1
PERHITUNGAN CURAH HUJAN RATA-RATA
Tabel E.1.1
Data Curah Hujan Bulanan Desa Candirejo
Curah Hujan (mm) Total
Fe Ma Ap
Tahun Jan b r r Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
2005 0 0 0 0 0 47 52 26 20 61 40 48 294
2006 43 54 47 37 49 0 0 0 0 0 60 144 434
2007 29 113 28 42 46 35 7 0 0 61 35 99 495
2008 49 81 40 49 13 0 0 0 0 118 197 21 568
2009 55 74 44 52 52 30 0 0 0 20 70 17 414
2010 118 40 56 10 40 51 36 44 58 82 116 68 719
2011 171 83 96 84 78 0 0 0 0 91 191 88 882
2012 149 179 119 76 88 25 0 0 0 221 84 92 1033
Rata - 76. 43. 45. 23. 11. 81. 72.
rata 8 78 53.8 8 8 5 9 8.8 9.8 8 99.1 1
Curah Hujan Rata - Rata Per
Tahun 604.9
Tahun 2005 2012
Sumber: Dinas Pertanian dan Perkebunan Desa Candirejo
Tabel E.1.2
Curah Hujan Harian Maksimum Per Tahun Di Daerah Penelitian
Tahun 2005 2012
Curah Hujan Curah Hujan Standart
Maksimum, Rata - rata,
NO TAHUN ( Xi ) ( X ) (Xi-X )^2 Deviasi
(mm) (mm) (mm) (S)
1 2005 61.00 139.875 6221.27
2 2006 144.00 139.875 17.02
3 2007 113.00 139.875 722.27
4 2008 197.00 139.875 3263.27
5 2009 74.00 139.875 4339.52 58.84
6 2010 118.00 139.875 478.52
7 2011 191.00 139.875 2613.77
8 2012 221.00 139.875 6581.27
24236.8
Jumlah 1119.00 8
( n 1 m)
Yn ln ln
n 1
Keterangan :
n = jumlah sample
Contoh perhitungan :
n = 8 ( data curah hujan untuk bulan Januari dari tahun 2005 s/d 2012 )
m=4
8 1 4
Yn ln ln
8 1
Yn = 0,53
dengan :
Contoh perhitungan :
T = 5 tahun
T 1
Yt ln ln
T
(5 1)
ln ln 1,5
Yt 5
Yt = 1,5
Y 2
n Yn 6,48
Sn 0,96
n 1 8 1
x x
2
24236,88
S 58,84
n 1 8 1
LAMPIRAN E.2
Nilai dari Reduced Variate dapat ditentukan dengan rumus sebagai berikut :
T 1
Yt ln ln
T
Keterangan :
3 1
Yt 3 ln ln
T = 3 tahun > 3 = 0,90
4 1
Yt 4 ln ln
T = 4 tahun > 4 = 1,25
8 1
Yt 11 ln ln
T = 8 tahun > 8 = 2,01
2. Perhitungan Faktor Reduced Variate (k)
Nilai dari Faktor Reduced Variate dapat ditentukan dengan rumus sebagai
berikut:
Yt Yn
k = Sn
0,37 0,48
k2 = 0,96 = -0,11
0,9 0,48
k3 = 0,96 = 0,44
1,25 0,48
k4 = 0,96 = 0,80
2,01 0,48
K8 = 0,96 = 1,59
Xt = X + k . SD
Maka nilai curah hujan harian rencana adalah :
Tahun ke 2 > Xt = 139,88 + (-0,11. 58,84) = 133,15 mm
.
.
Tahun ke 8 > Xt = 139,88 + (1,59. 58,84) = 233,47 mm.
4. Perhitungan Resiko Hidrologi
Penentuan periode ulang dan resiko hidrologi dihitung dengan menggunakan
rumus :
TL
1
1
Pr = 1 T
Keterangan :
Pr = Resiko hidrologi (kemungkinan suatu kejadian akan terjadi minimal satu kali
pada periode ulang tertentu)
T = Periode ulang (dalam rancangan ini digunakan periode ulang 5 tahun)
TL = Umur tambang.
