Anda di halaman 1dari 10

Prosedur Klinis Pembuatan Inlay

1. Inlay Logam Tuang Direk


a. Teknik preparasi
Karakteristik utama untuk preparasi inlay ini adalah tidak boleh ada undercut
walaupun harus tetap retentif. Secara teoritis sudut antara dinding-dinding kavitas
harus antara 7-10 derajat, tetapi hal ini hampir mustahil dilaksanakan secara klinis,
sehingga sudut 20 derajat secara rata-rata dapat diterima. Jika garis-garis internal
terlihat jelas sekali, maka berarti dinding kavitas terlalu divergen ke oklusal.
Sebaliknya, jika satu dinding selalu hilang dari pandangan, maka berarti kavitasnya
memiliki undercut. Dinding-dinding kavitas harus dihaluskan agar pola direknya
dapat dikeluarkan (Sturdevant, 2006)
Aloi yang digunakan hendaknya aloi yang duktil dan tepi kavitas dibevel
sehingga inlay dapat diburnis untuk meningkatkan adaptasi tepinya. Bevel dapat
dibuat dengan memakai kecepatan tinggi dengan bur karbida tungsten kecepatan
tinggi atau dengan kecepatan rendah . kavitas ini dapat dilapik dengan semen EBA
atau semen ionomer. Pada kavitas yang sangat dalam, diperlukan subpelapik
hidroksida kalsium (Kidd et al, 2000)
b. Pola direk
Prosedur pembuatan pola malam direk harus melewati berbagai tahap (Kidd et al,
2000) yakni :
- Permukaan preparasi mula-mula dilumas dulu dengan lapisan tifis parafin cair
atau larutan sabun.
- Sebatang malam inlay dilunakkan dan dibentuk mengerucut dengan jalan
memanaskan unjung malam secara hati-hati di atas api spiritus. Malam jangan
sampai dipanaskan terlalu tinggi hingga mencair dan menetes.
- Ujung malam yang sudah lunak dibentuk sampai berbentuk kerucut memakai
ibu jari dan telunjuk. Kerucut malam yang lunak tersebut kemudian
ditekankan ke kavitas dan tetap ditekan sampai malamnya mendingin.
- Jika sudah keras, malam diukir dengan instrumen panas atau tajam sambil
hati-hati dalam membentuk bevel sudut tepi kavitas dan kontur. Permukaan
malam dapat dihaluskan dengan butiran kapas. Kapas ini dibasahi dahulu
dengan air dan diletakkan di atas nyala api sampai airnya hampir mendidih. Ini
dapat dipakai untuk menghaluskan kekasaran-kekasaran kecil.
- Tahap selanjutnya adalah memberikan sprue pada pola malam. Sprue terbuat
dari kawat bulat lurus berdiameter sekitar 1 mm dan panjang 15 mm. Sprue
dipanaskan dan setelah ditambah selapis malam inlay disekelilingnya, sprue
ditusukkan di tengah pola dan dibiarkan sampai dingin. Sprue berfungsi
ganda; sebagai pegangan untuk menarik pola malam dari kavitas dan
membentuk saluran tempat mengalirnya logam setelah pola ditanamkan dan
spruenya diangkat.
- Pola malam diangkat dari kavitas dengan memegang sprue dengan jari dan
periksalah baik-baik permukaan dalamnya. Pola malam yang baik seharusnya
mencerminkan reproduksi yang tajam dari rincian permukaan internal kavitas.
Tambalan sementara diperlukan untuk melindungi dentin terbuka, sampai
inlaynya selesai dicor. Tambalan ini bisa berupa semen OSE walaupun tidak
ideal karena akan sukar dibuka tanpa merusak preparasi. Lebih disukai
memakai akrilik untuk mahkota dan jembatan sementara karena dapat dibuka
dalam satu kesatuan. Akrilik dicampur sampai konsistensinya kental,
dimasukkan ke dalam kavitas dan dibentuk dengan instrumen plastis datar.
Ketika hampir mengeras inlay sementara dikeluarkan kemudian dimasuk-
keluarkan beberapa kali sampai mengeras. Ini akan menghindarkan inlay
sementara menempel pada kavitas. Inlay sementara kemudian disemenkan
dengan semen sementara OSE.
c. Tahap Laboratorium

