Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Radikalisme yaitu suatu paham yang dibuat-buat oleh sekelompok orang

yang menginginkan perubahan atau pembaharuan sosial dan politik secara drastis

dengan menggunakan cara-cara kekerasan. Paham radikal dianggap berbahaya

karena dapat memicu kegiatan atau sebuah aksi yang ekstrim dalam sebuah

penolakan yang tidak sesuai dengan paham tersebut. Radikalisme yang akhir-

akhir ini sering kali dikaitkan dengan aksi-aksi kekerasan yang dikonotasikan

dengan kekerasan berbasis agama termasuk aksi terorisme. Lalu bagaimana

dengan radikal dan radikalisme sendiri yang sering dikaitkan dengan terorisme?

Fenomena radikalisme memang sangat kental dikaitkan dengan aksi terorisme.

Ditambah dengan fakta bahwa aksi terorisme di Indonesia memang dilakukan

oleh sekelompok orang yang mengaku diri mereka sebagai islam garis keras.

terorisme merupakan serangan yang terkoordinasi yang bertujuan untuk

menimbulkan teror atau perasaan takut dan menimbulkan korban dengan

melakukan hal-hal yang membahayakan seperti bom bunuh diri. Terorisme dan

radikalisme sebenarnya tidak beda jauh, keduanya sama-sama menggunakan

kekerasan, tindakan yang ekstrim serta berusaha untuk mengubah keadaan sesuai

dengan tujuan yang dikehendaki dengan cara yang cepat.


Sasaran yang menjadi objek serang terorisme yaitu seperti fasilitas-fasilitas

yang dianggap merupakan milik lawan kelompoknya yaitu seperti simbol-simbol

negara yang dianggap musuh misalnya Amerika dan Israel yang ada diberbagai
belahan negara di dunia. Tetapi yang menjadi faktanya korban dari terorisme

kebanyakan justru masyarakat sipil yang lebih banyak beragama Islam.

Sedangkan kaum para penganut terorisme menganggap dan menyebut dirinya

sendiri sparatis, pejuang pembebasan, mujahidin dan lainnya yang seakan

mencerminkan bahwa tindakan mereka merupakan tindakan yang benar untuk

berjuang di jalan Tuhannya.


Siapakah sebenarnya pelaku terorisme dan apa motif dibalik aksi terorisme.

Namun yang jelas, semua ormas Islam yang resmi di nagara ini sama-sama

menyatakan bahwa praktik terorisme bukanlah bagian dari Islam. Tidak

terkecuali ormas-ormas yang sering distigma sebagai ormas garis keras seperti

Fron Pembela Islam (FPI), Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) dan Majelis Mujahiddin

Indonesia (MMI). Beberapa wilayah di ndonesia yang sudah terkena terorisme

diantaranya pada tanggal 28 Maret 1981, Garuda Indonesia pernah diserang oleh

teroris. Dalam perjalanan menuju Medan setelah transit di Palembang dari

penerbangan Jakarta, pesawat ini dibajak oleh 5 orang bersenjata yang mengaku

sebagai angota Komando Jihad. 3 Teroris tersebut mengaku sebagai bagian dari

penumpang pesawat Garuda Indonesia. Aksi ini mengakibatkan 1 orang kru

pesawat tewas, 1 orang penumpang tewas, dan 3 orang teroris tewas. Lalu Lima

tahun kemudian, tepatnya 21 Januari 1985, aksi terorisme dengan motif jihad

kembali terjadi. Kali ini menimpa salah satu tempat keajaiban dunia yang ada di

Yogyakarta, Candi Borobudur.Dan aksi terorisme juga terjadi Pada tahun 2000,

ada empat aksi teror yang pernah terjadi. 1 Agustus 2000, sebuah bom

meledakkan Kedubes Filipina. Akibat peristiwa ini 2 orang tewas serta 21 orang
luka-luka termasuk di dalamnya Duta Besar Filipina untuk Indonesia, Leonides T.