Maka nilai Pr adalah :
5
1
1
T=2 tahun Pr = 1 2 = 96,88 %
5
1
1
T=3 tahun Pr = 1 3 = 86,83 %
5
1
1
T=4 tahun Pr = 1 4 = 76,27 %
.
.
.
5
1
1
T=8 tahun Pr = 1 11 = 48,71 %
Tabel E.2.1
Analisis Data Curah Hujan Rencana di Daerah Candirejo
Periode Ulang
(tahun) 2 3 4 5 6 7 8
Intensitas hujan adalah tinggi atau kedalaman air hujan per satuan waktu.
Sifat umum hujan adalah makin singkat hujan berlangsung intensitasnya
cenderung makin tinggi dan makin besar periode ulangnya makin tinggi pula
intensitasnya.
Hubungan intensitas, lama hujan, dan frekuensi hujan biasanya dinyatakan
dalam lengkung Intensitas-Durasi-Frekuensi (IDF=Intensity-Duration-Frequency
Curve). Besarnya intensitas hujan 1 jam dihitung dengan cara Partial series, yaitu
data curah hujan dalam satu jam dan mencari nilai ambangnya, kemudian
perhitungan dilanjutkan dengan menggunakan Distribusi Gumbell. Tetapi karena
tidak terdapatnya data curah hujan durasi pendek (1 jam), maka perhitungan
intensitas hujan satu jam dilakukan dengan menggunakan rumus Mononobe
sebagai berikut
Penentuan intensitas hujan rencana dilakukan dengan pengolahan data
dengan pendekatan empiris, menggunakan rumus Mononobe.
R 24 24 2
I= ( )
24 t
3
Keterangan :
I = Intensitas hujan untuk waktu t (mm/jam)
R24 = Curah hujan rencana 24 jam/harian (mm)
Analisis frekuensi langsung dapat dilakukan dengan dua sajian data curah
hujan, yaitu :
1) Seri Tahunan (annual series)
Pengolahan data curah hujan dilakukan dengan mengambil satu curah
hujan tertinggi dalam rentang waktu satu tahun. Kekurangan dalam analisis ini
adalah data curah hujan dibawah curah hujan maksimum pada tahun tertentu
tetapi lebih tinggi dari curah hujan maksimum pada tahun yang lain, tidak
diperhitungkan (digunakan).
2) Seri Sebagian (partial series)
Cara ini dapat menutupi kekurangan cara pertama (seri tahunan), karena
pengolahan data dilakukan dengan mengambil data curah hujan yang melebihi
suatu nilai tertentu dengan mengabaikan waktu kejadian hujan yang bersangkutan.
LAMPIRAN E.4
PENENTUAN NILAI KOEFISIEN LIMPASAN ( C )
Dari tabel diperoleh nilai koefisien limpasan 0,8 karena berada pada daerah
yang kemiringannya >15% , tumbuhan yang jarang.
Tabel E.4.1
Beberapa Harga Koefisien Limpasan
Kemiringa Kegunaan Lahan Koefisie
n n
limpasan
<3% 1. Sawah, rawa-rawa 0,2
2. Hutan, perkebunan 0,3
3. Perumahan dengan kebun 0,4
LAMPIRAN E.5
PERHITUNGAN DEBIT AIR LIMPASAN
LAMPIRAN E.6
PERHITUNGAN DIMENSI SALURAN TERBUKA
Gambar E.7.1
Bentuk saluran
Z = e/d
terbuka
d
b
Tabel E.6.1
Tipikal harga
koefisien kekasaran
Manning, n, yang
sering digunakan
No. Tipe saluran Harga n
Minimum Normal Maksimum
1 Beton
a) Gorong-Gorong lurus dan bebas 0.01
dari kotoran 0.011 0.013
b) Gorong-gorong dengan
