Anda di halaman 1dari 91

Drs.

CST Kansil (1986: 324) PAJAK adalah Pasal 23A Amandemen Ke-4 UUD
iuran kepada negara yang terutang oleh yang Negara Republik Indonesia Tahun 1945
wajib membayarnya (wajib pajak) berdasarkan Pajak dan pungutan lain yang bersifat
undang-undang dengan tidak mendapat memaksa untuk keperluan negara diatur
prestasi (balas jasa) kembali yang langsung dengan Undang-Undang

1. Aparatur pajak dalam melakukan pelayanan,


pengawasan dan penegakkan hukum dituntut
lebih mengerti dan menguasai Hukum Pajak.
2. Adanya KEPASTIAN HUKUM bagi Wajib Pajak
Kompetensi Dasar
Peserta mampu memahami
Pengantar Hukum Pajak (PHP), baik
Hukum Pajak Formal dan Hukum
Pajak Material sebagai pengetahuan
dasar untuk pembelajaran hukum
pajak lebih lanjut

Tujuan
Pembelajaran
Peserta dapat :
Menjelaskan perkembangan perpajakan di
Indonesia;
Menjelaskan kedudukan hukum pajak dalam
sistem hukum di Indoensia;
Menjelaskan macam pungutan di Indonesia;
Menjelaskan asas pemungutan pajak;
Menjelaskan pembagian pajak;
Indikator Menjelaskan sistem pemungutan pajak;
Menjalaskan tarif pajak;
Keberhasilan Menjelaskan kepatuhan wajib pajak
Menjelaskan perlawanan terhadap pemungutan
pajak.
1. SEJARAH PERPAJAKAN DI INDONESIA
1.Jaman Kerajaan

RAJA Pembiayaan
UPETI KEKUASAAN TUNGGAL

1.Raja bertugas memelihara keamanan dan kesejahteraan


2.Pemberian Upeti dalam bentuk natura,padi,ternak, dll
3.Upeti bersifat rutin >> ajeg
4.Kerajaan membutuhkan biaya utk mempertahankan
kekuasaannya.
5.Tata pemungutan tidak di atur & sangat sederhana
2.Jaman Kolonial & Kemerdekaan

DASAR HUKUM : Pasal II (Aturan Peralihan) UUD 1945 jo.UU No 4 Tahun 1952

UU yg berlaku sejak jaman Belanda dan masih diberlakukan ADALAH :

1. Undang-undang Pajak Radio (U.U. No 12 Tahun 1947).


2. Undang-undang Pajak Pembangunan (U.U. No 14 Tahun 1947).
3. Undang-undang Darurat Pajak Peredaran (U.U. No. 12 Tahun 1952).
4. Ordonansi Pajak Peralihan 1944 (Stbl. 1994 No. 17) kemudian
menjadi Ordonasi Pajak Pendapatan 1944.
5. Ordonansi Pajak Upah (Stbl. 1934 No. 611).
6. Ordonansi Pajak Rumah Tangga (Stbl. 1908 No. 13)
7. Ordonansi Pajak Kendaraan Bermotor (Stbl. 1934 No. 718).
8. Ordonansi Bea Balik Nama (Stbl. 1924 No. 291).
9. Ordonansi Pajak Potong (Stbl. 1936 No 671)
10. Aturan Bea Materai 1921 (Stbl. 1921 No. 498)
11. Ordonansi Successie 1901 (Stbl. 1901 No 471)
12. Ordonansi Pajak Kekayaan 1932 (Stbl. 1932 No 405)
PERKEMBANGAN SETELAH KEMERDEKAAN :

1.Penghapusan PERATURAN
2.Penggantian NAMA
3.Perubahan Status menjadi Pajak
Daerah

1945 s/d 1983

U.U Pajak Penjualan 1951 (kemudian diperbarui dengan U.U No. 2 Tahun 1968).
U.U Pajak Deviden (U.U. No. 21 Tahun 1959 yang kemudian diperbaruhi dengan U.U
Pajak atas Bunga Dividen dan Royalty (PBDR) 1970 (U.U. No. 10 Tahun 1967).
U.U Penagihan Pajak Negara dengan Surat Paksa (U.U. No. 19 Tahun 1959).
Pajak Bangsa Asing (U.U. No. 74 Tahun 1958)
U.U Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (U.U. No. 27 Tahun Tahun 1959).
U.U No. 8 Tahun 1967 tentang Tata Cara Pemungutan PPd. PKk dan PPs atau Tata
Cara MPS-MPO
Pajak Negara yang diserahkkan ke Daerah :

I. BERDASARKAN UU No 12 Tahun 1956 jo. PP No 3 Tahun 1957 :

Daerah Tk.I (Propinsi) : Daerah Tk.II (Kabupaten) :


