Anda di halaman 1dari 4

RESUME JURNAL

15 Mei 2017

PEMURNIAN MINYAK JELANTAH


MENGGUNAKAN AMPAS TEBU SEBAGAI
ADSORBEN
A. Fuadi Ramdja, Lisa Febrina, Daniel Krisdianto

1. METODOLOGI PENELITIAN
1.1 Variabel yang digunakan
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Intensitas / lama penggorengan minyak: 2 jam, 4 jam, dan 6 jam
Lama perendaman: 1x24 jam, 2x24 jam, dan 3x24 jam
Ukuran partikel ampas tebu : 150 m, 180 m, dan 225 m

1.2 Alat
1. Erlenmeyer 7. Pengaduk
2. Alat titrasi 8. Ayakan
3. Beaker Gelas 9. Kertas Saring
4. Hot Plate 10. Neraca Analitis
5. Pipet Tetes 11. Blender
6. Termometer
1.3 Bahan
1.3 1. Minyak jelantah 1.7 5. Ampas tebu
1.4 2. Minyak goreng baru 1.8 6. Aquadest
1.5 3. NaOH/KOH 1.9 7. Akohol
1.6 4. Indikator PP

Jurnal Teknik Kimia, No. 1, Vol. 17, Januari 2010 1


1.4 Prosedur Penelitian
1.4.1 Pengolahan Ampas Tebu
1.5 1. Siapkan ampas tebu yang diperoleh dari sisasisa
penggilingan sari tebu.
1.6 2. Kemudian cuci bersih ampas tebu tersebut dari kotoran-
kotoran yang melekat.
1.7 3. Setelah dicuci, keringkan ampas tebu tersebut di bawah
terik matahari.
1.8 4. Selanjutnya giling ampas tebu yang telah kering hingga
menjadi bubuk tebu.
1.9 5. Bubuk tebu tersebut di ayak dengan berbagai variasi ukuran
diameter partikel.
1.9.1 Proses Penjernihan Minyak
1.10 1. Siapkan minyak goreng yang telah dipakai beberapa kali
(jelantah) dan juga minyak goreng yang bagus (baru).
1.11 2. Analisis terlebih dahulu kandungan pada minyak jelantah
dan minyak yang baru.
1.12 3. Siapkan sebanyak 100 ml minyak jelantah dalam
erlenmeyer.
1.13 4. Kemudian masukkan bubuk ampas tebu ke dalam masing-
masing minyak tersebut.
1.14 5. Rendam minyak dan ampas tebu tersebut hingga kondisi
optimum, lalu disaring.
1.15 6. Langkah selanjutnya analisis minyak yang sebelumnya
telah direndam dengan ampas tebu.
1.16 1.5 Prosedur Analisa
1.17 1.5.1 Penentuan Kadar Air dalam Minyak
1.18 1.5.2 Penentuan Asam Lemak Bebas (FFA)
1.19 1.5.3 Penentuan Angka Penyabunan
1.20 1.6 Hasil dan Pembahasan
1.21 Hasil Analisa Kadar Air dalam Minyak
1.22 Hasil menunjukkan pada waktu perendaman yang semakin
lama dapat menurunkan kadar air hingga di bawah 0,02 %, angka ini lebih
rendah dari pada kadar air yang terdapat pada minyak bagus, yaitu 0,1819 %.
Sedangkan rata-rata minyak yang telah diolah memiliki kadar air yang sedikit
sekali, masih di bawah kadar air minyak bagus.
1.23 Kadar air lebih stabil untuk minyak dengan lama
penggorengan 4 jam dan 6 jam. Kestabilan dicapai karena didukung oleh
ukuran partikel ampas tebu yang semakin kecil, sehingga daya adsorpsi akan
semakin baik. Pada minyak dengan waktu penggorengan selama 2 jam,
perendaman ampas tebu selama 1x24 jam memiliki kadar air yang lebih
tinggi dibandingkan ampas tebu dengan lama perendaman 2x24 jam dan 3x24
jam. Hal ini disebabkan karena waktu perendaman yang singkat mengurangi
kemampuan adsorpsi maksimal ampas tebu untuk menyerap kandungan air
pada minyak jelantah.
1.24 Hasil Analisa Kadar Asam Lemak Bebas
