Anda di halaman 1dari 15

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA REFARAT

FAKULTAS KEDOKTERAN OKTOBER 2016


UNIV. MUHAMMADIYAH MAKASSAR

INDIKASI PEMBERIAN ANTI-PSIKOTIK

OLEH :
DODY ABDULLAH ATTAMIMI

Pembimbing :
dr. Irma Santy, SpKJ

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2016
LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Dody Abdullah Attamimi

NIM : 10542 047413

Judul : Indikasi Obat anti-psikotik

Telah menyelesaikan tugas Referat dalam rangka kepaniteraan klinik


Bagian Ilmu Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah
Makassar.

Makassar, Mei 2017

Pembimbing Mahasiswa

dr. Irma Santy, Sp.KJ Dody Abdullah Attamimi


BAB I

PENDAHULUAN

Psikiatri adalah salah satu cabang ilmu kedokteran yang menangani gangguan
jiwa serta pengobatannya. Kata psikiatri berasal dari psyche, sebuah kata yunanu
yang berarti jiwa (soul) atau pikiran (mind), dan iatros, kata Yunani yang berarti
penyembuh. Dalam mitologi Yunani psyche merupakan seorang perempuan biasa dan
dijadikan abadi oleh zeus. Psikiatri kadang disebut kedokteran psikologis. 1

Psikiatri juga dikatakan sebagai salah satu cabang ilmu kedokteran, yang
mempelajari manusia secara utuh, tidak hanya masalah fisik, fisiologi atau patologi
yang terjadi saja, tetapi juga melihat hubungan individu dengan lingkungannya.
Terapi yang digunakan terhadap penderita gangguan jiwa berupa elektrik - holistik,
yaitu komprehensif meliputi bidang organo-biologik, psiko-edukatif dan sosio-
kultural, serta selalu mengikuti kaedah-kaedah ilmu kedokteran yang mutakhir.
Dalam setiap kondisi tidak mudah untuk menentukan aspek mana yang harus lebih
diprioritaskan. Istilah biological priority dan psychological supremacy sebenarnya
bukan dimaksudkan untuk menempatkan satu diatas yang lain, tapi
memperlakukannya sebagai proses berkesinambungan yang tidak terpisahkan.
Istilah antipsikotik dan neuroleptik secara bergantian, digunakan untuk menyebut
kelompok obat yang digunakan untuk terapi skizofrenia, tetapi juga efektik untuk
keadaan psikosis atau agitatif yang disebabkan karena hal lain. Obat-obat antipsikotik
dahulu sering disebut dengan neuroleptik karena memiliki beberapa efek samping
yang memberi gambaran seperti gangguan neurologis yang disebut pseudoneurologis,
atau dikenal juga istilah major transquilizer karena adanya efek sedasi atau
mengantuk yang berat. 2
Antipsikotik telah digunakan di kedokteran barat selama lebih 50 tahun.
Reserpin dan klorpromazin merupakan obat obat pertama yang ditemukan untuk
mengobati skizofrenia. Sampai saat ini terus berkembang bahwa obat antipsikotik
sering menimbulkan gejala saraf berupa gejala ekstrapiramidal. Dengan
dikembangkannya golongan baru yang hampir tidak menimbulkan gejala
ektrapiramidal istilah neuroleptik tidak lagi dapat dianggap sinonim dari istilah
antipsikotik. Selanjutnya ditemukan generasi kedua antipsikotik yaitu haloperidol,
yang penggunaannya cukup luas hingga selama 4 dekade. 2

Pada tahun 1990, ditemukan klozapin yang dikenal sebagai generasi pertama
antipsikotik golongan atipikal. Disebut atipikal karena golongan obat ini sedikit
menyebabkan reaksi ekstrapiramidal (EPS = extrapyramidal symptom) yang umum
terjadi pada obat antipsikotik tipikal yang ditemukan lebih dahulu. Sejak ditemukan
klozapin, pengembangan obat baru golongan atipikal ini terus dilakukan. Hal ini
terlihat dengan ditemukannya obat baru yaitu risperidon, olanzapine, zotepin,
ziprasidon dan lainnya. Kebanyakan antipsikotik golongan tipikal mempunyai
afinitas tinggi dalam menghambat reseptor dopamin 2, hal inilah yang diperkirakan
menyebabkan reaksi ekstrapiramidal yang kuat. Obat golongan atipikal pada
umumnya mempunyai afinitas yang lemah terhadap dopamine , selain itu juga
memiliki afinitas terhadap reseptor dopamine 4, serotonin, histamine, reseptor
muskarinik dan reseptor alfa adrenergic. Golongan antipsikotik atipikal diduga efektif
untuk gejala positif ( seperti bicara kacau, halusinasi, delusi) maupun gejala negatif
(miskin kata kata, afek yang datar, menarik diri dari lingkungan, inisiatif menurun)
pasien skizofrenia. Golongan antipsikotik tipikal umumnya hanya berespon untuk
gejala positif. 2

