Anda di halaman 1dari 55

BAB I

PENDAHULUAN

Asma merupakan penyakit inflamasi (peradangan) kronik saluran napas


yang ditandai adanya mengi episodik, batuk, dan rasa sesak di dada akibat
penyumbatan saluran napas, termasuk dalam kelompok penyakit saluran
pernapasan kronik. Asma mempunyai tingkat fatalitas yang rendah namun jumlah
kasusnya cukup banyak ditemukan dalam masyarakat. Badan kesehatan dunia
(WHO) memperkirakan 100-150 juta penduduk dunia menderita asma, jumlah ini
diperkirakan akan terus bertambah sebesar 180.000 orang setiap tahun. Sumber
lain menyebutkan bahwa pasien asma sudah mencapai 300 juta orang di seluruh
dunia dan terus meningkat selama 20 tahun belakangan ini. Apabila tidak dicegah
dan ditangani dengan baik, maka diperkirakan akan terjadi peningkatan prevalensi
yang lebih tinggi lagi pada masa yang akan datang serta mengganggu proses
tumbuh kembang anak dan kualitas hidup pasien.
Prevalensi asma di Indonesia belum diketahui secara pasti, namun hasil
penelitian pada anak sekolah usia 13-14 tahun dengan menggunakan kuesioner
ISAAC (International Study on Asthma and Allergy in Children) tahun 1995
prevalensi asma masih 2,1%, sedangkan pada tahun 2003 meningkat menjadi
5,2%. Hasil survei asma pada anak sekolah di beberapa kota di Indonesia (Medan,
Palembang, Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Malang dan Denpasar)
menunjukkan prevalensi asma pada anak SD (6 sampai 12 tahun) berkisar antara
3,7%-6,4%, sedangkan pada anak SMP di Jakarta Pusat sebesar 5,8% tahun 1995
dan tahun 2001 di Jakarta Timur sebesar 8,6%. Berdasarkan gambaran tersebut di
atas, terlihat bahwa asma telah menjadi masalah kesehatan masyarakat yang perlu
mendapat perhatian secara serius.
Pengamatan di 5 propinsi di Indonesia (Sumatra Utara, Jawa Tengah, Jawa
Timur, Kalimantan Barat dan Sulawesi Selatan) yang dilaksanakan oleh Subdit
Penyakit Kronik dan Degeneratif Lain pada bulan April tahun 2007, menunjukkan
bahwa pada umumnya upaya pengendalian asma belum terlaksana dengan baik
dan masih sangat minimnya ketersediaan peralatan yang diperlukan untuk
diagnosis dan tatalaksana pasien asma di fasilitas kesehatan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. PENGERTIAN ASMA
Asma merupakan gangguan radang kronik saluran napas. Saluran napas
yang mengalami radang kronik bersifat hiperresponsif sehingga apabila
terangsang oleh faktor risiko tertentu, jalan napas menjadi tersumbat dan aliran
udara terhambat karena konstriksi bronkus, sumbatan mukus, dan meningkatnya
proses radang (Almazini, 2012)
Asma adalah suatu keadaan dimana saluran nafas mengalami penyempitan
karena hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu, yang menyebabkan
peradangan, penyempitan ini bersifat sementara. Asma dapat terjadi pada siapa
saja dan dapat timbul disegala usia, tetapi umumnya asma lebih sering terjadi pada
anak-anak usia di bawah 5 tahun dan orang dewasa pada usia sekitar 30 tahunan
(Saheb, 2011)
Asma adalah gangguan inflamasi kronik saluran napas yang melibatkan
banyak sel dan elemennya. Inflamasi kronik menyebabkan peningkatan
hiperresponsivitas saluran napas yang menimbulkan gejala episodik berulang
berupa mengi, sesak napas, dada terasa berat, batuk terutama malam hari dan atau
dini hari. Episodik tersebut berhubungan dengan obstruksi saluran napas yang
luas, bervariasi dan seringkali bersifat reversibel dengan atau tanpa pengobatan
(Boushey, 2005; Bousquet, 2008)
Istilah asma berasal dari kata Yunani yang artinya terengah-engah dan
berarti serangan nafas pendek (Price, 1995 cit Purnomo 2008). Nelson (1996)
dalam Purnomo (2008) mendefinisikan asma sebagai kumpulan tanda dan gejala
wheezing (mengi) dan atau batuk dengan karakteristik sebagai berikut; timbul
secara episodik dan atau kronik, cenderung pada malam hari/dini hari (nocturnal),
musiman, adanya faktor pencetus diantaranya aktivitas fisik dan bersifat
reversibel baik secara spontan maupun dengan penyumbatan, serta adanya riwayat
asma atau atopi lain pada pasien/keluarga, sedangkan sebab-sebab lain sudah
disingkirkan
Batasan asma yang lengkap yang dikeluarkan oleh Global Initiative for
Asthma (GINA) (2006) didefinisikan sebagai gangguan inflamasi kronik saluran
nafas dengan banyak sel yang berperan, khususnya sel mast, eosinofil, dan
limfosit T. Pada orang yang rentan inflamasi ini menyebabkan mengi berulang,
sesak nafas, rasa dada tertekan dan batuk, khususnya pada malam atau dini hari.
Gejala ini biasanya berhubungan dengan penyempitan jalan nafas yang luas
namun bervariasi, yang sebagian bersifat reversibel baik secara spontan maupun
dengan pengobatan, inflamasi ini juga berhubungan dengan hiperreaktivitas jalan
nafas terhadap berbagai rangsangan.
Asma adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh keadaan saluran nafas
yang sangat peka terhadap berbagai rangsangan, baik dari dalam maupun luar
tubuh. Akibat dari kepekaan yang berlebihan ini terjadilah penyempitan saluran
nafas secara menyeluruh (Abidin, 2002).

B. KLASIFIKASI ASMA

1. Berdasarkan kegawatan asma, maka asma dapat dibagi menjadi :


a. Asma bronkhial
Asthma Bronkiale merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan adanya
respon yang berlebihan dari trakea dan bronkus terhadap bebagai macam
rangsangan, yang mengakibatkan penyempitan saluran nafas yang tersebar
luas diseluruh paru dan derajatnya dapat berubah secara sepontan atau
setelah mendapat pengobatan
b. Status asmatikus
Yakni suatu asma yang refraktor terhadap obat-obatan yang konvensional
(Smeltzer, 2001). status asmatikus merupakan keadaan emergensi dan
tidak langsung memberikan respon terhadap dosis umum bronkodilator
(Depkes RI, 2007)
Status Asmatikus yang dialami penderita asma dapat berupa pernapasan
wheezing, ronchi ketika bernapas (adanya suara bising ketika bernapas),
kemudian bisa berlanjut menjadi pernapasan labored (perpanjangan
ekshalasi), pembesaran vena leher, hipoksemia, respirasi alkalosis,
respirasi sianosis, dyspnea dan kemudian berakhir dengan tachypnea.
Namun makin besarnya obstruksi di bronkus maka suara wheezing dapat
hilang dan biasanya menjadi pertanda bahaya gagal pernapasan (Brunner
& Suddarth, 2001).
c. Asthmatic Emergency yakni asma yang dapat menyebabkan kematian.
2. Klasifikasi asma yaitu (Hartantyo, 1997, cit Purnomo 2008)
a. Asma ekstrinsik
Asma ekstrinsik adalah bentuk asma paling umum yang disebabkan
karena reaksi alergi penderita terhadap allergen dan tidak membawa
pengaruh apa-apa terhadap orang yang sehat.
b. Asma intrinsik
Asma intrinsik adalah asma yang tidak responsif terhadap pemicu
yang berasal dari allergen. Asma ini disebabkan oleh stres, infeksi dan
kodisi lingkungan yang buruk seperti klembaban, suhu, polusi udara
dan aktivitas olahraga yang berlebihan.

