BAB I
PENDAHULUAN
1.4. Manfaat
A. Bagi Penulis
Penulis dapat mengetahui secara dalam mengenai pneumonia dan dapat mengetahui
asuhan keperawatan nya.
B. Bagi Lingkungan
BAB II
LANDASAN TEORI
Saluran penghantar udara hingga mencapai paru-paru adalah hidung, farinx, larinx,
trachea, bronkus, dan bronkiolus.
Hidung
1. Lubang hidung
3. Sinus ethmoidalis, oleh beberapa lubang diantara concha superior dan media dan diantara
concha media dan inferior
Faring (tekak)
Faring adalah pipa berotot yang berjalan dari dasar tengkorak sampai persambungannya
dengan oesopagus pada ketinggian tulang rawan krikoid. Maka letaknya di belakang larinx
(larinx-faringeal). Orofaring adalah bagian dari faring merrupakan gabungan sistem respirasi dan
pencernaan.
Laring (tenggorok)
Terletak pada garis tengah bagian depan leher, sebelah dalam kulit, glandula tyroidea, dan
beberapa otot kecila, dan didepan laringofaring dan bagian atas esopagus. Laring merupakan
struktur yang lengkap terdiri atas:
1. cartilago yaitu cartilago thyroidea, epiglottis, cartilago cricoidea, dan 2 cartilago arytenoidea
2. Membarana yaitu menghubungkan cartilago satu sama lain dan dengan os. Hyoideum,
membrana mukosa, plika vokalis, dan otot yang bekerja pada plica vokalis Cartilago tyroidea
berbentuk V, dengan V menonjol kedepan leher sebagai jakun. Ujung batas posterior diatas
adalah cornu superior, penonjolan tempat melekatnya ligamen thyrohyoideum, dan dibawah
adalah cornu yang lebih kecil tempat beratikulasi dengan bagian luar cartilago
cricoidea.Membrana Tyroide mengubungkan batas atas dan cornu superior ke os hyoideum.
Membrana cricothyroideum menghubungkan batas bawah dengan cartilago cricoidea.
Epiglottis
Cartilago yang berbentuk daun dan menonjol keatas dibelakang dasar lidah. Epiglottis ini
melekat pada bagian belakang V cartilago thyroideum.
Plica aryepiglottica, berjalan kebelakang dari bagian samping epiglottis menuju cartilago
arytenoidea, membentuk batas jalan masuk laring
Cartilago cricoidea
Cartilago berbentuk cincin signet dengan bagian yang besar dibelakang. Terletak dibawah
cartilago tyroidea, dihubungkan dengan cartilago tersebut oleh membrane cricotyroidea. Cornu
inferior cartilago thyroidea berartikulasi dengan cartilago tyroidea pada setiap sisi. Membrana
cricottracheale menghubungkan batas bawahnya dengan cincin trachea I
Cartilago arytenoidea
Dua cartilago kecil berbentuk piramid yang terletak pada basis cartilago cricoidea. Plica
vokalis pada tiap sisi melekat dibagian posterio sudut piramid yang menonjol kedepan
Membrana mukosa
Laring sebagian besar dilapisi oleh epitel respiratorius, terdiri dari sel-sel silinder yang
bersilia. Plica vocalis dilapisi oleh epitel skuamosa.
Plica vokalis
Plica vocalis adalah dua lembar membrana mukosa tipis yang terletak di atas ligamenturn
vocale, dua pita fibrosa yang teregang di antara bagian dalam cartilago thyroidea di bagian depan
dan cartilago arytenoidea di bagian belakang.
Plica vocalis palsu adalah dua lipatan. membrana mukosa tepat di atas plica vocalis sejati.
Bagian ini tidak terlibat dalarn produksi suara.
Otot
Otot-otot kecil yang melekat pada cartilago arytenoidea, cricoidea, dan thyroidea, yang
dengan kontraksi dan relaksasi dapat mendekatkan dan memisahkan plica vocalis. Otot-otot
tersebut diinervasi oleh nervus cranialis X (vagus).
Respirasi
Selama respirasi tenang, plica vocalis ditahan agak berjauhan sehingga udara dapat
keluar-masuk. Selama respirasi kuat, plica vocalis terpisah lebar.