Tahap laboratorium akan bervariasi bergantung pada bahan pola dan


logam yang digunakan. Singkat kata, sprue dan pola diletakkan pada cone-shaped
form, ditutup dengan bumbung tuang lalu dituangi dengan bahan investmen dan
dibiarkan mengeras. Jika telah mengeras, cone-shaped form dan sprue diangkat
dengan pinset. Bumbung tuang kemudian dipanaskan dalam tungku sampai
malam meleleh dan menguap atau akriliknya terbakar habis lalu logam cair
dicorkan dan dibiarkan mengeras. Ketika masih panas bumbung tuang dicelupkan
ke dalam air sehingga investmen akan pecah dan mudah dibuka. Sprue dipotong,
biasanya disisakan sedikit sebagai pegangan ketika mencoba inlay dalam kavitas.
Inlay direk yang kecil biasanya tidak dipoles sampai dicobakan di dalam mulut
(Kidd et al, 2000)

d. Kunjungan Klinis Kedua


Inlay sementara dibuka dan kavitas dibersihkan serta diperiksa dari sisa-
sisa tambalan sementara. Sebelum dicobakan di dalam kavitas, permukaan dalam
inlay harus diperiksa dengan teliti, jika terdapat sedikit benjolan kacil emas dapat
dihilangkan dengan ekskavator, tetapi jika defek ini besar dan banyak, pola
malam harus dibuat ulang (Anusavice, 2003)

Selanjutnya inlay dicobakan ke dalam kavitas. Jika duduknya tidak baik,


kemungkinan terdapat sisa-sisa tambalan sementara atau adanya undercut dalam
kavitas dan pola malam yang distorsi. Dalam keadaan seperti ini, kavitasnya harus
dimodifikasi dan pola dibuat kembali. Akhirnya bevelnya yang diperiksa, karena
bevel yang tidak cukup akan juga memerlukan pembuatan pola malan yang baru
(Anusavice, 2003)

Jika restorasinya telah pas, tepi inlay diburnis dengan burniser tangan
dengan gerakan dari inlay ke gigi. Suatu daerah tepi yang tampak terlalu tebal
dapat dikurangi dengan bur pengakhir baja bulat dan kecil atau dengan stone putih
kecepatan rendah. Instrumen harus digunakan dengan tekanan ringan dan diputar
dari emas ke gigi sehingga berefek kerja dari emas ke gigi (Anusavice, 2003)

Tepi inlay kini dipoles di dalam mulut sejauh mungkin, memakai poin
karet pumis dan caret. Akhirnya inlay diangkat dan sprue dipotong. Sisa
permukaan dipoles dengan roda karet abrasif. Selanjutnya inlay disemenkan
dengan semen ionomer kaca tipe penyemen atau semen Zn. Fosfat yang dicampur
samapi konsistensinya seperti krim. Semen ionomer kaca lebih disukai karena
lebih adhesif ke dentin dan kurang iritatif terhadap pulpa. Semen dicapur sesuai
instruksi pabrik. Semen yang telah dicampur diulaskan ke permukaan dalam inlay,
dimasukkan ke dalam kavitas, ditekan sampai posisinya baik dengan burniser
berberntuk buah pir. Jika semen telah benar-benar mengeras, gunakan ekskavator
atau sonde untuk menghilangkan kelebihan semen. Jika semen ionomer yang
dipakai, tepinya harus dilapisi dua lapis pernis. Restorasi kemudian dipoles akhir
dengan poin karet pumis dan tepinya dipernis ulang (Anusavice, 2003)

2. Inlay Logam Tuang Indirek


a. Preparasi bagi inlay MOD dengan perlindungan tonjol
Ini merupakan macam inlay yang paling umum dilakukan. Prinsi-prinsip
ini di aplikasikan agak berbeda untuk memperhitungkan sifat-sifat bahan yang
digunakan, tetapi secara prinsip sama dengan prinsip untuk restorasi plastis ,
yaitu (Kidd et al, 2000)
Memperoleh akses ke karies atau membuang restorasi lama.
Membuang karies.
Mempertimbangkan dengan seksama langkah berikutnya.

