Demam tifoid adalah suatu penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh kuman
Salmonella Typhi, dengan gejala utama demam, gangguan saluran pencernaan, serta
gangguan susunan saraf pusat / kesadaran. Demam tifoid pada anak umumnya
bersifat ringan dan mempunyai potensial sembuh spontan, namun demam tifoid yang
berat / dengan komplikasi harus di tangani secara adekuat.1
Angka kejadian demam tifoid di seluruh dunia tidak diketahui dan sukar
untuk diperkirakan dengan tepat oleh karena gambaran klinis seringkali di kaburkan
oleh gejala demam penyakit lain. Di Indonesia demam tifoid merupakan penyakit
endemik yang berkaitan dengan lingkungan dan sanitasi yang buruk dengan angka
kejadian yang masih sangat tinggi.1,2
Penatalaksanaan dari demam tifoid yaitu dapat berupa medika mentosa dan
non-medika mentosa. Pemberian antibiotik perlu dilakukan untuk membunuh kuman
dan mencegah pasien menjadi karier. Tirah baring juga direkomendasikan selama 3-5
hari setelah bebas demam.
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. MM
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 2 tahun 6 bulan
Agama : Islam
II. ANAMNESIS
Keluhan Utama
Panas
Riwayat perjalanan penyakit
Pasien laki-laki usia 2 tahun 6 bulan masuk RS dengan keluhan demam naik
turun yang di alami selama 1 minggu yang lalu. Turun dengan obat penurun
panas dan kemudian meningkat lagi. Panas dirasakan hampir sepanjang hari
dan makin meningkat saat malam hari. Panas tidak disertai menggigil dan
berkeringat. Keluhan disertai buang air besar cair sebanyak 2 kali berwarna
kuning dalam jumlah sedikit, bau biasa, sedikit berampas, tidak berlendir. Sejak
sakit, pasien menjadi kurang nafsu makan dan menjadi rewel. buang air kecil
lancar. Batuk (-), pilek (-), sakit menelan (-), mual (+), muntah (+), frekuensi 2
kali, lendir (-), darah (-). mimisan (-), pendarahan gusi (-), kejang (-).
Kepala : Normocepal
Otorhea -/-
Rinorhea -/-
Thorax
Paru :
Wheezing -/-
Jantung :
Atas :
Kanan :
Kiri :
Abdomen :
organomegali (-)
Darah rutin
Hemoglobi
9,3 13,2-17,3 g/dl
n
V. RESUME
Pasien laki-laki usia 2 tahun 6 bulan masuk RS dengan keluhan demam naik
turun yang di alami selama 1 minggu yang lalu. Turun dengan obat penurun
panas dan kemudian meningkat lagi. Panas dirasakan hampir sepanjang hari
dan makin meningkat saat malam hari. Panas tidak disertai menggigil dan
berkeringat. Keluhan disertai buang air besar cair sebanyak 2 kali berwarna
kuning dalam jumlah sedikit, bau biasa, sedikit berampas, tidak berlendir. Sejak
- IVFD RL 14 tpm
- PCT Syr 3x1 cth (jika demam)
- Anjuran : Tes Widal dan DDR
26 Oktober 2014
S : Demam tidak ada, sakit perut tidak ada, BAB dan BAK biasa
O : TD : 90/60 mmHg
N : 108 kali/menit
S : 36,5C
R : 30 kali/menit
Hasil Lab :
Tes Widal:
- Salmonella Typhii (O) : + 1/320
- Salmonella Typhii (H) : + 1/80
- Salmonella Para A (AH) : (-)
- Salmonella Para B (BH) : (-)
A : Demam Tifoid
P :
- IVFD RL 14 tpm
- Chloramfenicol syr 125 mg/5 ml 3 x 1 cth
- PCT Syr 3x1 cth (jika demam)
27 oktober 2014
S : Tidak ada keluhan
O : TD : 90/50 mmHg
N : 100 kali/menit
S : 36,5C
R : 32 kali/menit
A : Demam Tifoid
P :
- IVFD RL 14 tpm
- Chloramfenicol syr 3 x 1 cth
- PCT Syr 3x1 cth (jika demam)
Pasien dipulangkan dan diperbolehkan rawat jalan.