Fonasi
Suara dihasilkan olch vibrasi plica vocalis selama ekspirasi. Suara yang dihasilkan
dimodifikasi oleh gerakan palaturn molle, pipi, lidah, dan bibir, dan resonansi tertentu oleh sinus
udara cranialis.
Gambaran klinis
Adalah tabung fleksibel dengan panjang kira-kira 10 cm dengan lebar 2,5 cm. trachea
berjalan dari cartilago cricoidea kebawah pada bagian depan leher dan dibelakang manubrium
sterni, berakhir setinggi angulus sternalis (taut manubrium dengan corpus sterni) atau sampai
kira-kira ketinggian vertebrata torakalis kelima dan di tempat ini bercabang mcnjadi dua
bronckus (bronchi). Trachea tersusun atas 16 20 lingkaran tak- lengkap yang berupan cincin
tulang rawan yang diikat bersama oleh jaringan fibrosa dan yang melengkapi lingkaran disebelah
belakang trachea, selain itu juga membuat beberapa jaringan otot.
Bronchus
Bronchus yang terbentuk dari belahan dua trachea pada ketinggian kira-kira vertebrata
torakalis kelima, mempunyai struktur serupa dengan trachea dan dilapisi oleh.jenis sel yang
sama. Bronkus-bronkus itu berjalan ke bawah dan kesamping ke arah tampuk paru. Bronckus
kanan lebih pendek dan lebih lebar, dan lebih vertikal daripada yang kiri, sedikit lebih tinggi darl
arteri pulmonalis dan mengeluarkan sebuah cabang utama lewat di bawah arteri, disebut
bronckus lobus bawah. Bronkus kiri lebih panjang dan lebih langsing dari yang kanan, dan
berjalan di bawah arteri pulmonalis sebelurn di belah menjadi beberapa cabang yang berjalan
kelobus atas dan bawah.Cabang utama bronchus kanan dan kiri bercabang lagi menjadi bronchus
lobaris dan kernudian menjadi lobus segmentalis. Percabangan ini berjalan terus menjadi
bronchus yang ukurannya semakin kecil, sampai akhirnya menjadi bronkhiolus terminalis, yaitu
saluran udara terkecil yang tidak mengandung alveoli (kantong udara). Bronkhiolus terminalis
memiliki garis tengah kurang lebih I mm.
Bronkhiolus tidak diperkuat oleh cincin tulang rawan. Tetapi dikelilingi oleh otot polos
sehingga ukurannya dapat berubah. Seluruh saluran udara ke bawah sampai tingkat bronkbiolus
terminalis disebut saluran penghantar udara karena fungsi utamanya adalah sebagai penghantar
udara ke tempat pertukaran gas paru-paru.
Alveolus yaitu tempat pertukaran gas assinus terdiri dari bronkhiolus dan respiratorius yang
terkadang memiliki kantong udara kecil atau alveoli pada dindingnya. Ductus alveolaris
seluruhnya dibatasi oleh alveoilis dan sakus alveolaris terminalis merupakan akhir paru-paru,
asinus atau.kadang disebut lobolus primer memiliki tangan kira-kira 0,5 s/d 1,0 cm. Terdapat
sekitar 20 kali percabangan mulai dari trachea sampai Sakus Alveolaris. Alveolus dipisahkan
oleh dinding yang dinamakan pori-pori kohn.
Paru-Paru
Paru-paru terdapat dalam rongga thoraks pada bagian kiri dan kanan. Paru-paru memilki :
1. Apeks, Apeks paru meluas kedalam leher sekitar 2,5 cm diatas calvicula
2. permukaan costo vertebra, menempel pada bagian dalam dinding dada
3. permukaan mediastinal, menempel pada perikardium dan jantung.
4. Basis, Terletak pada diafragma.
Paru-paru juga dilapisi oleh pleura yaitu parietal pleura dan visceral pleura. Di dalam
rongga pleura terdapat cairan surfaktan yang berfungsi untuk lubrikasi. Paru kanan dibagi atas
tiga lobus yaitu lobus superior, medius dan inferior sedangkan paru kiri dibagi dua lobus yaitu
lobus superior dan inferior. Tiap lobus dibungkus oleh jaringan elastik yang mengandung
pembuluh limfe, arteriola, venula, bronchial venula, ductus alveolar, sakkus alveolar dan alveoli.
