OLEH :
DEFRIZAL SAPUTRA (1303630/2013)
EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Indonesia yang merupakan negara agraris sebagian besar penduduknya yang hidup di
pedesaan bermata pencaharian sebagai petani (sekitar 60 persen, data Sensus Penduduk
tahun 2000). Selama ini kawasan perdesaan dicirikan antara lain oleh rendahnya tingkat
produktivitas tenaga kerja, masih tingginya tingkat kemisikinan, dan rendahnya kualitas
lingkungan permukiman perdesaan. Rendahnya pruduktivitas tenaga kerja di perdesaan
bisa dilihat dari besarnya tenaga kerja yang ditampung sektor pertanian (46,26 persen dari
90,8 juta penduduk yang bekerja), padahal sumbangan sektor pertanian terhadap
perekonomian nasional menurun menjadi 15,9 persen (Susenas, 2003). Sementara itu
tingginya tingkat kemiskinan di perdesaan bisa ditinjau baik dari indikator jumlah dan
persentase penduduk miskin (head count), maupun tingkat kedalaman dan keparahan
kemisikinan.
Pada mumnya petani di perdesaan memiliki keinginan untuk meningkatkan produksi
pertaniannya tetapi karena banyak masalah yang dihadapinya sehingga sulit untuk
mencapai apa yang diinginkannya. Masalah sempitnya lahan usahatani di Indonesia
umumnya melanda kalangan petani yang menjadi penyebab semakin menjalarnya
kemiskinan pada golongan petani kecil.
Masalah tenaga kerja pertanian yang banyak tetapi lahan yang sangat terbatas
membuat pekerja disektor pertanian banyak yang menganggur dan juga dengan kemajuan
teknologi yang memajukan pertanian kepada pertanian modern yang menggunakan
banyak alat-alat modern yang membuat tenaga kerja manusia berkurang dipertanian yang
dimana itu membuat masyarakat yang tidak memiliki lahan pertanian (buruh tani) akan
semakin banyak menganggur dan itu akan membuat kemiskinan jadi tambah tinggi karna
teknologi tadi dan yang memiliki lahan dan alat modern akan mendapat pendapatan yang
meningkat dan juga produksi yang semakin efektif dan efisien, jadi dengan modernisasi
pertanian memilki dampak positif dan negatif dalam bidang pertanian.
Sektor pertanian berperan penting terhadap perekonomian nasional, sumbangannya
terhadap pendapatan devisa negara di luar minyak dan gas bumi serta dalam
perekonomian rakyat tidak bisa di abaikan. Sejalan dengan hal ini, kondisi pertanian yang
mempunyai nilai ekonomi yang tinggi dan memiliki pasar yang luas akan mendapat
prioritas utama dalam pengembangannya. Dengan demikian, penemuan terhadap
kebutuhan pangan, bahan baku industri, peningkatan lapangan kerja, peningkatan
kesempatan berusaha dan peningkatan ekspor komoditi pertanian diharapkan dapat
terjamin dan berkesinambungan.
Pertanian akan menjadi kekuatan besar jika dikelola dapat secara terpadu dalam satu
kesatuan sistem agribisnis. Membangun sistem dan usaha agribisnis yang kokoh berarti
pula membangun pertumbuhan sekaligus pemerataan sehingga terjadi keseimbangan
antar sektor. Ini juga berarti menciptakan meaningful employment yaitu di luar sektor
pertanian, sehingga beban pertanian yang terlalu berat menampung tenaga kerja dapat
teratasi.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana pengaruh modernisasi terhadap tenaga kerja pertanian?