3. Menurut Global Initiative for Asthma (GINA) (2006) penggolongan


asma berdasarkan beratnya penyakit dibagi 4 (empat) yaitu:

1) Asma Intermiten (asma jarang)

gejala kurang dari seminggu


serangan singkat
gejala pada malam hari < 2 kali dalam sebulan
FEV 1 atau PEV > 80%
PEF atau FEV 1 variabilitas 20% 30%
2) Asma mild persistent (asma persisten ringan)
gejala lebih dari sekali seminggu
serangan mengganggu aktivitas dan tidur
gejala pada malam hari > 2 kali sebulan
FEV 1 atau PEV > 80%, PEF atau FEV 1 variabilitas < 20%
30%
3) Asma moderate persistent (asma persisten sedang)
gejala setiap hari
serangan mengganggu aktivitas dan tidur
gejala pada malam hari > 1 dalam seminggu
FEV 1 tau PEV 60% 80%
PEF atau FEV 1 variabilitas > 30%
4) Asma severe persistent (asma persisten berat)
gejala setiap hari
serangan terus menerus
gejala pada malam hari setiap hari
terjadi pembatasan aktivitas fisik
FEV 1 atau PEF = 60%
PEF atau FEV variabilitas > 30%

4. Selain berdasarkan gejala klinis di atas, asma dapat diklasifikasikan


berdasarkan derajat serangan asma yaitu: (GINA, 2006)

a. Serangan asma ringan dengan aktivitas masih dapat berjalan, bicara satu
kalimat, bisa berbaring, tidak ada sianosis dan mengi kadang hanya pada
akhir ekspirasi.
b. Serangan asma sedang dengan pengurangan aktivitas, bicara memenggal
kalimat, lebih suka duduk, tidak ada sianosis, mengi nyaring sepanjang
ekspirasi dan kadang -kadang terdengar pada saat inspirasi.
c. Serangan asma berat dengan aktivitas hanya istirahat dengan posisi duduk
bertopang lengan, bicara kata demi kata, mulai ada sianosis dan mengi
sangat nyaring terdengar tanpa stetoskop.
d. Serangan asma dengan ancaman henti nafas, tampak kebingunan, sudah
tidak terdengar mengi dan timbul bradikardi.
Perlu dibedakan derajat klinis asma harian dan derajat serangan asma. Seorang
penderita asma persisten (asma berat) dapat mengalami serangan asma ringan.
Sedangkan asma ringan dapat mengalami serangan asma berat, bahkan
serangan asma berat yang mengancam terjadi henti nafas yang dapat
menyebabkan kematian.

C. ETIOLOGI ASMA
Sampai saat ini etiologi dari Asma Bronkhial belum diketahui. Suatu hal
yang yang menonjol pada penderita Asma adalah fenomena hiperaktivitas
bronkus. Bronkus penderita asma sangat peka terhadap rangsangan imunologi
maupun non imunologi.

a. Adapun rangsangan atau faktor pencetus yang sering menimbulkan Asma


adalah: (Smeltzer & Bare, 2002).
a. Faktor ekstrinsik (alergik) : reaksi alergik yang disebabkan oleh alergen
atau alergen yang dikenal seperti debu, serbuk-serbuk, bulu-bulu binatang.
b. Faktor intrinsic (non-alergik) : tidak berhubungan dengan alergen, seperti
common cold, infeksi traktus respiratorius, latihan, emosi, dan polutan
lingkungan dapat mencetuskan serangan.
c. Asma gabungan
Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik dari
bentuk alergik dan non-alergik

2. Menurut The Lung Association of Canada, ada dua faktor yang menjadi
pencetus asma:

a. Pemicu Asma (Trigger)


Pemicu asma mengakibatkan mengencang atau menyempitnya saluran
pernapasan (bronkokonstriksi). Pemicu tidak menyebabkan peradangan.
Trigger dianggap menyebabkan gangguan pernapasan akut, yang belum
berarti asma, tetapi bisa menjurus menjadi asma jenis intrinsik.
Gejala-gejala dan bronkokonstriksi yang diakibatkan oleh pemicu
cenderung timbul seketika, berlangsung dalam waktu pendek dan relatif
mudah diatasi dalam waktu singkat. Namun, saluran pernapasan akan
bereaksi lebih cepat terhadap pemicu, apabila sudah ada, atau sudah terjadi
peradangan. Umumnya pemicu yang mengakibatkan bronkokonstriksi
adalah perubahan cuaca, suhu udara, polusi udara, asap rokok, infeksi
saluran pernapasan, gangguan emosi, dan olahraga yang berlebihan.
b. Penyebab Asma (Inducer)
Penyebab asma dapat menyebabkan peradangan (inflamasi) dan sekaligus
hiperresponsivitas (respon yang berlebihan) dari saluran pernapasan.
Inducer dianggap sebagai penyebab asma yang sesungguhnya atau asma
jenis ekstrinsik. Penyebab asma dapat menimbulkan gejala-gejala yang
umumnya berlangsung lebih lama (kronis), dan lebih sulit diatasi.
Umumnya penyebab asma adalah alergen, yang tampil dalam bentuk
ingestan (alergen yang masuk ke tubuh melalui mulut), inhalan (alergen
yang dihirup masuk tubuh melalui hidung atau mulut), dan alergen yang
didapat melalui kontak dengan kulit (VitaHealth, 2006).

3. Sedangkan Lewis et al. (2000) tidak membagi pencetus asma secara spesifik.
Menurut mereka, secara umum pemicu asma adalah:
a. Faktor predisposis
Genetik
Faktor yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum diketahui
bagaimana cara penurunannya yang jelas. Penderita dengan penyakit alergi
biasanya mempunyai keluarga dekat juga menderita penyakit alergi.
Karena adanya bakat alergi ini, penderita sangat mudah terkena penyakit
Asma Bronkhial jika terpapar dengan faktor pencetus. Selain itu
hipersensitivitas saluran pernapasannya juga bisa diturunkan.
b. Faktor presipitasi
1) Alergen
Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu:
a) Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan seperti debu,
bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan polusi.
b) Ingestan, yang masuk melalui mulut yaitu makanan (seperti buah-
buahan dan anggur yang mengandung sodium metabisulfide) dan
obat-obatan (seperti aspirin, epinefrin, ACE- inhibitor, kromolin).
c) Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit. Contoh :
perhiasan, logam dan jam tangan
d) Pada beberapa orang yang menderita asma respon terhadap Ig E
jelas merupakan alergen utama yang berasal dari debu, serbuk
tanaman atau bulu binatang. Alergen ini menstimulasi reseptor Ig
E pada sel mast sehingga pemaparan terhadap faktor pencetus
alergen ini dapat mengakibatkan degranulasi sel mast.
Degranulasi sel mast seperti histamin dan protease sehingga
berakibat respon alergen berupa asma.
2) Olahraga
Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika
melakukan aktivitas jasmani atau olahraga yang berat. Serangan asma
karena aktifitas biasanya terjadi segera setelah selesai beraktifitas.
Asma dapat diinduksi oleh adanya kegiatan fisik atau latihan yang
disebut sebagai Exercise Induced Asthma (EIA) yang biasanya terjadi
beberapa saat setelah latihan.misalnya: jogging, aerobik, berjalan
cepat, ataupun naik tangga dan dikarakteristikkan oleh adanya
bronkospasme, nafas pendek, batuk dan wheezing. Penderita asma
seharusnya melakukan pemanasan selama 2-3 menit sebelum latihan.
3) Infeksi bakteri pada saluran napas
Infeksi bakteri pada saluran napas kecuali sinusitis mengakibatkan
eksaserbasi pada asma. Infeksi ini menyebabkan perubahan inflamasi
pada sistem trakeo bronkial dan mengubah mekanisme mukosilia.
Oleh karena itu terjadi peningkatan hiperresponsif pada sistem
bronkial.
4) Stres
Stres / gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain
itu juga bisa memperberat serangan asma yang sudah ada. Penderita
diberikan motivasi untuk mengatasi masalah pribadinya, karena jika
stresnya belum diatasi maka gejala asmanya belum bisa diobati.
5) Gangguan pada sinus
Hampir 30% kasus asma disebabkan oleh gangguan pada sinus,
misalnya rhinitis alergik dan polip pada hidung. Kedua gangguan ini
menyebabkan inflamasi membran mukus.
6) Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering
mempengaruhi asma. Atmosfir yang mendadak dingin merupakan
faktor pemicu terjadinya serangan Asma. Kadang kadang serangan
berhubungan dengan musim, seperti musim hujan, musim kemarau.

D. ANATOMI, FISIOLOGI DAN PATOFISIOLOGI ASMA


1. ANATOMI

Gambar 1. Anatomi sistem pernapasan


Gambar 2. Anatomi keadaan normal dan Asma Bronkhial

Organ Pernapasan
a. Hidung
Hidung atau naso atau nasal merupakan saluran udara yang pertama,
mempunyai dua lubang (kavum nasi), dipisahkan oleh sekat hidung
(septum nasi). Di dalamnya terdapat bulu-bulu yang berguna untuk
menyaring udara, debu, dan kotoran yang masuk ke dalam
lubang hidung.

