Anda di halaman 1dari 12

Mengenal Lebih Dalam Tentang Audit Operasional dan Audit

Manajemen

Tugas Ini Diselesaikan Untuk Memenuhi Tugas Harian


Mata Kuliah Auditing dan Atestasi

Disusun Oleh :
Syauqi Hidayat
NIM 166020310111004

PROGRAM PASCA SARJANA ILMU AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI & BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
TAHUN 2017

A. Audit Operasional
A.1 Defenisi Audit Operasional

Audit operasional adalah pemeriksaan yang sistemetis terhadap kegiatan, program


organisasi dan seluruh atau sebagian dari aktivitas dengan tujuan menilai dan melaporkan
apakah sumber daya dan dana digunakan secara ekonomis dan efisien dan apakah tujuan
program, kegiatan, aktivitas, yang telah direncanakan dapat dicapai dengan tidak
bertetangan dengan peraturan, ketentuan dan undang-undang yang berlaku (BPKP,1993:2).
Sedangkan menurut Mulyadi (2002:32), Audit Operasional merupakan review secara
sistemetik kegiatan organisasi atau bagian dari padanya dalam hubungannya dengan tujuan
tertentu.

Menurut Guy dkk. (2003:419) audit operasional merupakan penelaahan atas


prosedur dan metode operasi entitas untuk menentukan tingkat efisiensi dan efektivitasnya.
Pada kesimpulan tentang audit operasional, rekomendasi yang umumnya diberikan adalah
memperbaiki prosedur. Audit operasional kadang-kadang disebut audit kinerja, audit
manajemen, atau audit komprehensif.

Dari beberapa pengertian di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa Prosedur
Pelaksanaan Audit Operasional adalah suatu tahapan atau urutan kegiatan yang telah
menjadi pola tetap dalam melaksanakan pemeriksaan dan review yang sistemetis terhadap
kegiatan organisasi atau bagian dari padanya dengan tujuan menilai dan melaporkan
apakah sumber daya dan dana digunakan secara ekonomis, efisien, dan efektif.

A.2 Tujuan dan Mamfaat Audit Operasional

Tujuan utama audit operasional adalah mengevaluasi efektifitas dan efisiensi


organisasi, namun audit operasional juga dapat menjangkau aspek yang ketiga, yaitu
ekonomisasi. Evaluasi ekonomi adalah pemeriksaan atas biaya dan manfaat dari suatu
kebijakan atau prosedur. Dalam konteks audit operasional, evaluasi ekonomi merupakan
pertimbangan jangka panjang tentang apakah manfaat kebijakan atau prosedur lebih besar
daripada biayanya.

Menurut Mulyadi (2002:32) audit operasional biasanya dirancang untuk memenuhi


satu atau lebih tujuan berikut :

Menilai Kinerja. Setiap audit operasional meliputi penilaian kinerja organisasi yang
ditelaah. Penilaian kinerja dilakukan dengan membandingkan kegiatan organisasi
dengan (1) tujuan, seperti kebijakan, standar, dan sasaran organisasi yang ditetapkan
manajemen atau pihak yang menugaskan, serta dengan (2) kriteria penilaian lain yang
sesuai.

2
Mengidentifikasi Peluang Perbaikan. Peningkatan efektivitas, efisiensi, dan ekonomi
merupakan kategori yang luas dari pengklasifikasian sebagian besar perbaikan. Auditor
dapat mengidentifikasi peluang perbaikan tertentu dengan mewawancari individu
(apakah dari dalam atau dari luar organisasi), mengobservasi operasi, menelaah
laporan masa lalu atau masa berjalan, mempelajari transaksi, membandingkan dengan
standar industri, menggunakan pertimbangan profesional berdasarkan pengalaman,
atau menggunakan sarana dan cara lain yang sesuai.
Mengembangkan Rekomendasi untuk Perbaikan atau Tindakan Lebih Lanjut. Sifat dan
luas rekomendasi akan berkembang secara beragam selama pelaksanaan audit
operasional.