Pajak Rumah Tangga 1908 Pajak Jalan 1942
Pajak Kopra
Pajak Kendaraan Bermotor 1934
Pajak potong 1936
Verponding 1928 Pajak pembangunan I
Verponding Indonesia

II. BERDASARKAN UU No 10 Tahun 1968 :


Daerah Tk.I (Propinsi) : Daerah Tk.II (Kabupaten) :
Pajak Bangsa Asing 1958 Pajak Radio 1947
UU PERPAJAKAN SEJAK 1983 s/d SEKARANG :

1. Undang-Undang No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
(KUP) (L.N. No. 49 Tahun 1983, TLN No. 3262), sebagaimana telah beberapa kali diubah
terakhir dengan Undang-undang No. 16 Tahun 2009.
2. Undang-Undang No. 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan (PPh) (L.N. No. 50 Tahun
1983, TLN No. 3263) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan UU No. 36
Tahun 2008.
3. Undang-Undang No. 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa
dan PPn Barang Mewah (L.N. No. 51 Tahun 1983, TLN No. 3264) sebagaimana telah
beberapa kali diubah terakhir dengan UU No. 42 Tahun 2009.
4. Undang-Undang No. 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) (L.N. No. 68
Tahun 1985, TLN No. 3312) sebagaimana telah diubah dengan UU No. 12 Tahun 1994.
5. Undang-Undang No. 13 Tahun 1985 tentang Bea Materai (L.N. No. 69 Tahun 1983, TLN
No. 3313).
6. Undang-Undang No. 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa (PPSP)
(L.N. No. 42 Tahun 1997, TLN No. 3686)
7. Undang-Undang No. 21 Tahun 1997 tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan
Bangunan (BPHTB) (L.N. No. 44 Tahun 1997, TLN No. 3688)
8. Undang-Undang No. 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (PDRD)
(LN No. 41 Tahun 1997, TLN No. 3685) sebagaimana telah diubah dengan Undang-
Undang No. 34 Tahun 2000 dicabut dan dinyatakan tidak berlaku dengan
diberlakukannya Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah
2. HUKUM PAJAK

PENGERTIAN HUKUM PAJAK


(HUKUM FISKAL)
KESELURUHAN DARI PERATURAN-PERATURAN
YANG MELIPUTI WEWENANG PEMERINTAH
UNTUK MENGAMBIL KEKAYAAN SESEORANG
DAN MENYERAHKAN KEMBALI KE MASYARAKAT
MELALUI KAS NEGARA
(R. Santoso Brotodihardjo, S.H., (1986 : 1)

Hukum Pajak merupakan suatu bagian dari HukumTata Usaha Negara


(Hukum Administrasi), yang didalamnya termuat juga anasir-anasir
Hukum Tata Negara, Hukum Pidana, Hukum Perdata dan lain-lain
Pengertian hukum dalam ilmu
hukum tidak harus selalu sama,namun
mengandung unsur yang hampir sama .

UNSUR-UNSUR nya adalah :


1. Peraturan mengenai tingkah laku
manusia dalam pergaulan masyarakat
2. Peraturan itu diadakan oleh badan-
badan resmi yang berwajib
3. Peraturan itu bersifat memaksa
4. Sanksi terhadap pelanggaran
peraturan tersebut adalah tegas HUKUM
KEDUDUKAN HUKUM PAJAK DLM SISTEM
HUKUM INDONESIA
HUKUM
PAJAK

