Anda di halaman 1dari 5

KESULITAN GURU DALAM

MEMBELAJARKAN KIMIA

Concise Dictionary of Science & Computers (2004) mendefinisikan


kimia sebagai cabang dari ilmu pengetahuan alam, yang berkenaan
dengan kajian-kajian tentang struktur dan komposisi materi, perubahan
yang dapat dialami materi, dan fenomena-fenomena lain yang menyertai
perubahan materi. Keragaman jenis materi serta luasnya fenomena yang
bertali temali dengan perilaku materi menyebabkan kimiawan
mengkhususkan kajian-kajiannya pada bidang-bidang spesifik. Hal ini
kemudian menyebabkan berkembangnya percabangan dalam disiplin ilmu
kimia berdasarkan kekhususan jenis materi dan aspek khusus sifat materi
yang dikajinya, seperti misalnya kimia organik, kimia anorganik, kimia
fisik, biokimia, dan kimia lingkungan.

Sebagai sebuah ilmu pengetahuan alam, kajian-kajian dalam kimia


bertujuan untuk memahami sifat dan perubahan materi di alam. Konsep,
hukum, teori dalam kimia dihasilkan kajian-kajian tersebut. Namun,
sebagai akibat dari pemahaman manusia terhadap sifat dan perubahan
materi di alam, manusia mampu meniru alam dalam menghasilkan
produk-produk alam. Hal inilah yang kemudian melahirkan pengetahuan
kimia yang dapat diaplikasikan untuk memuat berbagai bahan-bahan
sintetik, seperti misalnya plastik dan semikonduktor. Di samping itu
dengan pemahaman terhadap sifat dan perubahan di alam, kimiawan
menjadi mampu mengendalikan proses-proses alam agar menguntungkan
dan meningkatkan manfaatnya bagi manusia. Teknologi pencegahan
korosi, pencegahan pencemaran, produksi obat-obatan, penyediaan
pasokan air minum, merupakan satu contoh kecil dari aplikasi kimia dalam
pengendalian proses alam. Oleh karena aplikasinya yang luas itu, kimia
mempunyai nilai ekonomi yang tinggi, sebagaimana ditunjukkan oleh
luasnya pasar dari produk-produk teknologi kimia seperti pupuk,
insektisida, obat-obatan, bahan bangunan, dan produk-produk petrokimia.
ISU DALAM PEMBELAJARAN KIMIA

Pekerjaan mengajar kimia penuh dengan tantangan. Tantangan


tersebut lahir sebagai akibat dari berbagai perkembangan zaman yang
sangat dinamis. Munculnya pemikiran-pemikiran baru terhadap konsep-
konsep dasar kimia, meluasnya produk aplikasi kimia di masyarakat,
berkembangnya teori-teori pembelajaran, tuntutan masyarakat (orang
tua, perguruan tinggi, pemerintah, dll.) menjadikan kita perlu secara
berkesinambungan mengkaji ulang tentang keyakinan (belief),
pemahaman, sudut pandang, serta tradisi kita dalam menjalankan tugas
profesi guru kimia.

Salah satu masalah yang dihadapi sementara pengajar kimia di


SMA/MA adalah perolehan hasil belajar peserta didik yang kurang
memuaskan sekalipun pendidik telah berusaha secara maksimum untuk
mengajar dengan baik. Sesungguhnya masalah seperti ini bukan hanya
ada dalam pengajaran kimia saja melainkan juga pengajaran mata
pelajaran IPA lainnya, bukan pula dialami bangsa kita saja melainkan juga
hempir semua bangsa, dan sama sekali tidak mencuat pada saat
sekarang saja melainkan juga sejak waktu lampau. Fenomena itu menjadi
petunjuk akan tingginya kompleksitas persoalan pembelajaran pada
umumnya dan pembelajaran kimia pada khususnya. Di samping itu harus
diakui bahwa ilmu pendidikan kimia belum sampai pada taraf yang cukup
matang untuk dapat berperan sebagai pemandu bagi para pendidik
dalam mengajarkan kimia. Masih diperlukan pengkajian, penelitian, dan
pemikiran yang melibatkan para praktisi (guru kimia), pakar ilmu
pendidikan kimia, dan pakar ilmu kimia secara bersama-sama dalam
mengembangkan alternatif-alternatif pendekatan dan strategi yang efektif
dalam mengajarkan kimia. Langkah penting yang perlu kita lakukan
adalah memahami peta tali temali permasalahan tersebut, sehingga
analisis secara komprehensif dapat kita lakukan, bahkan mungkin titik-titik
cerah untuk memecahkannya secara bertahap dapat kita antisipasi.

