Anda di halaman 1dari 38

LAMPIRAN E.

1
PERHITUNGAN CURAH HUJAN RATA-RATA

Tabel E.1.1
Data Curah Hujan Bulanan Desa Candirejo
Curah Hujan (mm) Total
Fe Ma Ap
Tahun Jan b r r Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
2005 0 0 0 0 0 47 52 26 20 61 40 48 294
2006 43 54 47 37 49 0 0 0 0 0 60 144 434
2007 29 113 28 42 46 35 7 0 0 61 35 99 495
2008 49 81 40 49 13 0 0 0 0 118 197 21 568
2009 55 74 44 52 52 30 0 0 0 20 70 17 414
2010 118 40 56 10 40 51 36 44 58 82 116 68 719
2011 171 83 96 84 78 0 0 0 0 91 191 88 882
2012 149 179 119 76 88 25 0 0 0 221 84 92 1033
Rata - 76. 43. 45. 23. 11. 81. 72.
rata 8 78 53.8 8 8 5 9 8.8 9.8 8 99.1 1
Curah Hujan Rata - Rata Per
Tahun 604.9
Tahun 2005 2012
Sumber: Dinas Pertanian dan Perkebunan Desa Candirejo

Tabel E.1.2
Curah Hujan Harian Maksimum Per Tahun Di Daerah Penelitian
Tahun 2005 2012
Curah Hujan Curah Hujan Standart
Maksimum, Rata - rata,
NO TAHUN ( Xi ) ( X ) (Xi-X )^2 Deviasi
(mm) (mm) (mm) (S)
1 2005 61.00 139.875 6221.27
2 2006 144.00 139.875 17.02
3 2007 113.00 139.875 722.27
4 2008 197.00 139.875 3263.27
5 2009 74.00 139.875 4339.52 58.84
6 2010 118.00 139.875 478.52
7 2011 191.00 139.875 2613.77
8 2012 221.00 139.875 6581.27
24236.8
Jumlah 1119.00 8

( CH Max tiap tahun )


( )=
n
(61+ 144+113+ 197+74+118 +191+221)

(8)
= 139,875 mm/hari (curah hujan rata-rata/hari)

A. PERHITUNGAN REDUCED MEAN

Nilai reduced mean dapat diterapkan dengan menggunakan rumus sebagai


berikut:

( n 1 m)
Yn ln ln
n 1

Keterangan :

n = jumlah sample

m = urutan sample (m = 1,2,3,)

Contoh perhitungan :

n = 8 ( data curah hujan untuk bulan Januari dari tahun 2005 s/d 2012 )

m=4

8 1 4
Yn ln ln
8 1

Yn = 0,53

B. PERHITUNGAN REDUCED VARIATE

Yt = -ln [-ln (T 1)/T]

dengan :

T = Periode ulang (tahun)

Contoh perhitungan :

T = 5 tahun

T 1
Yt ln ln
T
(5 1)
ln ln 1,5
Yt 5

Yt = 1,5

C. PERHITUNGAN STANDART DEVIATION

Nilai dari Reduced Standart Deviation ditentukan dengan rumus sebagai


berikut :

Y 2
n Yn 6,48
Sn 0,96
n 1 8 1

x x
2
24236,88
S 58,84
n 1 8 1
LAMPIRAN E.2

PERHITUNGAN CURAH HUJAN RENCANA

Berdasarkan perhitungan data curah hujan diatas maka diperoleh :

Reduced mean rata-rata Yn = 0,48


Reduced standart deviation (Sn) = 0,96
Standart deviation (SD) = 58,84

Curah hujan rata-rata ( x ) = 139,88 mm/hari.

1. Perhitungan Reduced Variate (Yt)

Nilai dari Reduced Variate dapat ditentukan dengan rumus sebagai berikut :

T 1
Yt ln ln
T

Keterangan :

T = Periode ulang (tahun).

Maka nilai Reduced Mean adalah :


2 1
Yt 3 ln ln
T = 2 tahun > 2 = 0,37

3 1
Yt 3 ln ln
T = 3 tahun > 3 = 0,90

4 1
Yt 4 ln ln
T = 4 tahun > 4 = 1,25

8 1
Yt 11 ln ln
T = 8 tahun > 8 = 2,01
2. Perhitungan Faktor Reduced Variate (k)

Nilai dari Faktor Reduced Variate dapat ditentukan dengan rumus sebagai
berikut:
Yt Yn
k = Sn

Maka nilai k adalah :

0,37 0,48
k2 = 0,96 = -0,11

0,9 0,48
k3 = 0,96 = 0,44

1,25 0,48
k4 = 0,96 = 0,80

2,01 0,48
K8 = 0,96 = 1,59

3. Perhitungan Curah Hujan Harian Rencana

Untuk mengetahui besarnya curah hujan harian rencana dapat menggunakan


rumus sebagai berikut :

