Anda di halaman 1dari 9

BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN

Dalam bahasa inggris bayi tabung dikenal dengan sebutan In vitro Fertilisation yang
dirintis oleh PC Steptoe dan RG Edwards pada th 1997. Jika dilihat dari kata bayi dan
tabung, bayi tabung berarti bayi dari hasil pembuahan di tabung. Bayi tabung adalah hasil
konsepsi (dari pertemuan antara sel telur dengan sperma) yang dilakukan dalam seuah
tabung yang dipersiapkan sedemikian rupa di laboratorium. Didalam laboratirium dibuat
sedemikian rupa sehingga menyerupai dengan tempat pembuahannya yang asli yaitu rahim
ibu atau wanita. Dibuat sedemikian rupa sehingga temperature dan situasinya persis sama
dengan aslinya. Prosesnya mula-mula denga alat khusus untuk laparoskopi dilakukan
pengambilan sel telur dari wanita yang baru saja mengalami ovulasi. Kemudian sel telur
yang diambil dibuahi dengan sperma yang sudah dipersiapkan dalam tabung. Setelah
pembuahan asil konseps tersebut dipelihara beberapa saat, sampai paa suatu saat tertentu
akan dicangkokkan kedalam rahim wanita. Selanjutnya diharapkan embrio tersebut akan
tumbuh.

2.1 JENIS JENIS BAYI TABUNG

Apabila ditinjau dari segi sperma, ovum serta tempat embrio ditransplatasikan, maka bayi
tabung dapat dibagi menjadi 8 jenis:

1. Bayi tabung yang menggunakan sperma dan ovum dari pasangan suami istri,
kemudian embrionya ditransplantasikan ke dalam rahim istri
2. Bayi tabung yang menggunakan sperma dan ovum dari pasangan suami istri,
kemudian embrionya ditransplantasikan ke dalam rahim ibu pengganti (surrogate
mother)
3. Bayi tabung yang menggunakan sperma dari suami dan ovumnya berasal dari donor,
lalu embrionya ditransplantasikan kedalam rahim istri
4. Bayi tabung yang menggunakan sperma dari donor, sedangkan ovumnya berasal dari
istri lalu embrionya ditransplantasikan kedalam rahim istri
5. Bayi tabung yang menggunakan sperma dari donor, sedangkan ovumnya berasal dari
istri lalu embrionya ditransplantasikan kedalam rahim surrogate mother
6. Bayi tabung yang menggunakan sperma dari suami, sedangkan ovumnya berasal dari
donor kemudian embrionya ditransplantasikan kedalam rahim surrogate mother
7. Bayi tabung yang menggunakan sperma dan ovum berasal dari donor, lalu embrionya
ditranplantasikan kedalam rahim istri
8. Bayi tabung yang menggunakan sperma dan ovum berasal dari donor, kemudian
embrionya ditransplantasikan kedalam rahim surrogate mother

2.2 PENYEBAB INFERTILITAS BAYI TABUNG

1. Penyebab infertilitas dari jenis bayi tabung yang pertama (sperma dan ovum dari
pasangan suami istri, kemudian embrionya ditransplantasikan ke dalam rahim istri)
adalah: tuanya tersumbat, endometriosis (radang selaput lendir rahim)
2. Penyebab infertilitas dari jenis bayi tabung yang kedua (sperma dan ovum dari
pasangan suami istri, kemudian embrionya ditransplantasikan ke dalam rahim ibu
pengganti (surrogate mother)) adalah: istri sejak lahir tidak mempunyai rahim, istri
pernah melakukan pengangkatan rahim atau istri tidak mau melahirkan walaupun
rahimnya baik, oleh karena ia igin mempertahankan badan yang atletis mengingat ia
seorang wanita karir
3. Penyebab infertilitas dari jenis bayi tabung yang ketiga (sperma dari suami dan
ovumnya berasal dari donor, lalu embrionya ditransplantasikan kedalam rahim istri)
adalah: tidak baik fungsi indung telur atau pernah dilakukan pengangkatan indung
telur
4. Penyebab infertilitas dari jenis bayi tabung yang keempat (sperma dari donor,
sedangkan ovumnya berasal dari istri lalu embrionya ditransplantasikan kedalam
rahim istri) adalah sperma suami sangat kurang (azoospermia)
5. Penyebab infertilitas dari jenis bayi tabung yang ketujuh (sperma dan ovum berasal
dari donor, lalu embrionya ditranplantasikan kedalam rahim istri) adalah bilamana
istri ditimpa oleh beberapa kejadian sehingga ovumnya tidak baik dan sperma suami
sangat kurang