b. Faring
Faring atau tekak merupakan tempat persimpangan antara jalan
pernapasan dan jalan makanan, terdapat di bawah dasar tengkorak, di
belakang rongga hidung, dan mulut sebelah depan ruas tulang leher.
Hubungan faring dengan organ-organ lain adalah ke atas
berhubungan dengan rongga hidung, dengan perantaraan lubang
yang bernama koana, ke depan berhubungan dengan rongga mulut,
tempat hubungan ini bernama istmus fausium, ke bawah terdapat 2
lubang (ke depan lubang laring dan ke belakang lubang esofagus).
c. Laring
Laring atau pangkal tenggorokan merupakan saluran udara dan
bertindak sebagai pembentukan suara, terletak di depan bagian faring
sampai ketinggian vertebra servikal dan masuk ke dalam trakhea di
bawahnya. Pangkal tenggorokan itu dapat ditutup oleh sebuah
empang tenggorokan yang biasanya disebut epiglotis, yang terdiri
dari tulang-tulang rawan yang berfungsi pada waktu kita menelan
makanan menutui laring.
d. Trakea
Trakea atau batang tenggorokan merupakan lanjutan dari laring yang
dibentuk oleh 16 sampai 20 cincin yang terdiri dari tulang-tulang
rawan yang berbentuk seperti kuku kuda (huruf C) sebelah dalam
diliputi oleh selaput lendir yang berbulu getar yang disebut sel
bersilia, hanya bergerak ke arah luar. Panjang trakea 9 sampai 11 cm
dan di belakang terdiri dari jarigan ikat yang dilapisi oleh otot polos.
e. Bronkus
Bronkus atau cabang tenggorokan merupakan lanjutan dari trakea,
ada 2 buah yang terdapat pada ketinggian vertebra torakalis IV dan
V, mempunyai struktur serupa dengan trakea dan dilapisi oleh jenis
set yang sama. Bronkus itu berjalan ke bawah dan ke samping ke
arah tampuk paru-paru.Bronkus kanan lebih pendek dan lebih besar
dari pada bronkus kiri, terdiri dari 6-8 cincin, mempunyai 3 cabang.
Bronkus kiri lebih panjang dan lebih ramping dari yang kanan, terdiri
dari 9-12 cincin mempunyai 2 cabang. Bronkus bercabang-cabang,
cabang yang lebih kecil disebut bronkiolus (bronkioli). Pada
bronkioli tidak terdapat cincin lagi, dan pada ujung
bronkioli terdapat gelembung paru atau gelembung hawa atau
alveoli.
f. Paru-paru
Paru-paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar
terdiri dari gelembung (gelembung hawa atau alveoli). Gelembug
alveoli ini terdiri dari sel-sel epitel dan endotel. Jika dibentangkan
luas permukaannya kurang lebih 90 m. Pada lapisan ini terjadi
pertukaran udara, O2 masuk ke dalam darah dan CO2 dikeluarkan
dari darah. Banyaknya gelembung paru-paru ini kurang lebih
700.000.000 buah (paru-paru kiri dan kanan)
Paru-paru dibagi dua yaitu paru-paru kanan, terdiri dari 3
lobus (belahan paru), lobus pulmo dekstra superior, lobus media, dan
lobus inferior. Tiap lobus tersusun oleh lobulus. Paru-paru kiri,
terdiri dari pulmo sinistra lobus superior dan lobus inferior. Tiap-tiap
lobus terdiri dari belahan yang kecil bernama segmen. Paru-paru kiri
mempunyai 10 segmen yaitu 5 buah segmen pada lobus superior, dan
5 buah segmen pada inferior. Paru-paru kanan mempunyai 10
segmen yaitu 5 buah segmen pada lobus superior, 2 buah segmen
pada lobus medialis, dan 3 buah segmen pada lobus inferior. Tiap-
tiap segmen ini masih terbagi lagi menjadi belahan-belahan yang
bernama lobulus.
Di antara lobulus satu dengan yang lainnya dibatasi oleh
jaringan ikat yang berisi pembuluh darah getah bening dan saraf, dan
tiap lobulus terdapat sebuah bronkiolus. Di dalam lobulus,
bronkiolus ini bercabang-cabang banyak sekali, cabang ini disebut
duktus alveolus. Tiap duktus alveolus berakhir pada alveolus yang
diameternya antara 0,2-0,3 mm.
Letak paru-paru di rongga dada datarannya menghadap ke
tengah rongga dada atau kavum mediastinum. Pada bagian tengah
terdapat tampuk paru-paru atau hilus. Pada mediastinum depan
terletak jantung.
Paru-paru dibungkus oleh selaput yang bernama pleura.
Pleura dibagi menjadi 2 yaitu, yang pertama pleura visceral (selaput
dada pembungkus) yaitu selaput paru yang langsung membungkus
paru-paru. Kedua pleura parietal yaitu selaput yang melapisi rongga
dada sebelah luar. Antara keadaan normal, kavum pleura ini vakum
(hampa) sehingga paru-paru dapat berkembang kempis dan juga
terdapat sedikit cairan (eksudat) yang berguna untuk meminyaki
permukaanya (pleura), menghindarkan gesekan antara paru-paru dan
dinding dada sewaktu ada gerakan bernapas.

2. FISIOLOGI ASMA
Proses terjadi pernapasan
Gambar 3 Proses pernapasan
Pernapasan (respirasi) adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang
mengandung oksigen serta menghembuskan udara yang banyak mengandung
karbondioksida sebagai sisa dari oksidasi keluar dari tubuh. Penghisapan udara ini
disebut inspirasi dan menghembuskan disebut ekspirasi. Jadi, dalam paru-paru
terjadi pertukaran zat antara oksigen yang ditarik dan udara masuk kedalam darah
dan CO2 dikeluarkan dari darah secara osmosis. Kemudian CO2 dikeluarkan
melalui traktus respiratorius (jalan pernapasan) dan masuk kedalam tubuh melalui
kapiler-kapiler vena pulmonalis kemudian masuk ke serambi kiri jantung (atrium
sinistra) menuju ke aorta kemudian ke seluruh tubuh (jaringan-jaringan dan sel-
sel), di sini terjadi oksidasi (pembakaran). Sebagai sisa dari pembakaran adalah
CO2 dan dikeluarkan melalui peredaran darah vena masuk ke jantung (serambi
kanan atau atrium dekstra) menuju ke bilik kanan (ventrikel dekstra) dan dari
sini keluar melalui arteri pulmonalis ke jaringan paru-paru. Akhirnya dikeluarkan
menembus lapisan epitel dari alveoli. Proses pengeluaran CO2 ini adalah sebagian
dari sisa metabolisme, sedangkan sisa dari metabolisme lainnya akan dikeluarkan
melalui traktus urogenitalis dan kulit.
Setelah udara dari luar diproses, di dalam hidung masih terjadi
perjalanan panjang menuju paru-paru (sampai alveoli). Pada laring terdapat
epiglotis yang berguna untuk menutup laring sewaktu menelan, sehingga makanan
tidak masuk ke trakhea, sedangkan waktu bernapas epiglotis terbuka, begitu
seterusnya. Jika makanan masuk ke dalam laring, maka akan mendapat
serangan batuk, hal tersebut untuk mencoba mengeluarkan makanan tersebt
dari laring.
Terbagi dalam 2 bagian yaitu inspirasi (menarik napas) dan ekspirasi
(menghembuskan napas). Bernapas berarti melakukan inpirasi dan eskpirasi
secara bergantian, teratur, berirama, dan terus menerus. Bernapas merupakan
gerak refleks yang terjadi pada otot-otot pernapasan. Refleks bernapas ini diatur
oleh pusat pernapasan yang terletak di dalam sumsum penyambung (medulla
oblongata). Oleh karena seseorang dapat menahan, memperlambat, atau
mempercepat napasnya, ini berarti bahwa refleks bernapas juga dibawah pengaruh
korteks serebri. Pusat pernapasan sangat peka terhadap kelebihan kadar
CO2 dalam darah dan kekurangan dalam darah. Inspirai terjadi bila muskulus
diafragma telah mendapat rangsangan dari nervus frenikus lalu mengerut datar.
Muskulus interkostalis yang letaknya miring, setelah mendapat
rangsangan kemudian mengerut dan tulang iga (kosta) menjadi datar. Dengan
demikian jarak antara sternum (tulang dada) dan vertebra semakin luas dan
melebar. Rongga dada membesar maka pleura akan tertarik, yang menarik paru-
paru sehingga tekanan udara di dalamnya berkurang dan masuklah udara dari luar.
Ekspirasi, pada suatu saat otot-otot akan kendor lagi (diafragma akan
menjadi cekung, muskulus interkostalis miring lagi) dan dengan demikian
rongga dan dengan demikian rongga dada menjadi kecil kembali, maka
udara didorong keluar. Jadi proses respirasi atau pernapasan ini terjadi karena
adanya perbedaan tekanan antara rongga pleura dan paru-paru.
Pernapasan dada, pada waktu seseorang bernapas, rangka dada terbesar
bergerak, pernapasan ini dinamakan pernapasan dada. Ini terdapat pada rangka
dada yang lunak, yaitu pada orang-orang muda dan pada perempuan.
Pernapasan perut, jika pada waktu bernapas diafragma turun naik,
maka ini dinamakan pernapasan perut. Kebanyakan pada orang tua, karena tulang
rawannya tidak begitu lembek dan bingkas lagi yang disebabkan oleh banyak zat
kapur yang mengendap di dalamnya dan banyak ditemukan pada laki-laki.