lengkungan dan sedikit kotoran 0.011 0.013 0.014
c) Beton dipoles 0.011 0.012 0.014
d) Saluran pembuangan dengan bak
control 0.013 0.015 0.017
2 Tanah, lurus dan seragam
a) Bersih baru 0.016 0.018 0.02
b) Bersih telah melapuk 0.018 0.022 0.025
c) Berkerikil 0.022 0.025 0.03
d) Berumput pendek, sedikit tanaman
pengganggu 0.022 0.027 0.033
3 Saluran alam
a) Bersih lurus 0.025 0.03 0.033
b) Bersih berkelok-kelok 0.033 0.04 0.045
c) Banyak tanaman pengganggu 0.05 0.07 0.08
d) Dataran banjir berumput pendek
tinggi 0.025 0.03 0.035
e) Saluran di belukar 0.035 0.05 0.07
(Sumber : Open Channel Hydraulic oleh Van Te Chow)
LAMPIRAN E.8
PENENTUAN BENTUK DAN PERHITUNGAN DIMENSI SUMURAN
- B B 2 - 4 AC
Y= 2A
Dimana :
A=4
B = 18,48
C = (42,68 V)
Dengan memasukkan nilai-nilai diatas maka dapat dicari ukuran dimensi
sumuran (sump). Diketahui bahwa nilai V = 1085,96 maka dengan persamaan
diatas didapatkan :
C = (42,68 1612,71)
= - 1.570,03
- B B 2 - 4 AC
Y12 = 2a
Y1 = 17,6 m 18 m
Y2 = - 22,25 m
Maka didapatkan harga X sebesar :
X = 4,63 + Y
= 3,46+ 18
= 21,46 m 22 m
Maka untuk menampung volume maksimum sebesar 1085,96 m3, diperlukan
dimensi sumuran (sump) sebagai berikut :
a. Panjang permukaan sumuran = 21 m
b. Lebar permukaan sumuran = 21 m
c. Panjang dasar sumuran = 18 m
d. Lebar dasar sumuran = 18 m
e. Kedalaman =4m
Volume maksimum yang dapat ditampung sumuran (sump) adalah :
= {(luas permukaan sumuran + luas dasar sumuran)} x kedalaman
= {( 21 m x 21 m ) + (18 m x 18 m)} x 4 m
= 1.089 m3.
LAMPIRAN E.9
PERHITUNGAN PANJANG PIPA, HEAD TOTAL DAN JUMLAH
POMPA
Keterangan :
H = Julang total pompa (meter)
Hs = Julang statik total (meter)
Hl = Julang kehilangan (meter)
Hv = Julang kecepatan (meter)
hp = Perbedaan julang tekanan pada kedua permukaan air
1. 1 Tahun 3
Pada tahun ke-3 mempunyai data yakni :
Kedalaman Bukaan Tambang = 45 m
Diameter Pipa = 30 cm = 0,3 m
Dimensi Sumuran dengan kedalaman = 4 m
Luas Area = 64.438 m
Debit Air Tambang = 0,821 m3/ detik
a. Head Statik
Head Statik (Hs) = (30+4) m = 34 m
b. Head Velocity
Velocity Head (Hv) = V/2g
Keterangan : V : kecepatan aliran air dalam pipa (m/detik)
g : percepatan gravitasi bumi (9,8 m/ detik2)
Q : Debit pompa (m3/detik)
d : Diameter Pipa (m)
Dimana : V = Q/A
1
= 0,24 / d
4
1
= 0,24/ x3,14x(0,3)
4
= 3,4 m/detik
Jadi Hv = (3,4)/(2x9,8) = 0,59 m
c. Head Loss
c.1 Head Gesekan (Hf)
L.V 2
h f f
2 .D. g
Keterangan :
hf : julang gesek (m)
f : koefisien kerugian pipa (m)
L : panjang pipa (m)
V : kecepatan aliran air dalam pipa (m/detik)
D : diameter pipa (m)
g : percepatan gravitasi bumi (9,812 m/ detik2)
Dimana : = 0.020 + 0.0005 /D
= 0.020 + 0.0005/0.3
= 0.021
Panjang pipa yang dibutuhkan 103 m,(lihat Gambar E.9.1) maka :
103 (3,4)
Hf = 0,021 x
0.3 2 9.8