Berbagai agen farmakologis yang digunakan untuk menterapi gangguan


psikiatrik disebut dengan tiga istilah umum yang dapat saling menggantikan yaitu
obat psikotropik, obat psikoaktif, dan obat psikoterapeutik. Masing-masing obat di
diskusikan menurut kategori farmakologisnya, termasuk farmakodinamik dan
farmakokinetik. Indikasi, kontraindikasi,interaksi obat, serta efek samping.2

Pertimbangan farmakodinamik utama mencakup mekanisme reseptor, kurva


respon terhadap dosis, indeks terapeutik, dan timbulnya toleransi, ketergantungan
serta fenomena putus zat . reseptor obat dapat didefenisikan secara umum sebagai
komponen sel tempat obat terikat dan melaluinya obat memulai efek farmakodinamik
pada tubuh. Efek samping sebagian besar obat sering merupakan akibat langsung efek
farmakodinamik primernya. 2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Obat Antipsikotik

Antipsikotik (Juga disebut obat neuroleptik atau major tranquilizers) digunakan terutama
untuk mengatasi gangguan skizofrenia, tetapi obat ini juga efektif untuk keadaan psikotik dan
maniak yang lain. Obat-obat antipsikotik tidak dapat menyembuhkan gangguan-gangguan
psikotik kronik yang timbul, tetapi hanya mengurangi intensitas dari halusinasi dan delusi dan
mendukung pasien-pasien dengan gangguan skizofrenia untuk melakukan kegiatan produktif
di lingkungannya. 3

B. Klasifikasi obat antipsikotik

Berdasarkan rumus kimanya, obat-obat antipsikotik dibagi menjadi golongan fenotiazine


misalnya chlorpromazine, dan golongan non-fenotiazine, contohnya haloperidol. Sedangkan
menurut cara kerjanya terhadap reseptor dopamine dibagi menjadi dopamine receptor
antagonist (DA) dan serotonine dopamine antagonist (SDA). Obat-obat DA sering juga
disebut sebagai antipsikotik tipikal, dan obat-obat SDA disebut sebagai antipsikotik atipikal.
Golongan fenotiazine disebut juga obat-obat berpotensi rendah (low potency), sedangkan
golongan non-fenotiazine disebut obat-obat potensi tinggi (high potency) Karena hanya
memerlukan dosis kecil untuk memperoleh efek yang setara dengan Chlorpromazine 100 mg.
Sejak ditemukan klozapin, pengembangan obat baru golongan atipikal ini terus dilakukan. Hal
ini terlihat dengan ditemukannya obat baru yaitu risperidone, olanzapine, zotepine,
ziprasidone dan lainnya. Kebanyakan antipsikosis golongan tipikal mempunyai afinitas tinggi
dalam menghambat reseptor dopamine 2, hal inilah yang diperlukan menyebabkan reaksi
ekstrapiramidal yang kuat. Obat golongan atipikal pada umumnya mempunyai afinitas yang
lemah terhadap dopamine 2, selain itu juga memiliki afinitas terhadap reseptor dopamine 4,
serotonin, histamin, reseptor muskarinik, dan reseptor alfa-adrenergik. Obat-obat SDA makin
berkembang dan makin menjadi pilihan Karena efek klinis yang diperoleh setara dengan obat-
obat konvensional disertai efek samping yang jauh kebih ringan. Klasifikasi kemudian dibuat
lebih sederhana dengan membaginya menjadi anti-psikotik generasi 1 (APG-1) untuk obat-
obat golongan antagonis dopamine (DA) dan antipsikotik generasi 2 (APG-II) untuk obat-obat
golongan serotonin dopamine antagonis (SDA). 2