MATERIAL :
PPh,PPN,PBB FORMAL :
dan Bea Materai KUP & PPSP
Penafsiran hukum
Di dalam memahami suatu ketentuan Undang-
undang agar jelas diperlukan suatu penafsiran.
Penafsiran hukum ialah suatu upaya yang pada
dasarnya menerangkan, menjelaskan, menegaskan
baik dalam arti memperluas ataupun membatasi atau
mempersempit pengertian hukum yang ada dalam
rangka penggunaannya untuk memecahkan masalah
atau persoalan yang sedang dihadapi
Macam-macam penafsiran
dalam ilmu hukum:
1. Penafsiran tata bahasa (gramatika), ialah cara penafsiran
berdasarkan pada bunyi ketentuan undang-undang,
dengan berpedomen pada arti perkataan-perkataan dalam
hubungannya satu sama lain dalam kalimat-kalimat yang
dipakai oleh undang-undang, yang dianut ialah semat-
mata arti perkataan menurut tata bahasa atau kebiasaan,
yakni arti dalam pemakaiansehari-haricontoh kendaraan
2. Penafsiran sahih (resmi, autentik) ialah penafsiran yang
pasti terhadap kata-kata itu sebagaimana yang diberikan
oleh pembentuk Undang-undang. Misalnya arti malam
dalam Pasal 98 KUHP yang berarti waktu antara matahari
terbenam dari matahari terbit.
3. Penafsiran histories adalah penafsiran berdasarkan
pada sejarah pembentukan peraturan perundang-
undangan tersebut. Ada 2 :
a. Sejarah hukumannya, yang diselidiki maksudnya
berdasarkan sejarah terjadinya hukum tersebut.
b. Sejarah Undang-undangnya, yang diselidiki maksud
pembentuk undang-undang pada waktu membuat
undang-undang itu, misalnya didenda f 10, sekarang
ditafsirkan dengan uang R.I., sebesar Rp.10,-
4. Penafsiran sistematis (dogmatis).
Penafsiran memiliki susunan yang berhubungan dengan
bunyi pasal-pasal lainnya baik dalam undang-undang
itu maupun dengan undang-undang yang lain.
5. Penafsiran sosiologi yaitu penafsiran dengan
mengingat maksud dan tujuan undang-undang. Hal ini
penting karena kebutuhan-kebutuhan berubah menurut
masa, sedangkan undang-undang tetap saja.
6. Penafsiran ekstensif yaitu penafsiran dengan
memperluas arti, kata-kata dalam peraturan itu sehingga
sesuatu peristiwa dapat dimaksudkan dalam ketentuan itu.
Misalnya aliran listrik termasuk benda.
7. Penafsiran restriktif yaitu penafsiran dengan
mempersempit arti kata-kata dalam suatu undang-
undang, misalnya kerugian tidak termasuk kerugian yang
tak berwujud seperti sakit, cacat dan lain-lain.
8.Penafsiran analogis yaitu penafsiran pada suatu hukum dengan
memberi ibarat (kiyas) pada kata-kata tersebut sesuai dengan
asas hukumnya, sehingga suatu peristiwa yang sebenarnya tidak
dapat dimasukkan, kemudian dianggap sesuai dengan bunyi
peraturan tersebut.
9.Penafsiran a contrario yaitu suatu cara penafsiran undang-undang
yang didasarkan pada lawan dari ketentuan tersebut.
Contoh Pasal 34 BW yang menyatakan bahwa seorang
perempuan tidak diperkenankan menikah lagi sebelum lewat
300 hari setelah perkawinannya terdahulu diputuskan.
Bagaimana hanya dengan laki-laki ? Tidak berlaku karena kata
laki-laki tidak disebutkan.
3. BEBERAPA MACAM PUNGUTAN DI
INDONESIA
SUMBER-SUMBER PENDAPATAN NEGARA :
A. PAJAK (termasuk Bea dan Cukai)
B. RETRIBUSI
C. SUMBANGAN
D. PENERIMAAN BUKAN PAJAK (PNPB)

Sumber lain Penerimaan Negara:


- Pencetakan Uang
- Pinjaman (loan)
A. PAJAK
Prof.Dr.Rochmat Soemitro SH

Iuran rakyat kepada Kas Negara berdasarkan Undang-undang (yang dapat


dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi), yang
langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar
pengeluaran umum.

Prof.Dr.Rochmat Soemitro SH(1974 : 8)

Pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada Kas Negara untuk
membiayai pengeluaran rutin dan surplus-nya digunakan untuk Public
Saving yang merupakan sumber utama untuk membiayai Public Investment