= 4,38 m
hb f b x
v 2
2 .g
Keterangan :
hb :julang pada belokan (m)
fb : koefisien kerugian pada belokan
V : kecepatan aliran air dalam pipa (m/detik)
g : percepatan gravitasi bumi (9,812 m/ detik2)
Keterangan :
fb : koefisien kerugian pada belokan
R : jari-jari lengkung belokan (m)
D : diameter dalam pipa (m)
: sudut belokan pipa (derajat)
D
tan 1 ( )
R= 2
Keterangan :
R : jari-jari lengkung belokan (m)
D : diameter dalam pipa (m)
: sudut belokan pipa (derajat)
Belokan I
0,3
tan 1 (89 0 )
R= 2 = 0,30 m
fb = [ 0,131 + 1,847 (0,3 / 2. 0,3)3,5]. (89/ 90)0,5
= 0,131 + 1,847 (0,1)(1)
= 0,29
(3,4) 2
hb = 0,29 x 2 x9,812
= 0,17 meter
[ ]
2
v
h f 3=f
2g
Keterangan
hf3 : julang katup isap (m)
f : koefisien kerugian pada katup isap (lihat tabel E.9.1)
V : kecepatan aliran air dalam pipa (m/detik)
g : percepatan gravitasi bumi (9,812 m/ detik2)
Diketahui :
V = 13,87 m/detik
g = 9,812 m/ detik2
f = 1,78 (tabel E.9.1)
h f 3=1,78 [ 3,42
2.9,812 ]
= 1,05 m
Tabel E.9.1
Koefisien Kerugian Pada Berbagai Katup Isap
d. Julang Tekanan
Julang tekanan ( hp) yang bekerja pada kedua permukaan air dianggap
sama karena tekanan pada muka air isap sama dengan tekanan pada
muka air keluar maka julang tekanan = 0 (nol).
Head total pompa tahun 3 = hs + hv + hl + hp
= (24 + 0,59 + 6,59 + 0) m
= 31,2 meter
Gambar E.9.1
Instalasi Pipa Dan Pompa Pada Tahun 3
1. 2 Tahun 4
Pada tahun ke-4 mempunyai data yakni :
Kedalaman Bukaan Tambang = 40 m
Diameter Pipa = 30 cm = 0,3 m
Dimensi Sumuran dengan kedalaman = 4 m
Luas Area = 64.438m
Debit Air Tambang = 0,821 m3/ detik
a. Head Statik
Head Statik (Hs) = (40 + 4) m = 24 m
b. Head Velocity
Velocity Head (Hv) = V/2g
Keterangan : V : kecepatan aliran air dalam pipa (m/detik)
g : percepatan gravitasi bumi (9,8 m/ detik2)
Q : Debit pompa (m3/detik)
A : Diamter Pipa (m)
Dimana : V = Q/A
1
= 0,24 / d
4
1
= 0,24/ x3,14x(0,3)
4
= 3,4 m/detik
Jadi Hv = (3,4)/(2x9,8) = 0,59 m
c. Head Loss
c.1 Head Gesekan (Hf)
L.V 2
h f f
2.D.g
Keterangan :
hf : julang gesek (m)
f : koefisien kerugian pipa (m)
L : panjang pipa (m)
V : kecepatan aliran air dalam pipa (m/detik)
D : diameter pipa (m)
g : percepatan gravitasi bumi (9,812 m/ detik2)
hb f b x
v
2
2 .g
Keterangan :
hb : julang pada belokan (m)
fb : koefisien kerugian pada belokan
V : kecepatan aliran air dalam pipa (m/detik)
g : percepatan gravitasi bumi (9,812 m/ detik2)
D
tan 1 ( )
R= 2
Keterangan :
R : jari-jari lengkung belokan (m)
D : diameter dalam pipa (m)
: sudut belokan pipa (derajat)
Belokan I
0,3
tan 1 (89 0 )
R= 2 = 0,30 m
fb = [ 0,131 + 1,847 (0,3 / 2. 0,3)3,5]. (89/ 90)0,5
= 0,131 + 1,847 (0,1)(1)
= 0,29
(3,4) 2
hb = 0,29 x 2 x9,812
= 0,17 meter
[ ]
2
v
h f 3=f
2g
Keterangan
hf3 : julang katup isap (m)