Xt = X + k . SD
Maka nilai curah hujan harian rencana adalah :
Tahun ke 2 > Xt = 139,88 + (-0,11. 58,84) = 133,15 mm

Tahun ke 3 > Xt = 139,88 + (0,44. 58,84) = 165,57 mm

Tahun ke 4 > Xt = 139,88 + (0,80. 58,84) = 186,98 mm

.
.
Tahun ke 8 > Xt = 139,88 + (1,59. 58,84) = 233,47 mm.
4. Perhitungan Resiko Hidrologi
Penentuan periode ulang dan resiko hidrologi dihitung dengan menggunakan
rumus :
TL
1
1
Pr = 1 T

Keterangan :
Pr = Resiko hidrologi (kemungkinan suatu kejadian akan terjadi minimal satu kali
pada periode ulang tertentu)
T = Periode ulang (dalam rancangan ini digunakan periode ulang 5 tahun)
TL = Umur tambang.
Maka nilai Pr adalah :
5
1
1
T=2 tahun Pr = 1 2 = 96,88 %
5
1
1
T=3 tahun Pr = 1 3 = 86,83 %
5
1
1
T=4 tahun Pr = 1 4 = 76,27 %
.
.
.
5
1
1
T=8 tahun Pr = 1 11 = 48,71 %
Tabel E.2.1
Analisis Data Curah Hujan Rencana di Daerah Candirejo
Periode Ulang
(tahun) 2 3 4 5 6 7 8

Nilai Yt 0.37 0.90 1.25 1.50 1.70 1.87 2.01


Nilai Yn rata
rata 0.48 0.48 0.48 0.48 0.48 0.48 0.48
Nilai Sn 0.96 0.96 0.96 0.96 0.96 0.96 0.96
Faktor reduced
variate (k) -0.11 0.44 0.80 1.06 1.27 1.45 1.59
Standar Deviasi
(S) 58.84 58.84 58.84 58.84 58.84 58.84 58.84
Curah Hujan
Harian

Rata - Rata 139.88 139.88 139.88 139.88 139.88 139.88 139.88


Curah Hujan
Harian

Rencana (mm) 133.15 165.57 186.98 202.27 214.51 224.91 233.47


Resiko
hidrologi 96,88 86,83 76,27 67,23 59,81 53,73 48,71
Intensitas
Hujan 46.06 57.28 64.68 69.98 74.21 77.81 80.77
LAMPIRAN E.3
PERHITUNGAN INTENSITAS ( I )

Intensitas hujan adalah tinggi atau kedalaman air hujan per satuan waktu.
Sifat umum hujan adalah makin singkat hujan berlangsung intensitasnya
cenderung makin tinggi dan makin besar periode ulangnya makin tinggi pula
intensitasnya.
Hubungan intensitas, lama hujan, dan frekuensi hujan biasanya dinyatakan
dalam lengkung Intensitas-Durasi-Frekuensi (IDF=Intensity-Duration-Frequency
Curve). Besarnya intensitas hujan 1 jam dihitung dengan cara Partial series, yaitu
data curah hujan dalam satu jam dan mencari nilai ambangnya, kemudian
perhitungan dilanjutkan dengan menggunakan Distribusi Gumbell. Tetapi karena
tidak terdapatnya data curah hujan durasi pendek (1 jam), maka perhitungan
intensitas hujan satu jam dilakukan dengan menggunakan rumus Mononobe
sebagai berikut
Penentuan intensitas hujan rencana dilakukan dengan pengolahan data
dengan pendekatan empiris, menggunakan rumus Mononobe.

R 24 24 2
I= ( )
24 t
3

Keterangan :
I = Intensitas hujan untuk waktu t (mm/jam)
R24 = Curah hujan rencana 24 jam/harian (mm)

Curah hujan harian rencana = 165,57 mm/hari


Dari rumus diatas maka diperoleh :
R 24 24 2/3
I = ( )
24 t
165,57 24
= ( ) 2/3
24 1
= 57,28 mm/ jam
Tabel E.3.1
Keadaan Hujan dan Intensitas Hujan
Intensitas Hujan (mm)
Keadaan Hujan
1 Jam 24 Jam
Hujan sangat ringan <1 <5
Hujan ringan 15 5 20
Hujan normal 5 10 20 50
Hujan lebat 10 20 50 100
Hujan sangat lebat > 20 > 100

Analisis frekuensi langsung dapat dilakukan dengan dua sajian data curah
hujan, yaitu :
1) Seri Tahunan (annual series)
Pengolahan data curah hujan dilakukan dengan mengambil satu curah
hujan tertinggi dalam rentang waktu satu tahun. Kekurangan dalam analisis ini
adalah data curah hujan dibawah curah hujan maksimum pada tahun tertentu
tetapi lebih tinggi dari curah hujan maksimum pada tahun yang lain, tidak
diperhitungkan (digunakan).
2) Seri Sebagian (partial series)
Cara ini dapat menutupi kekurangan cara pertama (seri tahunan), karena
pengolahan data dilakukan dengan mengambil data curah hujan yang melebihi
suatu nilai tertentu dengan mengabaikan waktu kejadian hujan yang bersangkutan.
LAMPIRAN E.4
PENENTUAN NILAI KOEFISIEN LIMPASAN ( C )

Dari tabel diperoleh nilai koefisien limpasan 0,8 karena berada pada daerah
yang kemiringannya >15% , tumbuhan yang jarang.