1.25 Kadar asam lemak bebas yang diperoleh pada percobaan
dengan ukuran partikel ampas tebu 225 m hanya sedikit sekali turunnya dari
analisa awal. Pada minyak 6 jam penggorengan grafik yang diperlihatkan
semakin lama perendaman semakin kecil pula kadar asam lemak bebasnya.
Namun untuk minyak 2 dan 4 jam penggorengan justru naik secara perlahan.
1.26 Untuk minyak dengan 4 jam penggorengan, kadar asam
lemak bebas yang diperlihatkan selama 1x24 jam hingga 3x24 jam
perendaman semakin meningkat bukan sebaliknya. Adsorpsi kandungan asam
lemak bebas oleh ampas tebu terhadap minyak jelantah dengan lama
penggorengan selama 6 jam bekerja dengan lebih baik, menurunkan
kandungan asam lemak bebas minyak jelantah secara perlahan. Semakin lama
waktu perendaman, maka daya adsorpsi ampas tebu akan bekerja dengan
lebih maksimal. Ampas tebu dengan ukuran partikel paling kecil ini mampu
menurunkan kadar asam lemak bebas yang terkecil hingga 0,0999% pada
minyak selama 4 jam penggorengan.
1.27 Dapat disimpulkan bahwa semakin lama perendaman maka
akan berpengaruh pada kadar FFA yang dihasilkan. Sehingga diperoleh waktu
perendaman yang optimum. Hal ini juga membuktikan bahwa ukuran
partikel ampas tebu juga turut mempengaruhi daya adsorpsinya untuk
menyerap sejumlah asam lemak bebas yang terikat pada minyak jelantah.
Artinya, semakin kecil ukuran partikel ampas tebu, maka kemampuan
adsorpsi akan semakin baik. Tentunya hal ini juga didukung oleh lamanya
waktu perendaman optimum ampas tebu dalam minyak jelantah untuk
melakukan proses adsorpsi.
1.28 Semakin lama perendaman, angka penyabunan yang
diperlihatkan semakin menurun atau makin kecil. Secara sekilas dapat dilihat
bahwa semakin lama waktu perendaman, maka angka penyabunan pada
minyak akan semakin kecil, akibat adanya daya adsorpsi yang bekerja secara
maksimal. Dari hasil percobaan dapat disimpulkan pula bahwa ukuran
partikel ampas tebu yang semakin kecil dapat membantu menurunkan angka
penyabunan pada minyak. Diameter serta lama waktu perendaman cukup
besar mempengaruhi perubahan besarnya angka penyabunan pada minyak
jelantah ini.
1.29 1.7 Kesimpulan
1.30 1. Adsorben yang umum digunakan dalam proses pemucatan minyak
terdiri dari tanah pemucat (bleaching earth), arang pemucat (bleaching
carbon), dan serat. Ampas tebu merupakan serat yang dapat digunakan
sebagai adsorben untuk mengikat pengotor pada minyak.
1.31 2. Kadar air dalam minyak dapat diturunkan hingga 0,0050 %,
kadar FFA minyak bekas pakai dapat diturunkan hingga 0,0999%, dan
angka penyabunan dapat mencapai angka terendah 161,5042. Sehingga
minyak ini masih dapat digunakan kembali untuk berbagai keperluan.
1.32 3. Lama perendaman mempengaruhi hasil penjernihan minyak
yang diharapkan. Dari hasil penelitian membuktikan bahwa waktu yang
optimal adalah 2x24 jam.
1.33 4. Semakin kecil diameter partikel adsorben (ampas tebu),
pada penelitian ini yaitu 150 m, maka penyerapan zat pengotor
berlangsung semakin optimal.
1.34

Anda mungkin juga menyukai