2.3 PENERAPAN TEKNOLOGI BAYI TABUNG DI INDONESIA


Pada tanggal 2 mei 1988 merupakan momentum awal keberhasilan penerapan teknologi
bayi tabung di Indonesia. Karena pada tanggal tersebut telah lahir bayi tabung yang
pertama yang bernama Nugroho Karyanto dari pasangan suami isteri Tn. Markus dan Ny.
Chai Lian. Sperma dan ovum yang digunakan berasal dari pasangan suami isteri kemudian
embrionya ditransplantasikan ke dalam rahim isteri. Dan anak tersebut merupakan hasil
karya dari RSAB Harapan Kita Jakarta. Sehingga RSAB harapan kita Jakarta dan RSU Dr
Cipto Mangunkusuno telah ditunjuk sebagai pusat pelayanan dan penelitian bayi tabung di
Indonesia.
Peunjukkan kedua rumah sakit tersebut didasarkan kepada instruksi Menteri Kesehatan
RI Nomor: 379/MENKES/INST/VII/1990 tentang program pelayanan bayi tabung.

2.4 SYARAT DALAM MENGIKUTI PROGRAM BAYI TABUNG

Mengingat tingkat keberhasilan program bayi tabung di Indonesia masih rendah, maka
pasangan suami isteri yang dapat mengikuti program bayi tabung haruslah memenuhi
beberapa persyaratan tertentu, baik dari segi kesiapan mental/spiritual, medis maupun dari
segi finansial. Walaupun program bayi tabung merupakan hak bagi pasangan suamI isteri
yang mandul (infertile) namun tidak semuanya dapat mengikuti program tersebut.

Pasangan suami isteri yang diperkenankan untuk mengikuti program bayi tabung adalah
pasangan yang kurang subur, disebabkan karena:

a. Istri mengalami kerusakan kedua saluran telur (tuba)


b. Lender leher rahim isteri yang tidak normal
c. Adanya gangguan kekebalan dimana terdapat zat anti terhadap sperma didalam tubuh
d. Tidak hamil juga setelah dilakukan bedah saluran telur
e. Tidak hamil juga setelah dilakukan pengobatan endometriosis
f. Suami dengan mutu sperma yang kurang baik (oligospermia)

Berdasarkan persyaratan tersebut, maka pasangan suami istri yang dapat mengikuti
pembuahan dan pemindahan embrio adalah pasangan suami istri yang memenuhi syarat-
syarat berikut:

a. Telah dilakukan pengelolaan infertilitas (kekurangsuburan) secara lengkap


b. Terdapat alasan yang sangat jelas
c. Sehat jiwa dan raga pasangan suami istri
d. Mampu membiayai prosedur ini dan kalau berhasil mampu membiayai persalinanya
dan membesaran bayinya
e. Mengerti secara umum seluk beluk prosedur fertilisasi in vitro dan pemindahan embrio
f. Mampu memberikan izin kepada dokter yang akan melakukan prosedur

2.5 PROSEDUR BAYI TABUNG


Adapun proses dari teknik bayi tabung, terdiri dari bebrapa tahapan, yaitu:

