Anda di halaman 1dari 4

REPUBLIKA.CO.

ID | EPAPER REPUBLIKA Semua Kanal

Monday, 15 May 2017 - 19 Sya'ban 1438 | Find us on:

HOME HALAMAN 1 NUSANTARA HUKUM KESRA DIDAKTIKA PRO KONTRA PUBLIK

SEPAKBOLA MORE..

Home >> >> Hunian Berimbang Perintah Undang-Undang

Hunian Berimbang Perintah


Undang-Undang
kemenpera

Thursday, 01 Jan 1970

Rumah adalah kebutuhan dasar yang harus dipenuhi oleh Negara.


Pemerintah sebagai pelaksana dari Negara bertanggungjawab atas
pemenuhan kebutuhan perumahan bagi warganya.

Hal ini dijamin melalui Undang-undang (UU) dalam UU No 1 tahun 2011


pasal 5 ayat 1 yang disebutkan bahwa Negara bertanggungjawab atas
penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman yang
pembinaannya dilaksanakan oleh pemerintah. Pembinaan oleh pemerintah
ini dijelaskan lagi dalam pasal 6 ayat 1 meliputi perencanaan, pengaturan,
pengendalian dan pengawasan. Selain UU no 1 tahun 2011, dasar
pemerintah harus melaksanakan kewajibannya untuk memenuhi
kebutuhan perumahan bagi masyarakat ada di UU no 20 tahun 2011
tentang rumah susun.

Dalam kedua UU ini juga disebutkan bahwa setiap badan hukum maupun
perorangan harus merealisasikan konsep hunian berimbang. Hal ini ada
dalam pasal 34 hingga 37 UU no 1 tahun 2011. Di pasal 37 ketentuan skala
besar, dan kriteria jumlah hunian berimbang diatur dengan Peraturan
Menteri.

Sedangkan di UU no 20 tentang rumah susun, dalam pasal 16 disebutkan


bahwa pelaku pembangunan rumah susun komersial berkewajiban
menyediakan sekurang-kurangnya 20 persen dari total luas lantai rumah
susun komersial yang dibangun untuk rumah susun umum. Dari UU ini
lahirlah Peraturan Menteri Perumahan Rakyat no 10 tahun 2012 dan
Permenpera no 7 tahun 2013. Permenpera ini merupakan amanat UU
untuk lebih menjabarkan lagi tentang konsep hunian berimbang.

Menurut Asisten Deputi Penyediaan Prasarana Kawasan Kementerian


Perumahan Rakyat, Lita Matongan, kewajiban pengembang untuk
menyediakan hunian berimbang bukanlah perintah dari pemerintah.
"Hunian berimbang adalah perintah langsung dari Undang-Undang,"
katanya.

Bahkan di dalam UU dijelaskan secara detail bagaimana kewajiban dari


pengembang untuk menerapkan hunian berimbang ini. Misalnya dalam
UU no 1 tahun 2011 pasal 34 ayat 2 disebutkan pengembang yang
membangun perumahan skala besar harus membangun hunian berimbang
dalam satu hamparan.
Dalam Permenpera no 7 tahun 2013 dijelaskan bahwa skala besar yang
dimaksud dalam UU no 1 tersebut adalah lebih dari 1000 rumah mewah.
Artinya, pengembang yang akan membangun mulai dari 1001 rumah
mewah wajib membangun hunian berimbang dalam 1 hamparan dengan
komposisi perbandingan rumah mewah, rumah menegah dan rumah
sederhana adalah 1:2:3. Namun, jika rumah mewah yang dibangun
sebanyak 15-1000 unit dibolehkan tidak dalam satu hamparan tapi masih
dalam 1 kabupaten/ Kota.

Rusun umum
Sedangkan untuk rumah susun komersial diwajibkan menyediakan 20
persen dari total luas lantai bangunan rumah susun komersial yang
dibangunnya untuk rumah susun umum. Setiap 10 ribu m2 rumah susun
komersial yang dibangun, maka pengembang wajib membangun rusun
umum seluas 2.000 m2.

Rusun yang dibangun ini dibolehkan untuk tidak berada dalam 1


hamparan namun harus dalam 1 kabupaten/ kota. Namun, pemerintah
tidak menjelaskan kewajiban rusun yang dibangun apakah berbentuk
rusunami atau rusunawa."Kalau sudah ada dalam UU harusnya
pengembang sudah tahu tentang hunian berimbang ini dan mentaati serta
melaksanakannya, meskipun belum ada peraturan di gubernur, bupati atau
walikota," tegas Lita.

Namun, pemerintah sudah memaksimalkan sosialisasi terkait hunian


berimbang ini. Bahkan Permenpera yang telah dikeluarkan sudah melalui
uji publik di berbagai kota seperti Jakarta, Surabaya, Yogyakarta,
Pekanbaru, Manado, dan Banjarmasin yang melibatkan berbagai stake
holder. Seperti Real Estate Indonesia (REI), Apersi, Perumnas, Pemerintah
Provinsi, Pemerintah Kab/Kota, Perguruan Tinggi, organisasi profesi, serta
pemerhati dan pengamat perumahan.

Saat ini beberapa kabupaten/ kota sudah membuat Peraturan Daerah


terkait hunian berimbang ini, antara lain Kota Tangerang Selatan dalam
Perda No 3 tahun 2014, Kabupaten Bantul dengan Perda No 05 tahun
2013, Kota Banjarmasin melalui Perda No 6 tahun 2013 dan Kota
Balikpapan dengan Perda No 7 tahun 2011 tentang rumah susun.

Anda mungkin juga menyukai