Tabel E.4.1
Beberapa Harga Koefisien Limpasan
Kemiringa Kegunaan Lahan Koefisie
n n
limpasan
<3% 1. Sawah, rawa-rawa 0,2
2. Hutan, perkebunan 0,3
3. Perumahan dengan kebun 0,4

(3-15%) 1. Hutan, perkebunan 0,4


2. Perumahan 0,5
3. Tumbuhan yang jarang 0,6
4. Tanpa tumbuhan, daerah 0,7
penimbunan

>15% 1. Hutan 0,6


2. Perumahan, kebun 0,7
3. Tumbuhan yang jarang 0,8
4. Tanpa Tumbuhan, daerah tambang 0,9

LAMPIRAN E.5
PERHITUNGAN DEBIT AIR LIMPASAN

Penentuan besarnya air limpasan maksimum ditentukan dengan rumus


sebagai berikut:
Q = 0,278 .C . I .A
Keterangan :
Q = Debit air, m3/dt
C = Koefisien limpasan, 0,8 ( lihat tabel E.4.1 )
I= Intensitas curah hujan, mm/jam
A = Luas penangkap hujan, km2

A. Perhitungan Debit Air Limpasan


A.1. Perhitungan Debit Air Limpasan Pada DTH
Qmaks = 0,278 x C x I x A m3/ detik
C = 0,8
I = 57,28 mm/ jam
Luas DTH ( A )
Tahun 1 = 0,059741km2 ( lihat peta DTH)
Qmaks = 0,278 x 0,8 x 57,28 mm/ jam x 0,059741 km2
= 0,761 m3/detik

Tahun 2 = 0,075513 km2 ( lihat peta DTH)


Qmaks = 0,278 x 0,8 x 57,28 mm/ jam x 0,075513 km2
= 0,962 m3/detik

Tahun 3-5 = 0,076450 km2 ( lihat peta DTH)


Qmaks = 0,278 x 0,8 x 57,28 mm/ jam x 0,076450km2
= 0,974 m3/detik

A.2. Perhitungan Air Tambang


Air tambang = QCH + 25% QRO (DTH)
= 0,761 + 25% (0,761 )
= 0,951 m3/ detik

B. Perhitungan Debit Air Limpasan


B.1. Perhitungan Debit Air Limpasan Pada DTH Dalam Pit
Qmaks = 0,278 x C x I x A m3/ detik
C = 0,8
I = 57,28 mm/ jam
Luas DTH ( A )
Tahun 1 = 0,049541 km2 ( lihat peta DTH)
Qmaks = 0,278 x 0,8 x 57,28 mm/ jam x 0,049541 km2
= 0,788 m3/detik

Tahun 2 = 0,065313 km2 ( lihat peta DTH)


Qmaks = 0,278 x 0,8 x 57,28 mm/ jam x 0,065313 km2
= 1,038 m3/detik

Tahun 3-5 = 0,066250 km2 ( lihat peta DTH)


Qmaks = 0,278 x 0,8 x 57,28 mm/ jam x 0,066250 km2
= 1,053 m3/detik

B.2. Perhitungan Air Tambang


Air tambang = QCH + 25% QRO (DTH)
= 0,788+ 25% (0,761)
= 0,97825 m3/ detik

Air tambang = QCH + 25% QRO (DTH)


= 1,038 + 25% (0,962)
= 1,2785 m3/ detik

Air tambang = QCH + 25% QRO (DTH)


= 1,053 + 25% (0,974)
= 1,2965 m3/ detik

LAMPIRAN E.6
PERHITUNGAN DIMENSI SALURAN TERBUKA

Masalah yang cukup penting dalam merancang sistem penyaliran tambang


adalah penentuan dimensi saluran terbuka. Untuk itu, perhitungan dimensi saluran
dilakukan dengan menggunakan rumus Manning :
1
Q = n x R2/3 x S1/2 x A
Keterangan:
Q = Debit aliran (m/detik)
n = Koefisien kekasaran saluran
A = luas penampang saluran (m2)
R = jari jari hidrolis (m)
S = kemiringan dasar saluran (%)
Bentuk saluran penampang dibuat persegi empat berbentuk trapesium dengan
kemiringan sisi 600, digunakan rumus :

