Anda di halaman 1dari 10

SUBBAB

3.1 Pendahuluan
3.2 Sejarah Singkat Pemikiran Etika
3.3 Teori Etika
3.3.1 Apakah Teori Moral itu?
3.3.2 Utilitarianisme
3.3.3 Analisis Biaya-Keuntungan (Cost-Benefit Analysis)
3.3.4 Etika Kewajiban dan Etika Hak
3.3.5 Etika Moralitas
3.3.6 Moralitas Pribadi vs Moralitas Perusahaan
3.3.7 Teori Mana yang Digunakan?
3.3.8 Pemikiran Etika Non Barat

TUJUAN
Memahami beberapa teori etika
Melihat bagaimana teori-teori ini dapat diterapkan dalam situasi enjiniring

3.1 PENDAHULUAN
Dalam bab ini, kita akan membahas teori-teori moral yang dapat diterapkan
pada masalah etika yang dihadapi oleh para insinyur. Beberapa teori penting akan
dibahas dengan cukup mendetail untuk dipakai dalam analisis kasus.
Untuk mempelajari cara membangun jembatan, misalnya, pertama Anda harus
mempelajari dasar-dasar fisika dan menerapkan ilmu fisika ini pada teknik statika dan
dinamika. Masalah-masalah pada struktur dapat diselesaikan dan jembatan dapat
dibangun hanya jika dasar teori dan pemahaman atas topik ini telah tercapai. Sama
halnya dengan penyelesaian masalah etika. Dalam bab ini, kita akan mengembangkan
kerangka kerja teoritis ini dan menerapkannya pada kasus enjiniring. Kita akan mulai
perjalanan kita dengan melihat asal usul pemikiran etika di dunia Barat.

3.2 SEJARAH SINGKAT PEMIKIRAN ETIKA


Teori moral dan etika yang akan kita terapkan dalam etika enjiniring berasal
dari tradisi budaya Barat. Dengan kata lain, ide-ide ini berasal dari Timur Tengah dan
Eropa. Pemikiran moral Barat tidak sampai kepada kita hanya dari satu sumber saja,
tetapi dari pemikiran Yunani kuno dan dari pemikiran yang berasal dari pemikiran dan
tulisan religius kuno, dimulai dengan Yudaisme dan dasar-dasarnya.
Meskipun mudah untuk memikirkan dua sumber ini secara terpisah, ada
pengaruh yang cukup besar dalam pemikiran religius kuno oleh ahli filsafat Yunani.
Sumber-sumber tertulis dalam tradisi moral Yahudi adalah Hukum Taurat dan Kitab
Perjanjian Lama dan sederet hukum moral mereka, termasuk sepuluh perintah Allah.
Pemikiran etika Yunani berasal dari ahli filsafat Yunani terkenal yang umumnya di
kelas-kelas filsafat, terutama Socrates dan Aristoteles, yang cukup panjang
membicarakan tulisannya, Nichomacean Etichs. Ide-ide filsafat Yunani bercampur
dengan pemikiran Kristen awal dan Yahudi dan tersebar ke seluruh Eropa dan Timur
Tengah selama masa Kekaisaran Romawi.
Ide-ide etika terus diperbaharui sepanjang sejarah. Banyak pemikir besar yang
mengalihkan perhatian mereka pada etika dan moral dan mencoba memberikan
pandangan terhadap isu-isu ini lewat tulisan-tulisannya. Ahli filsafat seperti Locke,
Kant, dan Mill misalnya, menulis tentang moral dan isu etika. Mereka menganggap
bahwa prinsip-prinsip moral adalah hal yang universal, tanpa mempedulikan asalnya
dan dapat diterapkan bahkan dalam negara yang sekuler sekalipun. Banyak prinsip
moral yang akan kita bahas juga telah dikodekan dan disalurkan lewat hukum. Jadi,
dalam mendiskusikan etika enjiniring, ada banyak bidang pemikiran yang dapat
ditarik-filsafat, hukum dan agama. Tetapi, walau ada banyak prinsip moral yang
berasal dari agama dan hukum yang akan kita hadapi dalam studi tentang etika
enjiniring, kita perlu mengetahui bahwa arahan etika pada dasarnya bertumpu pada
kepedulian terhadap orang lain. Etika bukan sekedar masalah hukum atau agama.

