Anda di halaman 1dari 13

PENDAHULUAN

Demam tifoid adalah suatu penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh kuman
Salmonella Typhi, dengan gejala utama demam, gangguan saluran pencernaan, serta
gangguan susunan saraf pusat / kesadaran. Demam tifoid pada anak umumnya
bersifat ringan dan mempunyai potensial sembuh spontan, namun demam tifoid yang
berat / dengan komplikasi harus di tangani secara adekuat.1

Angka kejadian demam tifoid di seluruh dunia tidak diketahui dan sukar
untuk diperkirakan dengan tepat oleh karena gambaran klinis seringkali di kaburkan
oleh gejala demam penyakit lain. Di Indonesia demam tifoid merupakan penyakit
endemik yang berkaitan dengan lingkungan dan sanitasi yang buruk dengan angka
kejadian yang masih sangat tinggi.1,2

Diagnosis dini adalah suatu hal yang penting disamping tindakan


pencegahannya. Diagnosis demam tifoid dibuat berdasarkan gejala dan tanda klinis,
pemeriksaan darah lengkap dan uji serologis widal. Diagnosis pasti ditegakkan
dengan biakan untuk menemukan kuman penyebab.

Penatalaksanaan dari demam tifoid yaitu dapat berupa medika mentosa dan
non-medika mentosa. Pemberian antibiotik perlu dilakukan untuk membunuh kuman
dan mencegah pasien menjadi karier. Tirah baring juga direkomendasikan selama 3-5
hari setelah bebas demam.

Komplikasi yang dapat terjadi antara lain peritonitis, perdarahan, perforasi,


gangguan kesadaran, dan lain sebagainya. Berikut ini kasus demam tifoid yang terjadi
di RSUD Undata Palu pada tanggal 24 Oktober 2014.
STATUS PASIEN

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. MM
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 2 tahun 6 bulan
Agama : Islam
II. ANAMNESIS

Keluhan Utama
Panas
Riwayat perjalanan penyakit
Pasien laki-laki usia 2 tahun 6 bulan masuk RS dengan keluhan demam naik

turun yang di alami selama 1 minggu yang lalu. Turun dengan obat penurun

panas dan kemudian meningkat lagi. Panas dirasakan hampir sepanjang hari

dan makin meningkat saat malam hari. Panas tidak disertai menggigil dan

berkeringat. Keluhan disertai buang air besar cair sebanyak 2 kali berwarna

kuning dalam jumlah sedikit, bau biasa, sedikit berampas, tidak berlendir. Sejak

sakit, pasien menjadi kurang nafsu makan dan menjadi rewel. buang air kecil

lancar. Batuk (-), pilek (-), sakit menelan (-), mual (+), muntah (+), frekuensi 2

kali, lendir (-), darah (-). mimisan (-), pendarahan gusi (-), kejang (-).

Riwayat penyakit sebelumnya


Pasien sering mengalami demam namun biasanya hanya sekitar 3 hari.
Riwayat penyakit dalam keluarga
Pada keluarga tidak ada yang mengalami hal yang sama dengan pasien. Asma
(-), DM (-), hipertensi (-).
Riwayat sosial dan ekonomi
Pasien tinggal serumah dengan orang tua. Pasien berobat menggunakan BPJS
Riwayat Kebiasaan dan Lingkungan:
Pasien suka jajan jajanan di pinggir jalan. Pasien jarang mencuci tangan
sebelum dan sesudah makan ataupun sebelum dan sesudah buang air besar dan
buang air kecil.
Riwayat kehamilan dan persalinan
Ibu pasien sering memeriksakan diri ke bidan selama masa kehamilan, tidak
pernah mengalami kelainan selama masa kehamilan, hipertensi (-). Pasien lahir
spontan, cukup bulan, langsung menangis dengan berat badan lahir 3000 gram,
panjang badan 49 cm. Proses persalinan dibantu oleh bidan di puskesmas.
Riwayat makanan
Pasien mendapat ASI ekslusif sampai usia 6 bulan. Pasien mendapatkan bubur
halus sejak usia 6 bulan-11 bulan. Pasien sudah makan nasi sejak 11 bulan sampai
sekarang.
Riwayat tumbuh kembang
Pasien tumbuh seperti anak seusianya, termasuk aktif bermain namun tampak
sedikit kurus.
Riwayat imunisasi
Imunisasi dasar lengkap.