Pajak menurut Pasal 1 angka 1 UU KUP

Kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan
yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara
bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat
CIRI-CIRI PADA PENGERTIAN PAJAK :
Pajak dipungut berdasarkan dengan kekuatan
Undang-undang serta aturan pelaksanaannya.
Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan
adanya kontra prestasi individual oleh pemerintah.
Pajak dipungut oleh Negara (baik oleh Pemerintah
Pusat maupun Daerah).
Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran Pemerintah,
yang bila dari pemasukkannya masih terdapat
surplus, dipergunakan untuk membiayai public
investment.
Pajak dapat pula mempunyai tujuan yang tidak
budgeter, yaitu mengatur.
Fungsi Pajak
Fungsi Anggaran Fungsi mengatur
(Fungsi Budgetair) (Fungsi Regulerend)
ialah fungsi pajak disektor publik, ialah fungsi pajak yang
merupakan suatu alat atau dipergunakan untuk mengatur
sumber untuk memasukkan uang atau untuk mencapai tujuan
dari masyarakat berdasarkan tertentu dibidang ekonomi, politik,
undang-undang ke Kas Negara, sosial, budaya, pertahanan
hasilnya untuk membiayai keamanan misalnya ; dengan
pengeluaran umum Negara mengadakan perubahan-
perubahan tarif, memberikan
pengecualian atau keringanan-
keringanan
B. RETRIBUSI
Adalah pembayaran-pembayaran kepada Negara yang
dilakukan oleh mereka yang menggunakan jasa-jasa Negara.
Si pembayar mendapat prestasi kembali yang langsung
Dalam Pasal 1 angka 64 Undang-Undang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah retribusi adalah pungutan Daerah sebagai
pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus
disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk
kepentingan orang pribadi atau badan.
Misalnya: pembayaran uang sekolah, uang kuliah, langganan
PAM, retribusi pasar,retribusi parkir,IMB dan lain-lain.
C. SUMBANGAN
Menurut Santoso Brotodihadjo, S.H. (1982 : 6), sumbangan
mengandung pikiran, bahwa biaya-biaya yang dikeluarkan
untuk prestasi Pemerintah tertentu, tidak boleh dikeluarkan
dari kas umum hanya golongan tertentu dari penduduk yang
diwajibkan membayar sumbangan.
Misalnya ; Sumbangan Wajib Pemeliharaan Prasarana Jalan,
Pening Sepeda
D. Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)

Adalah penerimaan yang dipeloreh Instansi Pemerintah


(Departemen dan Lembaga Non-Departemen).
Misalnya ; Penerimaan dari pendaftaran ciptaan.Penerimaan
dari permintaan hak paten,denda tilang,biaya perkara dll
ASAS-ASAS
PEMUNGUTAN
PAJAK

Slide- 4
Aristoteles dalam karyanya Rhetorica mengatakan
bahwa tujuan hukum ialah untuk menegakkan
keadilan.
Pengertian Asas Pajak
Asas Pajak merupakan suatu hal yang hakiki dalam
pengenaan/ pemungutan pajak di suatu negara, sehingga
terhindar dari hal-hal yang dapat merugikan masyarakat dan
negara (misalnya pengenaan pajak sewenang-wenang,
menimbulkan perlawanan atau bahkan tindakan anarkis
seperti Revolusi Perancis== Financers).
Asas ini juga sebagai rel/pedoman dalam pembuatan
peraturan (UU) perpajakan.
ASAS DAN DASAR PEMUNGUTAN PAJAK
Adam Smith ( 1723-1790 ) Wealth of Nations dalam ajaran
The Four Maxims ASAS PEMUNGUTAN PAJAK
adalah:
EQUALITY = Pajak bersifat final adil dan merata
CERTAINTY = Penetapan pajak tidak ditentukan sewenang-
wenang dan ada kepastian hukum
CONVINIENCE = Pajak dikenakan saat tidak menyulitkan
WP ( Pay as you earn) waktunya saat sedekat mungkin
ECONOMY = Biaya pemungutan dan pemenuhan kewajiban
minimal /biaya murah.
DASAR DAN TEORI
PEMUNGUTAN PAJAK
ASAS-ASAS PEMUNGUTAN PAJAK
A. ASAS FALSAFAH HUKUM PAJAK
TEORI ASURANSI
TEORI KEPENTINGAN
TEORI KEWAJIBAN PAJAK MUTLAK.
TEORI ASAS GAYA BELI.
TEORI ASAS GAYA PIKUL

B. ASAS YURIDIS
C. ASAS EKONOMIS
D. ASAS FINANSIAL
1.TEORI ASURANSI
Pembayaran pajak disamakan dengan
pembayaran premi.Masyarakat seakan
mempertanggungjawabkan keselamatan dan
keamanan jiwanya kepada negara.