Desain untuk inlay harus dipertimbangkan kembali ditahap ini dan jika
keputusannya telah dikonfirmasikan maka rencanakan rincian desain.

Mempreparasi kavitas sehingga retentive dan resisten.


Mempreparasi perlindungan tonjolnya.
Mengecek undercut.
Mempreparasi garis-garis akhir.
Melapik kavitas.
b. Retensi bagi kavitas inlay

Retensi diperoleh dengan mempreparasi dinding yang saling berhadapan


menjadi separalel mungkin dan tanpa undercut. Hal ini memungkinkan
diperolehnya jalan masuk inlay dengan baik dari arah oklusal, dan paling mudah
dibuat dengan menggunakan bur fissure karbida tungsten lurus mengguncup pada
kecepatan tinggi. Agar dinding-dinding kavitas bias separalel mungkin, bur harus
diatur kembali letaknya ketika berpindah dari sisi bukal ke sisi lingual kavitas.
(Kidd et al, 2000)

c. Perlindungan tonjol

Aspek penting dari desain dan alasan utama untuk memilih tipe restorasi
ini adalah guna melindungi tonjol yang lemah agar tidak patah karena tekanan
oklusal. Untuk melakukan ini, tonjol yang lemah dikurangi ketinggiannya, sejajar
dengan lereng tonjol. (Kidd et al, 2000)

d. Pemeriksaan undercut

Kavitas harus bebas dari undercut agar semua garis (line angle) yang kecil
dan titik sudut (point angle) bias dilihat sekaligus. Undercut bias dicek dengan
melihatnya langsung pada kavitas, atau dengan kaca mulut (khususnya yang
mempunyai permukaan pemantul), pada arah pelepasan inlay. Tanpa
memindahkan posisi kepala, operator bisa memasukkan sonde dari pandangan,
berarti sonde masuk kedaerah undercut. (Kidd et al, 2000)

e. Pelapikan kavitas

Pada kavitas yang dalam harus digunakan sub pelapik dari semen yang
mengandung hidroksida kalsium. Bahan pelapik kedua selanjutnyya diletakkan
diatas sub pelapik untuk menutup setiap undercut, mendatarkan lantai oklusal dan
dinding pulpa, dan sebagai isolator panas bagi pulpa. Semen ionomer kaca
merupakan bahan pilihan untuk pelapik structural ini karena adhesive terhadap
dentin. (Anusavice, 2003)

e. Pencetakan
Sendok cetak khusus

Sendok mendukung bahan disekitar gigi, ini berarti bahan di sekitar gigi;
ini berarti bahwa bahan cetak yang digunakan makin sedikit dan bisa diperoleh
ketebalan bahan yang konsisten. Jika diperlukan dapat pula dibuat sendok cetak
khusus dari resin akrilik pada model studi. Sendok harus menutupi semua gigi
didalam lengkung dan diperluas 2mm melebihi tepi gingival. Sendok harus
berjarak 1-2mm dari gigi-gigi tetapi berkontak dengan 3 gigi disepanjang rahang
sehingga bisa dipasang dengan tepat tanpa menyentuh gigi yang dipreparasi.
Bahan adhesive yang tepat untuk pencetakkan diulaskan pada bagian dalam
sendok dan sekitar tepi-tepinya, kemudian dibiarkan mongering sebelum
dilakukan pencetakkan. (Kidd et al, 2000)