2. Bagaimana pengaruh modernisasi pertanian terhadap masyarakat pertanian?
3. Bagaimana pengaruh modernisasi terhadap kemajuan perekonomian indonesia?
C. TUJUAN
1. Mengertahui dampak modernisasi terhadap tenaga kerja dipertanian
2. Dapat membaca dampak jelas modernisasi
3. Melihat potensi pertanian indonesia
BAB II
KAJIAN TEORI
A. PERTANIAN
C. MODERNISASI PERTANIAN
Modernisasi di bidang pertanian di Indonesia di tandai dengan perubahan yang
mendasar pada pola-pola pertanian, dari cara-cara tradisional menjadi cara-cara yang
lebih maju. Perubahan-perubahan tersebut meliputi beberapa hal, antara lain dalam
pengelolahan tanah, penggunaan bibit unggul, penggunaan pupuk, pengunaan sarana-
sarana produksi pertanian, dan pengaturan waktu panen. Pengenalan terhadap pola yang
baru dilakukan dengan pembenahan terhadap kelembagaan-kelembagaan yang berkaitan
dengan pertanian, seperti, kelompok Tani, KUD, PPL, Bank Perkreditan, P3A, dan
sebagainya. Selanjutnya ditetapkan pola pengembangan dalam bentuk, usaha
ekstensifikasi, intensifikasi dan diversifikasi.Selama beberapa pelita, modenisasi
pertanian telah membawa perubahan-perubahan yang berarti. Hal ini dapat dilihat dari
peningkatan produksi pertanian yang mencapai puncak ketika tercapainya swasembada
pangan.Namun kondisi ini tidak bertahan lama, dan pada akhirnya membawa kembali
bidang pertanian di Indonesia dalam suasana keperhatinan yang ditandai dengan
menurunnya tingkat produksi, sehingga menjadikan Indonesia kembali sebagai
pengimpor beras. Sebagai asumsi dasar, kondisi ini terbentuk melalui berbagai proses
yang tidak dapat di lepaskan. Pertama, dari aspek modernisasi itu sendiri, dan Kedua
berkaitan dengan perubahan-perubahan sosial yang muncul dari modernisasi yang tidak
diantisipasi secara dini.
Pada sebagian besar Negara Sedang Berkembang, teknologi baru di bidang pertanian
dan inovasi-inovasi dalam kegiatan-kegiatan pertanian meruapakan prasyarat bagi upaya-
upaya dalam peningkatan output dan produktivitas. Ada 3 tahap perkembangan
modernisasi pertanian yakni, tahap pertama adalah pertanian tradisonal yang
produktivitasnya rendah. Tahap kedua adalah tahap penganekaragaman produk pertanian
sudah mulai terjadi dimana produk pertanian sudah ada yang dijual ke sektor komersial,
tetapi pemakaian modal dan teknologi masih rendah. Tahap yang ketiga adalah tahap
yang menggambarkan pertanian modern yang produktivitasnya sangat tinggi.
Modernisasi pertanian dari tahap tradisional (subsisten) menuju peranian moderen
membutuhkan banyak upaya lain selain pengaturan kembali struktur ekonomi pertanian
atau penerapan teknologi pertanian yang baru.
1. Persiapan pengadaan alat kerja, tenaga kerja, bibit, pupuk dan hal lain yang
dibutuhkan.
2. Persiapan tanah.
3. Penanaman, penyiangan.
4. Penyemprotan pestisida.
9. Perawatan peralatan.
Beberapa tanaman ditanam dan dipanen tidak dalam waktu bersamaan, hal ini sering
dilakukan lebih dari sekali setahun. Pertanian melibatkan juga peternakan, baik skala
besar, skala kecil, untuk diperdagangkan maupun konsumsi sendiri (Lynn, 2003).
Lynn (2003) juga menjelaskan bahwa selain aktivitas di atas, petani juga memiliki tugas
lain. Tugas tersebut adalah:
1. Merawat rumah
2. Merawat anak dan orang tua.
3. Mencari pinjaman.
4. Berurusan dengan pemerintah.
5. Berpartisipasi pada politik desa dan organisasi sosial.
Kegiatan ini memerlukan penjadwalan yang tepat. Anak mungkin diperlukan untuk
bekerja di sawah, opportunity cost dari pendidikan mereka akan menjadi lebih tinggi saat
puncak musim, contohnya saat panen (Lynn, 2003).
Salah satu masalah yang dihadapi dalam mengembangkan produksi pertanian adalah
pembagian kerja berdasarkan gender. Di banyak negara terutama di Afrika, bisnis
pedesaan didominasi oleh wanita. Wanita dan anak-anak mengemban beban yang paling
berat secara fisik. Contohnya adalah jalan jauh untuk mencari kayu bakar dan air,
menyiapkan tanah, menyiangi, dan memanen. Selain itu wanita sering menggendong
anak. Wanita harus menjual sebagian atau seluruh hasil panen serta mengerjakan
pekerjaan rumah (Lynn, 2003).
