Anda di halaman 1dari 3

GASTROENTRITIS AKUT (GEA)

Definisi
Gastroenteritis adalah adanya inflamasi pada membran mukosa saluran pencernaan
dan ditandai dengan diare dan muntah (Chow et al., 2010).
Gastroenteritis adalah penyakit akut dan menular menyerang pada lambung dan
usus yang di tandai berak-berak encer 5 kali atau lebih. Gastroenteritis adalah buang air
besar encer lebih dari 3 kali perhari dapat atau tanpa lender dan darah (Murwani. 2009).

Etiologi
Faktor penyebab gastroenteritis menurut Parashar dan Glass (2012) adalah:

1. Faktor infeksi
a. Infeksi internal : infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan penyebab
utama gastroenteritis pada anak, meliputi infeksi internal sebagai berikut:
1). Infeksi bakteri : vibrio, ecoly, salmonella shigella, capylabactor, versinia
aoromonas dan sebagainya.
2). Infeksi virus : entero virus ( v.echo, coxsacria, poliomyelitis)
3). Infeksi parasit : cacing ( ascaris, tricuris, oxyuris, srongyloidis, protozoa, jamur).
b. infeksi parenteral : infeksi di luar alat pencernaan, seperti : OMA, tonsilitis,
bronkopneumonia, dan lainnya.
2. faktor malabsorbsi:
a. Malabsorbsi karbohidrat : disakarida (intoleransi laktosa, maltosa, dan sukrosa),
mosiosakarida ( intoleransi glukosa, fruktosa, dan galatosa).
b. Malabsorbsi lemak
c. Malabsorbsi protein
3. Faktor makanan: Makanan basi, beracun dan alergi terhadap makanan.
4. Faktor psikologis: Rasa takut dan cemas (jarang tetapi dapat terjadi pada anak yang lebih
besar).

Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis penyakit gastroenteritis bervariasi. Berdasarkan salah satu hasil
penelitian yang dilakukan pada orang dewasa, mual(93%), muntah(81%) atau diare(89%),
dan nyeri abdomen(76%) adalah gejala yang paling sering dilaporkan oleh kebanyakan
pasien. Tanda-tanda dehidrasi sedang sampai berat, seperti membran mukosa yang kering,
penurunan turgor kulit, atau perubahan status mental, terdapat pada <10% pada hasil
pemeriksaan. Gejala pernapasan yang mencangkup radang tenggorokan, batuk, dan
rinorea, dilaporkan sekitar 10% (Bresee et al, 2012).

Penegakan Diagnosa
Anamnesa
Pasien dengan diare akut infektif datang dengan keluhan khas yaitu mual, muntah,
nyeri abdomen, demam dan tinja yang sering, bisa air, malabsorbtif, atau berdarah
tergantung bakteri yang menyebabkan (Simadibrata K et al., 2009).
Curiga terjadinya gastroenteritis apabila terjadi perubahan tiba-tiba konsistensi tinja
menjadi lebih berair, dan/atau muntah yang terjadi tiba-tiba. Pada anak biasanya diare
berlangsung selama 5-7 hari dan kebanyakan berhenti dalam 2 minggu. Muntah biasanya
berlangsung selama 1-2 hari, dan kebanyakan berhenti dalam 3 hari.
Tanyakan : 1. Kontak terakhir dengan seseorang yang mengalami diare akut
dan/atau muntah 2. Pajanan terhadap sumber infeksi enterik yang diketahui (mungkin dari
makanan atau air yang terkontaminasi) 3. Perjalanan atau bepergian

Pemeriksaan fisik
Kelainan-kelainan yang ditemukan pada pemeriksaan fisik sangat berguna dalam
menentukan keparahan penyakit. Status volume dinilai dengan menilai perubahan pada
tekanan darah dan nadi, temperatur tubuh dan tanda toksisitas. Pemeriksaan abdomen
yang seksama juga merupakan hal yang penting dilakukan (Simadibrata K et al., 2009).

Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan tinja: Pemeriksaan tinja yang dilakukan adalah pemeriksaan makroskopik
dan mikroskopik, biakan kuman, tes resistensi terhadap berbagai antibiotika, pH dan kadar
gula, jika diduga ada intoleransi laktosa.
b. Pemeriksaan darah: Pemeriksaan darah yang dilakukan mencakup pemeriksaan darah
lengkap, pemeriksaan elektrolit, pH dan cadangan alkali, pemeriksaan kadar ureum.