Pengisolasian gigi; retraksi gingival


Bahan cetak elastomer bersifat hidrofobik dan karena itu, permukaan gigi
yang dipreparasi harus kering. Gigi diisolasi dengan gulungan kapas dan disertai
penghisap saliva. Jaringan gingival harus dalam keadaan sehat sebelum dilakukan
preparasi. Jika tepi preparasi diperluas ke atau dibawah tepi gingival, tepi gingival
perlu diretraksi sebelum pencetakan agar diperoleh cetakan bagian tepi yang
akurat. Untuk tujuan ini digunakan benang retraksi gingival yang dibasahi larutan
stiptik seperti alumanium klorida atau vasikonstriktor misalnya adrenalin. Benang
ditekan perlahan-lahan ke leher gingival dengan alat plastik datar, dibiarkan 1-2
menit sebelum dilakukan pencetakkan (Kidd et al, 2000)

Pembuatan cetakan

Bahan cetak diaduk merata sesuai petunjuk pabrik. Benang retraksi dilepas
dan bahan cetak yang encer disuntikan kedalam preparasi dan sekitar gigi. Bahan
cetak yang lebih kental atau berbentuk padat diletakkan pada sendok cetak dan
sendok cetak ditempatkan diatas bahan encer yang belum mengeras. Ini
membantu bahan cetak beradaptasi kesemua daerah preparasi dan leher gingiva.
Sendok cetak ditahan sampai bahan cetak mengeras dan dikeluarkan dari mulut
(Kidd et al, 2000)

Pemeriksaan cetakan
Cetakan hasil preparasi harus diperiksa rinciannya untuk melihat apakah
semua bagian tepi terlihat dan tidak ada lubang kosong karena gelembung udara
yang terjebak. Rincian permukaan okusal dari seluruh cetakan harus diperiksa
karena akibat gelembung udara nantinya akan terisi gip dan menghalangi oklusi
model. (Kidd et al, 2000)
3. Inlay Porselen
Inlay atau onlay porselen yang modern mempunyai permukaan dalam (pit
surface) yang dietsa atau sekurang-kurangnya dikasarkan. Inlay ini disemenkan
dengan semen komposit terhadap email yang sudah dietsa atau ke basis semen
ionomer kaca yang dietsa. Jadi, desain retentif dari kavitas kurang penting
dibandingkan untuk inlay logam tuang konvensional. Disini karies dan restorasi
yang lama harus dibuang, tetapi basis ionomer kaca umumnya dibuat cukup tebal,
kadang-kadang di atas subpelapik hidroksida kalsium, dan berfungsi sebagai
pembonding dan penguat dentin yang masih ada pada tonjol gigi. Inlay atau onlay
porselen disini terutama berfungsi untuk memberikan lapisan permukaan oklusal
yang tahan keausan (Sturdevant, 2006)
Prinsip desain kavitasnya adalah harus masih ada cukup email atau
permukaan ionomer kaca untuk dietsa dan tepinya tidak dibevel. Teknik
pencetakannya sama untuk logam tuang indirek. Untuk penyemenan digunakan
resin komposit khusus. Inlay dikembalikan dari laboratorium dengan permukaan
dalam yang telah dietsa menggunakan asam hidrofluorik atau hanya dibiarkan
kasar setelah dilepas dari die refraktori dengan cara sandblasting. Gigi diisolasi
dengan isolator karet, inlay sementara dilepas, dan email serta setiap semen
ionomer kaca yang membentuk bagian preparasi dietsa, dicuci dan dikeringkan.
Resin kemudian diaplikasikan menurut petunjuk pabrik. Pada pemakaian
beberapa semen perekat reaksi pengerasan bisa dipercepat dengan penyinaran dan
reaksi pengerasan akan berlanjut secara kimia. Kelebihan semen akan lebih
mudah dibersihkan pada saat semen belum mengeras sempurna. Jika semen sudah
mengeras, isolator karet dilepas dan oklusi dicek dengan kertas artikulasi serta
diasah dengan bur intan kecil. Permukaan yang diasah bisa dipoles dengan disk
pemoles komposit atau dengan roret dan poin yang khusus dibuat untuk memoles
porselen (Kidd et al, 2000)

