Anda di halaman 1dari 8

Dasar Teori

Sifat koligatif terutama bergantung pada jumlah partikel dalam larutan.

Sifat koligatif larutan adalah tekanan osmosis, penurunan tekanan uap, penurunan

titik beku, dan kenaikan titik didih (Martin, 1990).

Terdapat empat sifat yang berhubungan dengan larutan encer, atau kira

kira larutan yang lebih pekat, yang tergantung pada jumlah partikel terlarut yang

ada. Jadi sifat-sifat tersebut ialah penurunan tekanan uap, kenaikan titik didih,

penurunan titik beku, dan tekanan osmotik yang disebut sifat koligatif larutan.

Kegunaan praktis sifat-sifat koligatif banyak dan beragam, juga penelitian sifat-

sifat koligatifmemainkan peranan penting dalam metode penetapan bobot molekul

dan pengembangan teori larutan (Gennaro, 1990).

Beberapa sifat penting larutan bergantung pada banyaknya zat terlarut

dalam larutan dan tidak bergantung pada jenis partikel zat terlarut. Sifat-sifat ini

disebut sifat koligatif sebab sifat-sifat tersebut memiliki sumber yang sama,

dengan kata lain, semua sifat tersebut bergantung pada banyaknya partikel zat

yang ada. Sifat koligatif larutan ialah penurunan titik uap, kenaikan titik didih,

penurunan titik beku, dan tekanan osmotik (Chang, 2004).

Tekanan osmotik adalah tekanan yang dibutuhkan untuk mempertahankan

kesetimbangan osmotik antara suatu larutan dan pelarut murninya yang

dipisahkan oleh suatu membran yang dapat ditembus hanya oleh pelarut tersebut.

Dengan kata lain, tekanan osmotik adalah tekanan yang diperlukan untuk

menghentikan osmosis, yaitu gerakan molekul pelarut melewati membran

semipermeabel ke larutan yang lebih pekat (Chang, 2004).


Hukum Rovalt merupakan dasar bagi empat sifat larutan encer yang

disebut sifat koligatif (dan bahasa latin colligare mengumpul bersama) sebab

sifat-sifat itu bergantung pada efek kolektif jumlah partikel zat terlarut, bukan

pada sifat partikel yang terlibat, keempat sifat itu ialah: penurunan tekanan uap

larutan relatif terhadap tekanan uap murni, peningkatan titik didih, penurunan titik

beku dan gejala tekanan osmostik (Gibson, 2004).

Sifat koligatif larutan dibedakan antara dua bagian, yaitu sifat koligatif

nonelektrolit dan elektrolit. Bila konsetrasi zat terlarut sama, sifat koligatif larutan

elektrolit mempunyai harga lebih besar dari pada sifat koligatif nonelektrolit.

Perbandingan antara harga sifat koligatif larutan yang diharapkan suatu larutan

nonelektrolit pada konsentrasi yang sama disebut faktor Vann Hoff dan dinyatakan

dengan lambang harga i (William, 2003).

Ada dua teori yang menjelaskan peristiwa osmosis yaitu (Yazid, 2006):

1. Teori Tekanan Uap

Menurut teori ini larutan encer memiliki tekanan uap lebih besar

daripada larutan yang lebih pekat. Bila kedua macam larutan ini

dipisahkan dengan selaput semipermiabel akan terjadi perpindahan secara

bertahap molekul-molekul pelarut dari larutan yang akan memiliki tekanan

uap besar (encer) kelarutan yang tekanan uapnya rendah (pekat).

Perpindahan ini akan berhenti setelah tercapai kesetimbangan, yaitu bila

tekanan uap kedua larutan telah sama.