Z = 1/tan (600) = 0,58 b = 2{(Z2 + 1)1/2 Z}.d = 1,152.d


R = d/2 A = (b + Zd).d = 1,732 .d2

Gambar E.7.1
Bentuk saluran
Z = e/d
terbuka

d
b
Tabel E.6.1
Tipikal harga
koefisien kekasaran
Manning, n, yang
sering digunakan
No. Tipe saluran Harga n
Minimum Normal Maksimum
1 Beton
a) Gorong-Gorong lurus dan bebas 0.01
dari kotoran 0.011 0.013
b) Gorong-gorong dengan
lengkungan dan sedikit kotoran 0.011 0.013 0.014
c) Beton dipoles 0.011 0.012 0.014
d) Saluran pembuangan dengan bak
control 0.013 0.015 0.017
2 Tanah, lurus dan seragam
a) Bersih baru 0.016 0.018 0.02
b) Bersih telah melapuk 0.018 0.022 0.025
c) Berkerikil 0.022 0.025 0.03
d) Berumput pendek, sedikit tanaman
pengganggu 0.022 0.027 0.033
3 Saluran alam
a) Bersih lurus 0.025 0.03 0.033
b) Bersih berkelok-kelok 0.033 0.04 0.045
c) Banyak tanaman pengganggu 0.05 0.07 0.08
d) Dataran banjir berumput pendek
tinggi 0.025 0.03 0.035
e) Saluran di belukar 0.035 0.05 0.07
(Sumber : Open Channel Hydraulic oleh Van Te Chow)

A. Perhitungan Dimensi Saluran Terbuka di DTH


A.1 Saluran Terbuka Tahun ke- 1
1. Debit air yang masuk saluran
Q = 0,788 m3/detik
2. Ukuran saluran
n = 0,04 (untuk saluran tanah lurus, bersih, baru)
R= 0,5 d m
S = 0,0025
1
Qmaks = n x R2/3 x S1/2 x A
1
0,788 = 0.04 x (0,5 d)2/3 x (0,0025)1/2 x (1,73 d2)
0,788 = 2,72 d8/3
d8/3 = 0,2798
d = 0,62 m
b =1,152 x 0,62 = 0,71 m
B = b + ( 2 x d x z ) m = 0,71 m + (2 x 0,62 x 0,58 ) = 1,43 m
a = d/sin 60
= 0,62/ 0,866
= 0,72 m
A = 1,73 x d2 = 1,73 x (0,62)2 = 0,66 m2
A.2 Saluran Terbuka Tahun ke- 2
1. Debit air yang masuk saluran
Q = 1,038 m3/detik
2. Ukuran saluran
n = 0,02 (untuk saluran tanah lurus, bersih, baru)
R= 0,5d m
S = 0,0025
1
Qmaks = n x R2/3 x S1/2 x A
1
1,038 = 0.02 x (0,5 d)2/3 x (0,0025)1/2 x (1,73 d2)
1,038 = 2,72 d8/3
d8/3 = 0,38
d = 0,70 m
b =1,152 x 0,70 = 0,81 m
B = b + ( 2 x d x z ) m = 0,81 m + (2 x 0,70 x 0,58 ) = 1,62 m
a = d/sin 60
= 0,70/ 0,866
= 0,81 m
A = 1,73 x d2 = 1,73 x (0,70)2 = 0,85 m2

A.2 Saluran Terbuka Tahun ke- 3-5


1. Debit air yang masuk saluran
Q = 1,053 m3/detik
2. Ukuran saluran
n = 0,02 (untuk saluran tanah lurus, bersih, baru)
R= 0,5d m
S = 0,0025
1
Qmaks = n x R2/3 x S1/2 x A
1
1,053 = 0.02 x (0,5 d)2/3 x (0,0025)1/2 x (1,73 d2)
1,053 = 2,72 d8/3
d8/3 = 0,39
d = 0,70 m
b =1,152 x 0,70 = 0,81 m
B = b + ( 2 x d x z ) m = 0,81 m + (2 x 0,70 x 0,58 ) = 1,62 m
a = d/sin 60
= 0,70/ 0,866
= 0,81 m
A = 1,73 x d2 = 1,73 x (0,70)2 = 0,85 m2