Diperkirakan bahwa stiap paru-paru mengandung 150 juta alveoli, sehingga mempunyai
permukaan yang cukup luas untuk tempat permukaan/pertukaran gas.
1. Bakteri
Agen penyebab pneumonia di bagi menjadi organisme gram-positif atau gram-negatif
seperti : Steptococcus pneumonia (pneumokokus), Streptococcus piogenes, Staphylococcus
aureus, Klebsiela pneumoniae, Legionella, hemophilus influenzae.
2. Virus
3. Fungi
faktor resiko
Faktor-faktor resiko terkena pneumonia, antara lain: Infeksi Saluran Nafas Atas (ISPA),
usia lanjut, alkoholisme, rokok, kekurangan nutrisi, Umur dibawah 2 bulan, Jenis kelamin laki-
laki , Gizi kurang, Berat badan lahir rendah, Tidak mendapat ASI memadai, Polusi udara,
Kepadatan tempat tinggal, Imunisasi yang tidak memadai, Membedong bayi, efisiensi vitamin A
dan penyakit kronik menahun. Selain faktor-faktor resiko diatas, faktor-faktor di bawah ini juga
mempengaruhi resiko dari pneumonia :
1. Individu yang mengidap HIV
2. Individu yang terpajan ke aerosol dari air yang lama tergenang
3. Individu yang mengalami aspirasi isi lambung
4. Karena muntah air akibat tenggelam
5. Bahan yang teraspirasi
Pneumonia paling sering diakibatkan oleh infeksi bakteri, virus, atau mikoplasma, atau
aspirasi benda asing. Organisme utama penyebab pnuemonia bakteri pada bayi berusia kurang
dari 3 bulan adalah streptococcus pneumonia, streptococcus grup A, staphylococcus, basil gram-
negatif, basil enterik, dan chlamydia. Pada anak-anak berusia antara tiga bulan sampai 5 tahun,
S. Pneumoniae, H. Influenzae (menurun sejak diberikan vaksin), dan staphylococcus merupakan
organisme umum penyebab pneumonia bakteri. Pneumonia virus lebih sering terjadi
dibandingkan pneumonia bakteri. Penyebab paling sering pneumonia virus pada bayi adalah
RSV. Adeno associated virus, virus influenza dan parainfluenza merupakan organisme yang
biasanya menyebabkan pneumonia virus pada anak-anak yang lebih besar. Pneumonia
mikoplasma mirip dengan pneumonia virus, kecuali bahwa organisme mycoplasma lebih besar
dibandingkan virus. Pneumonia mikoplasma terjadi lebih sering pada anak-anak berusia lebih
dari 5 tahun (Mary E. Muscari, 229).
2.5 Patofisiologi
Aspirasi mikroorganisme yang mengkolonisasi sekresi orofarinks merupakan rute infeksi
yang peling sering. Rute inokulasi lain meliputi inhalasi, penyebaran infeksi melalui darah
(hematogen) dari area infeksi yang jauh, penyebaran langsung dari tempat penularan infeksi.
Jalan napas atas merupakan garis pertahanan pertama terhadap infeksi, tetapi, pembersihan
mikroorganisme oleh air liur, ekspulsi mukosiliar, dan sekresi IgA dapat terhambat oleh berbagai
penyakit, penurunan imun, merokok, dan intubasi endotrakeal.
Pertahanan jalan napas bawah meliputi batuk, refleks muntah, ekspulsi mukosiliar, surfaktan,
fagositosis makrofag dan polimorfonukleosit (PMN), dan imunitas selular dan humoral. Pertahan
ini dapat dihambat oleh penurunan kesadaran, merokok, produksi mukus yang abnormal (mis,
kistik fibrosis atau bronkitis kronis), penurunan imun, intubasi dan tirah baring berkepanjangan.