Canay dan kerusakan mobil-mobil yang terparkir di lokasi sekitar.


1.2 Rumusan Masalah

1. Sejarah mengenai paham radikasime dan terorisme ?

2. Bagaimana mahasiswa menanggapi mengenai paham tersebut?

3. Faktor terbentuknya terorisme

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk berbagi ilmu pengetahuan tentang betapa

pentingnya mengetahui dan mencegah radikalisme terutama yaitu dikalangan anak

muda.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian dari makalah ini adalah untuk mengharapkan pembaca dapat

memahami arti radikalisme sebenarnya.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sejarah Perkembangan Paham Radikalisme

Munculnya isu-isu politis mengenai radikalisme Islam merupakan tantangan baru

bagi umat Islam untuk menjawabnya. Isu radikalismeIslam ini sebenarnya sudah lama

mencuat di permukaan wacana Internasional.

Radikalisme Islam sebagai fenomena historis-sosiologis merupakan masalah

yang banyak dibicarakan dalam wacana politik dan peradaban global akibat kekuatan

media yang memiliki potensi besar dalam menciptakan persepsi masyarakat dunia6.

Banyak label label yang diberikan oleh kalangan Eropa Barat dan Amerika Serikat

untuk menyebut gerakan Islam radikal, dari sebutan kelompok garis keras, ekstrimis,

militan, Islam kanan, fundamentalisme sampai terrorisme. Bahkan di negara-negara

Barat pasca hancurnya ideology komunisme (pasca perang dingin) memandang Islam

sebagai sebuah gerakan dari peradaban yang menakutkan. Tidak ada gejolak politik

yang lebih ditakuti melebihi bangkitnya gerakan Islam yang diberinya label sebagai

radikalisme Islam. Tuduhan-tudujan dan propaganda Barat atas Islam sebagai agama

yang menopang gerakan radikalisme telah menjadi retorika internasional.

Label radikalisme bagi gerakan Islam yang menentang Barat dan sekutu-

sekutunya dengan sengaja dijadikan komoditi politik. Gerakan perlawanan rakyat

Palestina, Revolusi Islam Iran, Partai FIS Al-Jazair, perilaku anti-AS yang

dipertunjukkan Muammar Ghadafi ataupun Saddam Hussein, gerakan Islam di


Mindanao Selatan, gerakan masyarakat Muslim Sudan yang anti-AS, merebaknya

solidaritas Muslim Indonesia terhadap saudara-saudara yang tertindas dan

sebagainya, adalah fenomena yang dijadikan media Barat dalam mengkapanyekan

label radikalisme Islam.Tetapi memang tidak bisa dibantah bahwa dalam perjalanan

sejarahnya terdapat kelompok-kelompok Islam tertentu yang menggunakan jalan

kekerasan untuk mencapai tujuan politis atau mempertahankan paham keagamaannya

secara kaku yang dalam bahasa peradaban global sering disebut kaum radikalisme

Islam.

Menurut Ketua Pengurus Besar Nahdatul Ulama (PBNU), Ahmad Bagja,

radikalisme muncul karena ketidakadilan yang terjadi di dalam masyarakat. Kondisi

tersebut bisa saja disebabkan oleh negara maupun kelompok lain yang berbeda

paham, juga keyakinan. Pihak yang merasa diperlakukan secara tidak adil, lalu

melakukan perlawanan.

Radikalisme tak jarang menjadi pilihan bagi sebagian kalangan umat Islam untuk

merespons sebuah keadaan. Bagi mereka, radikalisme merupakan sebuah pilihan

untuk menyelesaikan masalah. Namun sebagian kalangan lainnya, menentang

radikalisme dalam bentuk apapun.

Sebab mereka meyakini radikalisme justru tak menyelesaikan apapun. Bahkan

akan melahirkan masalah lain yang memiliki dampak berkepanjangan. Lebih jauh

lagi, radikalisme justru akan menjadikan citra Islam sebagai agama yang tidak toleran

dan sarat kekerasan.


