A. Pengertian
Perdarahan post partum merupakan kehilangan darah 500 ml
setelah kelahiran bayi dan palsenta. Pendarahan post partum dibagi
menjadi 2 yaitu:
1. Perdarahan post partum primer (early post partum hemorrhage) yaitu
perdarahan yang terjadi dalam 24 jam pertama setelah anak lahir.
2. Perdarahan postpartum sekunder (late postpartum hemorrhage) yaitu
pendarahan yang terjadi antara 24 jam dan 6 minggu setelah anak
lahir
B. Etiologi
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi perdarahan post partum
terdiri dari faktor predisposisi, faktor langsung dan faktor pendukung.
Faktor predisposisi antara lain:
1. Umur
Wanita yang melahirkan anak pada usia lebih dari 35 tahun
merupakan faktor predisposisi terjadinya perdarahan post partum
yang dapat mengakibatkan kematian maternal. Hal ini dikarenakan
pada usia diatas 35 tahun fungsi reproduksi seorang wanita sudah
mengalami penurunan dibandingkan fungsi reproduksi normal.
2. Paritas
Salah satu penyebab perdarahan post partum adalah
multiparitas.Paritas menunjukan jumlah kehamilan terdahulu yang
telah mencapai batas viabilitas dan telah dilahirkan.
3. Anemia
Anemia adalah suatu keadaan yang ditandai dengan penurunan
nilaihemoglobin di bawah nilai normal, dikatakan anemia jika kadar
hemoglobin kurang dari 11g/dL. Kekurangan hemoglobin dalam
darah dapat menyebabkan komplikasi lebih serius bagi ibu baik
dalam kehamilan, persalinan, dan nifas.
4. Riwayat persalinan
Riwayat persalinan di masa lampau sangat berhubungan dengan
hasil kehamilan dan persalinan berikutnya. Bila riwayat persalinan
yang lalu buruk petugas harus waspada terhadap terjadinya
komplikasi dalam persalinan yang akan berlangsung. Riwayat
persalinan buruk ini dapat berupa abortus, kematian janin, eklampsi
dan preeklampsi, sectio caesarea, persalinan sulit atau lama, janin
besar, infeksi dan pernah mengalami perdarahan ante partum dan post
partum.
5. Bayi makrosomia
Bayi besar adalah bayi lahir yang beratnya lebih dari 4000 gram.
Menurut kepustakaan bayi yang besar baru dapat menimbulkan
dytosia kalau beratnya melebihi 4500 gram
Faktor langsung antara lain:
1. Atonia uteri
Atonia uteri adalah suatu keadaan dimana lemahnya
kontraksi rahim yang menyebabkan uterus tidak dapat
menghentikan perdarahan yang terjadi dari tempat implantasi
plasenta setelah bayi dan plasenta lahir.
2. Retensio plasenta
Plasenta tetap tertinggal dalam uterus setengah jam setelah anak
lahir.
3. Inversio uteri
Inversio uteri merupakan suatu keadaan dimana lapisan dalam
uterus (endometrium) turun dan keluar lewat ostium uteri
eksternum, yang dapat bersifat inkomplit sampai komplit.
Faktor pendukung antara lain:
1. Sarana dan prasarana
2. Transportasi
3. Tenaga kesehatan
C. Patofisiologi
Dalam persalinan pembuluh darah yang ada di uterus melebar
untuk meningkatkan sirkulasi ke sana, atoni uteri dan subinvolusi uterus
menyebabkan kontraksi uterus menurun sehingga pembuluh darah yang
melebar tadi tidak menutup sempurna sehingga perdarahan terjadi terus
menerus. Trauma jalan lahir seperti epiostomi yang lebar, laserasi
perineum, dan rupture uteri juga menyebabkan perdarahan karena
terbukanya pembuluh darah, penyakit darah pada ibu; misalnya
afibrinogemia atau hipofibrinogemia karena tidak ada atau kurangnya
fibrin untuk membantu proses pembekuan darah juga merupakan
penyebab dari perdarahan postpartum. Perdarahan yang sulit dihentikan
bisa mendorong pada keadaan shock hemoragik.
D. Manifestasi Klinis
1. Kehilangan darah dalam jumlah yang banyak (> 500 ml)
2. Nadi lemah dan pusing
3. Pucat dan mual
4. Lochea berwarna merah
5. Haus
6. Gelisah dan letih
7. Syok hipovolemik
8. Tekanan darah rendah
9. Ekstremitas dingin
E. Penatalaksanaan
1. cara umum untuk kasus perdarahan adalah:
a. Hentikan perdarahan.
b. Cegah terjadinya syock.
c. Ganti darah yang hilang.
2. Penatalaksanaan khusus:
a. Tahap I (perdarahan yang tidak terlalu banyak): Berikan
uterotonika, urut/massage pada rahim, pasang gurita.
b. Tahap II (perdarahan lebih banyak): Lakukan penggantian cairan
(transfusI atau infus), prasat atau manuver (Zangemeister, frits),
kompresi bimanual, kompresi aorta, tamponade uterovaginal,
menjepit arteri uterina.
F. Pencegahan
1. Pencegahan Perdarahan Postpartum
a. Perawatan masa kehamilan
Mencegah atau sekurang-kurangnya bersiap siaga pada
kasus-kasus yang disangka akan terjadi perdarahan adalah penting.