III. PEMERIKSAAN FISIK


Keadaan Umum : Sakit Sedang
Kesadaran : Compos Mentis
Status Gizi : Gizi Baik (z-score (-1)-0)
Berat Badan : 9,5 kg
Tinggi Badan : 77 cm
Tanda Vital

Tekanan Darah : 90/60 mmHg Suhu : 38C


Denyut Nadi : 90 x/menit Respirasi : 36 x/menit

Kepala : Normocepal

Mata : Anemis +/+, Ikterik -/-

Lidah Kotor dengan pinggiran eritema (+)

Tonsil T1-T1 Tidak hiperemis

Otorhea -/-

Rinorhea -/-

Leher : Pembesaran Kelenjar Getah Bening -/-

Pembesaran Kelenjar Tiroid (-)

Thorax

Paru :

Inspeksi : Ekspansi paru simetris, Retraksi -/-

Palpasi : Vocal Fremitus simetris

Perkusi : Sonor +/+


Auskultasi : Bunyi Pernapasan : Bronkovesikuler +/+ Rhonki -/-,

Wheezing -/-

Jantung :

Inspeksi : Denyut iktus kordis tidak tampak

Palpasi : Denyut iktus kordis teraba pada SIC V midclavicula sinistra

Perkusi : Batas Jantung :

Atas :

Parasternal sinistra SIC 2

Kanan :

Parasternal dextra SIC 4

Kiri :

Midclavicula sinistra SIC 5

Auskultasi : Bunyi Jantung I&II murni regular, Bunyi tambahan (-)

Abdomen :

Inspeksi : Kesan cembung

Auskultasi : Peristaltik (+) Kesan Normal


Perkusi : Timpani

Palpasi : Nyeri tekan (+) regio epigastrium,

organomegali (-)

Genitalia : Tidak ada kelainan.

Ekstremitas Atas : Akral hangat +/+, Udem -/-

Ekstermitas Bawah : Akral hangat +/+, Udem -/-

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Hasil Rujukan Satuan

Darah rutin

Leukosit 11,2 5,1-10 /ul

Eritrosit 5,01 4,4-5,9 Juta/ul

Hemoglobi
9,3 13,2-17,3 g/dl
n

Hematokrit 41,2 40-52 %

Trombosit 371 150-440 Ribu/ul

V. RESUME
Pasien laki-laki usia 2 tahun 6 bulan masuk RS dengan keluhan demam naik

turun yang di alami selama 1 minggu yang lalu. Turun dengan obat penurun

panas dan kemudian meningkat lagi. Panas dirasakan hampir sepanjang hari

dan makin meningkat saat malam hari. Panas tidak disertai menggigil dan

berkeringat. Keluhan disertai buang air besar cair sebanyak 2 kali berwarna

kuning dalam jumlah sedikit, bau biasa, sedikit berampas, tidak berlendir. Sejak

sakit, pasien menjadi kurang nafsu makan dan menjadi rewel.


Pada pemeriksaan fisis di dapatkan tekanan darah : 90/60 mmHg, suhu :

38C, denyut nadi : 90 x/menit, dan respirasi : 36 x/menit. Pemeriksaan pada

kepala menunjukkan adanya konjungtiva anemis, lidah kotor dengan pinggiran

eritema. Pada pemeriksaan abdomen, didapatkan adanya nyeri tekan pada

epigastrium. Hasil lab menunjukkan adanya peningkatan leukosit sebesar 11,2 x

109/L dan penurunan Hb 9,3 g/dL.