Secara umum pembagian obat-obat golongan antipsiktoik terbagi atas dua


golongan besar, yaitu 4 :
a. Obat anti psikotik tipikal
1. Phenothiazine
Rantai aliphatic : CHLORPROMAZINE
LEVOMEPROMAZINE
Rantai piperazine : PERPHENAZINE
TRIFLUOPERAZINE
FLUPHENAZINE
Rantai piperidine : THIORIDAZINE
2. Butyrophenone : HALOPERIDOL
3. diphenyl-butyl-piperidine : PIMOZIDE
b. Obat anti psikotik atipikal
1. Benzamide : SULPIRIDE
2. Dibenzodiazepine CLOZAPINE
OLANZAPINE
QUETIAPINE
3. Benzisoxazole : RISPERIDON

c. Mekanisme Kerja

Semua obat anti-psikosis merupakan obat-obat potensial dalam memblokade reseptor


dopamine dan juga dapat memblokade reseptor kolinergik,adrenergic dan histamin. Hipotesa
orang yang mengalami gangguan psikotik adalah terjadinya kelainan yang berkaitan dengan
aktivitas neurotransmitter dopamine yang meningkat (hiperaktivitas sistem dopamine sentral)4

1. Antipsikotik Tipikal

Antipsikotik tipikal bekerja dengan menyebabkan blockade pasca-sinaptik


reseptor dopamine D2 dalam susunan saraf pusat. Sistem dopaminergic sentral yang
utama ialah sistem mesolimbik, sistem tuberoinfundibular, sistem nigrostriatal, dan
jaras retinal. Kerja antidopaminergic pada sistem mesolimbic merupakan efek yang
dibutuhkan, Karena dianggap sangat berperan untuk aktivitas antipsikotik obat-obat
antipsikotik tipikal. Kerja antidopaminergic pada sistem tuberoinfundibular
menyebabkan efek hormonal yang tidak diharapkan. Dopamin merupakan faktor
penghambat prolactin. Akhirnya antipsikotik tipikal bisa menyebabkan
hiperprolakinemia. Obat ini selanjutnya akan menyebabkan galaktore,
ginekomastia,gangguan menstruasi, penurunan jumlah sperma dan penurunan
libido. Kerja antidopaminergic pada sistem nigrostriatal menyebabkan efek samping
ekstrapiramidal yang meliputi parkinsonisme, dystonia, akatisia, dan tardive
dyskinesia. 1

Efek farmakologik klorpromazin dan antipsikosis lainnya meliputi efek pada


saraf pusat, sistem otonim, dan sistem endokrin. Pada sistem saraf pusat, CPZ
menimbulkan efek sedasi yang disertai sikap acuh tak acuh terhadap rangsang dari
lingkungan. Pada pemakaian lama akan timbul toleransi terhadap efek sedasi. CPZ
pada dosis yang lebih rendah dari dosis untuk antipsikosis dapat mengurangi atau
mencegah muntah yang disebabkan oleh rangsangan pada chemo-receptor trigger
zone. Muntah yang disebabkan oleh kelainan saluran cerna atau vestibuler, kurang
dipengaruhi, tetapi fenotiazin dosis tinggi dapat berguna untuk keadaan tersebut.
Fenotiazine terutama yang potensinya rendah menurunkan ambang bangkitan
sehingga penggunaanya pada pasien epilepsy harus sangat berhati-hati. Derivat
piperazin dapat digunakan secara aman pada pasien epilepsy bila dosis diberikan
bertahap dan Bersama antikonvulsan

2. Antipsikotik Atipikal

Antipsikotik atipikal tidak terlalu menyebabkan gejala ekstrapiramidal yang


disebabkan Karena kerja utamanya bukan hanya memblokade reseptor D2
dopaminergik, meskipun sebagian besar berikatan dengan reseptor tersebut.
Sebaliknya zat tersebut mempunyai kerja lebih besar dibandingkan antipsikotik
tipikal pada reseptor lain dan reseptor serotonergik (5HT). Seperti pada antipsikotik
tipikal, sindrom keganasan neuroleptik juga terjadi akibat pengobatan menggunakan
antipsikotik atipikal. 1

Klozapin merupakan antipsikotik golongan atipikal pertama yang dipasarkan.