2. Teori Kinetika Molekul


Teori ini menjelaskan bahwa setiap molekul suatu larutan maupun

gas, diatas suhu absolut 00C selalu dalam keadaan bergerak. Energi gas

molekul kimia tersebut dinyatakan sebagai potensial kimia. Didalam

sistem larutan, molekul air bergerak oleh adanya potensial kimia air

(potensial air) dan semua zat terlarut bergerak oleh adanya potensial kimia

zat terlarut. Pada larutan yang sangat encer, energi gerak atau potensial

airnya dianggap paling besar sedangkan larutan yang pekat potensial

airnya rendah. Hal ini disebabkan dalam larutan pekat molekul air banyak

berikatan dengan zat terlarut sehingga sedikit yang dapat bergerak. Dengan

demikian osmosis pada dasarnya merupakan difusi dari daerah yang

memiliki potensial air lebih tinggi ke daerah yang potensial airnya rendah

melalui selaput semipermiabel. Difusi ini akan berhenti setelah tercapai

keadaan setimbang dimana potensial air kedua larutan telah sama.

Bukan hanya melalui teori peristiwa osmosis dapat terjadi, tetapi juga

osmosis dapat terjadi atau berlangsung dalam aspek biologi seperti (Yazid, 2006) :

1. Osmosis pada sel tumbuhan

Sel-sel tumbuhan selain dibangun oleh dinding sel yang bersifat

permeabel juga dibangun oleh membrane sel dari lemak dan protein.

Membran sel ini tidak sekedar bersifat semipermiabel tetapi selektif

permeabel yaitu, molekul zat tertentu saja yang dapat menembus

sedangkan molekul zat tidak dapat menembuswalaupun berukuran lebih

kecil.
Pada tumbuhan,osmosis terjadi melalui bulu-bulu akar dan sel-sel

akar. Sel-sel bulu akar mempunyai konsentrasi lebih tinggi dibandingkan

larutan yang berada diluar sel (dalam tanah), sehingga air akan masuk ke

sel akar untuk kemudian di edarkan keseluruh bagian jaringan tanaman

sampai sel daun. Osmosis berlangsung dari sel ke sel berikutnya dengan

arah dan besar tekanan yang sesuai konsentrasinya. Larutan berkonsentrasi

tinggi (hipertonik), memiliki tekanan osmotic lebih tinggi. Begitu pula

larutan yang berkonsentrasi rendah (hipotonik) memiliki tekanan osmotic

rendah. Jika dua larutan memilik i tekanan osmotik sama (konsentrasi

sama), maka dinamakan isotonik.

Apabila sel tumbuhan ditempatkan dalam larutan yang hipertonok

terhadap isi sel, maka air akan keluar dari isi sel sehingga plasma akan

menyusut. Jika hal ini berlanggsung terus-menerus plasma akan terlepas

dari dinding sel. Peristiwa ini dinamakan plasmolisis. Bila sel yang telah

mengalami plasmolisa dimasukkan kedalam larutan hipotonik, maka air

akan masuk kembali kedalam sel sehingga menjadi mengembang.

Kecepatan osmosis dipengaruhi oleh beberapa factor seperti perbedaan

konsentrasi, suhu, tekanan, dan permeabilitas membrane.

2. Osmosis Pada Darah

Darah terdiri dari dua komponen pokok, yaitu plasma darah dan

sel-sel darah. Plasma darah termasuk dalam kesatuan ekstraselluer yang

mengandung berbagai zat anorganik dan organik seperti garam, gula, dan
protein. Dalam plasma juga terdapat sel-sel darah merah dan sel-sel darah

putih yang diselubungi membrane semipermeabel.

Salah satu fraksi protein paling besar dalam plasma adalah albumin

serum. Zat ini berperan dalam menjaga tekanan osmotikdarah. Dari hasil

percobaan di peroleh bahwa plasma mempunyai tekanan osmotic 7,65

ATM pada suhu 370C. Plasma biasanya isotonik atau sedikit hipotonik

dengan sel darah sehingga osmosis dapat terjadi.