Ringkasan dari 12 penelitian mengenai jam kerja harian di daerah pedesaan menunjukkan
bahwa hanya 2 kasus pria bekerja lebih lama, itupun tidak signifikan (8,54 jam per hari
dibandingkan 8,50 jam kerja wanita). Sedangkan 10 penelitian lainnya mengungkapkan
bahwa wanita bekerja lebih lama (9,93 jam per hari dibandingkan 7,13 jam kerja pria)
(Lynn, 2003).
Penyuluhan pemerintah ke desa biasanya hanya mengundang penduduk pria saja,
walaupun sebenarnya wanita yang mengerjakannya. Jarang ada proyek pengembangan
yang berorientasi kepada wanita (Lynn, 2003).
Tahun 2012 turun sebesar 0,31% menjadi 36,42 juta orang. Tahun 2013 kembali turun
lagi menjadi 38,70 juta orang atau turun sebesar 1,05%, kemudian pada tahun 2014
menurun menjadi 35,54 juta atau menurun sebesar 0,77%.
Perkembangan tenaga kerja Subsektor Pertanian berdasarkan jenis kelamin dan Subsektor
pada tahun 2014 menunjukkan bahwa tenaga kerja laki-laki lebih banyak dibandingkan
dengan tenaga kerja perempuan.
Tenaga kerja sektor pertanian berdasarkan umur yang paling tinggi pada kelompok
umur 30th-44th sebanyak 12,63 juta orang dan yang paling sedikit pada kelompok umur
>60 sebanyak 4,98 juta orang. Hal ini memperlihatkan bahwa struktur kelompok umur
masing didominasi oleh tenaga kerja produktif (umur 15th 59 th). Apabila tenaga kerja
tenaga kerja dikelompokan menjadi generasi muda dan generasi tua maka
perbandingannya pada tahun 2012 adalah 18% generasi muda dan 82% generasi tua.
Komposisi tenaga kerja berdasarkan pendidikan pada tahun 2014 adalah sebagai berikut
Tidak/Belum Pernah Sekolah sebanyak 3,79 Juta orang (10,60 %), Tidak/Belum Tamat
SD sebanyak 8,45 juta orang (23,90 %), Pendidikan SD sebanyak 14 15 juta orang (39,57
%), SLTP sebanyak 5 57 juta orang (15,58 %), SLTA sebanyak 3 41 juta orang (9,54%),
dan Perguruan Tinggi sebanyak 0,28 juta orang (0,81 %). Dengan demikian maka tenaga
kerja di sektor pertanian masih didominasi oleh tingkat pendidikan SD ke bawah yaitu
sebanyak 74,07 persen, hal ini merupakan salah satu penyebab rendahnya produktivitas
tenaga kerja pertanian.
B. MODERNISASI PERTANIAN
Usaha pertanian merupakan salah satu sektor yang terus menerus dikembangkan
pemerintah, dengan maksu agar dapat meningkatkan produksi yang tidak hanya
diperuntukkan bagi konsumsi penduduk setempat, namun diusahakan dapat dinikmati
oleh seluruh upaya peningkatan produksi. Maka dalam penggunaan lahan sawah harus
berpengairan teknis dengan melakukan modernisasi dalam sistem pertanian yang akan
mendukung terhadap kualitas hasil panen. Karena kenyataan yang tidak menjadi rahasia
umum lagi bahwa pemilikan lahan pertanian kaum tani adalah sangat sempit, sehingga
apapun yang dihasilkan di atas lahan pertanian itu hampir sulit dipercaya untuk bisa
memenuhi kebutuhan petani. Sebagai salah satu desa yang mayoritas jumlah
penduduknya bermata pencaharian sebagai petani, maka dalam kegiatan di sawah petani
di desa Pagergunung telah melakukan mekanisasi dalam sistem pertanian
Contoh pertanian moderen (spesialisasi) bisa berbeda-beda dalam ukuran dan
fungsinya. Mulai dari jenis pertanian buah-buahan dan sayur-sayuran yang ditanam
secara intensif, sampai kepada pertanian gandum dan jagung yang sangat besar seperti dai
Amerika Utara. Hampir semuanya menggunakan peralatan mekanis yang sangat hemat
tenaga kerja, mulai dari jenis tarktor yang paling besar dan mesin-mesin panen yang
moderen. Keadaan atau gambaran umum dari semua pertanian moderen dalah titik
beratnya pada salah satu jenis tanaman tertentu, menggunakan intensifikasi modal dan
pada umumnya berproduksi dengan teknologi yang hemat tenaga kerja memperhatiak
skala ekonomis (economic of scale) yaitu denga cara meminumkan biaya untuk
mendapatkan keuntungan tertentu. Untuk mencapai semua tujuan, pertanian moderen
praktis tidak berbeda dalam konsep atau operasinya denga perusahan industri yang besar.
