OLEH :
DODY ABDULLAH ATTAMIMI
Pembimbing :
dr. Irma Santy, SpKJ
Pembimbing Mahasiswa
PENDAHULUAN
Psikiatri adalah salah satu cabang ilmu kedokteran yang menangani gangguan
jiwa serta pengobatannya. Kata psikiatri berasal dari psyche, sebuah kata yunanu
yang berarti jiwa (soul) atau pikiran (mind), dan iatros, kata Yunani yang berarti
penyembuh. Dalam mitologi Yunani psyche merupakan seorang perempuan biasa dan
dijadikan abadi oleh zeus. Psikiatri kadang disebut kedokteran psikologis. 1
Psikiatri juga dikatakan sebagai salah satu cabang ilmu kedokteran, yang
mempelajari manusia secara utuh, tidak hanya masalah fisik, fisiologi atau patologi
yang terjadi saja, tetapi juga melihat hubungan individu dengan lingkungannya.
Terapi yang digunakan terhadap penderita gangguan jiwa berupa elektrik - holistik,
yaitu komprehensif meliputi bidang organo-biologik, psiko-edukatif dan sosio-
kultural, serta selalu mengikuti kaedah-kaedah ilmu kedokteran yang mutakhir.
Dalam setiap kondisi tidak mudah untuk menentukan aspek mana yang harus lebih
diprioritaskan. Istilah biological priority dan psychological supremacy sebenarnya
bukan dimaksudkan untuk menempatkan satu diatas yang lain, tapi
memperlakukannya sebagai proses berkesinambungan yang tidak terpisahkan.
Istilah antipsikotik dan neuroleptik secara bergantian, digunakan untuk menyebut
kelompok obat yang digunakan untuk terapi skizofrenia, tetapi juga efektik untuk
keadaan psikosis atau agitatif yang disebabkan karena hal lain. Obat-obat antipsikotik
dahulu sering disebut dengan neuroleptik karena memiliki beberapa efek samping
yang memberi gambaran seperti gangguan neurologis yang disebut pseudoneurologis,
atau dikenal juga istilah major transquilizer karena adanya efek sedasi atau
mengantuk yang berat. 2
Antipsikotik telah digunakan di kedokteran barat selama lebih 50 tahun.
Reserpin dan klorpromazin merupakan obat obat pertama yang ditemukan untuk
mengobati skizofrenia. Sampai saat ini terus berkembang bahwa obat antipsikotik
sering menimbulkan gejala saraf berupa gejala ekstrapiramidal. Dengan
dikembangkannya golongan baru yang hampir tidak menimbulkan gejala
ektrapiramidal istilah neuroleptik tidak lagi dapat dianggap sinonim dari istilah
antipsikotik. Selanjutnya ditemukan generasi kedua antipsikotik yaitu haloperidol,
yang penggunaannya cukup luas hingga selama 4 dekade. 2
Pada tahun 1990, ditemukan klozapin yang dikenal sebagai generasi pertama
antipsikotik golongan atipikal. Disebut atipikal karena golongan obat ini sedikit
menyebabkan reaksi ekstrapiramidal (EPS = extrapyramidal symptom) yang umum
terjadi pada obat antipsikotik tipikal yang ditemukan lebih dahulu. Sejak ditemukan
klozapin, pengembangan obat baru golongan atipikal ini terus dilakukan. Hal ini
terlihat dengan ditemukannya obat baru yaitu risperidon, olanzapine, zotepin,
ziprasidon dan lainnya. Kebanyakan antipsikotik golongan tipikal mempunyai
afinitas tinggi dalam menghambat reseptor dopamin 2, hal inilah yang diperkirakan
menyebabkan reaksi ekstrapiramidal yang kuat. Obat golongan atipikal pada
umumnya mempunyai afinitas yang lemah terhadap dopamine , selain itu juga
memiliki afinitas terhadap reseptor dopamine 4, serotonin, histamine, reseptor
muskarinik dan reseptor alfa adrenergic. Golongan antipsikotik atipikal diduga efektif
untuk gejala positif ( seperti bicara kacau, halusinasi, delusi) maupun gejala negatif
(miskin kata kata, afek yang datar, menarik diri dari lingkungan, inisiatif menurun)
pasien skizofrenia. Golongan antipsikotik tipikal umumnya hanya berespon untuk
gejala positif. 2
TINJAUAN PUSTAKA
A. Obat Antipsikotik
Antipsikotik (Juga disebut obat neuroleptik atau major tranquilizers) digunakan terutama