Komplikasi
Dehidrasi
Dehidrasi ialah komplikasi yang paling sering terjadi pada penderita gastroenteritis.
Gangguan keseimbangan asam basa (Metabolik asidosis): Metabolik asidosis terjadi
karena adanya kehilangan Na-bikarbonat bersama tinja, adanya ketosis kelaparan
akibat metabolisme lemak tidak sempurna sehingga terjadi penimbunan keton dalam
tubuh, terjadi penimbunan asam laktat, produk metabolisme yang bersifat asam
meningkat karena tidak dapat dikeluarkan oleh ginjal (terjadi oliguria/anuria), dan
terjadinya pemindahan ion Na dari cairan ekstraseluler ke dalam cairan intraseluler.
Secara klinis asidosis dapat diketahui dengan memperhatikan pernafasan.
Pernafasan bersifat cepat, teratur dan dalam yang disebut pernafasan Kuszmaull
(Noerasid, Suraatmadja dan Asnil, 1988).
Hipoglikemia: Gejala-gejala hipoglikemia berupa lemas, apatis, peka rangsang,
tremor, berkeringat, pucat, syok, kejang sampai koma.
Gangguan sirkulasi: Sebagai akibat diare dengan/tanpa muntah, dapat terjadi
gangguan sirkulasi darah berupa syok hipovolemik. Akibatnya perfusi jaringan
berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis bertambah berat, dapat mengakibatkan
perdarahan dalam otak, kesadaran menurun dan bila tidak segera ditangani
penderita dapat meninggal.

Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang kita lakukan pada pasien dewasa berdasarkan WHO Guideline
(2012), yaitu : 1. Melakukan penilaian awal
2. Tangani dehidrasi
3. Cegah dehidrasi pada pasien yang tidak terdapat gejala dehidrasi menggunakan cairan
rehidrasi oral, menggunakan cairan yang dibuat sendiri atau larutan oralit.
4. Rehidrasi pasien dengan dehidrasi sedang menggunakan larutan oralit, dan pasien
dengan dehidrasi berat dengan terapi cairan intravena yang sesuai
5. Pertahankan hidrasi dengan larutan rehidrasi oral
6. Atasi gejala-gejala lain
7. Lakukan pemeriksaan spesimen tinja untuk analisis
8. Pertimbangkan terapi antimikroba untuk patogen spesifik

Pencegahan
Upaya pencegahan yang dapat dilakukan untuk penyakit gastroenteritis dapat dilakukan
melalui berbagai cara salah satunya adalah dengan pemberian vaksin rotavirus, dimana
rotavirus itu sendiri sangat sering menyebabkan penyakit ini. Selain itu hal lain yang dapat
kita lakukan ialah dengan meningkatkan kebersihan diri dengan menggunakan air bersih
ataupun melaksanakan kebiasaan mencuci tangan dan juga memperhatikan kebersihan
makanan karena makanan merupakan salah satu sumber penularan virus yang
menyebabkan gastroenteritis (WHO, 2012).

Diagnosa Keperawatan
Diare berhubungan dengan infeksi, makanan, psikologis.
Defisit volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan sekunder akibat
diare
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan tidak adekuatnya
absorbsiusus terhadap zat gizi
Nyeri berhubungan dengan kram abdomen sekunder gastro enteritis.
Hipertermia berhubungan dengan penurunan sirkulasi terhadap dehidrasi.
Perubahan integritas kulit berhubungan dengan iritan lingkungan sekunder
terhadapkelembapan

- Daftar Pustaka

- Bresee, J. S., et al., 2012. The Etiology of Severe Acute Gastroenteritis Among
Adults Visiting Emergency Departments in the United States. The Journal of
Infectious Disease. 205 : 1374-1381.

- Chow A, et al. (2010) Molecular characterization of human homologs of yeast


MOB1. 126(9):2079-89

- Murwani, A. 2009. Perawatan Pasien Penyakit Dalam. Yogyakarta : Gosyen


Publishing

- Parashar, U. D., Glass, R. I., 2012. Viral Gastroenteritis. Dalam : Longo, D. L., Fauci,
A. S., Kasper, D. L., Hauser, S. L., Jameson, J. L., Loscalzo, J. (eds). 2012.
Harrisons Principles of Internal Medicinie. 18 ed. USA : The Mc Graw-Hill
Companies,Inc.

- Simadibrata K, M., Daldiyono, 2009. Diare Akut. Dalam : Sudoyono, A. W.,


Setiyohadi, B., Alwi, I., Simadibrata K, M., Setiasi, S. (eds). 2009. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Interna Publishing, Jakarta : 548-556

Anda mungkin juga menyukai