3. PATOFISIOLOGI ASMA
Tiga unsur yang ikut serta pada obstruksi jalan udara penderita
asma adalah spasme otot polos, edema dan inflamasi membran mukosa
jalan udara, dan eksudasi mucus intraliminal, sel-sel radang dan debris
selular. Obstruksi menyebabkan pertambahan resistensi jalan udara yang
merendahkan volume ekspresi paksa dan kecepatan aliran, penutupan
prematur jalan udara, hiperinflasi paru, bertambahnya kerja pernafasan,
perubahan sifat elastik dan frekuensi pernafasan. Walaupun jalan udara
bersifat difus, obstruksi menyebabkan perbedaaan satu bagian dengan
bagian lain, ini berakibat perfusi bagian paru tidak cukup mendapat
ventilasi dan menyebabkan kelainan gas-gas darah terutama penurunan
pCO2 akibat hiperventilasi.
Pada respon alergi di saluran nafas, antibodi IgE berikatan dengan
alergen menyebabkan degranulasi sel mast. Akibat degranulasi tersebut,
histamin dilepaskan. Histamin menyebabkan konstriksi otot polos
bronkiolus. Apabila respon histamin berlebihan, maka dapat timbul
spasme asmatik. Karena histamin juga merangsang pembentukan mukkus
dan meningkatkan permiabilitas kapiler, maka juga akan terjadi kongesti
dan pembengkakan ruang iterstisium paru.
Individu yang mengalami asma mungkin memiliki respon IgE yang
sensitif berlebihan terhadap sesuatu alergen atau sel-sel mast-nya terlalu
mudah mengalami degranulasi. Dimanapun letak hipersensitivitas respon
peradangan tersebut, hasil akhirnya adalah bronkospasme, pembentukan
mukus, edema dan obstruksi aliran udara.
Etiologi

Faktor infeksi Faktor non infeksi

Virus (respiratory syntitial virus) dan Alergi


virus parainfluenza Iritan
Bakteri (pertusis dan streptoccus) Cuaca
Jamur (aspergillus) Kegiatan jasmani
Psikis
Parasit (ascaris) Reaksi hiperaktivitas bronkus
Gambar 4. Patofisiologi asma
ASMA
PATHWAY
Antibody muncul (IgE)


Peningkatan produksi mukusEdema
Sel mast mengalami degranulasi

mukosaKontraksiotot polos bronkus


Anoreksia Mempermudah proliferasi
Mengeluarkan mediator (histamin dan bradikinin) Batuk, pilek

Perubahan nutrisi Mengi / wheezing
Sesak
kurang dari Terjadi sumbatan dan daya konsolidasi
kebutuhan tubuh

Hipoventilasi Hiperventilasi Pola nafas
tidak efektif
Gangguan ventilasi
Konsentrasi O2 dalam alveolus menurunKonsentrasi CO2

dalam alveolus meningkat

Gangguan difusi

Oksigenasi ke jaringan tidak memadai


Hipoksemia dan hipoksia
Kelelahan Dada terasa
Sianosis Gangguan perfusi Lemah tertekan / sesak,
Takipnea nyeri dada, nadi
meningkat
Gelisah
Nafas cuping hidung Intoleransi
Retraksi otot dada aktivitas Nyeri
Keluarga bertanya tentang
penyakit anaknya
Cemas dan gelisah Gangguan
pertukaran gas
Ansietas
E. MANIFESTASI KLINIS ASMA
Gambaran klasik penderita asma berupa sesak nafas, batuk-batuk
dan mengi (whezzing) telah dikenal oleh umum dan tidak sulit untuk
diketahui. Batuk-batuk kronis dapat merupakan satu-satunya gejala asma
dan demikian pula rasa sesak dan berat di dada.
Tetapi untuk melihat tanda dan gejala asma sendiri dapat
digolongkan menjadi :
1. Asma tingkat I
Yaitu penderita asma yang secara klinis normal tanpa tanda dan
gejala asma atau keluhan khusus baik dalam pemeriksaan fisik
maupun fungsi paru. Asma akan muncul bila penderita terpapar
faktor pencetus atau saat dilakukan tes provokasi bronchial di
laboratorium.
2. Asma tingkat II
Yaitu penderita asma yang secara klinis maupun pemeriksaan fisik
tidak ada kelainan, tetapi dengan tes fungsi paru nampak adanya
obstruksi saluran pernafasan. Biasanya terjadi setelah sembuh dari
serangan asma.
3. Asma tingkat III
Yaitu penderita asma yang tidak memiliki keluhan tetapi pada
pemeriksaan fisik dan tes fungsi paru memiliki tanda-tanda
obstruksi. Biasanya penderita merasa tidak sakit tetapi bila
pengobatan dihentikan asma akan kambuh.
4. Asma tingkat IV
Yaitu penderita asma yang sering kita jumpai di klinik atau rumah
sakit yaitu dengan keluhan sesak nafas, batuk atau nafas berbunyi.
Pada serangan asma ini dapat dilihat yang berat dengan gejala-
gejala yang makin banyak antara lain :
a. Kontraksi otot-otot bantu pernafasan, terutama sternokliedo
mastoideus
b. Sianosis
c. Silent Chest
d. Gangguan kesadaran
e. Tampak lelah
f. Hiperinflasi thoraks dan tachikardi

5. Asma tingkat V
Yaitu status asmatikus yang merupakan suatu keadaan darurat
medis beberapa serangan asma yang berat bersifat refrakter
sementara terhadap pengobatan yang lazim dipakai. Karena pada
dasarnya asma bersifat reversible maka dalam kondisi apapun
diusahakan untuk mengembalikan nafas ke kondisi normal.
F. KOMPLIKASI ASMA
1. Mengancam pada gangguan keseimbangan asam basa dan gagal nafas
2. Chronic persisten bronhitis
3. Bronchitis
4. Pneumonia
5. Emphysema
6. Meskipun serangan asma jarang ada yang fatal, kadang terjadireaksi
kontinu yang lebih berat, yang disebut status asmatikus, kondisi ini
mengancam hidup (Smeltzer & Bare, 2002).

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG ASMA


1. Pemeriksaan sputum
Pada pemeriksaan sputum ditemukan :
Kristal kristal charcot leyden yang merupakan degranulasi
dari kristal eosinofil.
Terdapatnya Spiral Curschman, yakni spiral yang merupakan
silinder sel-sel cabang-cabang bronkus
Terdapatnya Creole yang merupakan fragmen dari epitel
bronkus
Terdapatnya neutrofil eosinofil
2. Pemeriksaan darah
Pada pemeriksaan darah yang rutin diharapkan eosinofil meninggi,
sedangkan leukosit dapat meninggi atau normal, walaupun terdapat
komplikasi asma
Gas analisa darah
Terdapat hasil aliran darah yang variabel, akan tetapi bila
terdapat peninggian PaCO2 maupun penurunan pH
menunjukkan prognosis yang buruk
Kadangkadang pada darah terdapat SGOT dan LDH yang
meninggi
Hiponatremi 15.000/mm3 menandakan terdapat infeksi
Pada pemeriksaan faktor alergi terdapat IgE yang meninggi
pada waktu seranggan, dan menurun pada waktu penderita
bebas dari serangan.
Pemeriksaan tes kulit untuk mencari faktor alergi dengan
berbagai alergennya dapat menimbulkan reaksi yang positif
pada tipe asma atopik.

3. Foto rontgen
Pada umumnya, pemeriksaan foto rontgen pada asma normal.
Pada serangan asma, gambaran ini menunjukkan hiperinflasi paru
berupa rradiolusen yang bertambah, dan pelebaran rongga
interkostal serta diagfragma yang menurun. Akan tetapi bila
terdapat komplikasi, kelainan yang terjadi adalah:
Bila disertai dengan bronkhitis, bercakan hilus akan bertambah
Bila terdapat komplikasi emfisema (COPD) menimbulkan
gambaran yang bertambah.
Bila terdapat komplikasi pneumonia maka terdapat gambaran
infiltrat pada paru.
4. Pemeriksaan faal paru
Bila FEV1 lebih kecil dari 40%, 2/3 penderita menujukkan
penurunan tekanan sistolenya dan bila lebih rendah dari 20%,
seluruh pasien menunjukkan penurunan tekanan sistolik.
Terjadi penambahan volume paru yang meliputi RV hampi
terjadi pada seluruh asma, FRC selalu menurun, sedangan
penurunan TRC sering terjadi pada asma yang berat.
5. Elektrokardiografi
Gambaran elektrokardiografi selama terjadi serangan asma dapat
dibagi atas tiga bagian dan disesuaikan dengan gambaran emfisema
paru, yakni :
Perubahan aksis jantung pada umumnya terjadi deviasi aksis ke
kanan dan rotasi searah jarum jam
Terdapatnya tanda-tanda hipertrofi jantung, yakni tedapat
RBBB
Tanda-tanda hipoksemia yakni terdapat sinus takikardi, SVES,
dan VES atau terjadinya relatif ST depresi.