3.3 TEORI-TEORI ETIKA


Untuk mengembangkan teknik penyelesaian masalah etika yang berhasil,
pertama-tama kita harus melihat beberapa teori etika agar kita memiliki kerangka
kerja dalam pengambilan keputusan. Penyelesaian masalah etika tidak sependek dan
sekering penyelesaian masalah dalam sebagian besar pelajaran eksakta. Dalam
sebagian besar pelajaran eksakta, umumnya hanya ada satu teori yang dipakai untuk
menyelesaikan sebuah masalah. Sedangkan dalam mempelajari etika enjiniring, ada
beberapa teori yang akan dipakai. Jumlah teori yang relatif banyak ini tidak
menunjukkan adanya kelemahan dalam pemahaman teoritis tentang etika atau
kebingungan pemikiran etika, tetapi, hal ini mencerminkan komleksitas masalah
etika dan perbedaan pendekatan terhadap penyelesaian masalah etika yang telah
dikembangkan selama berabad-abad.
Dengan banyaknya teori yang diterapkan, proses penyelesaian masalah akan
semakin diperkaya dan masalah juga akan terlihat dari sudut pandang yang berbeda.
Tetapi, seringkali teori yang berbeda menghasilkan solusi yang sama. Teknik dasar
penyelesaian masalah etika yang akan kita gunakan adalah teknik yang
memberdayakan berbagai teori dan pendekatan untuk menganalisis masalah dan
selanjutnya menentukan solusi yang terbaik.

3.3.1 Apakah Teori Moral itu?


Teori Moral mendefinisikan istilah dalam cara yang sama dan
menghubungkan ide-ide dan masalah secara bersama-sama dalam cara yang
konsisten [Harris, Pritchard, dan Rabins, 1985]. Teori ilmu pengetahuan juga
mengorganisasikan ide, mendefinisikan istilah, dan memfasilitasi penyelesaian
masalah.
Ada 4 teori yang akan dipakai, masing-masing perbedaannya terletak
pada apa yang dianggap sebagai konsep moral terpenting. Utilitarisme
berusaha menghasilkan utilitas terbaik yang didefinisikan sebagi
keseimbangan antara dampak positif dan negatif dari suatu tindakan, dengan
memperhitungkan konsekuensi bagi semua orang yang menerima dampaknya.
Berbeda dengan etika kewajiban yang menyatakan bahwa ada tugas-tugas
yang harus dilakukan (mis : kewajiban untuk memperlakukan orang lain
secara adil atau kewajiban untuk tidak melukai orang lain) tanpa
mempedulikan apakah tindakan ini adalah tindakan terbaik. Etika hak
menekankan bahwa kita semua dapat diterima secara etika. Yang terakhir,
etika moralitas menyatakan tindakan dianggap baik jika tindakan itu
menunjukkan perilaku karakter yang baik (bermoral) dan dianggap buruk jika
tindakan itu menunjukkan perilaku karakter buruk (tidak bermoral); teori etika
ini berpusat pada usaha kita menjadi tipe orang yang seperti apa.