Cendekiawan Muslim, Nazaruddin Umar, mengatakan radikalisme sebenarnya

tak ada dalam sejarah Islam. Sebab selama ini Islam tak menggunakan radikalisme

untuk berinteraksi dengan dunia lain. Dalam sejarahnya, Nabi selalu mengajarkan

umatnya untuk bersikap lemah lembut, tegasnya.

Ini berarti, jelas Nazaruddin, bahwa penyebaran ajaran Islam yang diemban oleh

Nabi Muhammad dilakukan dengan cara yang santun dan lemah lembut. Nabi

mengajarkan untuk memberikan penghormatan kepada orang lain meski mereka

adalah orang yang memiliki keyakinan yang berbeda.

Nazaruddin menambahkan bahwa ajaran Islam yang masuk ke Indonesia juga

dibawa dengan cara yang sangat damai. Pun penyebaran Islam yang terjadi di Negara

lainnya. Ini sangat berbeda dengan negara-negara lain, terutama imperialis.

2.2 Sejarah Perkembangan Paham Terorisme

Terorisme berkembang sejak berabad lampau, ditandai dengan bentuk kejahatan

murni berupa pembunuhan dan ancaman yang bertujuan untuk mencapai tujuan

tertentu. Perkembangannya bermula dalam bentuk fanatisme aliran kepercayaan yang

kemudian berubah menjadi pembunuhan, baik yang dilakukan secara perorangan

maupun oleh suatu kelompok terhadap penguasa yang dianggap sebagai tiran.

Pembunuhan terhadap individu ini sudah dapat dikatakan sebagai bentuk murni dari

Terorisme dengan mengacu pada sejarah Terorisme modern.Meski istilahTerordan

Terorismebaru mulai populer abad ke-18, namun fenomena yang ditujukannya

bukanlah baru. Menurut Grant Wardlaw dalam buku Political Terrorism (1982),
manifestasi Terorisme sistematis muncul sebelum Revolusi Perancis, tetapi baru

mencolok sejak paruh kedua abad ke-19. Dalam suplemen kamus yang dikeluarkan

Akademi Perancis tahun 1798, terorisme lebih diartikan sebagai sistem rezim teror.

Kata Terorisme berasal dari Bahasa Perancis le terreuryang semula dipergunakan

untuk menyebut tindakan pemerintah hasil Revolusi Perancis yang mempergunakan

kekerasan secara brutal dan berlebihan dengan cara memenggal 40.000 orang yang

dituduh melakukan kegiatan anti pemerintah. Selanjutnya kata Terorisme

dipergunakan untuk menyebut gerakan kekerasan anti pemerintah di Rusia. Dengan

demikian kata Terorisme sejak awal dipergunakan untuk menyebut tindakan

kekerasan oleh pemerintah maupun kegiatan yang anti pemerintah.Terorisme muncul

pada akhir abad 19 dan menjelang terjadinya Perang Dunia-I, terjadi hampir di

seluruh belahan dunia.Pada pertengahan abad ke-19, Terorisme mulai banyak

dilakukan di Eropa Barat, Rusia dan Amerika. Mereka percaya bahwa Terorisme

adalah cara yang paling efektif untuk melakukan revolusi politik maupun sosial,

dengan cara membunuh orang-orang yang berpengaruh.Sejarah mencatat pada tahun

1890-an aksi terorisme Armeniamelawan pemerintah Turki, yang berakhir dengan

bencana pembunuhan masal terhadap warga Armenia pada Perang Dunia I. Pada

dekade tersebut, aksi Terorisme diidentikkan sebagai bagian dari gerakan sayap kiri

yang berbasiskan ideologi.Bentuk pertama Terorisme, terjadi sebelum Perang Dunia

II, Terorisme dilakukan dengan cara pembunuhan politik terhadap pejabat

pemerintah. Bentuk kedua Terorisme dimulai di Aljazair pada tahun 50an, dilakukan

oleh FLN yang memopulerkan serangan yang bersifat acak terhadap masyarakat

sipil yang tidak berdosa. Hal ini dilakukan untuk melawan apa yang disebut sebagai
Terorisme negara oleh Algerian Nationalist. Pembunuhan dilakukan dengan tujuan

untuk mendapatkan keadilan. Bentuk ketiga Terorisme muncul pada tahun 60an dan

terkenal dengan istilah Terorisme Media, berupa serangan acak terhadap siapa saja

untuk tujuan publisitas.