Makrofag alveolar merupakan pertahanan primer terhadap invasi saluran pernapasan bawah
dan setiap harimembersihkan jalan napas dari mikroorganisme yang teraspirasi tanpa
menyebabkan inflamasi yang bermakna.
Bila jumlah atau virulensi mikroorganisme terlalu besar, maka makrofag akan merekrut PMN
dan memulai rangkaian inflamasi dengan pelepasan berbagai sitokin termasuk leukotrien, faktor
nekrosis tumor (TNF), interleukin, radikal oksigen, dan protese.
Inflamasi tersebut menyebabkan pengisian alveolus mengalami ketidakcocokan
ventilasi/perfusi dan hipoksemia. Terjadi apoptosis sel-sel paru yang meluas, ini membantu
membasmi mikroorganisme intrasel seperti tuberkulosis atau klamidia, tetapi juga turut andil
dalam proses patologis kerusakan paru.
Infeksi dan inflamasi dapat tetap terlokalisir di paru atau dapat menyebabkan bakteremia yang
mengakibatkan meningitis atau endokarditis, sindrom respons inflamasi sistemik (Systemic
inflamatory response syndrome, SIRS), dan/atau sepsis.
Faktor virulensi dari berbagai mikroorganisme dapat memengaruhi patofisiologi dan
perjalanan klinis penyakit. Streptococcus pneumoniae (pneumococcus) merupakan contoh yang
sangat tepat.
Sistem klasifikasi lain yang penting digunakan untuk pneumonia adalah klasifikasi klinis
kombinasi, yang mengkombinasikan banyak faktor termasuk usia, faktor resiko untuk beberapa
mikroorganisme, adanya penyakit paru yang mendasari dan penyakit sistemik yang mendasari.
1. Skema klasifikasi awal
Deskripsi awal dari pneumonia difokuskan pada anatomi atau penampakan patologi dari
paru-paru, baik melalui inspeksi lansung pada waktu otopsi atau melalui mikroskop. Penumonia
lobarik adalah infeksi yang hanya melibatkan satu lobus atau bagian dari paru. Pneumonia
lobarik sering disebabkan streptococcus pneumonia. Pneumonia multilobar melibatkan lebih
satu lobus dan sering merupakan penyakit yang lebih berat dari pneumonia lobarik. Pneumonia
interstistial melibatkan area diantara alveoli dan mungkin disebut sebagai pneumonia
interstial. Pneumonia interstial lebih sering disebabkan oleh virus atau oleh bakteri atipikal.
2. Skema klasifikasi kombinasi
Umumnya klinis telah mengklasifikasi pneumonia berdasarkan karakteristik klinis,
membagi mereka menjadi akut (kurang dari 3 minggu) dan krinik. Hal ini berguna karena
pneumonia kronik cenderung untuk lebih tidak infeksisus, tau mycobakterial, jamur atau
gabungan infeksi bakteri yang disebabkan oleh obtruksi jalan napas. Pneumonia akut lebih jauh
dibagi menjadi bronchopneumonia klasik (seperti streptococcus pneumoniae), pneumonia
atipikal (seperti pneumonia intertisial dari mycoplasma pneumonia atau chlamydia pneumoniae)
dan sindrom aspirasi pneumonia. Terdapat 2 kategori besar dari pneumonia didalam skema ini,
yaitu :
a. Community acquired pneumonia
Community acquired pneumonia (CAP) adalah penumonia infeksius pada seseorang yang
tidak menjalani rawat inap dirmah sakit baru-baru ini. CAP adalah tipe pneumonia yang paling
sering. Penyebab paling sering dari CAP berbeda tergantung usia seseorang, tetapi mereka
termasuk streptococcus pneumonia, virus, bakteri atipikal dan haemophilus influenza.
Streptococcus pneumonia adalah penyebab paling paling umum dari CAP. Bakteri gram negatif
menyebabkan CAP pada populasi beresiko tertentu.