3.3.2 Utilitarianisme
Utilitarianisme menyatakan bahwa suatu tindakan dianggap baik bila
tindakan itu meningkatkan derajat manusia. Penekanannya buka pada
meningkatkan derajat manusia, tetapi memaksimalkan derajat masyarakat
secara keseluruhan, dan karena itu teori ini dianggap sebagai pendekatan
komunis. Utilitarianisme mencoba menyeimbangkan antara kebutuhan
masyarakat dengan kebutuhan pribadi, dengan penekanan pada tindakan yang
memberikan manfaat terbaik bagi mayoritas orang.
Utilitarianisme menjadi dasar bagi berbagai tipe enjiniring. Meski
demikian, di balik kebaikan prinsip utilitarianisme, ada beberapa sisi negatif
yang terkandung di dalamnya. Pendekatan utilitarianisme bisa tampak
mengabaikan kepentingan pribadi, terutama jika kepentingan pribadi ini
kelihatannya relatif tidak signifikan.
Keberatan lain terhadap utilitarianisme adalah bahwa implementasinya
sangat tergantung pada pengetahuan kita akan hal mana yang dapat
memberikan kebaikan terbesar. Kita tidak mungkin benar-benar mengetahui
konsekuensi tindakan kita dan juga tidak mungkin melakukan sejumlah
eksperimen lengkap untuk menentukan hasil dari semua kemungkinan,
terutama jika subyeknya adalah manusia. Sehingga, memaksimalkan manfaat
bagi masyarakat memerlukan perkiraan dan ada resiko bahwa perkiraan
terbaik bisa saja salah.
Terlepas dari semua itu, utilitarianisme adalah alat yang sangat
berharga bagi penyelesaian masalah etika karena memberikan satu cara untuk
memandang kasus-kasus enjiniring.
Dua diantara banyaknya prinsip utilitarianisme ; utilitarianisme
tindakan dan utilitarianisme peraturan. Utilitarianisme tindakan berfokus
pada tindakan individu daripada peraturan. John Stuart Mill (1806-1873), yang
merasa bahwa sebagian besar peraturan moralitas yang umum adalah
penuntun yang sangat baik yang diturunkan dari pengalaman manusia selama
berabad-abad dan tindakan individu harus dinilai berdasarkan apakah tindakan
terbaik dilakukan dalam situasi tertentu. Untuk itu peraturan harus dilanggar
jika pelanggaran itu akan menghasilkan hal yang terbaik.
Sedangkan, penganut utilitarianisme peraturan meyakini bahwa
dirinya mematuhi peraturan-peraturan, ia mungkin tidak selalu mengahasilkan
kebaikan yang maksimal dalam situasi tertentu, secara keseluruhan, mematuhi
perautran-peraturan moral tersebut pada akhirnya akan memberikan hasil
terbaik.
Meskipun hasil dari kedua prinsip tersebut berbeda ketika diterapkan
dalan situasi tertentu, tetapi perbedaan keduanya bukanlah hal yang patut
utnuk dipermasalahkan.

3.3.3 Analisis Biaya-Keuntungan (Cost-Benefit Analysis)


Pada dasarnya, tipe analisis hanya satu penerapan utilitarianisme.
Dalam analisis biaya-keuntungan, biaya suatu proyek dinilai, demikian juga
keuntungannya. Hanya proyek-proyek yang perbandingan kentungan terhadap
biayanya paling tinggi saja yang akan diwujudkan. Prinsip ini mirip dengan
tujuan penganut utilitarianisme untuk memaksimalkan keseluruhan hak yang
baik.
Seperti halnya utilitarianisme, terdapat bahaya tersembunyi dalam
penggunaan analisis biaya-keuntungan. Walaupun memperkirakan biaya
sebagian besar proyek bukan hal yang sulit, keuntungan yang diperoleh lebih
sulit diperkirakan dan dinilai dalam nilai uang.
Kita juga harus menentukan apakah orang yang mendapat keuntungan
juga merupakan orang yang harus mengeluarkan biaya. Tidak adil bila kita
membedakan semua biaya pada sekelompok orang, sementara kelompok
lainnya yang tidak mengeluarkan biaya justru mendapat keuntungannya.

3.3.4 Etika Kewajiban dan Etika Hak


Dua teori etika; etika kewajiban dan etika hak menyatakan bahwa
suatu tindakan dianggap baik bila tindakan itu menghormati hak-hak individu.
Dalam hal ini, konsekuensi yang benar bagi masyarakat secara keseluruhan
bukanlah satu-satunya pertimbangan moral.
Pencetus utama etika kewajiban adalah Immanuel Kant (1724-1804),
yang menyatakan bahwa kewajiban moral adalah hal yang fundamental.
Tindakan etika adalah tindakan yang dapat ditulis dalam suatu daftar
kewajiban: harus jujur, jangan membuat orang lain menderita, adil terhadap
orang lain, dsb. Tindakan-tindakan ini merupakan kewajiban kita karena
tindakan tersebut menunjukkan rasa hormat kita dan merupakan prinsip
universal [Martin dan Schinzinger,2000]. Setelah kewajiban seseorang
diketahui, tindakan moral yang benar secara etika sudah jelas. Dalam rumusan
ini, tindakan etika merupakan hasil performa yang sepantasnya dari kewajiban
seseorang.
Etika hal diformulasikan secara luas oleh John Lockr (1632-1704),
yang menyatakan bahwa manusia mempunyai hak untuk hidup, kebebasan,
dan kepemilikan sebagaimana yang dicantumkan dalam Deklarasi
kemerdekaan Amerika Serikat pada tahun 1776. Etika hak menyatakan bahwa
manusia mempunyai hak-hak asasi yang harus dihormati oleh orang lain.
Etika kewajiban dan etika hak sebenarnya hanyalah dua sisi yang
berbeda dari satu mata uang yang sama. Kedua teori ini mencapai akhir yang
sama yaitu individu harus dihormati, dan tindakan dianggap etis bila tindakan
itu mempertahankan rasa hormat kita kepada orang lain.
Seperti pada utilitarianisme, ada masalah dengan teori etika kewajiban
dan etika hak yang harus kita pertimbangkan. Pertama, hak asasi
seseorang/kelompok mungkin bertentangan dengan hak asasi kelompok lain.
Kedua, teori ini tidak selalu bisa memperhitungkan kepentingan seluruh
masyarakat dengan baik. Karena penekanannya pada individu, kepentingan
seseorang dapat lebih diutamakan dibandingkan kepentingan masyarakat
secara keseluruhan.
Teori-teori menunjukkan cara pandang yang berbeda terhadap masalah
etika dan sering mencapai solusi yang berbeda. Karena itu, semua analisis
lengkap tentang suatu masalah etika harus menyertakan berbagai teori jika kita
ingin mendapatkan kesimpulan yang valid.

3.3.5 Etika Moralitas


Etika moralitas berwacana untuk menentukan kita sebaiknya menjadi
orang yang seperti apa. Moralitas sering didefinisikan sebagai perbedaan dan
kebaikan moral. Dalam etika moralitas, suatu tindakan dianggap benar jika
tindakan itu mendukung perilaku karakter yang baik dan dianggap salah jika
tindakan itu mendukung perilaku karakter yang buruk [Schinzinger dan
Martin, 2000].
Etika moralitas berfokus pada kata-kata seperti tanggung jawab,
kejujuran kompetensi dan kesetiaan (dianggap bermoral), serta kebohongan,
pengkhianatan, dan tidak bertanggung jawab (dianggap tidak bermoral). Etika
moralitas terkait erat dengan karakter pribadi karena kita orang yang bermoral
dan berusaha menerapkan perilaku karakter yang baik pada diri kita sendiri
dan orang lain.
Sama seperti semua teori etika, penting untuk berhati-hati dalam
menerapkan etika moralitas. Masalah timbul lewat kata-kata yang
dipermukaannya bermoral, tetapi sebenarnya tidak bermoral. Sehingga dalam
menggunakan etika moralitas, kita perlu memastikan bahwa perilaku yang kita
anggap bermoral adalah benar-benar bermoral dan tidak menyebabkan
konsekuensi negatif.