1. Tahap pertama: pengobatan merangsang indung telur. Pada tahap ini istri akan diberi
obat yang merangsang indung telur sehingga dapat mengeluarkan banyak ovum
2. Tahap kedua: pengambilan sel telur, yang akan dilakukan lewat suntikan lewat vagina
dibawah bimbingan USG
3. Tahap ketiga: pembuahan atau fertilisasi sel telur,setelah berhasil mengeluarkan
beberapa sel telur. Suami akan mengeluarkan sperma dan akan diproses, sehingga sel
sperma suami yang baik saja yang akan dipertemukan dengan sel telur istri dalam
tabung gelas laboratorium. Sel telur istri dan sel sperma suami yang suda dipertemukan
kemudian dibiak dalam lemari pengeram. Pemantauan berikutnya dilakukan 18-20 jam
kemudian.
4. Tahap keempat: pemindahan embrio. Jika terjadi fertilisasi sebuah sel telur dengan
sebuah sperma, maka terciptalah hasil pembuahan yang akan membelah menjadi
beberapa sel yang disebut embrio. Embrio ini akan dipindahkan melalui vagina kedalam
rongga rahim ibunya 2-3 hari kemudian
5. Tahap kelima pengamatan terjadinya kehamilan. Setelah implantasi embrio maka tingga
menunggu apakah akan kehamilan terjadi. Apabila 14 hari setelah pemindahan embrio
tidak terjadi haid mka dilakukan pemeriksaan kencing untuk menentukan adanya
kehamilan. Kehamilan baru bisa dipastikan dengan pemeriksaan USG seminggu
kemudian.
Apabila semua tahapan itu telah dilakukan oleh istri dan terjadi kehamilan, maka
kita hanya menunggu proses kelahirannya, yang memerlukan waktu 9 bulan 10 hari.
Pada awal kehamilan sang istri tidak diperkenankan untuk bekerja berat karena
dikhawatirkan terjadi keguguran.
2.6 PANDANGAN HUKUM DI INDONESIA
Di Indonesia, hukum dan perundangan mengenai teknik reproduksi buatan diatur dalam:
1. UU Kesehatan no. 36 tahun 2009, pasal 127 menyebutkan bahwa upaya kehamilan di
luar cara alamiah hanya dapat dilakukan oleh pasangan suami istri yang sah dengan
ketentuan:
a. Hasil pembuahan sperma dan ovum dari suami istri yang bersangkutan ditanamkan
dalam rahim istri dari mana ovum berasal;
b. dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk
itu;
c. pada fasilitas pelayanan kesehatan tertentu.
d. Keputusan Menteri Kesehatan No. 72/Menkes/Per/II/1999 tentang Penyelenggaraan
Teknologi Reproduksi Buatan, yang berisikan: ketentuan umum, perizinan,
pembinaan, dan pengawasan, Ketentuan Peralihan dan Ketentuan Penutup.