Sistem pertanian moderen yang demikian itu sekarang dikenal denga agri-bisnis.
Kita telah mengetahui bahwa dalam hampir bagi semua masayrakat tradisional,
pertanian bukanlah hanya sekedar kegiatan ekonomi saja, tetapi suda merupakan bagian
dari cara hidup mereka. Setiap pemerintah yang berusaha menstranformasi pertanian
tradisional haruslah menyadari bahwa pemahaman akan perubahan-perubahan yang
mempengaruhi seluruh sosial, politik dan kelembagaan masyarakat pedesaan adalah
penting. Tanpa adanya perubahan-perubahan seperti itu, modernisasi pertanian tidak akan
pernah bisa berhasil seperti yang diharapkan.
C. DAMPAK MODERNISASI PERTANIAN TERHADAP TENAGA KERJA
Pengaruh moderinisasi terhadap ketersedian lapangan pekerjaan bagi buruh tani.
Tentunya dengan penerapan modernisasi pertanian secara otomatis tanpa adanya
penanganan yang seius akan menimbulkan masalah baru yaitu berkurngnya lapangan
pekerjaan karena peranan pekerja tergantikan oleh peralatan dan cara yang berbasis
teknologi sehingga dalam pengelolaan lahan dapat mengurangi jumlah pekerja.Hal ini
tentunya menguntungkan bagi pelaku tani dalam skala besar , tetapi tidak untuk petani
kecil yang tidak dapat menjangkau dalam pembiayaan peralatan pertanian yang berbasis
teknologi tersebut.Dengan demikian penerapan suatu teknologi dalam upaya efisiensi dan
intensifikasi pertanian guna mendapatkan kualitas produk yang dihasilkan baik juga harus
dikaji ulang mengenai dampak social yang ditimbulkan.Jangan sampai penggunaan suatu
teknologi akan mematikan mata pencaharian petani kecil yang mengakibatkan
kesenjangan social sehingga rentan terhadap konflik social.Oleh karena itu, dalam
penerapan modernisasi pertanian harus dikaji juga mau kemana para buruh tani yang
peranannya tergantikan oleh suatu teknologi tepat guna, sepertihalnya solusi permaslahan
sebelumnya, maka dalam penerapan modernisasi pertanian perlu adanya perluasan
cakupan produksi yang tadinya hanya menghasilkan bahan mentah saja, dengan adanya
penerapan modernisasi pertanian proses produksi ditingkatkan menjadi produk yang siap
dipasarkan , sehingga dalam proses tersebut terdapat perluasan lapangan pekerjaan yang
nantinya akan diisi oleh para buruh tani yang kehilangan pekerjaan akibat adanya
penerapan teknologi.Dengan kata lain para pengambil kebijakan harus juga
memperhatikan para buruh tani yang pekerjaannya digantikan oleh suatu teknologi
dengan memberikan pekerjaan pengganti yang dihasilkan dari perluasan produksi
pertanian.Sehingga terciptanya hubungan yang sinergis antara pemerintah selaku
pengambil kebijiakan, petani dan para buruh tani dalam upaya menghasilkan produk dan
jasa yang mempunyai daya saing di era perdagangan pasar bebas ini.
