologi
Sesuatu yang dapat memicu serangan asma ini sangat bervariasi antara satu
individu dengan individu yang lain. Beberapa hal diantaranya adalah alergen, polusi
udara, infeksi saluran nafas, kecapaian, perubahan cuaca, makanan, obat atau
ekspresi emosi yang berlebihan, rinitis, sinusitis bakterial, poliposis, menstruasi,
refluks gastroesofageal dan kehamilan.7
Hasil akhir dari semua itu adalah penyempitan rongga saluran napas.
Akibatnya menjadi sesak napas, batuk keras bila paru mulai berusaha untuk
membersihkan diri, keluar dahak yang kental bersama batuk, terdengar suara
napas yang berbunyi yang timbul apabila udara dipaksakan melalui saluran napas
yang sempit. Suara napas tersebut dapat sampai terdengar keras terutama saat
mengeluarkan napas.4,5,7
Skema 1.
Patofisiologi
Asma.7
Obstruksi
aliran udara merupakan
gangguan fisiologis
terpenting pada asma
akut. Gangguan
ini akan
menghambat aliran
udara selama inspirasi
dan ekspirasi dan dapat dinilai dengan tes fungsi paru yang sederhana seperti Peak
Expiratory Flow Rate (PEFR) dan FEV1 (Forced Expiration Volume). Ketika terjadi
obstruksi aliran udara saat ekspirasi yang relatif cukup berat akan menyebabkan
pertukaran aliran udara yang kecil untuk mencegah kembalinya tekanan alveolar
terhadap tekanan atmosfer maka akan terjadi hiper inflasi dinamik. Besarnya hiper
inflasi dapat dinilai dengan derajat penurunan kapasitas cadangan fungsional dan
volume cadangan. Fenomena ini dapat pula terlihat pada foto toraks yang
Penyempitan saluran napas dapat terjadi baik pada saluran napas yang besar,
sedang, maupun kecil. Gejala mengi menandakan ada penyempitan di saluran napas
besar, sedangkan pada saluran napas yang kecil gejala batuk dan sesak lebih
dominan dibanding mengi.7
6. Manifestasi klinik2,4
Keluhan utama penderita asma ialah sesak napas mendadak, disertai fase
inspirasi yang lebih pendek dibandingkan dengan fase ekspirasi, dan diikuti bunyi
mengi (wheezing), batuk yang disertai serangan sesak napas yang kumat-kumatan.
Pada beberapa penderita asma keluhan tersebut dapat ringan, sedang atau berat dan
sesak napas penderita timbul mendadak, dirasakan makin lama makin meningkat
atau tiba-tiba menjadi lebih berat. Hal ini sering terjadi terutama pada penderita
dengan rhinitis alergika atau radang saluran napas bagian atas. Sedangkan pada
PEMERIKSAAN FISIK
Gejala asma bervariasi sepanjang hari sehingga pemeriksaan jasmani dapat
normal. Kelainan pemeriksaan jasmani yang paling sering ditemukan adalah mengi
pada auskultasi. Pada sebagian penderita, auskultasi dapat terdengar normal
walaupun pada pengukuran objektif (faal paru) telah terdapat penyempitan jalan
napas. Pada keadaan serangan, kontraksi otot polos saluran napas, edema dan
hipersekresi dapat menyumbat saluran napas, maka sebagai kompensasi penderita
bernapas pada volume paru yang lebih besar untuk mengatasi menutupnya saluran
napas. Hal itu meningkatkan kerja pernapasan dan menimbulkan tanda klinis
berupa sesak napas, mengi dan hiperinflasi. Pada serangan ringan, mengi hanya
terdengar pada waktu ekspirasi paksa. Walaupun demikian mengi dapat tidak
1. Antiinflamasi (pengontrol)
Pengontrol adalah medikasi asma jangka panjang untuk mengontrol asma,
diberikan setiap hari untuk mencapai dan mempertahankan keadaan asma
terkontrol pada asma persisten. Pengontrol sering disebut pencegah, yang
termasuk obat pengontrol:2,5
Kortikosteroid
Kortikosteroid adalah agen anti inflamasi yang paling potensial dan
merupakan anti inflamasi yang secara konsisten efektif sampai saat ini.
Efeknya secara umum adalah untuk mengurangi inflamasi akut maupun
kronik, menurunkan gejala asma, memperbaiki aliran udara, mengurangi
hiperresponsivitas saluran napas, mencegah eksaserbasi asma, dan
mengurangi remodelling saluran napas. Kortikosteroid terdiri dari
kortikosteroid inhalasi dan sistemik.2,4,5
Kromolin
Mekanisme yang pasti kromolin belum sepenuhnya dipahami, tetapi
diketahui merupakan antiinflamasi non steroid, menghambat penglepasan
mediator dari sel mast. Pemberiannya secara inhalasi. Digunakan sebagai
pengontrol pada asma persisten ringan. Studi klinis menunjukkan pemberian
sodium kromoglikat dapat memperbaiki faal paru dan gejala, menurunkan
hiperesponsif jalan napas walau tidak seefektif glukokortikosteroid inhalasi.