LAMPIRAN E.8
PENENTUAN BENTUK DAN PERHITUNGAN DIMENSI SUMURAN

Sump (kolam penampung) merupakan kolam penampungan air yang


dibuat untuk penampung air limpasan, yang dibuat sementara sebelum air itu
dipompakan. Pengaliran air dari sump dilakukan dengan cara pemompaan atau
dialirkan kembali melalui saluran pelimpah. Tata letak sump akan dipengaruhi
oleh sistem drainase tambang yang disesuaikan dengan geografis daerah tambang
dan kestabilan lereng tambang. Masalah yang cukup penting dalam merancang
sump adalah penentuan dimensi sump. Untuk itu, dimensi sumuran yang dipilih
adalah berbentuk trapesium, dan dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
1. Dimensi Sump
Bentuk dari sumuran (sump) adalah berbentuk trapesium, sehingga untuk
menampung volume total digunakan perhitungan sebagai berikut :
Volume = (luas atas + luas bawah) x kedalaman
Jika :
X2 = luas atas (m2)
Y2 = luas bawah (m2)
Z = kedalaman (m)
Maka :
V = (X2 + Y2) x Z
Untuk sumuran (sump) dengan bentuk trapesium kemiringan dinding
sumuran adalah sebesar 600 dan kedalaman kolam (Z) yang direncanakan adalah 4
meter, adapun perhitungannya adalah sebagai berikut :
W = 4/tan 600
= 2,31
X = 2 (W) + Y
= 2 (2,31) + Y = 4,62 + Y
Diketahui volume trapesium :
V = (X2 + Y2) x Z

= (4,62 Y ) (Y )
2 2
x (4)
= (21,34 + 9,24Y + Y2 + Y2) x (2)
= (42,68 + 18,48 Y + 4 Y2)
Nilai V, telah diketahui berdasarkan perhitungan, sehingga jika
dipindahkan ke ruas kanan nilainya menjadi nol.
V = (42,68 V) + (18,48 Y) + (4Y2)
0 = (4Y2) + (18,48 Y) + (42,68 V)
Untuk mencari nilai Y dari bentuk persamaan kuadrat tersebut dapat
digunakan rumus sebagai barikut :

- B B 2 - 4 AC
Y= 2A

Dimana :
A=4
B = 18,48
C = (42,68 V)
Dengan memasukkan nilai-nilai diatas maka dapat dicari ukuran dimensi
sumuran (sump). Diketahui bahwa nilai V = 1085,96 maka dengan persamaan
diatas didapatkan :
C = (42,68 1612,71)
= - 1.570,03
- B B 2 - 4 AC
Y12 = 2a

- 18,48 (18,48) 2 - 4(4)( - 1.570,03)


= 2 x4
-18,48 159,57
= 8

Y1 = 17,6 m 18 m
Y2 = - 22,25 m
Maka didapatkan harga X sebesar :
X = 4,63 + Y
= 3,46+ 18
= 21,46 m 22 m
Maka untuk menampung volume maksimum sebesar 1085,96 m3, diperlukan
dimensi sumuran (sump) sebagai berikut :
a. Panjang permukaan sumuran = 21 m
b. Lebar permukaan sumuran = 21 m
c. Panjang dasar sumuran = 18 m
d. Lebar dasar sumuran = 18 m
e. Kedalaman =4m
Volume maksimum yang dapat ditampung sumuran (sump) adalah :
= {(luas permukaan sumuran + luas dasar sumuran)} x kedalaman
= {( 21 m x 21 m ) + (18 m x 18 m)} x 4 m
= 1.089 m3.
LAMPIRAN E.9
PERHITUNGAN PANJANG PIPA, HEAD TOTAL DAN JUMLAH
POMPA

A. Perhitungan Head Pompa pada Sump


1. Julang Total Pompa
Julang (Head) pompa adalah energi yang harus disediakan untuk dapat
mengalirkan sejumlah air seperti yang direncanakan. Rumus yang digunakan
adalah :
H = Hs + Hv + Hl + Hp

Keterangan :
H = Julang total pompa (meter)
Hs = Julang statik total (meter)
Hl = Julang kehilangan (meter)
Hv = Julang kecepatan (meter)
hp = Perbedaan julang tekanan pada kedua permukaan air

1. 1 Tahun 3
Pada tahun ke-3 mempunyai data yakni :
Kedalaman Bukaan Tambang = 45 m
Diameter Pipa = 30 cm = 0,3 m
Dimensi Sumuran dengan kedalaman = 4 m
Luas Area = 64.438 m
Debit Air Tambang = 0,821 m3/ detik

a. Head Statik
Head Statik (Hs) = (30+4) m = 34 m
b. Head Velocity
Velocity Head (Hv) = V/2g
Keterangan : V : kecepatan aliran air dalam pipa (m/detik)
g : percepatan gravitasi bumi (9,8 m/ detik2)
Q : Debit pompa (m3/detik)
d : Diameter Pipa (m)
Dimana : V = Q/A
1
= 0,24 / d
4
1
= 0,24/ x3,14x(0,3)
4
= 3,4 m/detik
Jadi Hv = (3,4)/(2x9,8) = 0,59 m

c. Head Loss
c.1 Head Gesekan (Hf)
L.V 2
h f f
2 .D. g
Keterangan :
hf : julang gesek (m)
f : koefisien kerugian pipa (m)
L : panjang pipa (m)
V : kecepatan aliran air dalam pipa (m/detik)
D : diameter pipa (m)
g : percepatan gravitasi bumi (9,812 m/ detik2)
Dimana : = 0.020 + 0.0005 /D
= 0.020 + 0.0005/0.3
= 0.021
Panjang pipa yang dibutuhkan 103 m,(lihat Gambar E.9.1) maka :
103 (3,4)
Hf = 0,021 x
0.3 2 9.8
= 4,38 m

c.2 Head Belokan.