Tindakan pencegahan tidak saja dilakukan sewaktu bersalin tetapi
sudah dimulai sejak ibu hamil dengan melakukan antenatal care
yang baik. Menangani anemia dalam kehamilan adalah penting,
ibu-ibu yang mempunyai predisposisi atau riwayat perdarahan
postpartum sangat dianjurkan untuk bersalin di rumah sakit.
b. Persiapan persalinan
Di rumah sakit diperiksa keadaan fisik, keadaan umum,
kadar Hb, golongan darah, dan bila memungkinkan sediakan donor
darah dan dititipkan di bank darah. Pemasangan cateter intravena
dengan lobang yang besar untuk persiapan apabila diperlukan
transfusi. Untuk pasien dengan anemia berat sebaiknya langsung
dilakukan transfusi. Sangat dianjurkan pada pasien dengan resiko
perdarahan postpartum untuk menabung darahnya sendiri dan
digunakan saat persalinan
c. Persalinan
Setelah bayi lahir, lakukan massae uterus dengan arah
gerakan circular atau maju mundur sampai uterus menjadi keras
dan berkontraksi dengan baik. Massae yang berlebihan atau terlalu
keras terhadap uterus sebelum, selama ataupun sesudah lahirnya
plasenta bisa mengganggu kontraksi normal myometrium dan
bahkan mempercepat kontraksi akan menyebabkan kehilangan
darah yang berlebihan dan memicu terjadinya perdarahan
postpartum
Asuhan Keperawatan Gawat Darurat
1. Pengkajian
a. Identitas pasien
Sering terjadi pada ibu usia dibawah 20 tahun dan diatas 35 tahun.
b. Pengkajian Primer
1) AIRWAY (JALAN NAFAS)
Tidak terdapat obstruksi, lidah tidak jatuh, tidak terdapat sputum
dan cairan.
2) BREATHING (PERNAFASAN)
a) Frekuensi nafas 20x/menit
b) Sesak nafas, nafas tidak teratur
c) Suara nafas snoring suara paru sonor
3) CIRCULATION (SIRKULASI)
a) Suhu : 37,5 C
b) TD : 100/90 MmHg
c) Nadi : 60x/menit
d) CRT :>3
e) Turgor kulit : tidak terdapat eritema, mual muntah (-) terdapat
perdarahan
4) DISSABILITY
a) Sesak nafas dirasakan dibagian dada anterior
b) Sesak nafas dirasakan 4 dari skala 0-5
c) Kesadaran menurun
5) EKSPOSURE
a) Pengecekan keadaan tubuh pasien
b) Kelembapan dan turgor kulit
6) FOLLEY CHATETER
a) Adanya penumpukan urin
b) Kesuliatan untuk berkemih
7) GASTRIC TUBE
a) Adanya kesulitan menelan
8) HEART MONITOR
a) Suara jantung
c. Pengkajian Sekunder
Data yang dikaji pada ibu dengan perdarahan yaitu :
1) Data Subyektif
a) umur lebih dari 35 tahun rentan sekali untuk terjadi
Intervensi
1) Tinjau ulang kehamilan dan persalinan/kelahiran, perhatikan faktor-faktor penyebab
atau pemberat pada situasi hemoragi.
2) Kaji dan catat jumlah, tipe, dan sisi perdarahan; timbang dan hitung pembalut.
3) Kaji lokasi uterus dan derajat kontraktilitas uterus
4) Perhatikan hipotensi /takikardi ,pelambatan pengisian kapiler atau sianosis dasar
kuku,membran mukosa dan bibir .
5) Lakukan tirah baring dengan kaki ditinggikan 20-30 dan tubuh horizontal .
6) Observasi masukan dan haluaran;perhatikan berat jenis urin.
7) Hindari pengulangan / gunakan kewaspadaan bila melakukan pemeriksaan vaginal
atau rectal.
8) Kolaborasi
e. Dx.5 Resiko tinggi infeksi b.d trauma jaringan, statis cairan tubuh (ioktisial) penurunan Hb.
prosedur invasif.
37. Tujuan :Infeksi tidak terjadi
38. KH :- TTV dalam batas normal
39. - Suhu:36,5-37oC
40. - Nadi 80-100 x/menit
41. - Tanda-tanda infeksi: dolor (-), kalor (-), tumor (-), rubor (-), fungsio laesa (-)
42. - Leukosit :5000-10000 ul
43. - Involusi uterus normal.
44. Intervensi :
45. 1) Demonstrasikan mencuci tangan yang tepat dan teknik perawatan diri
46. .
47. 1) Perhatikan perubahan pada tanda-tanda vital atau jumlah SDP.
48.
49. 2) Perhatikan gejala malaise, menggigil, anoreksia, nyeri tekan uterus, atau nyeri pelvis.
50. 2) Pantau kecepatan involusi uterus dan sifat serta jumlah rabas lokhia.
51. 3) Selidiki sumber potensial lain dari infeksi, seperti pernafasan (perubahan pada bunyi nafas,
batuk produktif, sputum purulen), mastitis (bengkak, eritema, nyeri) atau infeksi saluran kemih
(urin keruh, bau busuk, dorongan frekuensi, nyeri)
52. 4) Kolaborasi
53. - Kaji kadar Hb/Ht, berikan suplemen zat besi sesuai indikasi.
54. - Dapatkan pewarnaan gram atau kultur bakteri bila lokhia berbau busuk atau banyak.
55. - Berikan antibiotik intra vena, sesuai indikasi
56. R/: Antibiotik spectrum luas mungkin diberikan sampai hasil kultur
57. dan sensitivitas tersedia.
58.
103. Evaluasi
Mengevaluasi hasil tindakan yang dilakukan saat implementasi sesuai
dengan seharusnya .