Anda di halaman 1dari 4

Kandidosis intertriginosa

- Lesi di daerah lipatan kulit ketiak, genitocrural, lipat payudara, interdigital, dan umbilicus,
serta lipatan kulit dinding perut berupa bercak yang berbatas tegas, bersisik, basah dan
eritematosa. Lesi tersebut dikelilingi oleh satelit berupa vesikel-vesikel dan pustule-pustul kecil
atau bula yang bila pecah meninggalkan daerah erosive, dengan pinggir yang kasar dan
berkembang seperti lesi primer. (Sri linuwih)

Diaper-rash (Candidal diaper dermatitis)

- Kelainan dipicu oleh adanya kolonisasi ragi di traktus gastrointestinal. Infeksi dapat terjadi
karena oklusi kronik area popok oleh popok yang basah. Lesi berawal dari area perianal meluas
ke perineum dan lipat inguinal berupa eritema cerah (Sri linuwih)

Balanitis/Balanopostitis

- Faktor predisposisi adalah kontak seksual dengan pasangan yang menderita vulvovaginitis,
diabetes mellitus dan kondisi nonsirkumsisi. Lesi berupa erosi, pustula dengan dindingnya yang
tipis, terdapat pada glans penis dan sulkus koronarius glandis (Sri linuwih)

Paronikia candida dan onikomikosis

- Sering diderita oleh orang-orang yang pekerjaannya berhubungan dengan air. Bentuk ini
tersering didapat. Lesi berupa kemerahan, pembengkakan yang tidak bernanah dan nyeri di
daerah paronikia disertai retraksi kutikula ke arah lipat kuku proksimal. Kelainan kuku berupa
onikolisis, terdapat lekukan transversal dan berwarna kecoklatan. (sri linuwih)

Pemeriksaan saraf tepi (Penuntun CSL)

Nervus auricularis magnus

- Mintalah pasien untuk memalingkan wajahnya ke arah berlawanan dari sisi


yang akan diperiksa, sambil memandang ke arah bahu.
- Perhatikanlah apakah nampak atau tidak adanya pembesaran N. Auricularis
magnum.
- Bila pembesaran saraf tidak terlihat, lakukanlah palpasi dengan tetap
mempertahankan posisi seperti tadi, telusurilah dengan perabaan daerah sisi
leher bagian atas pasien, dari arah craniolateral ke caudomedial.
- Rasakanah ada tidaknya penebalan syaraf ini.
Nervus radialis

- Mintalah pasien untuk menekuk lengannya sehingga membentuk sudut 60 0C pada siku.
- Tenangkanlah pasien dan mintalah ia melemaskan otot-ototnya.
- Raba dan telusurilah daerah lateral sepertiga lengan atas kira-kira antara daerah pertemuan m.
Triceps brachii caput longum dan lateral.
- Rasakanlah ada tidaknya pembesaran saraf ini.
- Perhatikanlah mimik pasien untuk meengetahui sensitifitas saraf ini.

Nervus ulnaris

- Peganglah lengan kanan bagian bawah psien dengan tangan kanan anda.
- Posisikanlah siku pasien sedikit ditekuk sehingga lengan pasien rileks.
- Gunakanlah jari telunjuk dan jari tengah tangan kiri anda untuk mencari sambil meraba N. Ulnaris
di dalam sulkus nervi Ulnaris (lekukan antara tonjolan tulang siku dan tonjolan kecil di bagian
medial = epicondylus medialis)
- Rasakanlah apakah ada pembesaran saraf atau tidak.
- Berikanlah sedikit tekanan ringan pada N. Ulnaris sambil menelusurinya ke arah atas dengan halus,
perhatikanlah mimik apakah nampak kesakitan atau tidak.

Nervus medianus

- Mintalah pasien untuk mengepalkan tangan (jangan terlalu erat), sambil sedikit difleksikan.
- Telusurilah daerah antara tendo m. Palmaris longus dan tendo m. Flexor carpi radialis longus
dengan ujung-ujung jari anda.
- Rasakanlah ada tidaknya pembesaran.Sambil meraba perhatikanlah mimik pasien.

Nervus peroneus communis dan tibialis posterior

- Mintalah pasien duduk di tepi tempat tidur dengan kaki rileks berjuntai.
- Duduklah di depan pasien dengan tangan kanan memeriksa kaki kiri pasien dan tangan kiri
memeriksa kaki kanan pasien.
- Letakkanlah jari tengan dan jari telunjuk anda pada bagian luar pertengahan betis pasien.
- Rabalah perlahan-lahan ke arah atas sampai menemukan benjolan tulang,(caput fibula).
- Setelah itu rabalah saraf peroneus kira-kira 1 cm dari benjolan tulang tersebut ke arah belakang
atas.
- Gulirkanlah saraf tersebut dengan tekanan ringan ke kiri dan ke kanan secara bergantian.
- Rasakanlah ada tidaknya pembesaran.
- Sambil meraba perhatikanlah mimik pasien.
- Penderita masih diminta duduk berjuntai dengan santai.
- Rabalah N. Tibialis Posterior di bagian belakang bawah dari mata kaki sebelah dalam.
- Rasakanlah ada tidaknya pembesaran.
- Sambil meraba perhatikanlah mimik pasien.
Tinea pedis (Athletes foot, ringworm of the foot, kutu air)
- Tinea pedis adalah dermatofitosis pada kaki, terutama pada sela-sela jari dan telapak kaki
Tinea pedis yang tersering dilihat adalah bentuk interdigitalis. Di antara jari IV dan V terlihat
fissure yang di lingkari sisik halus dan tipis. Kelainan ini dapat meluas ke bawah jari
(subdigital) dan juga ke sela jari yang lain Oleh karena daerah ini lembab, maka sering
terlihat maserasi. Aspek klinis maserasi berupa kulit putih dan rapuh. Bila bagian kulit yang
mati ini dibersihkan, maka akan terlihat kulit baru, yang pada umumnya juga telah terserang
oleh jamur. Bentuk klinis ini dapat berlangsung bertahun-tahun dengan menimbulkan sedikit
keluhan atau tanpa keluhan samasekali. Pada suatu ketika, kelainan ini dapat disertai infeksi
sekunder oleh bakteri sehingga terjadi selulitis, limfadenitis, dan dapat pula terjadi eriseplas
yang disertai gejala-gejala umum
Bentuk lain ialah moccasin foot. Pada seluruh kaki, dari telapak kaki, tepi sampai punggung
kaki terlihat kulit yang menebal dan bersisik. Eritema biasanya ringan dan terutama terlihat
pada bagian tepi lesi. Bersifat kronik dan sering resisten pada pengobatan. Di bagian tepi lesi
dapat pula dilihat papul dan kadang-kadang vesikel
Pada bentuk subakut telihat vesikel, vesiko-pustul dan kadang-kadang bula. Kelainan ini
dapat dimulai pada daerah sela jari, kemudian meluas ke punggung kaki atau telapak kaki. Isi
vesikel berupa cairan jernih yang kental. Setelah pecah, vesikel tersebut meninggalkan sisik
yang berbentuk lingkaran yang disebut koleret. Infeksi sekunder oleh bakteri dapat terjadi
juga pada bentuk ini. Jamur terdapat pada bagian atap vesikel. Untuk menemukannya,
sebaiknya diambil atap vesikel atau bula untuk diperiksa secara sediaan langsung atau untuk
dibiak.

OBAT ANTIJAMUR

- Antijamur untuk infeksi sistemik : Amfoterisin B, flusitosin, imidazole dan triazol, ekinokandin,
terbinafine (Farmakologi UI)
- Antijamur untuk infeksi dermatofit dan mukokutan : Griseofulvin, imidazole dan triazole, tolnaftate
dan tolsiklat, nystatin., antijamur topikal lainnya (Farmakologi UI)

Amfoterisin B

Mekanisme kerja
- Amfoterisin B menyerang sel yang sedang tumbuh dan sel yang matang. Aktivitas anti-jamur nyata
pada pH 6.0-7.5. Berkurang pada pH yang lebih rendah. Antibiotik ini bersifat fungistatik atau
fungisidal tergatung pada dosis dan sensitivitas jamur yang dipengaruhi. Amfoterisin B berikatan
dengan ergosterol yang terdapat pada membrane sel jamur. Ikatan ini akan menyebabkan membran
sel bocor sehingga terjadi kehilangan beberapa bahan intrasel dan mengakibatkan kerusakan yang
tetap pada sel. Bakteri,virus dan riketsia tidak dipengaruhi oleh antibiotik ini. (Farmakologi UI)
- Amfoterisin B sedikit sekali diserap melalui saluran cerna (Farmakologi UI)

Indikasi
- Amfoterisin B sebagai antibiotika spektrum lebar yang bersifat fungisidal dapat digunakan sebagai
obat pilihan untuk hampir semua infeksi jamur yang mengancam kehidupan. Biasanya diberkan
sebagai terapi awal untuk infeksi jamur yang serius dan selanjutnya diganti dengan salahsatu azole
baru untuk pengobatan lama atau pencegahan kekambuhan. Obat ini digunakan untuk pengobatan
infeksi jamur seperti koksidiodomikosis, parakoksidiodomikosis, aspergilosis, kromoblastomikosis
dan kandidosis. (Farmakologi UI)

Sediaan dan posologi


- Amfoterisin B untuk injeksi tersedia dalam vial berisi 50 mg bubuk liofilik, dilarutkan dengan 10
ml akuades steril untuk kemudian diencerkan dengan larutan dekstrosa 5% dalam air sehingga
didapatkan kadar 0.1 mg/ml larutan. Sediaan ini dikenal dengan amfoterisin B konvensional atau
amfoterisin B deoksikolat. Secara umum dosis 0.3-0.5 mg/kgBB cukup efektif untuk berbagai infeksi
jamur, pemberian dilakukan selama 6 minggu dan bila perlu dapat dilanjutkan sampai 3-4 bulan
(Farmakologi UI)

Anda mungkin juga menyukai