3.1 Pendahuluan
3.2 Sejarah Singkat Pemikiran Etika
3.3 Teori Etika
3.3.1 Apakah Teori Moral itu?
3.3.2 Utilitarianisme
3.3.3 Analisis Biaya-Keuntungan (Cost-Benefit Analysis)
3.3.4 Etika Kewajiban dan Etika Hak
3.3.5 Etika Moralitas
3.3.6 Moralitas Pribadi vs Moralitas Perusahaan
3.3.7 Teori Mana yang Digunakan?
3.3.8 Pemikiran Etika Non Barat
TUJUAN
Memahami beberapa teori etika
Melihat bagaimana teori-teori ini dapat diterapkan dalam situasi enjiniring
3.1 PENDAHULUAN
Dalam bab ini, kita akan membahas teori-teori moral yang dapat diterapkan
pada masalah etika yang dihadapi oleh para insinyur. Beberapa teori penting akan
dibahas dengan cukup mendetail untuk dipakai dalam analisis kasus.
Untuk mempelajari cara membangun jembatan, misalnya, pertama Anda harus
mempelajari dasar-dasar fisika dan menerapkan ilmu fisika ini pada teknik statika dan
dinamika. Masalah-masalah pada struktur dapat diselesaikan dan jembatan dapat
dibangun hanya jika dasar teori dan pemahaman atas topik ini telah tercapai. Sama
halnya dengan penyelesaian masalah etika. Dalam bab ini, kita akan mengembangkan
kerangka kerja teoritis ini dan menerapkannya pada kasus enjiniring. Kita akan mulai
perjalanan kita dengan melihat asal usul pemikiran etika di dunia Barat.
3.3.2 Utilitarianisme
Utilitarianisme menyatakan bahwa suatu tindakan dianggap baik bila
tindakan itu meningkatkan derajat manusia. Penekanannya buka pada
meningkatkan derajat manusia, tetapi memaksimalkan derajat masyarakat
secara keseluruhan, dan karena itu teori ini dianggap sebagai pendekatan
komunis. Utilitarianisme mencoba menyeimbangkan antara kebutuhan
masyarakat dengan kebutuhan pribadi, dengan penekanan pada tindakan yang
memberikan manfaat terbaik bagi mayoritas orang.
Utilitarianisme menjadi dasar bagi berbagai tipe enjiniring. Meski
demikian, di balik kebaikan prinsip utilitarianisme, ada beberapa sisi negatif
yang terkandung di dalamnya. Pendekatan utilitarianisme bisa tampak
mengabaikan kepentingan pribadi, terutama jika kepentingan pribadi ini
kelihatannya relatif tidak signifikan.
Keberatan lain terhadap utilitarianisme adalah bahwa implementasinya
sangat tergantung pada pengetahuan kita akan hal mana yang dapat
memberikan kebaikan terbesar. Kita tidak mungkin benar-benar mengetahui
konsekuensi tindakan kita dan juga tidak mungkin melakukan sejumlah
eksperimen lengkap untuk menentukan hasil dari semua kemungkinan,
terutama jika subyeknya adalah manusia. Sehingga, memaksimalkan manfaat
bagi masyarakat memerlukan perkiraan dan ada resiko bahwa perkiraan
terbaik bisa saja salah.
Terlepas dari semua itu, utilitarianisme adalah alat yang sangat
berharga bagi penyelesaian masalah etika karena memberikan satu cara untuk
memandang kasus-kasus enjiniring.
Dua diantara banyaknya prinsip utilitarianisme ; utilitarianisme
tindakan dan utilitarianisme peraturan. Utilitarianisme tindakan berfokus
pada tindakan individu daripada peraturan. John Stuart Mill (1806-1873), yang
merasa bahwa sebagian besar peraturan moralitas yang umum adalah
penuntun yang sangat baik yang diturunkan dari pengalaman manusia selama
berabad-abad dan tindakan individu harus dinilai berdasarkan apakah tindakan
terbaik dilakukan dalam situasi tertentu. Untuk itu peraturan harus dilanggar
jika pelanggaran itu akan menghasilkan hal yang terbaik.
Sedangkan, penganut utilitarianisme peraturan meyakini bahwa
dirinya mematuhi peraturan-peraturan, ia mungkin tidak selalu mengahasilkan
kebaikan yang maksimal dalam situasi tertentu, secara keseluruhan, mematuhi
perautran-peraturan moral tersebut pada akhirnya akan memberikan hasil
terbaik.
Meskipun hasil dari kedua prinsip tersebut berbeda ketika diterapkan
dalan situasi tertentu, tetapi perbedaan keduanya bukanlah hal yang patut
utnuk dipermasalahkan.
DISUSUN OLEH :
Ainunsyah Fitri Lubis (160403051)
Mhd. Rizky Zein (160403052)
Satria Perwira (160403053)
Rosanna Dumenggan (160403054)