H. PENATALAKSANAAN MEDIS ASMA


Pengobatan asthma secara garis besar dibagi dalam pengobatan non
farmakologik dan pengobatan farmakologik.
1. Penobatan non farmakologik
a. Penyuluhan
Penyuluhan ini ditujukan pada peningkatan pengetahuan
klien tentang penyakit asthma sehinggan klien secara sadar
menghindari faktor-faktor pencetus, serta menggunakan obat
secara benar dan berkonsultasi pada tim kesehatan.
b. Menghindari faktor pencetus
Klien perlu dibantu mengidentifikasi pencetus serangan
asthma yang ada pada lingkungannya, serta diajarkan cara
menghindari dan mengurangi faktor pencetus, termasuk
pemasukan cairan yang cukup bagi klien.
c. Fisioterapi
Fisioterapi dapat digunakan untuk mempermudah
pengeluaran mukus. Ini dapat dilakukan dengan drainage
postural, perkusi dan fibrasi dada.
2. Pengobatan farmakologik
a. Agonis beta
Bentuk aerosol bekerja sangat cepat diberika 3-4 kali semprot
dan jarak antara semprotan pertama dan kedua adalan 10 menit.
Yang termasuk obat ini adalah metaproterenol ( Alupent,
metrapel ).
b. Metil Xantin
Golongan metil xantin adalan aminophilin dan teopilin, obat ini
diberikan bila golongan beta agonis tidak memberikan hasil
yang memuaskan. Pada orang dewasa diberikan 125-200 mg
empat kali sehari.

c. Kortikosteroid
Jika agonis beta dan metil xantin tidak memberikan respon
yang baik, harus diberikan kortikosteroid. Steroid dalam bentuk
aerosol ( beclometason dipropinate ) dengan disis 800 empat
kali semprot tiap hari. Karena pemberian steroid yang lama
mempunyai efek samping maka yang mendapat steroid jangka
lama harus diawasi dengan ketat.
d. Kromolin
Kromolin merupakan obat pencegah asthma, khususnya anak-
anak . Dosisnya berkisar 1-2 kapsul empat kali sehari.
e. Ketotifen
Efek kerja sama dengan kromolin dengan dosis 2 x 1 mg
perhari. Keuntunganya dapat diberikan secara oral.
f. Iprutropioum bromide (Atroven)
Atroven adalah antikolenergik, diberikan dalam bentuk aerosol
dan bersifat bronkodilator.
3. Pengobatan selama serangan status asthmatikus

a. Infus RL : D5 = 3 : 1 tiap 24 jam


b. Pemberian oksigen 4 liter/menit melalui nasal kanul
c. Aminophilin bolus 5 mg / kg bb diberikan pelan-pelan selama
20 menit dilanjutka drip Rlatau D5 mentenence (20 tetes/menit)
dengan dosis 20 mg/kg bb/24 jam.
d. Terbutalin 0,25 mg/6 jam secara sub kutan.
e. Dexamatason 10-20 mg/6jam secara intra vena.
f. Antibiotik spektrum luas.
BAB III
TINJAUAN KASUS
BAB IV
PEMBAHASAN

ANALISA DATA

Nama klien : An N No. register : 32.70.60


Umur : 1 tahun 8 Bulan Diagnosa : Asthma Bronchial
Ruangan : Rasyid Thalib Alamat : Jln.Silaberanti
Lr.Kenanga

No. Data Penunjang Etiologi Masalah Keperawatan

1. Data Subjektif: Obstruksi saluran nafas Pola nafas tidak efektif


Ibu klien mangatakan pada bronchus
anaknya sesak nafas dan
Bronchospasme
batuk
Penyempitan jalan
Data Objektif:
nafas secara periodic
Klien Nampak sesak
Irama pernafasan cepat dan reversible
Terdapat retraksi dada
TTV: Sesak nafas
- Pernafasan 69 x/menit
- Nadi: 140x/menit Pola nafas tidak efektif
- TD: -
- Temp: 37,2oC
- Pain score: 0
Terpasang O2 nasal
canul 1 L/menit

2. Data Subjektif: Asma Bronchial Gangguan pertukaran


Ibu klien mengeluh gas
Konstriksi
anaknya sesak nafas
Spastis otot polos
Data Objektif:
bronkheolus, Ekspirasi
Klien Dyspnea
adekuat
Kulit klien terlihat
kemerahan dan Sukar bernafas, udara
cyanosis terperangkap
Terdapat retraksi dada Dyspnea, nafas cepat
Klien terlihat bingung dan dangkal
dan gelisah
Kapasitas residu dan
TTV:
volume residu
- Pernafasan 69 x/menit
- Nadi: 140x/menit meningkat
- TD: -
- Temp: 37,2oC Penggunaan otot bantu
- Pain score: 0
Kelemahan
Terpasang O2 nasal
canul 1 L/menit Intoleransi aktivitas

3. Data Subjektif: Perubahan status Cemas


Ibu klien mengatakan kesehatan anak
anaknya terlihat cemas dan
Kurang terpapar
menangis apabila bertemu
informasi
dengan tim medis
Koping tidak efektif
Data Objektif:
Klien terlihat cemas Kecemasan

dan gelisah
Klien sering menangis
Ibu klien sering
bertanya tentang
penyakit anaknya

4. Data Subjektif: Penyempitan brochus Ketidakseimbangan


Ibu klien mengatakan dan trakea nutrisi kurang dari
anaknya makan tidak kebutuhan tubuh
Frekuensi Sesak dan
teratur batuk meningkat
Ibu klien mengatakan
anaknya sering tidak intake nutrisi tidak
menghabiskan makanan adekuat

Data Objektif: gangguan nutrisi

Klien Nampak lemah kurang dari kebutuhan


Klien Terlihat sesak dan
sering batuk
Klien menangis apabila
diberi makan oleh
ibunya
Klien tampak kurus
Berat badan : 8 kg,
(Nilai normal menurut
WHO = 11,6 kg)

5. DS: ibu klien mengeluh Asma Bronchial Intoleransi aktivitas


anaknya sukar bergerak
Konstriksi inspirasi
karena sesak nafas
DO: Spastis otot polos
Klien tampak lesu,
bronkheolus, Ekspirasi
lemah adekuat
ADL dibantu oleh
ibunya seperti: makan Sukar bernafas, udara
disuapi ibu, terperangkap
Klien mengalami
Dyspnea, nafas cepat
dyspnea,
TTV: dan dangkal
frekuensi pernafasan: N:
140x/menit, RR: Kapasitas residu dan
69x/menit, Temp: volume residu
37,2oC, Pain score: 0 meningkat
Klien sering digendong
Penggunaan otot bantu
oleh ibunya
Kelemahan

Intoleransi aktivitas

6. Data Subjektif: Rangsangan Gangguan pola tidur


Ibu klien mengatakan peningkatan respon
klien susah tidur bronchus dan trakea
Ibu klien mengatakan
Manifestasi dari
sering terbangun saat
penyempitan
tidur Sesak dan batuk
Data Objektif:
Mempengaruhi sistem
Klien Nampak lemah,
saraf pusat dan korteks
dan sayu
Waktu tidur = 9 jam cerebri
(waktu sehat, klien tidur
Merangsang sirkulasi
12-14 jam)
pusat jaga

Gangguan pola
istirahat dan tidur

Diagnosa keperawatan yang muncul adalah:

1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penyempitan bronkus dan


tachypnea
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran
alveolar kapiler
3. Cemas berhubungan dengan hospitalisasi, krisis situasional, perubahan
dalam pola interaksi dan lingkungan
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan faktor psikologis dan biologis yang mengurangi pemasukan
makanan
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum,
ketidakseimbangan suplay dan kebutuhan O2
6. Gangguan pola tidur berhubungan dengan penyempitan bronkus.

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Nama klien : An N No. register : 32.70.60


Umur : 1 tahun 8 Bulan Diagnosa : Asthma Bronchial
Ruangan : Rasyid Thalib Alamat : Jln.Silaberanti
Lr.Kenanga