Laporan audit operasional dapat dijadikan sebagai informasi pelengkap dari laporan
keuangan perusahaan. Ada beberapa manfaat yang bisa diperoleh jika laporan audit kinerja
ini menjadi wajib disediakan oleh perusahaan. Adapun manfaat yang dapat diperoleh
dengan adanya audit operasional menurut Tunggal (2000:14-15) adalah:

Memberi informasi operasi yang relevan dan tepat waktu untuk pengambilan keputusan.
Membantu manajemen dalam mengevaluasi catatan, laporan-laporan dan
pengendalian.
Memastikan ketaatan terhadap kebijakan manajerial yang ditetapkan, rencana-
rencana, prosedur serta persyaratan peraturan pemerintah.
Mengidentifikasi area masalah potensial pada tahap dini untuk menentukan tindakan
preventif yang akan diambil.
Menilai ekonomisasi dan efisiensi penggunaan sumber daya termasuk memperkecil
pemborosan.
Menilai efektivitas dalam mencapai tujuan dan sasaran perusahaan yang telah
ditetapkan.
Menyediakan tempat pelatihan untuk personil dalam seluruh fase operasi perusahaan.

A.3 Keterbatasan Audit Operasional

Menurut Nugroho Widjayanto (1985:23-24) ada beberapa keterbatasan audit


operasional:

Waktu
Waktu menjadi factor yang sangat membatasi, karena auditor harus memberikan
informasi kepada manajemen secara cepat atau setidaknya tepat waktu untuk
memecahkan masalah yang dihadapi. Sebaiknya audit operasional dilakukan secara
teratur untuk menjamin bahwa permasalahan yang penting tidak menjadi kronis dalam
perusahaan.

3
Keahlian auditor
Kurangnya pengetahuan banyak dikeluhkan para auditor operasional karena tidak
mungkin bagi seorang auditor mengetahui dan menguasai berbagai disiplin bisnis.
Auditor operational hanya lebih ahli dalam bidang audit dari pada dalam bidang bisnis.

Biaya
Biaya juga merupakan salah satu factor pembatas, karena itu tentu saja biaya audit
harus lebih kecil dari jumlah yang dapat dihemat. Oleh karena itu, auditor harus
mengabaikan masalah kecil yang mungkin dapat memakan biaya jika diselidiki lebih
lanjut.

A.4 Tahap-tahap Audit Operasional

Ada lima tahapan penting yang harus di di lalu dalam melakukan audit operasaional,
tahap-thap itu akan dijelaskan sebagai berikut :

Memilih auditee
Pemilihan auditee dimulai dengan studi atau survey pendahuluan terhadap calon-calon
auditee dalam entitas untuk mengidentifikasi aktivitas yang mempunyai potensi audit
tertinggi dilihat dari segi perbaikan efektivitas, efisiensi, dan kehematan operasi. Titik
awal dari studi pendahuluan ini adalah memperoleh pemahaman yang komprehensif
mengenai struktur organisasional entitas serta karakteristik operasinya. Selain itu,
auditor juga harus memahami industri tempat entitas beroperasi serta sifat dan luas
peraturan pemerintah yang berlaku. Selanjutnya, perhatian difokuskan pada aktivitas,
unit, atau fungsi yang akan diaudit. Pemahaman tentang calon auditee diperoleh
dengan:

Mereview data arsip latar belakang setiap auditee


Meninjau fasilitas auditee untuk memastikan bagaimana auditee mencapai
tujuannya
Mempelajari dokumentasi yang relevan tentang operasi auditee seperti buku
petunjuk kebijakan dan prosedur, bagan arus, standar kinerja dan
pengendalian mutu, serta deskripsi tugas
Mewawancarai manajer aktivitas tersebut mengenai bidang-bidang
permasalahan tertentu (sering kali disebut entry interview)
Menerapkan prosedur analitis untuk mengidentifikasi trend atau hubungan
yang tidak biasa
Melakukan pemeriksaan (atau pengujian) audit mini untuk menegaskan atau
menjernihkan pemahaman auditor tentang masalah yang potensial

4
Pemahaman auditor mengenai setiap auditee harus didokumentasikan melalui
kuesioner yang sudah diisi dengan lengkap, bagan arus, dan catatan naratif.
Berdasarkan pemahaman ini, auditor menyiapkan suatu laporan atau memorandum
studi pendahuluan, yang mengikhtisarkan semua temuan dan mencantumkan
rekomendasi mengenai auditee yang harus diaudit. Laporan ini hanya digunakan oleh
departemen auditing internal dan tidak ditujukan untuk manajemen.

Merencanakan audit
Perencanaan audit yang cermat sangat penting baik bagi efektivitas maupun efisiensi
audit operasional. Perencanaan terutama penting dalam jenis audit ini karena sangat
beragamnya audit operasional. Landasan utama dari perencanaan audit adalah
pengembangan program audit, yang harus dibuat sesuai dengan keadaan auditee yang
ditemui pada tahap studi pendahuluan audit. Perencanaan audit juga mencakup
pemilihan tim audit dan penjadwalan pekerjaan. Tim audit ini harus terdiri dari auditor
yang memiliki kemampuan teknis yang diperlukan untuk memenuhi tujuan audit.

Melaksanakan audit
Selama melaksanakan audit, auditor secara ekstensif mencari fakta-fakta yang
berhubungan dengan masalah yang teridentifikasi dalam auditee selama studi
pendahuluan. Pelaksanaan audit adalah tahap audit yang paling memakan waktu dalam
audit operasional. Tahap ini sering kali disebut sebagai melakukan audi yang mendalam
(in-depth audit). Dalam suatu audit operasional, auditor sangat mengandalkan pada
pengajuan pertanyaan dan pengamatan. Pendekatan yang biasa dilakukan adalah
mengembangkan kuesioner untuk auditee dan menggunakannya sebagai dasar untuk
mewawancarai personil auditee. Dari pengajuan pertanyaan, auditor berharap akan
memperoleh pendapat, komentar, dan usulan tentang pemecahan masalah.
Wawancara yang efektif sangat penting dalam audit operasional. Melalui pengamatan
terhadap personil auditee, auditor akan mendeteksi inefisiensi dan kondisi lainnya yang
ikut menyebabkan masalah ini. Pekerjaan yang dilakukan, temuan, dan rekomendasi
harus didokumentasikan dalam kertas kerja. seperti dalam audit laporan keuangan,
kertas kerja merupakan pendukung utama laporan auditor. Auditor bertanggung jawab
(in-charge) biasanya untuk mereview kertas kerja baik selama maupun pada saat
selesainya pemeriksaan. Review selama audit berguna dalam memantau kemajuan,
sedangkan review pada akhir audit memastikan kualitas pekerjaan secara keseluruhan.

Melaporkan temuan kepada manajemen


Auditing operasional serupa dengan jenis-jenis auditing lainnya karena produk akhir dari
audit ini adalah laporan audit. Akan tetapi, ada banyak situasi unik yang berkaitan

5
dengan pelaporan dalam audit operasional. Misalnya, berlawanan dengan bahasa
standar yang terdapat pada laporan auditor dalam audit atas laporan keuangan, bahasa
laporan dalam audit operasional bervariasi untuk setiap auditee. Laporan itu harus
memuat:

Suatu pernyataan tentang tujuan dan ruang lingkup audit


Uraian umum mengenai pekerjaan yang dilakukan dalam audit
Ikhtisar temuan-temuan
Rekomendasi perbaikan
Komentar auditee