A. Uraian Bahan
1. Dekstrosa (Farmakope Indonesia Edisi III, 1979 : 300)
Nama Resmi : DEXTROSUM
Nama Lain : Dextrosum, glukosa
RM/BM : C6H12O6/180,16
Pemerian :

Kelarutan :
Hablur tidak berwarna, serbuk hablur atau serbuk
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan granul putih,
: Mudah larut tidak
dalamberbau; rasa manis.
air; sangat mudah larut dalam air

mendidih,
2. NaCl (Farmakope Indonesia Edisi III,sukar
1979larut
: 403)dalam etanol.
Nama Resmi : Dekstrosa 3% sebagai larutan hipotonis dan dekstrosa
NATRII CHLORIDUM
Nama Lain : Natrium klorida
RM/BM : 15% sebagai larutan hipertonis.
NaCl/32,04
Pemerian :

Kelarutan : Hablur bentuk kubus, tidak berwarna atau serbuk


Mudah
hablur putih;
larut dalam
rasa asin.
air; sedikit lebih mudah larut dalam
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Khasiat : air mendidih; larut dalam gliserin; sukar larut dalam
Hemodialisis
Kegunaan : Sebagai larutan isotonis
etanol.
B. Uraian Sampel
1. Kentang (www.plantamor.com)
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua/dikotil)
Sub Kelas : Asteridae
Ordo : Solanales
Family : Solanaceae (suku terung-terungan)
Genus : Solanum
Spesies : Solanum tuberosum L.
C. Prosedur Kerja
1. Menghitung jumlah bahan pengisotonis yang digunakan (Anonim, 2014).
a. Hitunglah banyak dekstrosa yang digunakan agar isotonis dengan cairan

tubuh, jika akan dibuat larutan dekstrosa sebanyak 100 ml? (gunakan

ketiga metode perhitungan)


b. Tentukan tonisitas dari 100 ml larutan glukosa 30%!
c. Buat larutan dibawah ini:
- Larutan NaCl fisiologis
- Larutan dekstrosa isotonis
- Larutan Glukosa 30%
2. Pengamatan terhadap larutan yang isotonis, hipertonis, dan hipotonis

(Anonim, 2014).
a. Bersihkan kentang dari kulitnya. Potong kentang dengan ukuran 2x1 cm

sebanyak 3 potong. Usahakan beratnya sama.


b. Masukkan kentang ke dalam larutan NaCl fisiologis, larutan glukosa 30%

dan aquades. Biarkan selama 30 menit.


c. Keluarkan dari larutan kemudian letakkan diatas tissue, kemudian

timbang, lalu amati.

BAB III
METODE KERJA

A. Alat

Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini adalah gelas kimia 100

ml, pinset, pisau, stopwatch, talenan, dan timbangan analitik.

B. Bahan

Adapun bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah dekstrosa 3%,

dekstrosa 15%, kentang, dan NaCl 0,9%.

C. Cara Kerja

Pengamatan terhadap larutan yang isotonis, hipertonis, dan hipotonis:

1. Disiapkan alat dan bahan.


2. Dibersihkan kentang dari kulitnya, dan dipotong kentang dengan ukuran

2x1 cm sebanyak 3 potong dengan berat yang kira-kira sama.


3. Ditimbang kentang, dan dicatat.
4. Dimasukkan kentang kedalam larutan NaCl 0,9 %, dekstrosa 3 %, dan

dekstrosa 15 %. Dibiarkan selama 30 menit.


5. Dikeluarkan dari larutan, kemudian diletakkan diatas tissue, kemudian di

trimbang dan diamati.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2014. Penuntun Praktikum Farmasi Fisika 1. Universitas Muslim


Indonesia: Makassar.

Chang, Raymond. 2004. Kimia Dasar. Penerbit Erlangga : Jakarta.

Ditjen POM. l979. Farmakope Indonesia, Edisi III.Depkes RI:Jakarta.


Gennaro A, 1990. Remington Pharmaceutical Sciens Edisi 18th. Edition mark
publishing company. USA.

Gibson, M., 2004. Pharmaceutical Preformulation And Formulation. CRC Press.


USA.

http://www.plantamor.com/index.php?plant=1397 (diakses tanggal 11 April 2014,


pukul 23.43 WITA)

Martin, Alfred. 1990. Farmasi Fisika, jilid I Edisi III. UI-Press: Jakarta.

Williams, L.D., 2003, Chemistry Demystified , McGraw Hill, New York

Yazid, Estian. 2006. Kimia Fisika Untuk Paramedis.Penerbit Andi : Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai