Perkenalkan namaku Niesa Hanum Mistoro, bermula dari suatu hari selasa
tanggal 16 Januari 1996 di sebuah desa kecil di Bantul, aku lahir. Dengan
latar belakang keluarga yang sederhana dan lingkungan yang masih desa, di
situlah aku dibesarkan. Anak terakhir dari 3 bersaudara dan anak terakhir
yang mempunyai selisih 17 tahun dengan kakak pertamanya. Menurut cerita
dari ibuku dulu, mbak Henny (kakak pertamaku) marah pada ibuku yang
sedang hamil mengandungku, karena mbak henny sudah besar dan merasa
malu jika punya adik bayi. Tetapi akhirnya saat aku lahir dan ternyata
berwajah sangat lucu mbak henny suka sekali padaku. Aku mempunyai
orang tua yang sangat luar biasa, sangat perhatian dan sangat penyanyang
tidak hanya kepada anak-anaknya tetapi juga pada lingkungan sekitarku
tinggal. Keluargaku termasuk keluarga yang memiliki kecukupan finansial
yang lebih baik dibandingkan tetangga-tetangga disekitarku. Pemuda-
pemudi pertama kali dari desaku yang dapat mengenyam pendidikan sampai
tingkat perguruan tinggi bahkan masuk UGM adalah kakak-kakakku. Aku
mempunyai kakak-kakak yang luar biasa juga seperti orang tuaku, mereka
sangat perhatian dan penyanyang tidak hanya kepada keluarga tetapi
lingkungan sekitar. Mereka adalah salah satu inspiratorku, psikiaterku dan
penumbuh semangatku. Banyak sekali pelajaran yang aku ambil dari
mereka.
Kakakku yang pertama adalah seorang pekerja keras dan seorang teladan
yang luar biasa. Berawal dari mimpi seorang bapak pegawai biasa PT Kereta
Api Indonesia di Yogyakarta lulusan STM yang setiap pulang kerja naik
sepeda dan selalu melewati SMP 5 Yogyakarta yaitu salah satu SMP terbaik di
Yogyakarta, berhasil mengantarkan mbak henny bersekolah di sana yang
notabenenya berasal dari SD yang bahkan sekarang sudah tidak ada lagi
karena sudah di regroup dengan sekolah lain. Begitu bahagianya bapakku
berhasil mewujudkan mimpi kecil menyekolahkan anaknya di sana, dan dari
situlah pintu rumah kami terbuka lebar akan arti pentingnya pendidikan.
Seperti yang aku katakan sebelumnya yaitu seorang teladan yang luar biasa,
mbak henny menjalani itu semua dengan keprihatinan, kerja keras dan
keikhlasan terlebih dengan keadaan keluarga yang masih sangat sederhana
dan finansial yang sangat memprihatinkan pada waktu itu. Pernah ibuku
bercerita tentang mbak henny dulu waktu SMP, pada suatu hari liburan
pertama sekolah, pagi-pagi sekali mbak henny sudah rapi mengenakan baju
seragam sekolah dan sepatu kemudian siap dengan tas serta buku-bukunya.
Ibuku yang melihat mbakku dengan penampilan seperti itu terkejut
kata bu guru liburan tetep belajar di rumah sama seperti di sekolah, pakai
seragam sama sepatu terus belajarnya sesuai jadwal jawab mbak henny
dengan lugunya.