B. SARAN
Sebagai saran dari penulis apabila ingin menganalisi tentang modernisasi pertanian
alahkah baiknya dikaji tentang bagaimana kaitannya penerapan modernisasi pertanian
dengan punahnya produk unggulan local suatu daerah. Dan juga pelatihan terhadap
tenaga kerja manusia dalam pertanian agar tidak tertinggal dengan kemajuan zaman dan
menambah pengalaman dan pengetahuan petani itu membuat tenaga kerja manusia tetap
dipakai dalam pertanian tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
https://meelaisme.wordpress.com/2011/10/20/tenaga-kerja-dalam-usaha-tani/
http://riberuphilip.blogspot.co.id/2011/05/tenaga-kerja-dalam-ekonomi-pertanian.html
http://www.slideshare.net/BagusCahyoJayaP/peranan-pertanian-di-dalam-pembangunan-
perekonomian-indonesia-bab-9
http://www.yohanli.com/peranan-pertanian-dalam-pembangunan.html
(http://etd.ugm.ac.id/index.php?
mod=download&sub=DownloadFile&act=view&typ=html&file=185597.pdf&ftyp=poto
ngan&tahun=2014&potongan=S1-2014-185597-chapter1.pdf), diakses 2 Desember 2014.
Maryani, Enok & Waluya, Bagja. 2008. Hand out Mata Kuliah Desa Kota, (Online),
(https://www.academia.edu/8163050/Handout_UPI_Geo_Desa_Kota), diakses 2
Desember 2014.
Case, Karl E dan Ray C. Fair. 2007. Prinsip Prinsip Ekonomi Jilid 2. Jakarta: Penerbit
Erlangga.
LAMPIRAN
Tingkat Tingkat
Angkatan Partisipasi Pengangguran
Bekerja Pengangguran
Tahun Kerja Angkatan Kerja Terbuka -
- TPAK TPT
(Juta Orang) (Juta Orang) (Juta Orang) (%) (%)
1986 67,20 65,38 1,82 66,43 2,70
1987 69,40 67,58 1,82 66,68 2,62
1988 71,56 69,52 2,04 66,89 2,85
1989 72,46 70,43 2,04 66,04 2,81
1990 75,02 73,10 1,91 66,33 2,55
1991 75,90 73,91 1,99 65,92 2,62
1992 78,03 75,89 2,14 66,29 2,74
1993 78,91 76,72 2,20 65,60 2,78
1994 83,32 79,69 3,64 66,75 4,36
1996 87,83 83,55 4,28 66,85 4,87
1997 89,23 85,05 4,18 66,32 4,69
1998 92,34 87,29 5,05 66,91 5,46
1999 94,85 88,82 6,03 67,22 6,36
2000 95,65 89,84 5,81 67,76 6,08
2001 98,81 90,81 8,01 68,60 8,10
2002 100,78 91,65 9,13 67,76 9,06
2003 102,75 92,81 9,94 67,86 9,67
2004 103,97 93,72 10,25 67,54 9,86
2005 Februari 105,80 94,95 10,85 68,02 10,26
November 105,86 93,96 11,90 66,79 11,24
2006 Februari 106,28 95,18 11,10 66,74 10,45
Agustus 106,39 95,46 10,93 66,16 10,28
2007 Februari 108,13 97,58 10,55 66,60 9,75
Agustus 109,94 99,93 10,01 66,99 9,11
2008 Februari 111,48 102,05 9,43 67,33 8,46
Agustus 111,95 102,55 9,39 67,18 8,39
2009 Februari 113,74 104,49 9,26 67,60 8,14
Agustus 113,83 104,87 8,96 67,23 7,87
2010 Februari 116,00 107,41 8,59 67,83 7,41
Agustus 116,53 108,21 8,32 67,72 7,14
2011 Februari 119,40 111,28 8,12 69,96 6,80
Agustus 117,37 109,67 7,70 68,34 6,56
2012 Februari 120,41 112,80 7,61 69,66 6,32
Agustus 118,05 110,81 7,24 67,88 6,14
2013 Februari 121,19 114,02 7,17 69,21 5,92
Agustus 118,19 110,80 7,39 66,90 6,25