f : koefisien kerugian pada katup isap (lihat tabel E.9.1)
V : kecepatan aliran air dalam pipa (m/detik)
g : percepatan gravitasi bumi (9,812 m/ detik2)
Diketahui :
V = 13,87 m/detik
g = 9,812 m/ detik2
f = 1,78 (tabel E.9.1)
[ ]
2
3,4
h f 3=1,78
2.9,812
= 1,05 m
Jadi Head Loss Total adalah
HL total = hf + hb + hf3
= 4,38 m + 1,16 m + 1,05 m
= 6,59 meter
Head total pompa tahun 4 = hs + hv + hl + hp
= (24 + 0,59 + 6,59) m
= 31,2 meter
Gambar E.9.2
Instalasi Pipa Dan Pompa Pada Tahun 4
1. 3 Tahun 5
Pada tahun ke-5 mempunyai data yakni :
Kedalaman Bukaan Tambang = 50 m
Diameter Pipa = 30 cm = 0,3 m
Dimensi Sumuran dengan kedalaman = 4 m
Luas Area = 64.438m
Debit Air Tambang = 0,821 m3/ detik
a. Head Statik
Head Statik (Hs) = (50 + 4)m = 54 m
b. Head Velocity
Velocity Head (Hv) = V/2g
Keterangan : V : kecepatan aliran air dalam pipa (m/detik)
g : percepatan gravitasi bumi (9,8 m/ detik2)
Q : Debit pompa (m3/detik)
A : Diamter Pipa (m)
Dimana : V = Q/A
1
= 0,24 / d
4
1
= 0,24/ x3,14x(0,3)
4
= 3,4 m/detik
Jadi Hv = (3,4)/(2x9,8) = 0,59 m
c. Head Loss
c.1 Head Gesekan (Hf)
L.V 2
h f f
2.D.g
Keterangan :
hf : julang gesek (m)
f : koefisien kerugian pipa (m)
L : panjang pipa (m)
V : kecepatan aliran air dalam pipa (m/detik)
D : diameter pipa (m)
g : percepatan gravitasi bumi (9,812 m/ detik2)
Dimana : = 0.020 + 0.0005 /D
= 0.020 + 0.0005/0.3
= 0.021
Panjang pipa yang dibutuhkan 123 m,(lihat Gambar E.9.3) maka :
123 (3,4)
Hf = 0,021 x
0.3 2 9.8
= 5,23 m
hb f b x
v
2
2 .g
Keterangan :
hb : julang pada belokan (m)
fb : koefisien kerugian pada belokan
V : kecepatan aliran air dalam pipa (m/detik)
g : percepatan gravitasi bumi (9,812 m/ detik2)
D
tan 1 ( )
R= 2
Keterangan :
R : jari-jari lengkung belokan (m)
D : diameter dalam pipa (m)
: sudut belokan pipa (derajat)
Belokan I
0,3
tan 1 (89 0 )
R= 2 = 0,30 m
fb = [ 0,131 + 1,847 (0,3 / 2. 0,3)3,5]. (89/ 90)0,5
= 0,131 + 1,847 (0,1)(1)
= 0,29
(3,4) 2
hb = 0,29 x 2 x9,812
= 0,17 meter
Keterangan
hf3 : julang katup isap (m)
f : koefisien kerugian pada katup isap (lihat tabel E.9.1)
V : kecepatan aliran air dalam pipa (m/detik)
g : percepatan gravitasi bumi (9,812 m/ detik2)
Diketahui :
V = 13,87 m/detik
g = 9,812 m/ detik2
f = 1,78 (tabel E.9.1)
h f 3=1,78 [ 3,42
2.9,812 ]
= 1,05 m
Jadi Head Loss Total adalah
HL total = hf + hb + hf3
= 5,23 m + 1,51 m + 1,05 m
= 7,79 meter
LAMPIRAN E.10
SPESIFIKASI POMPA
1206 m2
th
x100%
Prosentase pengendapan = th tv
22.641,5
x100%
= 22.641,5 7575,5
= 74,9 %
Padatan yang berhasil diendapkan sehari :
= Q padatan masuk kolam x 3600 s/jam x 24 jam/hari x prosentase pengendapan
= 0,001592 x 3600 x 24 x 0,749
= 103,024 m3/hari
Waktu pengarukan :
V kolam pengendapa n
T =
V total padatan yang berhasil diendapkan
6.105
= 103,024
= 59,26 hari