Indikasi dan Kontraindikasi

1. Indikasi
Aplikasi inlay diindikasikan untuk (Kidd et al, 2000)
Kerusakan sudah meliputi setengah atau lebih permukaan gigi yang digunakan
untuk menggigit (pada gigi belakang)
Untuk menggantikan tambalan lama, terutama bila jaringan gigi yang tersisa
sedikit (pada gigi belakang)

Dibawah ini diuraikan secara lebih lengkap mengenai indikasi yang paling sering bagi
setiap restorasi Indikasi:

a. Inlay logam tuang direk


Teknik inlay logam tuang secara direk hanya dapat diterapkan pada kavitas yang
sangat kecil. Dengan demikian, sifat kuatnya suatu logam tuang tidak termanfaatkan
dengan maksimal. Hanya sedikit inlay logam tuang direk yang dibuat dan ini pun biasanya
diindikasikan bersama-sama dengan beberapa restorasi lain. (Kidd et al, 2000)

b.
Inlay logam tuang indirek

Teknik indirek memungkinkan dibuatnya variasi desain preparasi yang lebih


banyak. Tipe yang paling sering dipakai adalah inlay yang juga melindungi tonjol gigi
dengan jalan menutup permukaan oklusal, yang biasa disebut onlay. Indikasi kedua yang
paling sering untuk inlay indirek adalah sebagai bagian dari suatu jembatan atau piranti lain
yang menggantikan gigi hilang. (Kidd et al, 2000)

c. Inlay porselen

Inlay atau onlay porselen memiliki keuntungan dalam hal penampilannya yang
lebih alamiah dibandingkan dengan inlay logam tuang dan lebih tahan abrasi daripada
komposit. Oleh karena itu, porselen cocok untuk permukaan oklusal gigi posterior yang
restorasinya luas dan penampilannya diperlukan. Selain itu, porselen dapat juga dipakai
di permukaan bukal yang terlihat baik di gigi anterior maupun posterior. Porselen tidak
sekuat logam tuang tetapi jika sudah berikatan dengan permukaan email melalui sistem
etsa asam tampaknya akan menguatkan gigi dengan cara yang sama seperti pada restorasi
berlapis komposit atau semen ionomer-resin komposit. (Anusavice, 2003)

2. Kontraindikasi:
Permukaan oklusal yang berat
Restorasi keramik dapat patah pada saat kurangnya bagian yang besar untuk
mencukupi tekanan oklusal yang erlebihan. Seperti pasien yang memilki bruxism atau
kebiasaan clenching. Meihat permukaan oklusal dapat menjadi indikasi apakah gigi
pasien bruxism/clenching.
Ketidakmampuan untuk memeliharanya
Meskipun beberapa penelitin memberitahukan bahwa dental adhesive dapat
menetralkan berbagai kontraindikasi, adhesive teknik memerlukan real-perfect
moisture control.yang menjamin keberhasilan kliniknya.
Preparasi subgingival yang tajam
Walupun ini tidak menjadi kontraindikasi yang absolute preparasi dengan kedalaman
tepi gingival harus dihindari. Tepi akan sulit dan mempengaruhi cetakan dan akan sulit
untuk di selesaikan.

Anusavice, Kenneth J. (2003). Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi. (Johan Arief Budiman &
Susi Purwoko, Penerjemah). Jakarta: EGC.

Kidd, AM., Smith, BGN., & Pickard, HM. (2000). Manual Konservasi Restoratif. Ed 6.
( Narlan Sumawinata, Penerjemah). Jakarta: Widya Medika

Sturdevant, CM. (2006) The Art and Science of Operative Dentistry, ed.5. St Louis Mosby.

Anda mungkin juga menyukai