DISKUSI
dan pemeriksaan penunjang. Keluhan utama adalah badan panas sudah 1 minggu atau
lebih. Panas makin hari makin tinggi, terutama pada sore atau malam hari, biasa
disertai menggigau dan kejang. Anak mungkin mengeluh sakit perut disertai diare dan
muntah. Pada kasus ini, pasien mengalami demam setiap hari selama 1 minggu, lidah
kotor dengan pinggiran eritema, disertai dengan sakit perut yang merupakan gejala
sebanyak 105 - 109 kuman S.typhi. Setelah masuk secara fekal-oral lalu masuk ke
sistem pencernaan. Kuman lalu melewati lambung dan melekat pada jonjot ileum lalu
menembus epitel usus dan melewati plak Peyer. Kuman diangkut ke kelenjar getah
bening usus dan di situ memperbanyak diri di dalam sel mononukleus, kemudian sel
monosit yang mengandung kuman melalui saluran kelenjar limfe mesenterik, dan
selanjutnya duktus limfatik kuman mencapai aliran darah dan terjadilah bakteremia
pertama yang berlangsung singkat. Kuman mengikuti peredaran darah dan mencapai
sumsum tulang, ginjal, paru, susunan saraf, dan lain-lain. Di dinding kandung
empedu kuman berkembang dalam jumlah yang sangat banyak, kemudian bersama
Salah satu pemeriksaan tambahan yang sering dilakukan pada demam tifoid
adalah uji widal, yaitu pemeriksaan serologi terhadap antigen O, H, dan Vi dari
sel dari lipopolisakarida yang stabil pada panas, dan antigen H (flageum) adalah
protein yang labil terhadap panas. Selain itu terdapat antigen Vi yaitu polisakarida
kapsul. Nilai normal dari uji widal adalah 1/40. Pada pasien ini didapatkan
kenaikan titer yaitu 1/320 pada titer O Salmonella typhi, 1/80 pada titer H Salmonella
typhi, Hal ini menandakan bahwa pasien terinfeksi bakteri Salmonella Typhi atau
merupakan baku emas (gold standar) pada penanganan demam tifoid. Dosis yang
diberikan adalah 50mg/kg bb/ hari per os, 75 mg/kg bb/hari secara intravena, dalam 4
kali pemberian. Chloramphenicol cepat mensterilkan darah dan pada umumnya dalam
7 hari suhu menjadi normal, dan pemberian diteruskan selama 14 hari atau sampai 5-
7 hari bebas panas. Bila perlu dapat diberikan cefixime 20 mg/kgbb/hari per os dalam
2 dosis untuk 8 hari, ceftriaxon 50 mg.kg bb/ hari intramuscular untuk 5 hari, dan
ofloxacin 15 mg/kg bb/ hari per os selama 2 hari. Selain itu diberikan pengobatan
Beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada minggu ketiga demam tifoid,
yaitu:
1. Perdarahan usus.
benzidin.Bila perdarahan banyak terjadi melena dan bila berat dapat disertai
2. Perforasi usus.
Timbul biasanya pada minggu ketiga atau selain itu dan terjadi pada bagian distal
ileum.Perforasi yang tidak disertai peritonitis hanya dapat disertai ditemukan bila
terdapat udara di rongga peritoneum, yaitu pekak hati menghilang dan terdapat
udara di antara hati dan diafragma pada foto Rontgen abdomen yang dibuat
3. Peritonitis.
Biasanya menyertai perforasi tetapi dapat terjadi tanpa perforasi usus.Ditemukan
gejala abdomen akut yaitu nyeri perut yang hebat, dinding abdomen tegang
makanan yang kurang dan perpirasi akibat suhu tubuh yang tinggi. Pada kasus ini
Prognosis pada pasien ini adalah bonam karena tidak di dapatkan komplikasi
yang berat. Dengan pengobatan yang tepat dan teratur, pasien dapat kembali
beraktivitas seperti semula. Pasien juga diharapkan untuk tidak lagi makan
1. Behrman. 1999. Ilmu Kesehatan Anak Nelson Edisi 15. Penerbit Buku Kedokteran
EGC. Jakarta.
2. Rampengan, 2008, Penyakit Infeksi Tropik Pada Anak, Edisi 2, EGC, Jakarta.
3. Widagdo, 2012, Masalah dan Tatalaksana Penyakit Anak dengan Demam, Sagung
Seto, Jakarta.
4. Widagdo, 2011, Masalah dan Tatalaksana Penyakit Infeksi pada Anak, Sagung
Seto, Jakarta.
5. Mansjoer A. Kapita Selekta Kedokteran Edisi III Jilid 2. Jakarta. Media