TEPATKAH INI?
2.TEORI KEPENTINGAN
NEGARA MELINDUNGI
KEPENTINGAN HARTA DAN JIWA
WARGA NEGARA DENGAN
MEMPERHATIKAN BEBAN YANG
HARUS DIPUNGUT DARI
MASYARAKAT
3.TEORI BAKTI
DISEBUT JUGA
TEORI KEWAJIBAN
PAJAK MUTLAK.
PAJAK SEBAGAI
BUKTI TANDA
BAKTI
MASYARAKAT KE
NEGARA
4.TEORI GAYA BELI
PAJAK UNTUK
MEMELIHARA
MASYARAKAT
PAJAK
DITEKANKAN
UNTUK FUNGSI
MENGATUR
5.TEORI GAYA PIKUL
TIAP ORANG
DIKENAKAN PAJAK
DGN BOBOT SAMA
(ADIL) SESUAI
GAYA PIKUL
DENGAN UKURAN
BESARNYA
PENGHASILAN
DAN
PENGELUARAN
SESEORANG
TEORI PANCASILA
(Rochmat Soemitro 2004 : 30)
Pancasila mengandung sifat
kekeluargaan dan gotong royong
Pajak adalah salah satu bentuk gotong
royong yang tidak perlu dipersyaratkan
Gotong royong/pajak tidak lain dari
pengorbanan setiap anggota keluarga
(anggota masyarakat) untuk
kepentingan keluarga (bersama) tanpa
mendapatkan imbalan
berdasarkan Pancasila, pungutan pajak
dapat dibenarkan karena pembayaran
pajak dipandang sebagai uang yang
tidak keluar dari lingkungan
masyarakat tempat wajib pajak hidup.
Hukum Pajak harus memberi jaminan hukum yang perlu untuk
menyatakan keadilan yang tegas, baik untuk Negara maupun untuk
warganya.
Dasar hukum pemungutan pajak dalam pasal 23A Amandemen keempat
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pajak
dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur
dengan Undang-Undang
Yang Harus diperhatikan dalam membuat peraturan perpajakan:
Harus memperhatikan ECCE Adam Smiths Canon.
Hak Fiskus dijamin dalam pelaksanaan tugasnya
Hak dan Kewajiban Wajib pajak mendapat jaminan hukum
Rahasia pribadi maupun perusahaan di jamin.
Pajak selain mempunyai fungsi budgetair juga
berfungsi mengatur, digunakan sebagai alat untuk
menentukan politik perekonomian, maka politik
pemungutan pajaknya harus :
1. Diusahakan supaya jangan sampai menghambat
lancarnya produksi dan perdagangan.
2. Diusahakan, supaya jangan menghalang-halangi
rakyat dalam usahanya menuju ke bahagiaan dan
jangan sampai merugikan kepentingan umum
Sesuai dengan fungsi budgetair, maka sudah tentu bahwa
biaya-biaya untuk mengenakan dan memungut pajak
harus sekecil-kecilnya, di bandingkan dengan
pendapatannya
Pajak Langsung
Berdasarkan
Golongan
Pajak Tidak
Langsung

Pajak Pusat
Berdasarkan
PAJAK Wewenang
pemungut
Pajak Daerah

Pajak Subjektif
Berdasarkan
Sifat
Pajak Objektif
ialah pajak yang ditinjau dari :
Administratif, dikenakan secara berulang-ulang pada waktu
tertentu (periodik) misalnya setiap tahun
Ekonomis, pajak harus dipikul sendiri oleh wajib pajak dan tidak
dapat dilimpahkan kepada orang lain
Contoh : Pajak Penghasilan (PPh)

ialah pajak yang ditinjau dari segi :


Administratif, dan tidak dikenakan secara periodik (berulang-ulang),
tetapi dikenakan hanya bila terjadi hal-hal, atau peristiwa-peristiwa
yang dikenakan pajak
Ekonomis pajak dapat dilimpahkan kepada orang lain
Contoh : Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan PPn BM
Pajak Negara / Pajak Pusat ialah pajak yang
dipungut oleh Pemerintah Pusat yang
pelaksanaanya oleh Kementerian Keuangan
melalui DJP Contoh : PPh, PPN, BM
Pajak Daerah / Pajak Lokal, ialah pajak yang
dipungut oleh Pemerintah daerah
Contoh : Pajak Kendaraan Bermotor
Pajak Hotel dan Restoran
Pajak Penghasilan
Pajak Pertambahan Nilai & PPn BM
PAJAK PUSAT Bea Meterai
Pajak Bumi dan Bangunan
Bea Perolehan Hak atas Tanah dan
Bangunan (Th 2011 dialihkan ke pemda)

PAJAK Bea Balik Nama


PROPINSI Pajak Kendaraan
PAJAK DAERAH

PAJAK Pajak Hotel & Restoran


KABUPATEN Pajak Hiburan
Pajak Radio
(PAJAK NEGARA DAN PAJAK DAERAH)
.
Pengenaan pajak di Indonesia

Negara Daerah

PPH : UU. No. 7 Th. 1984 Dasar hukum Pajak Daerah & Retribusi:
diubah UU. No. 36 Th 2008 UU No. 18 Th. 1997
diubah UU. No. 34 Th. 2000