No Tanggal Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


1. 15 Pola nafas Setelah NIC : Respiratory
November tidak efektif dilakukan Monitoring
Respiratory Monitoring
2016 berhubungan tindakan 1. Sebagai data
1. Pantau laju, kedalaman,
dengan keperawatan dasar untuk
ritme dan upaya
penyempitan selama 3x 24 mengetahui
pernapasan pasien
bronkus dan jam, apakah terjadi
2. Pantau pola pernapasan
tachypnea diharapkan kelainan pada
pasien
pola napas 3. Pantau nilai PFT, kapasitas proses
pasien dapat vital, volume tidal dan pernapasan
Data Subjektif:
teratasi volume cadangan pasien
2. Pola pernapasan
dengan inspirasi/ekspirasi pasien
Ibu klien
4. Pantau sesak nafas dan yang tidak
kriteria hasil:
mangatakan
keadaan yang dapat normal
NOC Label:
anaknya sesak
meningkatkan dan merupakan tanda
Respiratory
nafas dan
memperburuk sesak pasien adanya kelainan
Status:
batuk
pada fungsi
Ventilation
Data Objektif: 1. Frekuensi pernapasan
Klien
pernapasan pasien
Nampak 3. Nilai PFT
normal
sesak digunakan untuk
(20-30
Irama menguji
kali/menit)
pernafasan 2. Pola napas kemampuan
cepat teratur bernafas pasien
Terdapat 3. Tidak ada 4. Sekret atau
retraksi sesak sputum yang
dada napas dikeluarkan
TTV: 4. Tidak ada
- memiliki
pursed lips
Pernafasan berbagai
breathing
69 x/menit karakteristik
5. Tidak ada
- Nadi: seperti warna,
penggunan
140x/menit kekentalan dan
- TD: - otot bantu
- Temp: bercampur darah
napas
37,2oC Vital Sign atau tidak.
- Pain 1. Nadi dalam
Sputum tersebut
score: 0 rentang
dianalisis untuk
Terpasang normal (60-
mengetahui
O2 nasal 100x per
penyebab dari
canul 1 menit)
kelainan
L/menit
tersebut.
5. Dengan
memantau
kondisi apa yang
dapat
memperburuk
Ventilation Assistance
sesak nafas
1. Posisikan pasien dengan
pasien sehingga
benar dan nyaman
dapat
2. Dorong pasien untuk tarik
memberitahu
nafas dalam dengan
pasien agar tidak
perlahan
3. Bantu pasien dengan melakukan hal-
pemeriksaan spirometer hal yang mampu
4. Ajarkan teknik bernafas
memperburuk
dengan bibir dirapatkan
kondisinya jadi
5. Ajarkan teknik latihan
dapat sebagai
bernafas
6. Ajukan program kekuatan tindakan
otot pernapasan dan atau pencegahan.
endurance training
Ventilation
Assistance
1. Posisi yang
benar dapat
mengurangi
sesak pasien dan
memberikan
kenyamanan
dapat membantu
dalam
pernapasan
pasien.
2. Tarik nafas
dalam secara
perlahan dapat
memenuhi
asupan oksigen
yang harus
masuk ke tubuh
dan dapat
merilekskan
pasien.
3. Pemeriksaan
spirometer
digunakan untuk
mengetahui
fungsi fisiologis
paru-paru pasien
sehingga dapat
mengetahui
kelainan yang
dialami pasien.
4. Bernafas dengan
bibir dirapatkan
dapat
melambatkan
ekspirasi,
mencegah
kolaps unit paru,
dan membantu
pasien untuk
mengendalikan
frekuensi serta
kedalaman
pernapasan yang
memungkinkan
pasien untuk
control terhadap
dyspnea dan
perasaan panik.
5. Latihan bernafas
dilakukan
Vital Sign Monitoring dengan
pernapasan
1. Pantau tekanan darah dan
diafragmatik
nadi pasien.
yang dapat
mengurangi
frekuensi
pernapasan,
meningkatkan
ventilasi
alveolar, dan
terkadang
membantu
mengeluarkan
udara sebanyak
mungkin selama
ekspirasi.
6. Latihan otot
pernapasan
dilakukan
apabila pasien
telah menjalani
latihan
pernapasan
diafragmatik.
Latihan ini dapat
membantu
menguatkan
otot-otot
pernapasan
pasien. Latihan
ini
mengharuskan
pasien bernafas
terhadap suatu
tahanan selama
10 sampai 15
menit setiap
hari.
Vital Sign
Monitoring
1. Untuk
mengetahui
keadaan umum
pasien dan
menilai
keberhasilan
terapi/tindakan
yang diberikan.
2. 15 Gangguan Setelah 1. kaji suara napas, 1. Pola pernapasan
November pertukaran gas dilakukan frekuensi kedalaman dan yang tidak
2016 berhubungan intervensi, usaha napas, normal
dengan anak 2. pantau saturasi O2 merupakan tanda
perubahan mempunyai dengan oksimetri nadi, adanya kelainan
membran pertukaran gas pantau hasil gas darah, pada fungsi
alveolar yang adekuat pantau hasil elektrolit, pernapasan
kapiler pantau status mental pasien
3. peningkatan frekuensi 2. Mengurangi
Data Subjektif:
pemantauan saat pasien bronchospasme
Ibu klien
tampak somnolen 3. Pola pernapasan
mengeluh
4. pantau status pernapasan yang tidak
anaknya sesak
dan oksigenasi sesuai normal
nafas
kebutuhan merupakan tanda
Data Objektif:
Aktivitas kolaboratif adanya kelainan
Klien
5. konsultasikan dengan pada fungsi
Dyspnea
dokter tentang pernapasan
Kulit klien
pentingnya pemeriksaan pasien
terlihat
gas darah arteri 4. mengurangi
kemerahan
sesak pasien dan
dan
memberikan
cyanosis
kenyamanan
Terdapat
dapat membantu
retraksi dalam
dada pernapasan
Klien pasien.
terlihat
5. Mengetahui
bingung
perkembangan
dan gelisah
sesak nafas pada
TTV:
- pasien untuk
Pernafasan menghindari
69 x/menit komplikasi asma
- Nadi:
140x/menit
- TD: -
- Temp:
37,2oC
- Pain
score: 0
Terpasang
O2 nasal
canul 1
L/menit

3 15 Cemas Setelah NIC Label: 1. Tindakan yang


November berhubungan dilakukan Anxiety Reduction tepat agar
2016 dengan asuhan 1. Anjurkan pasien untuk kekhawatiran
hospitalisasi, keperawatan bersikap tenang, sehingga dapat berkurang
2. Untuk membantu
krisis selama 3x24 mampu mendekati
menurunkan
situasional, jam, ketenangan
2. Berikan informasi factual ansietas terkain
perubahan diharapkan
tentang diagnosis, kurangnya
dalam pola ansietas pada
pengobatan, dan prognosis informasi
interaksi dan pasien dapat dari penyakit klien 3. Untuk mendapat
3. Anjurkan keluarga untuk
lingkungan ditangani dukungan dari
selalu bersama dengan
dengan pihak lain
pasien
kriteria hasil, sehingga dapat
Data Subjektif:
yaitu: Coping Enhancement menurunkan
Ibu klien NOC Label: 1. Kaji dan diskusikan respon
ansietas
mengatakan Anxiety Self-
alternative dalam sebuah
anaknya Control
situasi
terlihat cemas 1. Dapat 2. Tingkatkan pemahaman
dan menangis menghilang kepada klien mengenai
apabila kan proses penyakitmya
3. Anjurkankan untuk
bertemu pencetus
bersikap realistis sebagai Coping
dengan tim dari
cara untuk mengatasi Enhancement
medis ansietas
1. Menentukan
2. Dapat perasaan tidak berdaya
4. Anjurkan klien untuk respon yang tepat
Data Objektif: mencari
mengevaluasi perilakunya untuk mengatasi
informasi
Klien ansietas
untuk
2. Untuk
terlihat menurunka
meningkatkan
cemas dan n ansietas
pengetahuan klien
gelisah 3. Dapat
Klien mengenai
merencanak
sering penyakitnya agar
an strategi
menangis memiliki
koping jika
Ibu klien mekanisme
berhadapan
sering koping yang
dalam
bertanya efektif
situasi
3. Untuk
tentang
tertekan
meningkatkan
penyakit
Coping
kepercayaan diri
anaknya
1. Klien
dan koping
mampu
positif.
mengidentif 4. Untuk membantu
ikasi pola klien menentukan
koping tindakan yang
yang efektif dapat dilakukan
2. Klien
untuk mengatasi
mampu
stressnya.
mengidentif
ikasi pola
koping
yang tidak
efektif
3. Klien
melaporkan
peningkata
n
kenyamana
n
psychologic
al

4. 16 Ketidakseimba Setelah NIC : Nutrition


Nutrition Management
November ngan nutrisi dilakukan Management
1. Tanyakan kepada ibu pasien
2016 kurang dari tindakan 1. Alergi terhadap
apakah pasien memiliki
kebutuhan keperawatan makanan menjadi
alergi terhadap makanan
tubuh selama 3.x 24 indikator
tertentu.
berhubungan jam, makanan apa saja
2. Kolaborasi dengan ahli gizi
dengan faktor diharapkan yang boleh dan
untuk menentukan jumlah
psikologis dan kebutuhan tidak boleh
kalori dan nutrisi yang
biologis yang nutrisi pasien dikonsumsi oleh
dibutuhkan pasien.
mengurangi terpenuhi, pasien dalam
3. Anjurkan asupan kalori
pemasukan dengan pemenuhan
yang tepat sesuai umur,
makanan kriteria hasil : nutrisinya.
NOC : aktivitas dan gaya hidup
2. menentukan
Appetite
4. Sediakan makanan pilihan
1. Memiliki metode diet yang
Data Subjektif: yang disesuaikan dengan
keinginan memenuhi
Ibu klien keinginan dan kondisi
untuk asupan kalori dan
mengatakan pasien.
makan dan nutrisi yang
anaknya memiliki 5. Monitor jumlah nutrisi dan optimal.
makan keinginan kandungan kalori. 3. Asupan kalori
tidak teratur terhadap 6. Berikan informasi kepada yang tepat sesuai
Ibu klien
makanan keluarga pasien tentang dengan umur,
mengatakan Nutritional kebutuhan nutrisi pasien. aktivitas dan
anaknya Status
gaya hidup dapat
1. Asupan
sering tidak memenuhi intake
nutrisi
menghabisk nutrisi yang
yang
an makanan optimal.
adekuat
2. Jumlah 4. Jenis makanan
cairan dan merupakan faktor
Data Objektif:
makanan yang
Klien
yang mempengaruhi
Nampak
diterima keinginan/nafsu
lemah
Klien sesuai makan seseorang.
dengan 5. Jumlah asupan
Terlihat
kebutuhan nutrisi dan
sesak dan
tubuh kandungan kalori
sering
pasien harus tepat sesuai
batuk
3. Rasio
Klien dengan
berat
menangis kebutuhan
badan dan
apabila pasien.
tinggi
diberi 6. Pasien dapat
badan
makan oleh mengetahui
dalam
ibunya mengenai
Klien rentang
kebutuhan atau
tampak normal
kecukupan nutrisi
kurus (IMT 18,5-
yang harus di
Berat badan 22,9)
penuhi sehingga
: 8 kg, Hidration
penting untuk
(Nilai 1. Turgor
memberikan
normal kulit
informasi
menurut normal
WHO = (cubitan
11,6 kg) kembali < Nutrition Therapy
2 detik) Nutrition Therapy 1. Mengetahui status
2. Membran
1. Lakukan pengkajian nutrisi klien
mukosa
lengkap mengenai nutrisi sangat penting
lembab
klien. sehingga dapat
3. Intake dan
2. Pilih suplemen nutrisi jika melakukan
output
diperlukan. intervensi yang
cairan
tepat.
seimbang
2. Suplemen
diberikan untuk
meningkatkan
asupan nutrisi
pasien selain dari
intake makanan.