untuk mengatasi gangguan skizofrenia, tetapi obat ini juga efektif untuk keadaan psikotik dan
maniak yang lain. Obat-obat antipsikotik tidak dapat menyembuhkan gangguan-gangguan
psikotik kronik yang timbul, tetapi hanya mengurangi intensitas dari halusinasi dan delusi dan
mendukung pasien-pasien dengan gangguan skizofrenia untuk melakukan kegiatan produktif
di lingkungannya. 3
c. Mekanisme Kerja
1. Antipsikotik Tipikal
2. Antipsikotik Atipikal
D. Indikasi Anti-Psikotik
Secara garis besar, indikasi pemberian obat-obatan antipsikotik diberikan apabila pasien
mengalami suatu kumpulan penyakit-penyakit yang disebut sindrom psikosis. Sindrom
psikosis terbagi menjadi dua bagian, yaitu sindrom psikosis fungsional dan sindrom psikosis
organik. Sindrom psikosis fungsional contohnya terdiri dari skizofrenia, psikosis afektif,
psikosis paranoid, sedangkan psikosis organik contohnya adalah sindroma delirium,
demenisa, intoksikasi alkohol, dll. Untuk mengetahui penyakit sebagai suatu sindrom psikosis
maka ada beberapa ciri yang dapat dijadikan pedoman sebagai ciri dari pasien sindrom
psikosis, yaitu
a. Indikasi Psikiari
Antipsikosis sangat bermanfaat mengatasi keadaan gaduh gelisah (keadaan akut) atau
untuk mencegah kekambuhan (terapi pemeliharaan). Obat antipsikosis tidak
menyembuhkan, bersifat simtomatik. Skizofrenia merupakan indikasi utama. Beberapa
pasien tidak memperoleh hasil yang memuaskan hanya dengan pengobatan satu macam
anti-psikosis sehingga diperlukan kombinasi dengan obat kelompok lain. Indikasi lain
adalah gangguan skizoafektif yang merupakan campuran antara gejala skizofrenia dan
gangguan afektif. Pasien depresi dengan gejala psikosis membutuhkan antipsikosis selain
antidepresi. Pada episode manik gangguan bipolar, antipsikosis juga merupakan terapi
tambahan selain lithium atau asam valproate. Indikasi lainnya adalah Tourettes
syndrome (termasuk gangguan tik) dan untuk mengontrol gangguan perilaku pada pasie
demensia tipe Alzheimer. Selain itu juga sering dikombinasi dengan anti-depresi untuk
mengatasi agitasi pada pasien depresi Risperidon dan aripiprazole juga diindikasikan
sebagai terapi tambahan gangguan autistic pada anak. Olanzapin menunjukkan efikasi
sebagai antidepresi selain sebagai antipsikosis. Antipsikosis tidak diindikasi untuk
keadaan withdrawal syndrome misalnya opioid withdrawal. 7
b. Indikasi Non-Psikiatrik
Kebanyakan antipsikosis lama, kecuali tioridazin memiliki efek anti-emetik. Efek ini
terjadi berdasarkan hambatan reseptor dopamine baik di sentral (di kemoreseptor medulla
oblongata) dan di perifer (reseptor di lambung). Golongan butirofenondroperidol
diindikasikan sebagai anestesi kombinasi dengan opioid fentanyl. CPZ merupakan obat
terpilih untuk menghilangkan cegukan (hiccup). Obat ini hanya diberikan pada cegukan
yang berlangsung berhari-hari. Penyebab cegukan seringkali tidak diteukan, tetapi
nervositas dan kelainan di esophagus atau lambung mungkin merupakan kausanya.
Dalam yang berakhir, terapi kausal harus dilakukan .7
1. Skizofrenia
Obat antipsikotik golongan kedua atau dikenal dengan antipsikotik atipikal telah
banyak digunakan dalam terapi mania akut begitu juga dengan golongan fenotiazin yang
termasuk antipsikotik golongan pertama. Antipsikotik fenotiazin efektif digunakan untuk
pasien-pasien episode manik baik dengan gejala psikotik maupun non-psikotik dan juga
pasien dengan hipomania 6
Olanzapin adalah golongan obat antipsikosis yang dapat digunakan sebagai mood
stabilizer. Kombinasi terapinya bersama dengan lithium sering digunakan dikarenakan
mula kerja yang lama dari lithium sehingga membutuhkan kombinasi dengan obat lain
3. Delirium
4. Sindrom Tourette