PPN dan PPnBM: UU. No. 8 Th. 1983


diubah UU. No. 42 Th. 2009

Bea Meterai: UU. No. 13 Th. 1985

PBB: UU. No. 12 Th. 1985


diubah UU. No. 12 Th 1994

BPHTB: UU. No. 21 Th. 1997


diubah UU. No. 20 Th. 2000 (Th 2011 dialihkan)
CARA PEMUNGUTAN PAJAK
ASAS (YURISDIKSI) PEMUNGUTAN PAJAK
1. Asas Domisili (tempat tinggal) negara
berhak memungut pajak atas penghasilan
WP yg berdomisili di wilayahnya tanpa
melihat sumbernya
2. Asas Sumber negara mengenakan pajak
atas penghasilan yang bersumber dari
wilayahnya, tanpa memperhatikan
domisili dan kewarganegaraan wajib pajak
3. Asas Kebangsaan (natonaliteit)
dihubungkan atas kebangsaan atau
kewarganegaraan dari wajib pajak tersebut
ex; pajak bangsa asing
Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Pajak Penghasilan yaitu:
yang menjadi objek pajak adalah penghasilan, yaitu setiap
tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau
diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia
maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk
konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak
yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apa
pun.
Pembuatan Aturan
& Kebijakan

PHP Kegiatan Belajar 6 DTSD I


Pengertian
Agenda Peraturan
Perundang-
undangan

Asas Peraturan
Perundang-
undangan

Pengundangan dan
Penyebarluasan
Apa ciiihhh Peraturan
Perundang-undangan itu ???

Pembentukan Peraturan Perundang-undangan :


PROSES [ Perencanaan Persiapan Teknik Penyusunan
Perumusan Pembahasan Pengesahan Pengundangan
Penyebarluasan ]

Peraturan Perundang-undangan :
Peraturan TERTULIS yang dibentuk oleh lembaga negara atau
pejabat yang berwenang dan MENGIKAT secara umum
UNDANG-UNDANG
Peraturan Perundang-undangan yang dibentuk
oleh DPR dengan persetujuan bersama Presiden

PERPU
Peraturan Perundang-undangan yang ditetapkan
oleh Presiden dlm hal ikhwal KEGENTINGAN yg
MEMAKSA

PP
Peraturan Perundang-undangan yang ditetapkan
oleh Presiden untuk menJALANkan UU sebagaimana
mestinya

PERATURAN PRESIDEN
Peraturan Perundang-undangan yang dibuat oleh
Presiden
PANCASILA SUMBER dari segala SUMBER HUKUM

- Dasar
Negara
- Ideologi
Negara
- Filosofi
Negara
UUD 1945 HUKUM DASAR dalam Peraturan Perundang-
undangan.
2. Kelembagaan /
1. Kejelasan Organ Pembentuk
Tujuan yg tepat 3. Kesesuaian
Jenis & Materi
Muatan

Asas Peraturan
4. Dapat
Perundang-undangan
Dilaksanakan

5. Kedayagunaan
& Kehasilgunaan
7.
Keterbukaan
6. Kejelasan
Rumusan
1. Pengayoman
10. 2. Kemanusiaan
Keseimbangan,
Keserasian & 3. Kebangsaan
Keselarasan

Asas-asas
4. Kekeluargaan
dlm Muatan Materi
9. Ketertiban &
Kepastian
Hukum 5. Kenusantaraan

8. Kesamaan
kedudukan dlm 6. Bhinneka
hukum dan 7. Tunggal Ika
pemerintahan Keadilan
Hukum Pidana Hukum Perdata

Asas Lain sesuai


- Asas Legalitas dengan bidang - Asas Kesepakatan
- Asas Tiada hukum Peraturan - Asas Kebebasan
Hukuman tanpa berkontrak
Perundang-
Kesalahan - Asas Iktikad Baik
undangan yang
- Asas Pembinaan
Narapidana bersangkutan
- Asas Praduga Tak
Bersalah
UUD 1945

Hierarki Peraturan
Perundang-undangan UU / Perpu

Peraturan Pemerintah

Peraturan Presiden

Peraturan Daerah
Agar setiap orang
PENGUNDANGAN MENGETAHUI-nya

1. Lembaran Negara RI
Setiap Peraturan Perundang-
2. Berita Negara RI
undangan HARUS diundangkan
3. Lembaran Daerah
dengan menempatkannya
4. Berita Daerah
dalam
Penjelasan Peraturan
- UU / PERPU Perundang-undangan
- PP yang dimuat dalam LN
- Peraturan
Presiden

LEMBARAN TAMBAHAN
NEGARA LEMBARAN
NEGARA

Peraturan Perundang-undangan lain yang menurut peraturan perundang-undangan


yang berlaku harus diundangkan dalam BERITA NEGARA RI, sedangkan
penjelasannya dimuat di TAMBAHAN BERITA NEGARA.
PENYEBARLUASAN

Agar khalayak ramai MENGETAHUIi Peraturan Perundang-undangan tsb &


MENGERTI/MEMAHAMI isi serta maksud-maksud yang terkandung di dalamnya.
Media yg dipakai : Media Elektronik (TVRI/RRI) dan Media Cetak & Cara Lain.
Partisipasi
Masyarakat

Masyarakat berhak untuk memberikan masukan secara lisan atau tertulis dalam
rangka penyiapan atau pembahasan rancangan undang-undang dan rancangan
peraturan daerah.