Pneumonia terbagi dalam berbagai jenis berdasarkan dengan penyebab, natomik, dan
berdasarkan asal penyakit ini didapat, seperti :
1. Berdasarkan penyebab
a. Pneumonia lipid
b. Pneumonia kimiawi
c. Pneumonia karena extrinxik allergic alveolitis
d. Pneumonia kerana obat
e. Pneumonia karena radiasi
f. Pneumonia dengan penyebab tak jelas
2. Berdasarkan anatomik
a. Pneumonia lobaris
Merupakan pneumonia yang terjadi pada seluruh atau satu bagian besar dari lobus paru dan bila
kedua lobus terkena bisa dikatakan sebagai pneumonia lobaris.
b. Pneumonia interstisial
Merupakan pneumonia yang dapat terjadi didalam dinding alveolar
c. Bronchopneumonia
Merupakan pneumonia yang terjadi pada ujung akhir bronkhiolus yang dapat tersumbat oleh
eksudat mukopuren untuk membentuk bercak konsolidasi dalam lobus.
3. Berdasarkan asal penyakit
a. Pneumonia komunitas atau community acquired pneumonia adalah pneumonia yang
didapatkan dari masyarakat.
b. Pneumonia nosokomial atau hospitality acquired pneumonia yang berarti penyakit itu didapat
saat pasien berada dirumah sakit atau tempat pelayanan kesehatan.
2.7 Penatalaksanaan
1. Pencegahan
Tindakan kewaspadaan isolasi untuk pasien dengan penurunan imun
Posisikan pasien untuk mencegah aspirasi
Untuk mencegah VAP
Hindari volume lambung yang berlebihan
Pilih intubasi oral dari pada nasal
Pemeliharaan sirkuit ventilator secara cermat
Suksion subglotis kontinu
Variasi/rotasi postural
Gunakan sukralfat daripada penyekat H2 untuk profilaksis (masih kontroversial)
Bilas mulut dengan klorheksidin
2. Penatalaksaan infeksi akut
Oksigen dan hidrasi bila ada indikasi
Pertimbangkan isolasi respirasi
Hospitalisasi diindikasikan bila
Usia diatas 65 tahun, tunawisma, dirawat dirumah sakit karena pneumonia ditahun yang lalu
Denyut nadi > 140/menit, frekuensi respirasi > 30/menit hipotensi.
Temperatur > 38,30C
Penurunan status mental, sianosis
Imunosupresi, kondisi penyerta
Mikroorganisme risiko tinggi (mis, infeksi pseudomonas yang terbaru)
SDP < 4000 atau > 3000/L
Tekanan parsial oksigan dalam darah arteri (PaO2) < 60 atau PaCO2 > 50
Foto ronsen dada dengan keterlibatan banyak lobus atau progresi cepat
Menarik napas dalam dan batuk, fisioterapi dada bila tersedia
Antibiotik untuk pneumonia bakteri, parasit, atau jamur (bukan virus)
Perlindungan empiris paling sering digunakan pada pasien rawat jalan; pewarnaan gram pada
sputum dapat menjadi panduan terapi pada pasien rawat inap tetapi mungkin perlu diubah bila
kultur dengan sensitivitas telahtersedia (48 samapi 72 jam).
Pilihan antibiotik empiris bervariasi berdasar pada pasien rawat jalan versus rawat inap, usia,
faktor risiko pasien, dan pengkajian pasien; pilihan antibiotika empiris yang umum dirangkum
dalam tabel dibawah.
1. Chest X-ray: teridentifikasi adanya penyebaran (misalnya: lobus dan bronkhial); dapat juga
menunjukan multipel abses/infiltrat, empiema (staphylococcus); penyebaran atau lokasi infiltrat
(bakterial); atau penyebaran/extensive nodul infiltrat (sering kali viral), pneumonia mycoplasma
chest X-ray mungkin bersih.
2. Analisis gas darah (analysis blood gasses-ABGs) dan pulse oximetry: abnormalitas mungkin
timbul tergantung dari luasnya kerusakan paru-paru.
3. Pewarna Gram/culture sputum dan darah: didapatkan dengan needly biopsy, apirasi
transtrakheal, fiberoptic bronchoscopy, atau biopsi paru-paru terbuka untuk mengeluarkan
organisme penyabab. Lebih dari satu tipe organisme yang dapat ditemukan, seperti diplococcus
pneumonia, staphylococcus aureus, A. Hemolytic streptococcus , dan hemophilus influenzae.