hb f b x
v 2
2 .g
Keterangan :
hb :julang pada belokan (m)
fb : koefisien kerugian pada belokan
V : kecepatan aliran air dalam pipa (m/detik)
g : percepatan gravitasi bumi (9,812 m/ detik2)

fb= [ 0,131 + 1,847 (D/2R)3,5 ].(/90)0,5

Keterangan :
fb : koefisien kerugian pada belokan
R : jari-jari lengkung belokan (m)
D : diameter dalam pipa (m)
: sudut belokan pipa (derajat)

D
tan 1 ( )
R= 2

Keterangan :
R : jari-jari lengkung belokan (m)
D : diameter dalam pipa (m)
: sudut belokan pipa (derajat)
Belokan I
0,3
tan 1 (89 0 )
R= 2 = 0,30 m
fb = [ 0,131 + 1,847 (0,3 / 2. 0,3)3,5]. (89/ 90)0,5
= 0,131 + 1,847 (0,1)(1)
= 0,29
(3,4) 2
hb = 0,29 x 2 x9,812
= 0,17 meter

c.3 Julang Katup Isap

[ ]
2
v
h f 3=f
2g
Keterangan
hf3 : julang katup isap (m)
f : koefisien kerugian pada katup isap (lihat tabel E.9.1)
V : kecepatan aliran air dalam pipa (m/detik)
g : percepatan gravitasi bumi (9,812 m/ detik2)

Diketahui :
V = 13,87 m/detik
g = 9,812 m/ detik2
f = 1,78 (tabel E.9.1)

h f 3=1,78 [ 3,42
2.9,812 ]
= 1,05 m

Jadi Head Loss Total adalah


HL total = hf + hb + hf3
= 4,38 m + 1,16 m + 1,05 m
= 6,59 meter

Tabel E.9.1
Koefisien Kerugian Pada Berbagai Katup Isap

d. Julang Tekanan
Julang tekanan ( hp) yang bekerja pada kedua permukaan air dianggap
sama karena tekanan pada muka air isap sama dengan tekanan pada
muka air keluar maka julang tekanan = 0 (nol).
Head total pompa tahun 3 = hs + hv + hl + hp
= (24 + 0,59 + 6,59 + 0) m
= 31,2 meter

Gambar E.9.1
Instalasi Pipa Dan Pompa Pada Tahun 3

1. 2 Tahun 4
Pada tahun ke-4 mempunyai data yakni :
Kedalaman Bukaan Tambang = 40 m
Diameter Pipa = 30 cm = 0,3 m
Dimensi Sumuran dengan kedalaman = 4 m
Luas Area = 64.438m
Debit Air Tambang = 0,821 m3/ detik
a. Head Statik
Head Statik (Hs) = (40 + 4) m = 24 m
b. Head Velocity
Velocity Head (Hv) = V/2g
Keterangan : V : kecepatan aliran air dalam pipa (m/detik)
g : percepatan gravitasi bumi (9,8 m/ detik2)
Q : Debit pompa (m3/detik)
A : Diamter Pipa (m)

Dimana : V = Q/A
1
= 0,24 / d
4
1
= 0,24/ x3,14x(0,3)
4
= 3,4 m/detik
Jadi Hv = (3,4)/(2x9,8) = 0,59 m

c. Head Loss
c.1 Head Gesekan (Hf)
L.V 2
h f f
2.D.g
Keterangan :
hf : julang gesek (m)
f : koefisien kerugian pipa (m)
L : panjang pipa (m)
V : kecepatan aliran air dalam pipa (m/detik)
D : diameter pipa (m)
g : percepatan gravitasi bumi (9,812 m/ detik2)

Dimana : = 0.020 + 0.0005 /D


= 0.020 + 0.0005/0.3
= 0.021
Panjang pipa yang dibutuhkan 103 m, (lihat Gambar E.9.2) maka :
103 (3,4)
Hf = 0,021 x
0.3 2 9.8
= 4,38 m
c.2 Head Belokan.

hb f b x
v
2

2 .g

Keterangan :
hb : julang pada belokan (m)
fb : koefisien kerugian pada belokan
V : kecepatan aliran air dalam pipa (m/detik)
g : percepatan gravitasi bumi (9,812 m/ detik2)

fb= [ 0,131 + 1,847 (D/2R)3,5 ].(/90)0,5


Keterangan :
fb : koefisien kerugian pada belokan
R : jari-jari lengkung belokan (m)
D : diameter dalam pipa (m)
: sudut belokan pipa (derajat)