Fluid Management
Fluid Management 1. 60% berat tubuh
1. Pantau berat badan pasien adalah volume
setiap hari cairan sehingga
2. Pertahankan intake yang apabila pasien
akurat dan catat output mengalami
cairan kekurangan
3. Monitor status hidrasi cairan dapat
(membran mukosa tercermin dari
lembab, nadi normal (60- berat tubuh
100 kali per menit)) pasien
4. Berikan cairan apabila 2. Untuk menjaga
diperlukan keseimbangan
5. Tingkatkan intake cairan cairan tubuh dan
peroral mengetahui
6. Berikan cairan infus perkembangan
(melalui IV) bila cairan pasien
diperlukan 3. Status hidrasi
mencerminkan
keseimbangan
cairan di dalam
tubuh
4. Pemberian cairan
dilakukan untuk
memenuhi
kebutuhan cairan
pasien dan
menjaga
keseimbangan
cairan pasien
5. Pemberian cairan
peroral dapat
meningkatkan
intake cairan
untuk memenuhi
kebutuhan cairan
pasien
6. Pemberian cairan
infus dapat
dilakukan untuk
memenuhi
kebutuhan cairan
yang tidak
mampu dipenuhi
dengan intake
peroral
5. 16 Intoleransi Setelah 1. Kaji tingkat kemampuan 1. Menetapkan
November aktivitas dilakukan pasien dalam aktivitas kemampuan/kebu
2016 berhubungan tindakan 2. Jelaskan pentingnya tuhan pasien dan
dengan keperawatan istirahat dan memudahkan
kelemahan selama 2x24 keseimbangan aktivitas pilihan
umum, jam toleransi dan istirahat kepada intervensi.
ketidakseimba aktivitas klien ibunya 2. Menurunkan
ngan suplay akan 3. Bantu pasien dalam kebutuhan
dan kebutuhan meningkat memenuhi kebutuhannya metabolik,
O2 dengan 4. Bantu pasien dalam menghemat
DS: ibu klien
indicator: memilih posisi yang energi untuk
mengeluh
nyaman untuk istirahat penyembuhan
anaknya sukar Saturasi
5. Libatkan keluarga dalam 3. Meminimalkan
bergerak oksigen pemenuhan kebutuhan kelelahan dan
karena sesak dalam pasien membantu
nafas rentang keseimbangan
DO:
Klien yang suplay dan
diharapkan kebutuhan
tampak lesu,
dalam oksigen.
lemah
ADL respon 4. Pasien mungkin
dibantu oleh aktivitas nyaman dengan
ibunya Respiration kepala tinggi,
seperti: rate dalam tidur di kursi,
makan rentang atau menunduk
disuapi ibu, yang ke depan meja
Klien
diharapkan atau bantal
mengalami
dalam 5. Keluarga mampu
dyspnea,
respon melakukan
TTV:
frekuensi aktivitas perawatan secara
pernafasan: mandiri
N:
140x/menit,
RR:
69x/menit,
Temp:
37,2oC, Pain
score: 0
Klien sering
digendong
oleh ibunya

6. 16 Gangguan pola Setelah Environmental Environmental


November tidur diberikan Management Comfort Management
2016 berhubungan asuhan 1. Berikan tempat tidur yang Comfort
dengan keperawatan nyaman 1. Mengatur pola
penyempitan selama 1x24 2. Kontrol atau hindari tidur
bronkus. jam adanya kebisingan 2. Mengurangi
diharapkan 3. Batasi pengunjung gangguan tidur
pola istirahat 4. Hindari kegiatan yang 3. Mengurangi
Data Subjektif:
dan tidur tidak diperlukan dan gangguan tidur
Ibu klien
pasien tidak sesuaikan dengan pola 4. Meningkatkan
mengatakan
terganggu, tidur klien kualitas tidur
klien susah
dengan 5. Ajarkan ibu klien teknik 5. Membantu
tidur
Ibu klien kriteria hasil: relaksasi pasien untuk

mengatakan NOC Label meningkatkan

sering Sleep kualitas dan

terbangun 1. Pasien kuantitas

saat tidur dapat tidur Sleep Enhancement tidurnya

Data Objektif: minimal 5 1. Jelaskan pentingnya tidur


8 jam/hari yang cukup selama masa Sleep Enhancement
Klien
2. Ibu pasien sakit pada klien 1. Memberikan
Nampak
mengatakan 2. Instruksikan pada ibu
informasi dasar
lemah, dan
pasien tidak pasien, untuk menghindari kepada klien
sayu
mengantuk, jam makan pada saat akan
Waktu tidur 2. Mengurangi
= 9 jam badan lebih tidur karena akan gangguan tidur
(waktu
segar, tidak mengganggu pola tidur 3. Memberi
sehat, klien
letih dan 3. Identifikasi jika adanya informasi dasar
tidur 12-14
lebih rileks obat tidur yang dalam rencana
jam)
serta tidak dikonsumsi oleh klien. keperawatan
sering
menguap

CATATAN PERKEMBANGAN

Nama klien : An N No. register : 32.70.60


Umur : 1 tahun 8 Bulan Diagnose : Asthma Bronchial
Ruangan : Rasyid Thalib Alamat : Jln.Silaberanti
Lr.Kenanga

NO Hari/ DX Jam Implementasi Evaluasi


Tanggal Tindakan
1. 15 Pola nafas tidak Jam Respiratory Monitoring & Jam 16.00
November efektif 10.39 Ventilation Assistance S:
2016 berhubungan WIB 1. mengkaji laju, kedalaman, Ibu Pasien
dengan ritme dan upaya pernapasan mengatakan klien
penyempitan pasien masih sesak
2. mengkaji pola pernapasan
bronkus dan O:
pasien
tachypnea - Frekuensi
3. memposisikan pasien dengan
Data Subjektif: pernapasan
benar dan nyaman (semi
(55x/menit)
fowler)
Ibu klien - Nadi (118x per
11.00 4. memantau sesak nafas dan
mangatakan menit)
WIB keadaan yang dapat
- Pola napas
anaknya sesak
meningkatkan dan
belum teratur
nafas dan batuk
memperburuk sesak pasien - masih ada
5. memasang oksigen sesuai
Data Objektif: 15.00 pursed lips
Klien WIB dengan kebutuhan oksigen breathing
- masih ada
Nampak pasien (Nasal Canul 1
penggunan otot
sesak L/menit)
Irama 6. Memantau humidifier pada bantu napas
pernafasan alat oksigen yang terpasang. A:
7. mengajukan program
cepat tujuan yang di
Terdapat kekuatan otot pernapasan dan
harapkan belum
retraksi atau endurance training
tercapai
dada P:
TTV:
- Pernafasan Intervensi

69 x/menit dilanjutkan
- Nadi: (No.1,2,3,4,5)
140x/menit
- TD: -
- Temp:
37,2oC
- Pain score:
0
Terpasang
O2 nasal
canul 1
L/menit