4. Periksa darah lengkap (complete blood count-): leukositosis biasanya timbul, meskipun nilai
pemeriksaan darah putih (white blood coun-WBC) rendah pada infeksi virus
5. Tes serologi : membantu dalam membedakan diagnosis pada organisme secara spesifik
6. LED: meningkat
7. Pemeriksaan fungsi paru-paru: volume mungkin menurun (kongesti dan kolaps alveolar):
tekanan saluran udara meningkat dan kapasitas pemenuhan udara menurun, hipoksemia
8. Elektrolit :sodium dan klorida mungkin rendah
9. Bilirubin mungkin meningkat
2.9 Komplikasi
Ny. R umur 25 tahun agama islam, suku bangsa jawa, pekerjaan PNS alamat Jl. Husni
Tamrin No 24 b pasar jambi. klien masuk RS pada tgl 30 september 2012 ruang paru kelas 1,
klien msuk RS dengan keluhan demam sudah 5 hari, menggigil, klien juga mengtakan nyeri dada
pleuritik, batuk produktif, sputum hijau dan purulen. pada saat pengkajian klien mengatakan
nyeri dada pada saat batuk skala nyeri 8, intesitas nyeri setiap 20 menit, hidung memerah,
retraksi interkostal, penggunaan otot bantu pernapasan dan timbul sianosis, badan lemas dan
teraba panas, malaise, dari hasil pemeriksaan fisik TD 130/90 mmHg, suhu 39 C, nadi 100
x/menit, dari hsil labor didapatkan Hb. 10.0 gr%, leukosit 15000 ml.
ASKEP PNEUMONIA
1. PENGKAJIAN
A. Identitas Klien
Nama : Ny. R
Umur : 25 tahun
Agama : Islam
Alamat : JL. Husni Tamrin No 24 b Pasar Jambi
B. Riwayat Penyakit
- Keluhan Utama: Demam sudah 5 hari
- Keluhan Tambahan: klien menyatakan ada nyeri dada pleuritik.
Pasien datang ke rumah sakit dengan keluhan deman sudah 5 hari dan menggigil. Pasien juga
mengatakan mengalami nyeri dada pleuritik dan batuk poduktif. Pada saat pengkajian klien
mengatakan nyeri dada pada saat batuk, skla nyeri 8 ,intensitas nyeri setiap 20 menit, hidung
kemerahan, retraksi interkostal, penggunaan otot bantu pernapasan dan timbul sianosis, badan
lemas dan teraba panas , malaise ,dari hasil pemeriksaan fisik : TD : 130/90 mmHg , suhu : 39 c ,
nadi 100x/I, RR: 24x/I dari hasil laboratorium didapatkan Hb : 10,0 gr% , leukosit 15000 mL
2. ANALISA DATA
a) Ketidakefektifan bersihan jalan napas yang berhubungan dengan sekret mukus yang kental.
c) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan batuk produktif.
e) Infeksi yang berhubungan dengan tidak adekuatnya mekanisme pertahanan tubuh primer.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pneumonia adalah penyakit umum di semua bagian dunia. Ini adalah penyebab utama
kematian di antara semua kelompok umur. Pada anak-anak, banyak dari kematian ini terjadi pada
masa neonatus. Organisasi Kesehatan Dunia memperkirakan bahwa satu dari tiga kematian bayi
baru lahir disebabkan pneumonia.
Pneumonia adalah penyakit inflamasi pada paru yang dicirikan dengan adanya
konsolidasi akibat eksudat yang masuk dalam area alveoli. (Axton & Fugate, 1993).
3. Micoplasma pneumonia
5. Aspirasi: lambung
Daftar Pustaka
Muttaqin, Arif. 2009. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Respirasi. Jakarta : Salemba
Medika
Marilynn E. Doenges Mary france Moorhouse. Alice C. Geissler. 2000. Rencana Asuhan
Keperawatan. Jakarta : EGC
Anonimb. 2012. Definisi Pneumonia. Http://www.scribd.com/. Diakses tanggal 02 Desember 2012 jam
21:20 WIB