VI. MANAJEMEN
Diagnosis : Susp. Demam tifoid
Diagnosis Banding : Malaria
Terapi :
- IVFD RL 14 tetes per menit
- Injeksi Ceftriaxon 200 mg/12 Jam/IV
- PCT Syr 120 mg/5 ml 3x1 cth
VI. ANJURAN
- Tes Widal
VII. FOLLOW UP
25 Oktober 2014
S : Demam tidak ada, sakit perut ada, BAB dan BAK biasa
O : TD : 90/60 mmHg
N : 110 kali/menit
S : 37,3C
R : 32 kali/menit
A : Susp. Demam Tifoid
P :

- IVFD RL 14 tpm
- PCT Syr 3x1 cth (jika demam)
- Anjuran : Tes Widal dan DDR

26 Oktober 2014

S : Demam tidak ada, sakit perut tidak ada, BAB dan BAK biasa
O : TD : 90/60 mmHg
N : 108 kali/menit
S : 36,5C
R : 30 kali/menit
Hasil Lab :
Tes Widal:
- Salmonella Typhii (O) : + 1/320
- Salmonella Typhii (H) : + 1/80
- Salmonella Para A (AH) : (-)
- Salmonella Para B (BH) : (-)
A : Demam Tifoid

P :

- IVFD RL 14 tpm
- Chloramfenicol syr 125 mg/5 ml 3 x 1 cth
- PCT Syr 3x1 cth (jika demam)

27 oktober 2014
S : Tidak ada keluhan
O : TD : 90/50 mmHg
N : 100 kali/menit
S : 36,5C
R : 32 kali/menit
A : Demam Tifoid

P :
- IVFD RL 14 tpm
- Chloramfenicol syr 3 x 1 cth
- PCT Syr 3x1 cth (jika demam)
Pasien dipulangkan dan diperbolehkan rawat jalan.

DISKUSI

Diagnosis demam tifoid ditetapkan berdasar atas anamnesis, pemeriksaan fisik

dan pemeriksaan penunjang. Keluhan utama adalah badan panas sudah 1 minggu atau

lebih. Panas makin hari makin tinggi, terutama pada sore atau malam hari, biasa

disertai menggigau dan kejang. Anak mungkin mengeluh sakit perut disertai diare dan

muntah. Pada kasus ini, pasien mengalami demam setiap hari selama 1 minggu, lidah

kotor dengan pinggiran eritema, disertai dengan sakit perut yang merupakan gejala

dari demam tifoid. Pada pemeriksaan laboratorium darah rutin didapatkan

leukositosis sebesar 11,2 x 109/L yang menandakan adanya infeksi bakterial.3

Cara penularan Salmonella typhi pada umumnya melalui makanan atau

minuman yang terkontaminasi. Untuk menimbulkan infeksi diperlukan inokulum

sebanyak 105 - 109 kuman S.typhi. Setelah masuk secara fekal-oral lalu masuk ke

sistem pencernaan. Kuman lalu melewati lambung dan melekat pada jonjot ileum lalu

menembus epitel usus dan melewati plak Peyer. Kuman diangkut ke kelenjar getah
bening usus dan di situ memperbanyak diri di dalam sel mononukleus, kemudian sel

monosit yang mengandung kuman melalui saluran kelenjar limfe mesenterik, dan

selanjutnya duktus limfatik kuman mencapai aliran darah dan terjadilah bakteremia

pertama yang berlangsung singkat. Kuman mengikuti peredaran darah dan mencapai

jaringan retikuloendotelial di berbagai organ, yaitu hati, kandung empedu, limpa,

sumsum tulang, ginjal, paru, susunan saraf, dan lain-lain. Di dinding kandung

empedu kuman berkembang dalam jumlah yang sangat banyak, kemudian bersama

empedu disalurkan ke usus.1,3,4

Salah satu pemeriksaan tambahan yang sering dilakukan pada demam tifoid

adalah uji widal, yaitu pemeriksaan serologi terhadap antigen O, H, dan Vi dari

salmonella.. Salmonela mempunyai antigen O (somatik), adalah komponen dinding

sel dari lipopolisakarida yang stabil pada panas, dan antigen H (flageum) adalah

protein yang labil terhadap panas. Selain itu terdapat antigen Vi yaitu polisakarida