Selanjutnya Keputusan MenKes RI tersebut dibuat Pedoman Pelayanan Bayi Tabung di


Rumah Sakit, oleh Direktorat Rumah Sakit Khusus dan Swasta, DepKes RI, yang
menyatakan bahwa:
a. Pelayanan teknik reprodukasi buatan hanya dapat dilakukan dengan sel sperma dan
sel telur pasangan suami-istri yang bersangkutan.
b. Pelayanan reproduksi buatan merupakan bagian dari pelayanan infertilitas, sehingga
kerangka pelayannya merupakan bagian dari pengelolaan pelayanan infertilitas
secara keseluruhan.
c. Embrio yang dipindahkan ke rahim istri dalam satu waktu tidak lebih dari 3, boleh
dipindahkan 4 embrio dalam keadaan:
- Rumah sakit memiliki 3 tingkat perawatan intensif bayi baru lahir.
- Pasangan suami istri sebelumnya sudah mengalami sekurang-kurangnya dua
kali prosedur teknologi reproduksi yang gagal.
- Istri berumur lebih dari 35 tahun.
d. Dilarang melakukan surogasi dalam bentuk apapun
e. Dilarang melakukan jual beli spermatozoa, ova atau embrio
f. Dilarang menghasilkan embrio manusia semata-mata untuk penelitian, Penelitian
atau sejenisnya terhadap embrio manusia hanya dapat dilakukan apabila tujuannya
telah dirumuskan dengan sangat jelas
g. Dilarang melakukan penelitian dengan atau pada embrio manusia dengan usia lebih
dari 14 hari setelah fertilisasi
h. Sel telur yang telah dibuahi oleh spermatozoa manusia tidak boleh dibiakkan in-vitro
lebih dari 14 hari (tidak termasuk waktu impan beku)
i. Dilarang melakukan penelitian atau eksperimen terhadap atau menggunakan sel ova,
spermatozoa atau embrio tanpa seijin dari siapa sel ova atau spermatozoa itu berasal.
j. Dilarang melakukan fertilisasi trans-spesies, kecuali fertilisasi tran-spesies tersebut
diakui sebagai cara untuk mengatasi atau mendiagnosis infertilitas pada manusia.
Setiap hybrid yang terjadi akibat fretilisasi trans-spesies harus diakhiri
pertumbuhannya pada tahap 2 sel.
Etika Teknologi Reproduksi Buatan belum tercantum secara eksplisit dalam Buku Kode
Etik Kedokteran Indonesia. Tetapi dalam addendum 1, dalam buku tersebut di atas
terdapat penjelasan khusus dari beberapa pasal revisi Kodeki Hasil Mukernas Etik
Kedokteran III, April 2002. Pada Kloning dijelaskan bahwa pada hakekatnya: menolak
kloning pada manusia, karena menurunkan harkat, derajat dan serta martabat manusia
sampai setingkat bakteri, menghimbau ilmuwan khususnya kedokteran, untuk tidak
mempromosikan kloning pada manusia, dan mendorong agar ilmuwan tetap
menggunakan teknologi kloning pada:
- sel atau jaringan dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan misalnya untuk
pembuatan zat antigen monoclonal.
- sel atau jaringan hewan untuk penelitian klonasi organ, ini untuk melihat
kemungkinan klonasi organ pada diri sendiri.
a. Jika benihnya berasal dari Suami Istri

Jika benihnya berasal dari Suami Istri, dilakukan proses fertilisasi-in-vitro transfer
embrio dan diimplantasikan ke dalam rahim Istri maka anak tersebut baik secara
biologis ataupun yuridis mempunyai status sebagai anak sah (keturunan genetik) dari
pasangan tersebut. Akibatnya memiliki hubungan mewaris dan hubungan
keperdataan lainnya.

b. Jika ketika embrio diimplantasikan kedalam rahim ibunya di saat ibunya telah
bercerai dari suaminya maka jika anak itu lahir sebelum 300 hari perceraian
mempunyai status sebagai anak sah dari pasangan tersebut. Namun jika dilahirkan
setelah masa 300 hari, maka anak itu bukan anak sah bekas suami ibunya dan tidak
memiliki hubungan keperdataan apapun dengan bekas suami ibunya. Dasar hukum
ps. 255 KUHPer.