Konsep laporan ini biasanya dibuat oleh auditor penanggung jawab. Konsep tersebut
kemudian dibahas dengan manajer unit yang diaudit. Pembahasan ini memenuhi
beberapa tujuan yang penting: (1) memberi auditor peluang untuk menguji akurasi
temuan serta ketepatan rekomendasi, dan (2) memungkinkan auditor mendapatkan
komentar auditee untuk dimasukkan dalam laporan. Konsep awal ini selanjutnya direvisi
sesuai keperluan, sehingga konsep final dapat disiapkan. Dalam beberapa kasus,
rekomendasi yang diberikan mungkin hanya menyarankan perlunya studi lebih lanjut
atas masalah yang dihadapi. Pencantuman komentar auditee adalah bersifat opsional.
biasanya, komentar itu hanya disertakan apabila auditee tidak menyetujui temuan dan
rekomendasi. Temuan auditor pada dasarnya menghasilkan kritik yang konstruktif. Pada
saat menulis laporan, auditor harus sensitif terhadap reaksi penerima. Jika bahasanya
tidak terlalu menyerang, maka tanggapan penerima laporan kemungkinan besar akan
lebih positif. Biasanya, salinan laporan auditing operasional dikirimkan kepada
manajemen senior dan kepada komite audit. Jika laporannya panjang serta terinci,
maka laporan itu bisa dimulai dengan suatu ikhtisar lengkap (executive summary)
mengenai temuan dan rekomendasi.

Melakukan tindak lanjut


Tahap terakhir atau tahap tindak lanjut (follow-up phase) dalam audit operasional adalah
tahap bagi auditor untuk menindaklanjuti tanggapan auditee terhadap laporan audit.
Idealnya, kebijakan entitas sebaiknya mengharuskan manajer unit yang diaudit untuk
melaporkan secara tertulis selama periode waktu yang ditetapkan. Akan tetapi, tindak
lanjut ini juga harus mencakup penentuan kelayakan tindakan yang diambil oleh auditee
dalam mengimplementasikan rekomendasi. Standar praktik 440 IIA menyatakan bahwa
auditor internal harus menindaklanjuti untuk memastikan bahwa tindakan yang tepat
telah diambil berdasarkan temuan yang dilaporkan. Kegagalan auditor untuk menerima
tanggapan yang tepat harus dikomunikasikan kepada manajemen senior.

6
B. Audit Manajemen
B.1 Defenisi Audit Manajemen

Audit manajemen adalah suatu teknik yang meliputi berbagai bidang yang luas
tentang prosedur, metode penilaian, kelayakan dan pendekatan-pendekatan. Pemeriksaan
manajemen dirancang untuk menganalisis, menilai, meninjau ulang dan menimbang hasil
kerja perusahaan dibandingkan dengan standar yang telah ditentukan atau pedoman yang
ditentukan oleh perusahaan. Tujuan dari pemeriksaan manjemen adalah untuk
mengevaluasi efisiensi dan efektifitas perusahaan (Alexander Hamilton Institute, 1986:1).
Menurut Arens dan Loebbecke (2003:12) Audit manajemen adalah evaluasi terhadap
seluruh prosedur dan metode organisasi perusahaan, dalam tujuan untuk mengevaluasi
tingkat efisiensi dan efektivitas perusahaan.

Sedangkan menurut Menurut Carmichael dan John Wilingham (Auditing Concepts


and Methods : A Guide to Current Auditing Theory and Practise, 1996:625) manajemen audit
adalah suatu penelaahan sistematis terhadap aktivitas suatu organisasi tertentu dalam
hubungannya dengan tujuan-tujuan tertentu dengan maksud untuk menilai kegiatan,
mengidentifikasi berbagai kesempatan untuk perbaikan, mengembangkan rekomendasi bagi
perbaikan atau tindakan lebih lanjut.

B.2 Tujuan Audit Manajemen

Audit manajemen merupakan instrumen bagi manajemen puncak untuk


membantunya dalam pemastian pencapaian visi, misi dan tujuan organisasi secara
keseluruhan. Tujuan dari audit manajemen adalah:

Penilaian atas pengendalian


Berhubungan dengan pengendalian administrasi (administrative control) pada suatu
perusahaan, yang bertujuan untuk menentukan apakah pengendalian yang ada telah
memadai dan terbukti efektif dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan perusahaan.

Penilaian atas pelaksanaan


Auditor mengumpulkan informasi untuk menentukan apakah kegiatan perusahaan telah
berjalan secara efektif dan efisien.
Memberikan bantuan kepada manajemen
Dengan jalan memberikan rekomendasi perbaikan yang diperlukan oleh perusahaan.
Dan sebagai seorang auditor untuk membantu manajemen harus memahami dahulu
prinsip-prinsip manajemen yang diterapkan dan fungsi-fungsi manajemen, yaitu
planning, organizing, staffing, leading, dan controlling.

7
B.3 Ruang Lingkup dan Tujuan Audit

Ruang lingkup audit manajemen meliputi seluruh aspek kegiatan manajemen. Ruang
lingkup ini dapat berupa seluruh kegiatan atau dapat juga hanya mencakup bagian tertentu
dari program/aktivitas yang dilakukan. Periode audit juga bevariasi, bisa untuk jangka waktu
satu minggu, beberapa bulan, satu tahun bahkan untuk beberapa tahun, sesuai dengan
tujuan yang ingin dicapai.

Sedangkan yang menjadi sasaran dalam audit manajemen adalah kegiatan,


aktivitas, program dan bidang-bidang dalam perusahaan yang diketahui atau diidentifikasi
masih memerlukan perbaikan/peningkatan, baik dari segi ekonomisasi, efisiensi, dan
efektivitas. Ada 3 (tiga) elemen pokok dalam tujuan audit:

Kriteria
Kriteria merupakan standar (pedoman,norma) bagi setiap individu/kelompok di dalam
perusahaan dalam melakukan aktivitasnya.

Penyebab
Penyebab merupakan tindakan yang dilakukan oleh setiap individu/kelompok di dalam
perusahaan. Penyebab dapat bersifat positif, program/aktivitas berjalan dengan tingkat
efisiensi dan efektivitas yang lebih tinggi, atau sebaliknya bersifat negative,
program/aktivitas berjalan dengan tingkat efisiensi dan efektivitas yang lebih rendah dari
standar yang telah ditetapkan.

Akibat (effect)
Akibat merupakan perbandingan antara penyebab dengan criteria yang berhubungan
dengan penyebab tersebut. Akibat negatif menunjukkan program/aktivitas berjalan
dengan tingkat pencapaian yang lebih rendah dari kriteria yang ditetapkan. Sedangkan
akibat positif menunjukkan bahwa program/aktivitas telah terslenggara secara baik
dengan tingkat pencapaian yang lebih tinggi dari kriteria yang ditetapkan.

B.4 Ruang Lingkup Audit Manajemen

Sesuai dengan tujuannya, audit manajemen dilaksanakan untuk meningkatkan


ekonomisasi, efisiensi,pengelolaan sumber daya, serta efektivitas pencapaian tujuan
perusahaan. Oleh karena itu, audit manajemen diarahkan untuk menilai secara keseluruhan
pengelolaan operasional objek audit, baik funsi manajerial (perencanaan, penorganisasian,
pengarahan, dan pengendalian) maupun fungsi fungsi bisnis perusahaan secara
keselurahan ditujukan untuk mencapai tujuan perusahaan.

8
Audit Manajemen pada Fungsi Pemasaran
Audit manajemen pada fungsi ini bertujuan untuk menilai bagaimana setiap
program/aktivitas pemasaran yang dilakukan mencapai tujuannya melalui pengelolaan
sumber daya yang ekonomis dan efisien. Beberapa ruang lingkup audit manajemen
pemasaran meliputi :

Lingkup Pemasaran
Strategi Pemasaran
Organisasi Pemasaran
Produktivitas Pemasaran
Fungsi Pemasaran
Audit Manajemen pada Fungsi Produksi dan Operasi
Audit manajemen pada fungsi ini bertujuan untuk melakukan pengujian terhadap
ketaatan perusahaan dalam menerapkan berbagai aturan dan kebijakan yang telah
ditetapkan dalam operasi perusahaan. Di samping itu, audit pada fungsi ini juga
ditujukan untuk menilai ekonomisasi dan efisiensi pengelolaan sumber daya dan
efektivitas pencapaian tujuan perusahaan. Ruang lingkup audit ini meliputi :

Perencanaan produksi
Pengendalian kualitas (quality control)
Produktivitas dan efisiensi
Metode dan standar kerja
Pemeliharaan peralatan
Organisasi manajemen produksi dan operasi
Plant and layout
Audit Manajemen pada Fungsi Sumber Daya Manusia
Audit manajemen pada fungsi ini bertujuan untuk menilai apakah kebutuhan SDM suatu
perusahaan sudah terpenuhi dengan cara hemat, efisien, dan efektif. Ruang lingkup ini
mencakup :

Perencanaan tenaga kerja


Penerimaan karyawan
Seleksi
Orientasi dan penempatan
Pelatihan dan pengembangan
Penilaian kerja
Pengembangan karir
Sistem imbalan dan kompensasi
Perlindungan karyawan
Hubungan karyawan
PHK
Audit Manajemen pada Fungi Sistem Informasi

9
Audit manajemen pada fungsi system informasi menekankan pada penilaian terhadap
keandalan system informasi yang dimiliki perusahaan untuk menghasilkan informasi
yang diperlukan secara akurat dan tepat waktu. Dengan berkembangnya teknologi saat
ini, sebagian besar audit manajemen pada fungsi ini diarahkan untuk audit system
informasi yang berbasis computer (electronic data processing-EDP). Ruang lingkup
audit ini meliputi :

Dukungan satuan pengolah data


Perencanaan pengolahan data
Organisasi pengolahan data
Pengendalian pengolahan data
Audit Manajemen Lingkungan
Tujuan utama audit manajemen pada fungsi ini adalah untuk menilai sejauh mana
perusahaan telah melaksanakan tanggung jawab lingkungannya. Tujuan audit ini
mencakup baik tanggung jawab perusahaan terhadap lingkungan internalnya maupun
tanggung jawab lingkungan eksternal.

Audit Sistem Manajemen Kualitas


Audit system kepastian kualitas bertujuan untuk menilai apakah system kepastian
kualitas yang diterapkan perusahaan telah mampu memandu proses operasi
perusahaan untuk dapat mencapai kualitas produk sesuai dengan standart yang
ditetapkan.

Audit Manajemen Bidang Perpajakan


Audit perpajakan (Tax Preview) dapat membantu wajib pajak dengan melakukan
penilaian terhadap pengelolaan fungsi perpajakan untuk menentukan:

Apakah setiap transaksi mengandung unsur perpajakan telah dikelola dengan


baik. Dapat meminimalkan kewajiban perpajakan perusahaan
(memaksimalkan deductable expense)
Apakah pengelolaan fungsi perpajakan telah dilakukan dengan baik dan tidak
melanggar aturan serta ketentuan perpajakan yang berlaku.
Apakah penyelesaian kewajiban perpajakan perusahaan (pembayaran dan
pelaporan) telah dilakukan dengan tepat waktu.

Pelaksanaan Audit perpajakan dapat membantu perusahaan dalam mengelola


kewajiban perpajakannya dengan efektif dan efisien,sehingga perusahaan dapat

10
meminimalkan kewajiban perpajakannya tanpa melanggar aturan dan ketentuan
perpajakan yang berlaku

Daftar Referensi

Arens, Alvin A., Elder, Randal J. Dan Beasley, Mark S. 2008. Auditingdan Jasa Assurance
Pendekatan Terintegrasi Jilid I. Penerbit Erlangga. Jakarta.

Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan .1993. Pedoman Pementauan


Pelaksanaan Pemeriksaan Operasional. Jakarta: BPKP

Boynton, Raymond N, Johnson and Walter G Kell. 2001. Modern Auditing : 7th Edition. New
York : John Willey and Sons, Inc.

Effendi, Antonius. 2004. Peranan Audit Operasional dalam Menunjang Efektivitas Penjualan.

Hamilton, Alexander. (1986). Management Audit : Maximizing Your Company Efficiency and
Effectiveness. Alexander Hamilton Institute

11
Mulyadi. 2002. Auditing I. Edisi Keenam. Salemba Empat. Jakarta.

http://www.spkn.bpk.go.id

Sawyer, Lawrence B. A. Dittenhofer, Mortimer, James. 2005. Audit Internal Sawyer. Penerbit
Salemba Empat. Jakarta.

Willingham, John. J, Carmichael, Douglas.R, and Schaller, Carol.A. (1996). Auditing


Concepts and Methods: a guide to current theory and practice

12

Anda mungkin juga menyukai