kapsul. Nilai normal dari uji widal adalah 1/40. Pada pasien ini didapatkan

kenaikan titer yaitu 1/320 pada titer O Salmonella typhi, 1/80 pada titer H Salmonella

typhi, Hal ini menandakan bahwa pasien terinfeksi bakteri Salmonella Typhi atau

terkena penyakit demam tifoid.3,4,5

Pada pasien ini diberikan penanganan berupa pemberian chloramfenicol yang

merupakan baku emas (gold standar) pada penanganan demam tifoid. Dosis yang

diberikan adalah 50mg/kg bb/ hari per os, 75 mg/kg bb/hari secara intravena, dalam 4

kali pemberian. Chloramphenicol cepat mensterilkan darah dan pada umumnya dalam
7 hari suhu menjadi normal, dan pemberian diteruskan selama 14 hari atau sampai 5-

7 hari bebas panas. Bila perlu dapat diberikan cefixime 20 mg/kgbb/hari per os dalam

2 dosis untuk 8 hari, ceftriaxon 50 mg.kg bb/ hari intramuscular untuk 5 hari, dan

ofloxacin 15 mg/kg bb/ hari per os selama 2 hari. Selain itu diberikan pengobatan

simtomatik yaitu paracetamol dengan dosis 10 15 mg/ kg bb/ hari diberikan

sebanyak 3-4 kali sehari.1,3,4

Beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada minggu ketiga demam tifoid,

yaitu:

Komplikasi di dalam usus 3

1. Perdarahan usus.

Bila sedikit hanya ditemukan jika di lakukan pemeriksaan tinja dengan

benzidin.Bila perdarahan banyak terjadi melena dan bila berat dapat disertai

perasaan nyeri perut dengan tanda-tanda renjatan.

2. Perforasi usus.

Timbul biasanya pada minggu ketiga atau selain itu dan terjadi pada bagian distal

ileum.Perforasi yang tidak disertai peritonitis hanya dapat disertai ditemukan bila

terdapat udara di rongga peritoneum, yaitu pekak hati menghilang dan terdapat

udara di antara hati dan diafragma pada foto Rontgen abdomen yang dibuat

dalam keadaan tegak.

3. Peritonitis.
Biasanya menyertai perforasi tetapi dapat terjadi tanpa perforasi usus.Ditemukan

gejala abdomen akut yaitu nyeri perut yang hebat, dinding abdomen tegang

(defense musculair) dan nyeri pada tekanan.

Komplikasi di luar usus3

Terjadi karena lokalisasi peradangan akibat sepsis (bakteremia) yaitu

meningitis, kolesistitis, ensefelopati dan lain-lain. Terjadi karena infeksi sekunder,

yaitu bronkopneumonia. Dehidrasi dan asidosis dapat timbul akibat masukan

makanan yang kurang dan perpirasi akibat suhu tubuh yang tinggi. Pada kasus ini

pasien tidak disertai komplikasi.

Prognosis pada pasien ini adalah bonam karena tidak di dapatkan komplikasi

yang berat. Dengan pengobatan yang tepat dan teratur, pasien dapat kembali

beraktivitas seperti semula. Pasien juga diharapkan untuk tidak lagi makan

sembarangan untuk menghindari infeksi salmonella kembali.3,4,5


DAFTAR PUSTAKA

1. Behrman. 1999. Ilmu Kesehatan Anak Nelson Edisi 15. Penerbit Buku Kedokteran

EGC. Jakarta.
2. Rampengan, 2008, Penyakit Infeksi Tropik Pada Anak, Edisi 2, EGC, Jakarta.
3. Widagdo, 2012, Masalah dan Tatalaksana Penyakit Anak dengan Demam, Sagung

Seto, Jakarta.
4. Widagdo, 2011, Masalah dan Tatalaksana Penyakit Infeksi pada Anak, Sagung

Seto, Jakarta.
5. Mansjoer A. Kapita Selekta Kedokteran Edisi III Jilid 2. Jakarta. Media

Aesculapius FK UI. 2000. 432-3

Anda mungkin juga menyukai