Dewasa ini terdapat banyak kritik terhadap proses dan hasil


pembelajaran kimia di sekolah menengah atas (termasuk madrasah
aliyah). Sejumlah kritik terarah pada kegiatan belajar mengajar yang
sangat berpusat pada guru (teacher centered) sehingga pembelajaran
nampak sebagai ceramah, yang di dalamnya pengetahuan (fakta, konsep,
prinsip, hukum, teori, dan prosedur) kimia ditransmisikan dari guru tanpa
menstimulasi peserta didik untuk berpikir/bernalar. Sementara itu
karakter kimia sebagai experimental science tidak tampak dalam
kegiatan belajar-mengajar kimia, sebab pada umumnya sangat jarang
peserta didik distimulasi untuk melakukan observasi terhadap fenomena
kimia, serta menginterpretasikan fenomena tersebut dengan
menggunakan pengetahuan teoretiknya, apalagi merancang kegiatan
eksperimen untuk memecahkan suatu permasalahan. Kritik lain terarah
pada materi pelajaran yang di samping sarat, juga sangat bersifat
teoretik-akademik, tanpa menyinggung aplikasinya untuk memahami
peristiwa alam di sekitarnya atau produk-produk teknologi yang hadir
dalam kehidupan sehari-harinya. Kesan yang diperoleh sebagian besar
peserta didik adalah mata pelajaran kimia steril dari kehidupannya sehari-
hari.

Terdapat berbagai justifikasi klasik bagi fenomena pembelajaran


kimia seperti yang dipaparkan di muka, antara lain kurikulum yang sarat
materi, miskinnya fasilitas laboratorium, dan kalaupun ada fasilitas
laboratorium, namun tidak ada tenaga laboran, Ujian Sekolah dan SPMB
yang lebih banyak menuntut kompetensi menyelesaian soal-soal yang
bersifat numerik serta menekankan elemen-elemen teoretik. Persoalan-
persoalan tadi membuat kita terperangkap di dalam suatu lingkaran setan
yang tidak diketahui bagaimana memulai era baru pembelajaran kimia,
yaitu era dimana pembelajaran tidak lagi dipenuhi dengan transmisikan
pengetahuan teoretik kimia tanpa mengembangkan kecerdasasan siswa
sebagaimana yang menjadi salah satu misi utama pendidikan.

Sesungguhnya, pakar dan praktisi pendidikan kimia sangat


berpengetahuan dalam soal kondisi ideal pembelajaran kimia. Namun,
yang acapkali membelenggu kita sehingga tidak cukup kuat tekad dan
upaya kita untuk melakukan tindakan nyata mewujudkannya, adalah
pengetahuan tadi belum mampu menjadi bagian dari keyakinan (belief)
kita. Oleh karenanya pengkajian-pengkajian tentang hakekat
pembelajaran kimia masih sangat diperlukan untuk menguatkan
keyakinan dalam diri kita bahwa membelajarkan peserta didik dalam mata
pelajaran kimia secara aktif dan menstimulasi kemampuan observasi,
bernalar serta kreativitas, sebagaimana menjadi misi utama pendidikan
untuk mencerdaskan generasi muda.

Model Pembelajaran Efektif untuk Mata Pelajaran Kimia

Hingga saat ini belum ada teori yang secara komprehensif dapat
menjelaskan keberhasilan mengajar kimia. Namun demikian penelitian-
penelitian yang telah dilakukan menunjuk adanya sejumlah faktor yang
berpengaruh pada keberhasilan belajar peserta didik, baik yang terkait
pada individu peserta didik, guru, lingkungan, serta proses pembelajaran
(Cruickshank, 1990). Seberapa jauh masing-masing faktor berkontribusi
pada keberhasilan peserta didik belajar belum diketahui secara pasti.
Penelitian-penelitian yang dilakukan masih terlalu sedikit sehingga
hasilnya belum konklusif. Di samping itu pengaruh faktor-faktor tadi tidak
linear, terkait satu sama lain, sehingga sulit untuk memprediksi faktor-
faktor mana yang secara umum lebih dominan, dan kekuatan pengaruh
faktor-faktor tersebut tampak unik untuk setiap individu peserta didik.

Keberhasilan belajar peserta didik bertalian dengan efektivitas


pembelajaran. Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang di
dalamnya pendidik secara optimum berperan sebagai fasilitator belajar
yang menyediakan kondisi-kondisi fisik dan psikologis yang
memungkinkan peserta didik meraih kompetensi-kompetensi yang
ditargetkan dalam kurikulum. Proses pembelajaran dapat ditingkatkan
efektivitasnya melalui upaya kerjasama sinergis guru dan peserta didik
dalam proses pembelajaran (Firman, 1999), sebagaimana diperlihatkan
dalam sebuah model yang tertera pada Kotak 2.
Pada model tersebut pembelajaran yang efektif digambarkan dalam
perspektif kerjasama pendidik dan peserta didik. Dalam interaksi
pembelajaran, pendidik berperan untuk menata organisasi dan
sistematika penyajian materi pelajaran dan kegiatan belajar siswa agar
mampu menstimulasi motivasi dan minat belajar, serta
mentransformasikan pengetahuan agar mudah tertangkap siswa.
Sementara itu peserta didik berkewajiban untuk secara antusias dan
responsif terlibat dalam proses pembelajaran, serta secara mandiri
berupaya untuk melakukan internalisasi terhadap materi pelajaran yang
baru dipahaminya.

PERMASALAHAN

Bagaimanakah tanggapan teman teman terhadap kesulitan yang


dialami guru dalam membelajarkan kimia di SMA.? Dampak apakah yang
paling fatal yang dirasakan oleh siswa apabila guru kesulitan dalam
membelajarkan materi / pelajaran kimia tersebut,?

Anda mungkin juga menyukai