Dibutuhkan waktu 4-6 minggu pengobatan untuk menetapkan apakah obat ini
bermanfaat atau tidak. Efek samping umumnya minimal seperti batuk atau
rasa obat tidak enak saat melakukan inhalasi.2,5
Metilsantin
Teofilin adalah bronkodilator yang juga mempunyai efek
ekstrapulmoner seperti antiinflamasi. Pada dosis yang sangat rendah efek
Leukotriene modifiers
Obat ini merupakan antiasma yang relatif baru dan pemberiannya
melalui oral. Selain bersifat bronkodilator juga mempunyai efek anti
inflamasi. Mekanisme kerjanya menghambat 5-lipoksigenase sehingga
memblok sintesis semua leukotrin (contohnya zileuton) atau memblok
reseptor-reseptor leukotrien sisteinil pada sel target (contohnya montelukas,
pranlukas, zafirlukas). Mekanisme kerja tersebut menghasilkan efek
bronkodilator minimal dan menurunkan bronkokonstriksi akibat alergen,
sulfurdioksida dan exercise. Selain bersifat bronkodilator, juga mempunyai
efek antiinflamasi. Berbagai studi menunjukkan bahwa penambahan
leukotriene modifiers dapat menurunkan kebutuhan dosis glukokortikosteroid
inhalasi penderita asma persisten sedang sampai berat, mengontrol asma pada
Metilxantin2,4,5
Termasuk dalam bronkodilator walau efek bronkodilatasinya lebih
lemah dibanding agonis beta-2. Aminofillin kerja singkat dapat
dipertimbangkan untuk mengatasi gejala walau disadari onsetnya lebih lama
dari pada agonis beta-2 kerja singkat. Teofilin kerja singkat tidak menambah
efek bronkodilatasi agonis beta-2 kerja singkat dosis adekuat, tapi
mempunyai manfaat untuk respiratory drive, memperkuat fungsi otot
pernapasan dan mempertahankan respons terhadap agonis beta-2 kerja
singkat di antara pemberian satu dengan berikutnya. Teofilin berpotensi
menimbulkan efek samping sebagaimana metilsantin, tapi dapat dicegah
dengan dosis yang sesuai dan pemantauan. Teofilin kerja singkat sebaiknya
tidak diberikan pada penderita yang sedang dalam terapi teofilin lepas lambat
kecuali diketahui dan dipantau ketat kadar teofilin dalam serum .
Antikolinergik2,4,5
Beclomethasone
200-500 >500-1000 >1000-2000
dipropionate CFC
Beclomethasone
100-250 >250-500 >500-1000
dipropionate HFA
Fluticazone
100-250 >250-500 >500-1000
propionate
Triamcinolone
400-1000 >1000-2000 >2000
acetonide
Anak-anak
Beclomethasone
100-200 >200-400 >400
dipropionate
Fluticazone
100-200 >200-500 >500
propionate
Triamcinolone
400-800 >800-1200 >1200.(10)
acetonide
Gawat
Mulai penangan :
SABA 4-10 hirup/MDI + Spacer Transfer ke pelayanan akut
diulangi setiap 20 menit dalam 1 jam Tunggu sebentar : berikan
Prednisolon : 1 mg/KgBB max 50 Perburukan SABA dan ipratropium
mg bromide, O2, dan kortikosteroid
Anak-anak 1-2 Mg/KgBB max 40 sistemik
mg
Kontrol O2 target 93-95% (anak-
anak (94-98%)
Tidak
ya
TRIASE selanjutnya dengan status klinis Konsulkan ke ICU, berikan SABA dan O2
Berdasarkan perburukan siapkan untuk pemasangan intubasi
FEV1 atau PEF 60-80% dari prediksi FEV1 atau PEF < 60% dari prediksi
personal atau perbaikan gejala personal / respon klinis
Sedang Berat
Pertimbangkan untuk rencana Lanjutkan terapi dengan dosis lebih
pemberhentian tinggi dan nilai ulang frekuensinya
Tabel 8. Rencana pengobatan serangan asma berdasarkan berat serangan dan tempat
pengobatan4
Serangan Pengobatan Tempat Pengobatan
9. Komplikasi4
1. Status asmatikus
2. Atelektasis
3. Hipoksemia
4. Pneumothoraks
5. Emfisema
Senam Asma Indonesia (SAI) adalah salah satu bentuk olahraga yang
dianjurkan karena melatih dan menguatkan otot-otot pernapasan khususnya,
selain manfaat lain pada olahraga umumnya. Senam asma Indonesia dikenalkan
oleh Yayasan Asma Indonesia dan dilakukan di setiap klub asma di wilayah
yayasan asma di seluruh Indonesia. Manfaat senam asma telah diteliti baik
manfaat subjektif (kuesioner) maupun objektif (faal paru); didapatkan manfaat
yang bermakna setelah melakukan senam asma secara teratur dalam waktu 3-
6 bulan, terutama manfaat subjektif dan peningkatan VO2 max.
Lingkungan Kerja
Bahan-bahan di tempat kerja dapat merupakan faktor pencetus serangan
asma, terutama pada penderita asma kerja. Penderita asma dianjurkan untuk
bekerja pada lingkungan yang tidak mengandung bahan-bahan yang dapat
mencetuskan serangan asma. Apabila serangan asma sering terjadi di tempat
kerja perlu dipertimbangkan untuk pindah pekerjaan. Lingkungan kerja
Pasien harus segera ke dokter untuk perawatan jika asma terus memburuk
meskipun mengikuti aturan berobat atau jika ada serangan tiba-tiba. Kontrol 1-2
minggu setelah seranagan eksaserbasi akut untuk mengidentifikasi faktor resiko
tambahan eksaserbasi tersebut. Tindakan selanjutnya harus sesuai dengan
kebutuhan pasien. Pengobatan dilanjutkan selama 2-4 minggu stelah serangan
eksaserbasi kecuali pada riwayat asma eksaserbasi yang terjadi karena asmanya
tidak terkontrol, dalam keadaan ini diberikan inhaler dan pemeriksaan teratur. 1,2,3
Pada penatalaksanaan jangka panjang terdapat 2 hal yang penting diperhatikan oleh
dokter yaitu : 1,2,4