3.3.6 Moralitas Pribadi vs Moralitas Perusahaan


Apakah ada perbedaan antara etika yang dipraktekkan oleh individu
dan perusahaan? Jika sebuah perusahaan tidak mempunyai kapasitas moral,
maka perusahaan itu tidak diandalkan atas tindakannya, meskipun kadang-
kadang individu di dalam perusahaan itu dapat diandalkan.
Dapatkah sebuah perusahaan benar-benar diharapkan untuk
menunjukkan kejujuran atau kesetiaan? Semua ini adalah perilaku manusia
dan tidak dapat mengacu pada perusahaan. Dalam definisi yang paling ketat
tentang kapasitas moral, sebuah perusahaan tidak bisa menjadi agen moral,
meskipun perusahaan mempunyai banyak urusan dengan individu atau
kelompok orang.
Lalu bagaimana kita bisa menyelesaikan masalah ini? Dalam kapasitas
mereka untuk berurusan dengan individu, perusahaan harus dianggap agen
peniru dan diperhitungkan secara sama dengan individu, meskipun
kemampuan untuk melakukan hal ini dalam sistem hukum sangat terbatas.
Dengan kata lain, dengan memperhatikan masalah etika, tanggung jawab
kesalahan perusahaan tidak boleh disembunyikan di belakang topeng
perusahaan. Hanya karena perusahaan bukan agen moral yang sebenarnya
seperti manusia, tidak berarti bahwa perusahaan dapat melakukan semua
keinginannya. Sebaliknya, dalam interaksinya dengan individu atau
komunitas, sebuah perusahaan harus menghormati hak-hak individu dan harus
menunjukkan moralitas yang sama seperti yang kita harapkan dari individu.

3.3.7 Teori Mana yang Digunakan?


Setelah membahas empat teori etika yang berbeda, pertanyaan
mengemuka adalah bagaimana kita memutuskan teori mana yang mesti
diterapkan pada suatu masalah tertentu? Kita tidak perlu memilih di antara
empat teori itu. Sebaliknya, kita dapat menggunakan semua teori itu untuk
menganalisis suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda dan melihat
hasil apa yang diberikan masing-masing teori itu kepada kita. Hal ini
memungkinkan kita menelaah suatu masalah dari perspektif yang berbeda-
beda untuk melihat kesimpulan yang dicapai masing-masing teori tersebut.
Kadang-kadang, hasilnya bisa sama, meskipun teori yang kita gunakan
berbeda. Sehingga, setelah melalui analisis mendalam dengan menggunakan
semua teori etika, suatu penilaian yang seimbang pun dapat terbentuk.

3.3.8 Pemikiran Etika Non Barat


Kita tergoda untuk berpikir bahwa teori etika yang telah dijelaskan di
sini hanya dapat diterapkan dalam hubungan bisnis di budaya yang
memberlakukan tradisi etika Barat : Eropa dan Amerika. Karena di belahan
bumi lainnya negara-negara lain di dunia mempunyai dasar berbeda bagi
sistem etikanya, tampaknya apa yang kita pelajari di sini tidak akan dapat
diterapkan dalam bisnis kita yang berhubungan dengan, misalnya : Jepang,
India, Afrika, atau Saudi Arabia. Pemikiran ini tidak benar. Etika tidak dibatasi
oleh kondisi geografis maupun kultural. Sebenarnya, pemikiran etika telah
berkembang di seluruh dunia dan tidak tergantung pada budaya Barat atau
tradisi agama. Standar etika di seluruh dunia sesungguhnya sama saja.
Meskipun prinsip-prinsip etika di budaya yang lain mungkin diturunkan dalam
cara yang berbeda, hasilnya biasanya sama, tanpa memperhatikan budaya.
Lebih jauh lagi, etika pribadi tidak ditentukan oleh batas geografis.
Perilaku pribadi dan perilaku bisnis harus sama, dimanapun Anda berada pada
suatu waktu. Misalnya : beberapa orang akan menemukan bahwa ungkapan
Di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung dapat diterapkan pada
moralitas pribadi. Jika kita percaya bahwa menipu adalah tindakan yang salah,
tentu saja tidak berkurang kesalahannya ketika berhubungan dengan suatu
budaya (yang diasumsikan) di mana perilaku ini tidak dianggap buruk. Karena
itu, etika yang kita bicarakan akan dapat diterapkan di manapun kita berada.
MAKALAH ETIKA
MEMAHAMI MASALAH ETIKA

DISUSUN OLEH :
Ainunsyah Fitri Lubis (160403051)
Mhd. Rizky Zein (160403052)
Satria Perwira (160403053)
Rosanna Dumenggan (160403054)

DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI


FAK U LTAS T E K N I K
USU 2017

Anda mungkin juga menyukai