2.3 Adapun faktor yang menyebabkan terjadinya terorisme

2.3.1 Faktor Ekonomi

Kita dapat menarik kesimpulan bahwa faktor ekonomi merupakan motif utama

bagi para terorisme dalam menjalankan misi mereka. Keadaan yang semakin tidak

menentu dan kehidupan sehari-hari yang membikin resah orang untuk melakukan apa

saja. Dengan seperti ini pemerintah harus bekerja keras untuk merumuskan

rehabilitasi masyarakatnya. Kemiskinan membuat orang gerah untuk berbuat yang

tidak selayaknya diperbuat seperti; membunuh, mengancam orang, bunuh diri, dan

sebagainya.

2.3.2 Faktor Sosial

Orang-orang yang mempunyai pikiran keras di mana di situ terdapat suatu

kelompok garis keras yang bersatu mendirikan Tanzim al-Qaidah Aceh. Dalam

keseharian hidup yang kita jalani terdapat pranata social yang membentuk pribadi kita

menjadi sama. yang dilakukan. Sistem social yang dibentuk oleh kelompok radikal

atau garis keras membuat semua orang yang mempunyai tujuan sama dengannya bisa

mudah berkomunikasi dan bergabung dalam garis keras atau radikal.


2.3.3. Faktor Ideologi

Faktor ini yang menjadikan seseorang yakin dengan apa yang diperbuatnya.

Perbuatan yang mereka lakukan berdasarkan dengan apa yang sudah disepakati dari

awal dalam perjanjiannya. Dalam setiap kelompok mempunyai misi dan visi masing-

masing yang tidak terlepas dengan ideologinya. Dalam hal ini terorisme yang ada di

Indonesia dengan keyakinannya yang berdasarkan Jihad yang mereka miliki.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Jadi dapat di simpulkan bahwa paham radikalisme, ekstrim dan terorisme

sudah berkembang secara luas baik di dalam negeri maupun di luar negeri. paham ini

menganganggap bahwa tindakan yang mereka lakukan adalah tindakan yang benar

padahal tindakan yang di lakukan oleh sekelompok yang menganut paham tersebut

merupakan tindakan kekerasan yang sangat merugikan bagi warga sipil dan Negara

3.2 Saran

Seharusnya pemerintah dalam mengeluarkan kebijakan dapat di sesuaikan

dengan kondisi masyarakat serta dapat mengaplikasikan kebijakan dengan tepat

sehingga dapat di percaya oleh masyarakat dan tidak menimbulkan munculnya paham

radikalisme, ekstrim dan terorisme.

PAHAM RADIKALISME
DISUSUN OLEH:

- Winnie Annisa Lubis - Angelson Sipahutar


- Sherina maria - Dimas Ramadaan
- Yoel Rendy - Yunianty
- Cindy Arianty - Salsabilla Annisa

SMA NEGERI 5 MEDAN


2016

DAFTAR ISI
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .................................................................................................


1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................

1.3 Tujuan Penelitian .............................................................................................

1.4 Manfaat Penelitian ...........................................................................................

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sejarah Perkembangan Paham Radikalisme..................................................

2.2 Sejarah Perkembangan Paham Terorisme......................................................

2.3 Faktor yang Menyebabkan Terorisme

2.3.1 Faktor Ekonomi

2.3.2 Faktor Sosial

2.3.3 Faktor Ideologi

III. PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

Anda mungkin juga menyukai