Klozapin efektif untuk mengontrol gejala-gejala psikosis dan skizofrenia baik yang
positif maupun yang negative. Efek yang bermanfaat terlihat dalam waktu 2
minggu, diikuti perbaikan secara bertahap pada minggu-minggu berikutnya. Obat
ini berguna untuk pengobatan pasien yang refrakter terhadap obat standar. Selain
itu, Karena risiko efek samping ekstrapiramidal yang sangat rendah, obat ini cocok
untuk pasien yang menunjukkan gejala ekstrapiramidal berat pada pemberian
antipsikosis tipikal. Namun karena klozapin memiliki risiko timbulnya
agranulositosis yang lebih tinggi dibandingkan antipsikosis yang lain, maka
penggunaannya dibatasi hanya pada pasien yang refrakter terhadap pengobatan
standar atau tidak dapat mentoleransi antipsikotik lain. Pasien yang diberi klozapin
perlu dipantau jumlah sel darah putihnya 7

Risperidon yang merupakan derivate dari benzisoksazol mempunyai afinitas


yang tinggi terhadap reseptor 5-HT2, dan aktivitas menengah terhadap reseptor D2,
a1 dan a2 adrenergik dan reseptor histamin. Aktivitas antipsikosis dihubungkan
dengan hambatan terhadap reseptor serotonin dan dopamin7
C. Lama Pemberian Obat

Untuk pasien dengan serangan sindrom psikosis yang multi-episode, terapi


pemeliharaannya (maintenance) diberikan paling sedikit selama 5 tahun. Pemberian
yang cukup lama ini dapat menurunkan derajat kekambuhan 2.5-5 kali. Efek obat
antipsikosis secara relatif berlangsung lama, sampai beberapa hari setelah dosis
terakhir masih mempunyai efek klinis. Sehingga tidak langsung menimbulkan
kekambuhan setelah obat dihentikan, biasanya satu bulan kemudian baru gejala
sindrom psikosis muncul kembali. Hal tersebut disebabkan metabolisme dan ekskresi
obat sangat lambat, metabolit-metabolit masih mempunyai keaktifan anti-psikosis.
(Penggunaan obat psikotropik) Pada umumnya pemberian obat anti-psikosis
sebaiknya dipertahankan selama 3 bulan sampai 1 tahun setelah semua gejala psikosis
mereda sama sekali. Obat antipsikosis tidak menimbulkan gejala lepas obat yang
hebat walaupun diberikan dalam jangka waktu lama, sehingga potensi ketergantungan
obat kecil sekali. Pada penghentian yang mendadak dapat timbul gejala "chlonergic
rebound" yang ditandai dengan gangguan lambung, mual, muntah, diare, pusing,
gemetar dan lain-lain. Keadaan ini akan mereda dengan pemberian "anticholinergic
agent" seperti injeksi sulfas atropin 0.25 mg (im), tablet trihexyphenidyl 3x2mg/h)4

D. Indikasi Anti-Psikotik

Secara garis besar, indikasi pemberian obat-obatan antipsikotik diberikan apabila pasien
mengalami suatu kumpulan penyakit-penyakit yang disebut sindrom psikosis. Sindrom
psikosis terbagi menjadi dua bagian, yaitu sindrom psikosis fungsional dan sindrom psikosis
organik. Sindrom psikosis fungsional contohnya terdiri dari skizofrenia, psikosis afektif,
psikosis paranoid, sedangkan psikosis organik contohnya adalah sindroma delirium,
demenisa, intoksikasi alkohol, dll. Untuk mengetahui penyakit sebagai suatu sindrom psikosis
maka ada beberapa ciri yang dapat dijadikan pedoman sebagai ciri dari pasien sindrom
psikosis, yaitu

Adanya hendaya berat dalam RTA (Reality Testing Ability/kemampuan daya


menilai realitas). Dengan adanya ganguan RTA tersebut, maka akan bermanifestasi
berupa kesadaran diri (awareness) terganggu, daya nilai norma sosial (judgement)
terganggu, dan daya tilikan (insight) terganggu

Hendaya berat dalam fungsi-fungsi mental, yang akan bermanifestasi berupa


adanya Gejala Positif dan Gejala Negatif. Gejala Positif berupa : gangguan
asosiasi pikiran (inkoherensi), isi Pikiran yang tidak wajar (waham), gangguan
persepsi (halusinasi), gangguan perasaan (tidak sesuai dengan situasi), perilaku
yang aneh atau tidak terkendali.Gejala Negatif berupa : gangguan perasaan (afek
tumpul, respon minimal), gangguan hubungan sosial (menarik diri, pasif, apatis),
gannguan proses pikir (lambat, terhambat), isi pikiran yang stereotip dan tidak ada
inisiatif, perilaku yangsangant terbatas dan cenderung menyendiri (abulia)

