Setelah kemarin saya post resensi bab pertama: Kedudukan Perempuan dalam
Islam, untuk kali ini saya akan mencoba meresensi bab kedua: Kualitas Pribadi
Muslimah.
Sebelum membicarakan topik ini terlebih dahulu perlu digarisbawahi bahwa tidak
ada perbedaan antara seseorang dan yang lainnya dari segi kemanusiaan, baik
perempuan maupun lelaki. Atas dasar persamaan ini maka kita dapat memberikan
gambaran tentang kualitas pribadi Muslimah dengan mengemukakan pandangan
agama tentang kualitas manusia yang didambakannya. Setelah itu, dapat ditinjau
perbedaan kedua jenis manusia tersebut dari kodratnya, guna menemukan kualitas
pribadi muslimah.
Semua manusia diciptakan Allah dari debu tanah dan Ruh Ilahi. Apabila daya tarik
debu tanah mengalahkan daya tarik Ruh Ilahi, ia akan jatuh tersungkur sehingga
mencapai tingkat yang serendah-rendahnya, lebih rendah bahkan daripada
binatang. Sebaliknya, bila Ruh Ilahi yang memenangkan tarik-menarik, manusia
akan menjadi seperti malaikat. Tuhan tidak menghendaki manusia menjadi
malaikat, tidak pula binatang, karenanya unsur kejadiannya harus dapat menyatu
dalam dirinya. Saat itulah, diharapkan kualitasnya tercapai. Melalui debu tanah dan
Ruh Ilahi tersebut Allah menganugerahkan manusia empat daya:
Apabila keempat daya tersebut digunakan dan dikembangkan secara baik maka
kualitas pribadi akan mencapai puncaknya yaitu suatu pribadi yang beriman,
berbudi pekerti luhur, memiliki kecerdasan, ilmu pengetahuan, keterampilan,
keuletan, serta wawasan masa depan, dan dengan fisik yang sehat.
Al Quran menamakan kualitas hidup yang seperti itu dengan al-hayat al-thayyibah
dan cara mencapainya dirumuskan dengan amal saleh:
Barangsiapa yang melakukan amal saleh baik pria maupun wanita dalam keadaan
ia beriman, maka pasti akan kami hidupkan ia dengan al-hayat al-thayyibah(hidup
yang berkualitas tinggi). (QS 16:97)
Ayat diatas menunjukkan bahwa ada kaitan antara kualitas hidup dengan amal
saleh. Yang berarti bahwa kita tau hal tersebut beriringan dan tidak dapat
dipisahkan. Kemudian apa yang dimaksud dengan amal saleh?
Kata shalih diambil dari kata shalaha yang diartikan sebagai antonim dari kata fasid
(rusak/kerusakan). Dengan demikian kata shalih berarti terhentinya kerusakan
atau yang bermanfaat dan sesuai dan amal saleh dapat dirumuskan sebagai
perbuatan-perbuatan yang dilakukan secara sadar untuk mendatangkan manfaat
dan atau menolak mudarat atau amal-amal yang sesuai dengan fungsi, sifat dan
kodrat sesuatu. Semakin terpenuhi amal-amal/nilai-nilai/perbuatan-perbuatan yang
telah ditentukan atau dengan kata lain semakin sesuai dengan fungsi (sifat) dan
kodratnya, semakin tinggi pula kualitasnya. Dalam hal kualitas manusia, maka
tinggi rendahnya kualitas tersebut dapat dilihat melalui keempat daya yang
tersebut di atas.
Daya Akal
Banyak sekali ayat Al Quran dan hadis Nabi saw. yang berbicara tentang kewajiban
pengembangan akal, demi mencapai ilmu pengetahuan dan keterampilan,
sebagaimana banyak pula yang mengecam mereka yang tidak menggunakan dan
mengembangkan daya ini. Keistimewaan manusia yang menjadikan para malaikat
diperintahkan sujud kepadanya, adalah karena makhluk ini memiliki pengetahuan,
inisiatif, dan keterampilan (QS 2:31-34). Pentingnya daya akal ini dalam pribadi
seorang muslimah sudah tertera dalam hak dan kewajiban belajar pada subbab pos
bab yang pertama yaitu: Kedudukan Perempuan dalam Islam.
Daya Kalbu
Iman dan moral yang menghiasi setiap pribadi merupakan hal yang sangat
menentukan. Pemahaman dan penerapan ajaran-ajaran iman mutlak adanya bagi
kualitas seseorang, sehingga jika terdapat tuntunan agama yang membedakan
seorang Muslimah dengan lainnya, maka tuntunan tersebut harus diperhatikannya,
jika ia ingin dinilai sebagai yang memiliki kualitas pribadi terpuji. Nilai-nilai
keindahan dalam bersikap, berpakaian, dan sebagainya harus selalu menjadi
perhatian.
Kalau kita sependapat dengan pakar yang menyatakan bahwa fungsi menciptakan
alat maka agaknya tidak keliru apabila kualitas wanita Muslimah akan sangat
tercermin pada kemampuannya mempersiapkan generasi. Walaupun hal ini
tentunya tidak berarti bahwa mereka harus mengabaikan pengembangan
keseluruhan daya yang dianugerahkan oleh Allah kepadanya.
Demikian,
Akhir-akhir ini saya merasa hati atau kalbu saya begitu kering. Banyak bacaan,
kegiatan, rutinitas, dan segala hal aktivitas yang saya lakukan membuat lelah,
menambah ilmu pengetahuan sih tetapi tidak untuk menambah sejuk kalbu saya.
Saya menyadari ada yang salah dan ternyata benar, aktivitas saya semakin jauh
dari niat-niat yang menujuNya, logika dan rasionalitas saya menyeruak dengan
WHY yang begitu duniawinya tanpa ada sedikitpun kaitan dengan menjadi
hambaNya yang lebih baik. Jarang ada kosakata untuk menggapai ridhoNya atau
Ayo Hanum Allah sayang kalau Hanum belajar sungguh-sungguh, Ayo Hanum
bersih-bersih Allah itu indah dan menyukai keindahan, atau Ayo Hanum
bermanfaatlah sesuai dengan perintahNya dan sebagainya. Hidup saya terlalu
monoton hanya untuk pencapaian target, centang-centang to-do-list, doa saya
hanya sebatas meminta, meminta untuk ditenangkan hatinya, jiwanya, dan
pikirannya. Saya tidak berusaha untuk menggapai ketenangan itu atau berikhtiar
mencarinya. Semoga apa yang saya lakukan ini sebagai wujud ikhtiar dari
penyejukan kalbu yang selama ini kering. Terimakasih semoga bermanfaat.