Pelaksanaannya sesuai dengan Tatib DPR / DPRD setempat.


Sekian & Terima Kasih
SISTEM PEMUNGUTAN - 7
Pengertian sistem perpajakan adalah cara bagaimana
mengelola utang pajak yang terutang oleh wajib pajak dapat
mengalir ke kas negara.
Sistem perpajakan dikenal ;
1.OFFICIAL ASSESSMENT SYSTEM
2.SELF ASSSESSMENT SYSTEM
3.WITH HOLDING SYSTEM
Official Assesment System (UU LAMA sebelum th
1983 ) memberi kewenangan kpd Fiskus untuk
menentukan besarnya pajak terutang
Ciri-ciri :
Wewenang pada fiskus
WP pasif
Utang pajak timbul setelah ada surat ketetapan
pajak
Self Assesment System ( UU BARU setelah tahun 1983)
memberi kepercayaan /kewenangan kpd WP untuk
menentukan sendiri besarnya pajak terutang
5 M (Mendaftar,Menghitung,Menyetor,Melapor,Menetapkan)
Ciri-Ciri :
- Wewenang pada WP
- WP aktif menghitung, menyetor & melapor
- Fiskus tdk ikut campur, hanya mengawasi
Witholding System memberi kewenangan kpd pihak
ketiga untuk menentukan besarnya pajak terutang
Ciri :
Wewenang pada pihak ketiga selain Fiskus dan Wajib Pajak
Memotong atau memungut suatu prosentase tertentu
misalnya 20%, 15%, 10%, 5% terhadap jumlah pembayaran
atau transaksi yang dilakukannya dengan penerima
penghasilan Wajib Pajak.
Contoh : PPh Pasal 21,22 dan 23/26
Self Assessment mengandung konsekuensi sebagai berikut :
sistem self assessment ini meletakkan tanggung jawab pemungutan
pajak sepenuhnya pada wajib pajak.

Memungkinkan terjadinya perlawanan terhadap proses pemungutan


pajak merupakan suatu fenomena yang sering terjadi baik dengan
memanfaatkan celah hukum (Tax avoidance) maupun melalui upaya
penyelundupan pajak (Tax Evasion)

Peran penting Direktorat Jenderal Pajak, dalam menyukseskan pemungutan


pajak dengan sistem self assessment ini, terletak pada kemampuannya untuk
dapat secara optimal melaksanakan fungsi pengawasan dan penegakan
hukum atas terjadinya segala bentuk penyimpangan pemenuhan kewajiban
perpajakan baik berupa pelanggaran administratif maupun pidana.
TARIF PAJAK
Tarif Pajak adalah suatu prosentase tertentu
atau nilai tertentu yang ditetapkan secara
pasti dalam peraturan perundang-undangan
perpajakan, yang digunakan untuk
menentukan besarnya pajak yang terutang.
Fungsi Tarif Pajak adalah :
1. Sarana untuk menghitung pajak.
2. Menentukan besarnya pajak yang terutang.
3. Menjaga terciptanya keadilan.
Tarif Tetap adalah tarif pajak yang besar nominalnya
tetap tanpa memperhatikan jumlah yang dijadikan
dasar pengenaan pajak. Contoh: Bea Meterai
Tarif Proporsional (Sebanding) adalah tarif yang
menggunakan persentase tetap tanpa
memperhatikan jumlah yang dijadikan dasar
pengenaan pajak. Contoh Tarif PPN 10%.
Tarif Progresif adalah tarif pajak yang persentasenya
semakin besar jika dasar pengenaan pajaknya
meningkat. Contoh: Tarif PPh
Tarif Degresif adalah tarif pajak yang persentasenya
semakin menurun jika dasar pengenaan pajaknya
meningkat.
Adalah suatu keadaan dimana wajib pajak memenuhi semua
kewajiban perpajakan dan melaksanakan hak perpajakannya

1. Kepatuhan Formil adalah suatu keadaan


dimana wajib pajak memenuhi kewajiban perpajakan
secara formal sesuai dengan ketentuan dalam
undang-undang perpajakan,