c. Jika embrio diimplantasikan kedalam rahim wanita lain yang bersuami, maka secara
yuridis status anak itu adalah anak sah dari pasangan penghamil, bukan pasangan
yang mempunyai benih. Dasar hukum ps. 42 UU No. 1/1974 dan ps. 250 KUHPer.
Dalam hal ini Suami dari Istri penghamil dapat menyangkal anak tersebut sebagai
anak sah-nya melalui tes golongan darah atau dengan jalan tes DNA. (Biasanya
dilakukan perjanjian antara kedua pasangan tersebut dan perjanjian semacam itu
dinilai sah secara perdata barat, sesuai dengan ps. 1320 dan 1338 KUHPer.)
d. Jika salah satu benihnya berasal dari donor
Jika Suami mandul dan Istrinya subur, maka dapat dilakukan fertilisasi in vitro
transfer embrio dengan persetujuan pasangan tersebut. Sel telur Istri akan dibuahi
dengan Sperma dari donor di dalam tabung petri dan setelah terjadi pembuahan
diimplantasikan ke dalam rahim Istri. Anak yang dilahirkan memiliki status anak sah
dan memiliki hubungan mewaris dan hubungan keperdataan lainnya sepanjang
siSuami tidak menyangkalnya dengan melakukan tes golongan darah atau tes
DNA.Dasar hukum ps. 250 KUHPer.
e. Jika embrio diimplantasikan kedalam rahim wanita lain yang bersuami maka anak
yang dilahirkan merupakan anak sah dari pasangan penghamil tersebut. Dasar hukum
ps. 42 UU No. 1/1974 dan ps. 250 KUHPer.
f. Jika semua benihnya dari donor
Jika sel sperma maupun sel telurnya berasal dari orang yang tidak terikat pada
perkawinan, tapi embrio diimplantasikan ke dalam rahim seorang wanita yang terikat
dalam perkawinan maka anak yang lahir mempunyai status anak sah dari pasangan
Suami Istri tersebut karena dilahirkan oleh seorang perempuan yang terikat dalam
perkawinan yang sah.
g. Jika diimplantasikan kedalam rahim seorang gadis maka anak tersebut memiliki
status sebagai anak luar kawin karena gadis tersebut tidak terikat perkawinan secara
sah dan pada hakekatnya anak tersebut bukan pula anaknya secara biologis kecuali
sel telur berasal darinya. Maka anak tersebut sah secara yuridis dan biologis sebagai
anaknya.
2.7 BAYI TABUNG TINJAUAN ASPEK AGAMA
Untuk mengkaji masalah bayi tabung ini digunakan metode ijtihad yang lazim dipakai
oleh para ahli ijtihad agar ijtihadnya sesuai dengan prinsip-prinsip dan jiwa Al-Quran dan
Sunah yang menjadi pegangan umat Islam. Selain itu, ulama yang akan melaksanakan
pengkajian ijtihad tentang bayi tabung ini memerlukan informasi yang cukup tentang
teknik dan proses terjadinya bayi tabung dari cendekiawan Muslim yang ahli dalam bidang
studi yang bersangkutan dengan masalah ini, misalnya ahli kedokteran dan ahli biologi.

Adapun pandangan islam tentang hukum bayi tabung diantaranya :

1. Islam membenarkan bayi tabung / inseminasi buatan apabila dilakukan antara sel
sperma dan ovum suami istri yang sah dan tidak ditransfer embrionya ke dalam rahim
wanita lain termasuk istrinya sendiri yang lain (bagi suami yang berpoligami), baik
dengan cara mengambil sperma suami kemudian disuntikkan ke dalam vagina atau
uterus istri, maupun dengan cara pembuahan dilakukan diluar rahim, kemudian buahnya
(vertilized ovum) ditanam di dalam rahim istri, asal keadaan kondisi suami istri yang
bersangkutan benar-benar memerlukan cara inseminasi buatan untuk memperoleh anak,
karena dengan cara pembuahan alami suami istri tidak berhasil memperoleh anak.
Hal ini sesuai dengan hukum Fiqih Islam :

Hajat (kebutuhan yang sangat penting itu) diperlukan seperti dalam keadaan terpaksa
(emergency). Padahal keadaan darurat/terpaksa itu membolehkan melakukan hal-hal
terlarang.

Islam mengharamkan kalau inseminasi buatan itu dilakukan dengan bantuan donor
sperma dan atau ovum, maka hukumnya sama dengan zina (prostitusi). Sebagai akibat
hukumnya, anak hasil inseminasi tersebut tidak sah dan nasabnya hanya berhubungan
dengan ibu yang melahirkannya. Oleh karena itu pemerintah harus melarang adanya
bank sperma atau donor spema karena itu melanggar hukum islam.

Al-Quran Surat Al-Isra ayat 70 :



Dan sesungguhnya telah Kami meliakan anak-anak Adam, Kami angkat mereka di
daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan
mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami
ciptakan.

Surat Al-Tin ayat 4 :

Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik baiknya.

Jika inseminasi buatan dengan sel sperma dan ovum dari suami istri yang sah
tetapi embrionya ditransfer ke rahim wanita lain (ibu titipan), diperbolehkan islam
dengan catatan keadaan / kondisi suami istri yang bersangkutan benar-benar
memerlukannya (ada hajat, jadi bukan untuk kelinci percobaan atau main-main). Status
anak hasil inseminasi seperti ini sah menurut Islam.

Anda mungkin juga menyukai