Hendaya berat dalam fungsi kehidupan sehari-hari, bermanifestasi seperti tidak


mau bekerja, menjalin hubungan social, dan melakukan kegiatan rutin

a. Indikasi Psikiari

Antipsikosis sangat bermanfaat mengatasi keadaan gaduh gelisah (keadaan akut) atau
untuk mencegah kekambuhan (terapi pemeliharaan). Obat antipsikosis tidak
menyembuhkan, bersifat simtomatik. Skizofrenia merupakan indikasi utama. Beberapa
pasien tidak memperoleh hasil yang memuaskan hanya dengan pengobatan satu macam
anti-psikosis sehingga diperlukan kombinasi dengan obat kelompok lain. Indikasi lain
adalah gangguan skizoafektif yang merupakan campuran antara gejala skizofrenia dan
gangguan afektif. Pasien depresi dengan gejala psikosis membutuhkan antipsikosis selain
antidepresi. Pada episode manik gangguan bipolar, antipsikosis juga merupakan terapi
tambahan selain lithium atau asam valproate. Indikasi lainnya adalah Tourettes
syndrome (termasuk gangguan tik) dan untuk mengontrol gangguan perilaku pada pasie
demensia tipe Alzheimer. Selain itu juga sering dikombinasi dengan anti-depresi untuk
mengatasi agitasi pada pasien depresi Risperidon dan aripiprazole juga diindikasikan
sebagai terapi tambahan gangguan autistic pada anak. Olanzapin menunjukkan efikasi
sebagai antidepresi selain sebagai antipsikosis. Antipsikosis tidak diindikasi untuk
keadaan withdrawal syndrome misalnya opioid withdrawal. 7

b. Indikasi Non-Psikiatrik

Kebanyakan antipsikosis lama, kecuali tioridazin memiliki efek anti-emetik. Efek ini
terjadi berdasarkan hambatan reseptor dopamine baik di sentral (di kemoreseptor medulla
oblongata) dan di perifer (reseptor di lambung). Golongan butirofenondroperidol
diindikasikan sebagai anestesi kombinasi dengan opioid fentanyl. CPZ merupakan obat
terpilih untuk menghilangkan cegukan (hiccup). Obat ini hanya diberikan pada cegukan
yang berlangsung berhari-hari. Penyebab cegukan seringkali tidak diteukan, tetapi
nervositas dan kelainan di esophagus atau lambung mungkin merupakan kausanya.
Dalam yang berakhir, terapi kausal harus dilakukan .7

1. Skizofrenia

Cara utama pengobatan skizofrenia adalah dengan penggunaan obat-obat


neuroleptik, disebut juga obat-obat antipsikotik, Gejala-gejala positif umumnya
memberikan respons lebih baik daripada gejala-gejala negatif kronik. Salah satu
neuroleptik yang paling luas digunakan adalah chlorpromazine, misalnya pada lansia,
neuroleptik alternatif yang kemungkinan kecil menyebabkan hipotensi sebaiknya
digunakan seperti haloperidol dan trifluoperazine. Antipsikotik atipikal clozapine dapat
digunakan pada pasien yang tidak memberikan respon terhadap atau tidak dapat
mentoleransi neuroleptik lain. Jika kepatuhan pasien sangat meragukan, misalnya
seseorang yang menderita skizofrenia paranoid dan takut diracuni setiap meminum obat,
maka obat-obatan harus diberikan dalam bentuk sirup. Jika pasien yang dirawat paksa
menolak minum obat, pikirkan pemberian secara intramuskular 1
Obat antipsikotik juga sangat efektif digunakan untuk tatalaksana gejala positif
maupun negatif dari skizofrenia. Mekanisme kerja antipsikosis tipikal adalah
memblokade dopamin pada reseptor pascasinaptik di neuron otak, khususnya di sistem
limbik dan sistem ekstrapiramidal (Dopamine D2 receptor antagonist), sehingga efektif
untuk gejala positif seperti inkoherensi, gangguan isi piker dan gangguan persepsi.
Sedangkan obat antipsikosis atipikal disamping berafinitas terhadap dopamine D2
receptors, juga terhadap serotonin 5 HT2 receptors (serotonine-dopamine antagonist)
sehingga efektif juga untuk gejala negatif seperti gangguan perasaan, respon emosi
minimal, gangguan social dll. 4