D
tan 1 ( )
R= 2

Keterangan :
R : jari-jari lengkung belokan (m)
D : diameter dalam pipa (m)
: sudut belokan pipa (derajat)
Belokan I
0,3
tan 1 (89 0 )
R= 2 = 0,30 m
fb = [ 0,131 + 1,847 (0,3 / 2. 0,3)3,5]. (89/ 90)0,5
= 0,131 + 1,847 (0,1)(1)
= 0,29
(3,4) 2
hb = 0,29 x 2 x9,812
= 0,17 meter

c.3 Julang Katup Isap

[ ]
2
v
h f 3=f
2g

Keterangan
hf3 : julang katup isap (m)
f : koefisien kerugian pada katup isap (lihat tabel E.9.1)
V : kecepatan aliran air dalam pipa (m/detik)
g : percepatan gravitasi bumi (9,812 m/ detik2)

Diketahui :
V = 13,87 m/detik
g = 9,812 m/ detik2
f = 1,78 (tabel E.9.1)

[ ]
2
3,4
h f 3=1,78
2.9,812
= 1,05 m
Jadi Head Loss Total adalah
HL total = hf + hb + hf3
= 4,38 m + 1,16 m + 1,05 m
= 6,59 meter
Head total pompa tahun 4 = hs + hv + hl + hp
= (24 + 0,59 + 6,59) m
= 31,2 meter

Gambar E.9.2
Instalasi Pipa Dan Pompa Pada Tahun 4

1. 3 Tahun 5
Pada tahun ke-5 mempunyai data yakni :
Kedalaman Bukaan Tambang = 50 m
Diameter Pipa = 30 cm = 0,3 m
Dimensi Sumuran dengan kedalaman = 4 m
Luas Area = 64.438m
Debit Air Tambang = 0,821 m3/ detik

a. Head Statik
Head Statik (Hs) = (50 + 4)m = 54 m
b. Head Velocity
Velocity Head (Hv) = V/2g
Keterangan : V : kecepatan aliran air dalam pipa (m/detik)
g : percepatan gravitasi bumi (9,8 m/ detik2)
Q : Debit pompa (m3/detik)
A : Diamter Pipa (m)
Dimana : V = Q/A
1
= 0,24 / d
4
1
= 0,24/ x3,14x(0,3)
4
= 3,4 m/detik
Jadi Hv = (3,4)/(2x9,8) = 0,59 m

c. Head Loss
c.1 Head Gesekan (Hf)
L.V 2
h f f
2.D.g
Keterangan :
hf : julang gesek (m)
f : koefisien kerugian pipa (m)
L : panjang pipa (m)
V : kecepatan aliran air dalam pipa (m/detik)
D : diameter pipa (m)
g : percepatan gravitasi bumi (9,812 m/ detik2)
Dimana : = 0.020 + 0.0005 /D
= 0.020 + 0.0005/0.3
= 0.021
Panjang pipa yang dibutuhkan 123 m,(lihat Gambar E.9.3) maka :
123 (3,4)
Hf = 0,021 x
0.3 2 9.8
= 5,23 m

c.2 Head Belokan.

hb f b x
v
2

2 .g
Keterangan :
hb : julang pada belokan (m)
fb : koefisien kerugian pada belokan
V : kecepatan aliran air dalam pipa (m/detik)
g : percepatan gravitasi bumi (9,812 m/ detik2)

fb= [ 0,131 + 1,847 (D/2R)3,5 ].(/90)0,5


Keterangan :
fb : koefisien kerugian pada belokan
R : jari-jari lengkung belokan (m)
D : diameter dalam pipa (m)
: sudut belokan pipa (derajat)

D
tan 1 ( )
R= 2

Keterangan :
R : jari-jari lengkung belokan (m)
D : diameter dalam pipa (m)
: sudut belokan pipa (derajat)

Belokan I
0,3
tan 1 (89 0 )
R= 2 = 0,30 m
fb = [ 0,131 + 1,847 (0,3 / 2. 0,3)3,5]. (89/ 90)0,5
= 0,131 + 1,847 (0,1)(1)
= 0,29
(3,4) 2
hb = 0,29 x 2 x9,812
= 0,17 meter

c.3 Julang Katup Isap


[ ]
2
v
h f 3=f
2g

Keterangan
hf3 : julang katup isap (m)
f : koefisien kerugian pada katup isap (lihat tabel E.9.1)
V : kecepatan aliran air dalam pipa (m/detik)
g : percepatan gravitasi bumi (9,812 m/ detik2)