2.Kepatuhan materiil adalah suatu keadaan


dimana wajib pajak secara substantive memenuhi
semua ketentuan materiil perpajakan sesuai dengan
isi atau jiwa undang-undang perpajakan artinya wajib
pajak dalam menyampaikan SPT dengan benar,
lengkap dan jelas
Perlawanan terhadap pajak >> > pajak
dipandang sebagai sesuatu yang
membebani sehingga perlu dihindari
Bentuk Penghindaran Pajak :
1. Tax Avoidance adalah suatu skema
transaksi yang meminimalkan beban
pajak dengan memanfaatkan kelemahan-
kelemahan dalam ketentuan perpajakan
suatu negara
2. Tax Evasion diartikan sebagai suatu skema
memperkecil pajak yang terutang dengan
cara melanggar ketentuan perpajakan
secara illegal seperti dengan cara tidak
melaporkan penjualan atau memperbesar
biaya dengan cara fiktif
Utang Pajak
&
Daluwarsa Utang Pajak

PHP KB9 DTSD I by Gathoe18


Agenda 1. Lahir & Hapusnya Utang Pajak

Lahirnya Utang Pajak


Urgensi Lahirnya Utang Pajak
Hapusnya Utang Pajak

2. Daluwarsa Penagihan Pajak


Lahirnya Utang Pajak
UTANG PAJAK
Utang yang timbul secara khusus
karena NEGARA (KREDITUR) terikat
dan tidak dapat memilih secara bebas
siapa yang akan dijadikan DEBITUR-
Rochmat Sumitro nya, seperti dalam Hukum Perdata.

Pasal 1352 KUH Perdata :


Perikatan-perikatan yang dilahirkan demi undang-undang,
timbul dari undang-undang sahaja, atau dari undang-undang
sebagai akibat perbuatan orang

Perikatan2 yg lahir dari UU saja ialah


perikatan-perikatan yg timbul oleh
hubungan kekeluargaan. Perikatan yg lahir
dari UU karena perbuatan dpt dibedakan
lagi menjadi 2 yang diperbolehkan & Subekti
yang melanggar hukum
Lahirnya Utang Pajak
AJARAN FORMAL
Utang Pajak timbul karena
Undang-undang pada saat di
keluarkan surat ketetapan
pajak oleh Dirjen Pajak

AJARAN MATERIAL
Utang Pajak timbul dengan
Saat Lahirnya sendirinya karena pada saat
Utang Pajak yang ditentunkan oleh UU
sekaligus dipenuhi Syarat Subjek &
Syarat Objek.
Urgensi Lahirnya Utang Pajak
Seberapa penting sihhh menentukan saat
timbulnya utang pajak itu ??

Rochmat Sumitro 1. Pembayaran / Penagihan


2. Pemasukan surat keberatan
3. Penentuan bermula dan berakhirnya jangka
waktu daluwarsa
4. Menerbitkan Surat Ketetapan Pajak (SKP) &
Surat Ketetapan Pajak Tambahan (SKPT)
Hapusnya Utang Pajak

1. Pembayaran Pasal 1381


2. Penawaran pembayaran yang
diikuti dengan penitipan KUH Perdata
3. Pembaharuan Utang
4. Kompensasi Utang
5. Pencampuran Utang
6. Pembebasan Utang
7. Musnahnya barang yang
terutang
8. Pembatalan, atau batal demi
huklum
9. Dipenuhi syarat batal
10. Daluwarsa
Hapusnya Utang Pajak

1. Pembayaran
2. Kompensasi Utang
Hal yg dapat 3. Pembebasan Utang
menghapuskan 4. Pembatalan
5. Daluwarsa
Perikatan Pajak
Daluwarsa
Penagihan Pajak
Suatu batasan waktu yg ditentukan o/
UU bahwa fiskus TIDAK mempunyai hak
lagi untuk melakukan PENAGIHAN
terhadap UTANG PAJAK wajib pajak

KEPASTIAN HUKUM
Pasal 22 UU No. 16
Tahun 2009 tentang
KUP
Ayat (1) :
Daluwarsa Hak untuk melakukan penagihan pajak,
termasuk bunga, denda, kenaikan dan
Penagihan Pajak biaya penagihan pajak, daluwarsa
setelah melampaui 5 (lima) tahun
terhitung sejak penerbitan STP, SKPKB
serta SKPKBT, dan SK Pembetulan, SK
Keberatan, Putusan Banding serta
Putusan PK.
Pasal 22 UU No. 16
Tahun 2009 tentang
Ayat (2) :
KUP Daluwarsa penagihan pajak
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
tertangguh apabila :
a. Diterbitkan Surat Teguran dan
Surat Paksa
b. Ada pengakuan utang dari WP
langsung/tidak langsung
c. Diterbitkan SKPKB (Ps.13 ayat 5)
atau SKPKBT (Ps. 15 ayat 4)
Sekian
&
Matur Nuwun

Anda mungkin juga menyukai