2. Gangguan bipolar dan episode manik

Pilihan utama pengobatan adalah obat-obat mood stabilizer dan antipsikotik


(neuroleptik). Antipsikotik generasi pertama (termasuk golongan fenotiazin) maupun
antipsikotik generasi kedua dapat digunakan dalam pengobatan gangguan bipolar.
Antipsikotik gologan pertama yang dikenal juga sebagai antipsikotik tipikal merupakan
obat yang efektif dalam penatalaksanaan pasien-pasien maniak dengan gejala psikotik
maupun tanpa gejala psikotik.6

Obat antipsikotik seperti haloperidol dapat digunakan untuk penatalaksanaan akut


dari mania atau pasien dengan mixed bipolar disorder. Obat ini dapat digunakan sebagai
monoterapi maupun dikombinasi dengan litium atau valproate dalam penatalaksanaan
pada pasien dewasa. Haloperidoil efektif digunakan untuk mengatasi gejala mania pada
gangguan bipolar 6

Obat antipsikotik golongan kedua atau dikenal dengan antipsikotik atipikal telah
banyak digunakan dalam terapi mania akut begitu juga dengan golongan fenotiazin yang
termasuk antipsikotik golongan pertama. Antipsikotik fenotiazin efektif digunakan untuk
pasien-pasien episode manik baik dengan gejala psikotik maupun non-psikotik dan juga
pasien dengan hipomania 6
Olanzapin adalah golongan obat antipsikosis yang dapat digunakan sebagai mood
stabilizer. Kombinasi terapinya bersama dengan lithium sering digunakan dikarenakan
mula kerja yang lama dari lithium sehingga membutuhkan kombinasi dengan obat lain

3. Delirium

Delirium merupakan gangguan yang tergolong kedalam psikiatri organik yang


biasanya disebabkan oleh penyakit-penyakit tertentu misalnya penyakit kelenjar tiroid
(hiper- atau hipotiroidisme), sindrom cushing, penyakit Addison, dll. Pada Delirium
yang berat, gangguan-gangguan persepsi abnormal dapat terjadi contohnya seperti
adanya ilusi sepintas, halusinasi visual, auditorik maupun taktil yang dapat terjadi. Oleh
Karena itu golongan obat antipsikotik merupakan terapi pilihan untuk pasien delirium
dengan gejala psikotik. Salahsatu preparat yang efektif digunakan adalah haloperidol 1, 7

4. Sindrom Tourette

Sindrom Tourette (penyakit Tourette) adalah penyakit neuropsikiatrik yang


membuat seseorang mengeluarkan ucapan atau gerakan yang spontan (tic) tanpa bisa
mengontrolnya. Sindrom ini biasanya bermula pada usia 2-15 tahun dan lebih umum
diderita oleh anak laki-laki disbanding anak perempuan, dan penyebab pasti sindrom
Tourette belum diketahui hingga saat ini. Tidak ada obat yang dapat menyembuhkan
sindrom Tourette. Penanganan terhadap sindrom ini ditujukan untuk mengendalikan
gejala yang mengganggu kehidupan sehari-hari penderita. Antipsikotik digunakan untuk
mengurangi terjadinya tic pada sindrom Tourette yang lebih parah. Pengobatan ini
bertujuan agar pasien dapat melakukan aktivitas harian dengan baik.
5. Penggunaan lain antipsikosis

Antipsikosis dapat digunakan sebagai tranquilizer untuk mengatur tingkah laku


yang agitatif dan disruptif. Antipsikosis seperti CPZ juga merupakan obat terpilih untuk
pengobatan cegukan yang menetap yang berlangsung berhari-hari dan sangat
mengganggu. Antipsikosis juga dapat digunakan untuk pengobatan pruritus Karena sifat-
sifat antihistaminnya. Adapun penggunaan lain obat antipsikotik dapat dijadikan sebagai
terapi tambahan untuk pasien yang mengalami depresi berat dengan gejala psikotik dan
pasien-pasien demensia dengan gangguan persepsi yang berat 5

Anda mungkin juga menyukai