Diketahui :
V = 13,87 m/detik
g = 9,812 m/ detik2
f = 1,78 (tabel E.9.1)

h f 3=1,78 [ 3,42
2.9,812 ]
= 1,05 m
Jadi Head Loss Total adalah
HL total = hf + hb + hf3
= 5,23 m + 1,51 m + 1,05 m
= 7,79 meter

Head total pompa tahun 5 = hs + hv + hl + hp


= (34 + 0,59 + 7,79) m
= 42,4 meter
Gambar E.9.3
Instalasi Pipa Dan Pompa Pada Tahun 5

LAMPIRAN E.10
SPESIFIKASI POMPA

Pompa yang digunakan adalah dengan menggunakan pompa 2 fase yaitu


slurry (air dan padatan) pump dengan merk Heavy Dredging Slurry Pump G12-
10-G
Spesifikasi Heavy Dredging Slurry Pump G12-10-G :
a) Capacity : 360-1512 m/h
b) Head : 50-70 m
c) Rotate speed : 400-850 r/min
LAMPIRAN E.11
PERHITUNGAN DIMENSI KOLAM PENGENDAPAN

Untuk menghitung dimensi kolam pengendapan diketahui :


1. Debit air tambang yang dialirkan ke dalam kolam pengendapan :
Q = 0,796 m3/detik
2. Air tambang tersebut memiliki persen solid sebesar 1%
Berdasarkan data tersebut dapat dihitung :
Kolam pengendapan
- Jumlah air tambang (Q) = 0,796 m3/detik
- Ukuran partikel yang keluar dari kolam = 0,000002 m
- Kerapatan partikel padatan (ps) = 1400 kg/m3
- Kekentalan air tambang (Vis) = 0,00000131 kg/ms
- Persen padatan (Solid) = 0,2 %
- Persen air (Air) = 99,8 %.
Berdasarkan data-data tersebut di atas, maka dapat dihitung :
- Volume padatan per detik = 0,796 m3/s x 0,002
= 0,001592 m3/s
141.675
- Volume air per detik = 0,796 m3/s x 0,998
1000 x 24 x 60
= 0,7944 m3/s
- Total volume per detik = (0,001592 + 0,7944) m3/s
= 0,760 m3/s
- Kecepatan pengendapan =

G x Ukuran butir x Ukuran butir( ps rho)


18 x Vis

9,81 0,2 105 0,2 105 1400 1000


= 18 1,31 10 6

9.8 x 2.106 x 2.106 (2800 1000)


18 x 1.31.106
= 0,00066 m/s
Total volume
- Luas kolam pengendapan yang diperlukan =
Kecepatan pengendapan
0,796
0.11
= 0,00066 2.99 x 103 =

1206 m2

Dari hasil pengamatan di lapangan dan perhitungan diketahui :


a. Alat berat yang digunakan back hoe caterpillar E240B mempunyai
spesifikasi sbb :
1) Kapasitas mangkuk munjung (heaped capacity) = 0,96 m3
2) Jangkauan gali mendatar = 9,4 m
3) Jangkauan gali vertikal = 6,1 m
4) Lebar terluar dari rantai (crawler track) = 3,1 m
b. Dimensi kolam pengendapan sbb :
1) Panjang kolam pengendapan = 60 m
2) Lebar kolam pengendapan = 22 m
3) Panjang penyekat = 11 m
4) Lebar penyekat =3m
5) Kedalaman kolam pengendapan =5m

Luas Kolam = (60 x 22) 3(11 x 3)


= 1.221 m2

Volume Kolam = 1221 m2 x 5 m


= 6.105 m3

Berat air masuk kolam pengendapan = Qair x Density air


= 0,7944 m3/s x 1 ton/m3
= 0,7944 ton/s

Berat padatan masuk kolam pengendapan = Q padatan x Density padatan


= 0,001592 m3 x 2,25 ton/m3
= 0,003582 ton/s
Waktu partikel mengendap :
h
tv = v
5
= 0,00066
= 7575,5 detik

Kecepatan air dalam kolam pengendapan :


Q
vh = A
0,796
= 60x 5
= 0,00265 m/detik

Waktu keluar kolam pengendapan :


p
th = vh
60
= 0,00265
= 22.641,5 detik

th
x100%
Prosentase pengendapan = th tv
22.641,5
x100%
= 22.641,5 7575,5

= 74,9 %
Padatan yang berhasil diendapkan sehari :
= Q padatan masuk kolam x 3600 s/jam x 24 jam/hari x prosentase pengendapan
= 0,001592 x 3600 x 24 x 0,749
= 103,024 m3/hari

Waktu pengarukan :
V kolam pengendapa n
T =
V total padatan yang berhasil diendapkan

6.105
= 103,024
= 59,26 hari

Waktu pengarukan kolam pengendapan akan dilakukan selama 60 hari sekali.

Anda mungkin juga menyukai