16 Pola nafas tidak Jam Respiratory Monitoring & Jam 13.00


November efektif 09.00 Ventilation Assistance S:
2016 berhubungan WIB 1. mengkaji laju, kedalaman, Ibu Pasien
dengan ritme dan upaya pernapasan mengatakan klien
penyempitan pasien masih sesak
2. mengkaji pola pernapasan
bronkus dan O:
pasien (RR: 34x/menit, T:
tachypnea - Frekuensi
36,5oC, N: 108x/menit, TD:-,
pernapasan (30
Pain Score: 0)
kali/menit)
3. memposisikan pasien dengan
- Nadi (108x per
benar dan nyaman (semi
menit)
fowlers) - Pola napas
4. memantau sesak nafas dan
keadaan yang dapat mulai teratur
- tidak ada
meningkatkan dan
pursed lips
memperburuk sesak pasien
5. memasang oksigen sesuai breathing
- tidak ada
dengan kebutuhan oksigen
penggunan otot
pasien (Nasal Canul 1 L/menit)
bantu napas
A:
tujuan yang di
harapkan tercapai
sebagian
P:
Intervensi
dilanjutkan (No.
1,2,3,4)
17 Pola nafas tidak Jam Respiratory Monitoring Jam 20.00 WIB
November efektif 10.00 1. mengkaji laju, kedalaman, ritme S:
2016 berhubungan WIB dan upaya pernapasan pasien Ibu Pasien
2. mengkaji pola pernapasan
dengan mengatakan
pasien
penyempitan klien tidak sesak
3. memposisikan pasien dengan
bronkus dan Jam O:
benar dan nyaman (semi
tachypnea 11.00 - Frekuensi
fowlers)
WIB 4. memantau sesak nafas dan pernapasan (26
keadaan yang dapat kali/menit)
- Nadi (90x per
meningkatkan dan
menit)
memperburuk sesak pasien
- Pola napas
teratur
- tidak ada pursed
lips breathing
- tidak ada
penggunan otot
bantu napas
A:
tujuan yang di
harapkan tercapai
semua
P:
Intervensi
dihentikan

2. 15 Gangguan Jam 1. mengobservasi keadaan umum 18 November 2016


November pertukaran gas 12.00 dan vital sign untuk Jam 14.00 WIB
2016 berhubungan WIB mengetahui Penurunan S:
dengan keadaan umum dan perubahan Ibu Pasien
perubahan vital sign mengatakan klien
membran - Pernafasan 69 x/menit tidak sesak
- Nadi: 140x/menit
alveolar kapiler O:
- TD: -
- Temp: 37,2oC - Frekuensi
Data Subjektif: - Pain score: 0
pernapasan (26
Ibu klien 2. mengobservasi warna kulit,
kali/menit)
mengeluh membran mukosa dan kuku, - Nadi (90x per
anaknya sesak karena Sianosis menunjukkan menit)
nafas - Pola napas
vasokonstriksi, hipoksemia
Data Objektif: teratur
sistemik.
- tidak ada
Klien 3. Pertahankan istirahat tidur
penggunan otot
Dyspnea
Kulit klien untuk Mencegah klien terlalu bantu napas
terlihat lelah dan menurunkan A:
kemerahan kebutuhan/konsumsi oksigen tujuan yang di
dan untuk memudahkan perbaikan harapkan tercapai
cyanosis infeksi. semua
Terdapat 4. meninggikan kepala dan sering P:
retraksi mengubah posisi untuk Intervensi
dada meningkatkan inspirasi dihentikan
Klien maksimal, meningkatkan

terlihat pengeluaran sekret untuk

bingung memperbaiki ventilasi

dan gelisah 5. Memberikan terapi oksigen

TTV: sesuai indikasi untuk


- Pernafasan Mempertahankan PaO2
69 x/menit
- Nadi:
140x/menit
- TD: -
- Temp:
37,2oC
- Pain score:
0
Terpasang
O2 nasal
canul 1
L/menit
3. 15 Cemas Jam Anxiety Reduction & Coping Jam 20.00 WIB
November berhubungan 12.00 Enhancement S:
1. Mengkaji dan mendiskusikan
2016 dengan WIB - Ibu Pasien
respon alternative dalam
hospitalisasi, mengatakan
sebuah situasi
krisis anaknya masih
2. Menganjurkan kepada ibu
situasional, belum nyaman,
pasien untuk bersikap tenang,
perubahan dan menangis
sehingga mampu mendekati
dalam pola O:
ketenangan
interaksi dan 3. memberikan informasi factual - Klien masih
lingkungan tentang diagnosis, terlihat cemas
pengobatan, dan prognosis dan menangis
dari penyakit pasien kepada saat melihat tim
ibu pasien. medis
4. menganjurkan keluarga untuk
A:
selalu bersama dengan pasien
Tujuan yang di
Jam 5. melakukan pendekatan
harapkan tercapai
14.15 dengan pasien agar pasien
sebagian
tidak takut kepada tim medis
P:
dengan cara memberikan
Intervensi
perhatian dan tutur kata yang
dilanjutkan
lembut kepada pasien
6. Meningkatkan pemahaman (No.1,4,5)
kepada ibu pasien mengenai
proses penyakit anaknya.

18 Cemas Jam Anxiety Reduction & Coping Jam 13.45 WIB


November berhubungan 11.15 Enhancement S:
1. Mengkaji dan mendiskusikan
2016 dengan WIB - Ibu Pasien
respon alternative dalam
hospitalisasi mengatakan
sebuah situasi
anaknya sudah
2. menganjurkan keluarga untuk
merasa nyaman,
selalu bersama dengan pasien
3. melakukan pendekatan namun sedikit
dengan pasien agar pasien menangis saat
tidak takut kepada tim medis melihat tim
dengan cara memberikan medis
perhatian dan tutur kata yang O:
lembut kepada pasien - Klien terlihat
menutup muka
apabila melihat
tim medis
A:
Tujuan yang di
harapkan belum
tercapai
sepenuhnya
P:
Intervensi
dilanjutkan sampai
klien diperbolehkan
pulang
4. 15 Ketidakseimba Jam Nutrition Management 18 November 2016
November ngan nutrisi 15. 1. Melakukan pengkajian lengkap Jam 06.00 WIB
2016 kurang dari 00 mengenai nutrisi klien. S:
kebutuhan WIB 2. Menanyakan kepada ibu pasien Ibu Pasien
tubuh apakah pasien memiliki alergi mengatakan
berhubungan terhadap makanan tertentu. anaknya memiliki
dengan faktor 3. Melakukan Kolaborasi dengan keinginan untuk
psikologis dan ahli gizi untuk menentukan makan
biologis yang jumlah kalori dan nutrisi yang O:
mengurangi dibutuhkan pasien. - Asupan nutrisi
pemasukan 4. Menganjurkan asupan kalori adekuat
- Jumlah cairan
makanan yang tepat sesuai umur,
dan makanan
aktivitas dan gaya hidup
yang diterima
5. Memberitahu ibu untuk
sesuai dengan
menyediakan makanan pilihan
kebutuhan
yang disesuaikan dengan
tubuh pasien
keinginan dan kondisi pasien.
- Turgor kulit
Jam 6. Memberitahu ibu untuk
normal (cubitan
17. memberikan makanan dalam
kembali < 2
00 jumlah sedikit tetapi sering
detik)
WIB 7. Memberitahu ibu untuk - Membran
memberikan makanan kepada mukosa lembab
- Intake dan
anaknya dalam kondisi Hangat
output cairan
seimbang
8. memberikan informasi kepada - BB : 9,5 Kg
keluarga pasien tentang
A:
kebutuhan nutrisi pasien.
Berdasarkan tujuan
yang di harapkan
Fluid Management
semua tujuan
1. Memantau berat badan
tercapai
pasien setiap hari
P:
1. Mempertahankan intake
Pertahankan
yang akurat dan catat output
kondisi klien
cairan
dengan Health
2. Memonitor status hidrasi
Education
(membran mukosa lembab, nadi
100x/menit)
3. Meningkatkan intake cairan
peroral
4. Memberikan cairan infus
(melalui IV)
4. 15 Intoleransi Jam 1. Mengkaji tingkat kemampuan 18 November 2016
November aktivitas 15. pasien dalam aktivitas Jam 07 .00 WIB
2016 berhubungan 00 2. menjelaskan pentingnya S:
dengan WIB istirahat dan keseimbangan - Ibu Pasien
kelemahan aktivitas dan istirahat kepada mengatakan
umum, ibunya anaknya tidak
ketidakseimban 3. membantu pasien dalam menangis lagi
gan suplay dan memenuhi kebutuhannya O:
kebutuhan O2 4. membantu pasien dalam - Klien tidak lagi
memilih posisi yang nyaman sering
Jam
untuk istirahat (posisi semi digendong
17.
fowlers) ibunya
00 - Klien sudah
5. melibatkan keluarga dalam
WIB bisa melakukan
pemenuhan kebutuhan pasien
aktivitas tanpa
- Klien sudah
kooperatif
- Klien terlihat
nyaman dan
tidak sesak
- A:
Tujuan yang di
harapkan tercapai
P:
Intervensi
dihentikan

5. 16 Gangguan pola Jam Environmental Management 18 November 2016


November tidur 21. Comfort Jam 06.00 WIB S:
2016 berhubungan 00 1. Memberikan tempat tidur Ibu Pasien
dengan WIB yang nyaman kepada pasien mengatakan
2. Menghindari adanya
penyempitan anaknya terlihat
kebisingan
bronkus tidak mengantuk,
3. Membatasi pengunjung
4. Menghindari kegiatan yang badan anaknya
tidak diperlukan dan terlihat lebih segar,
sesuaikan dengan pola tidur tidak letih dan lebih
klien rileks serta tidak
5. Mengajarkan ibu klien teknik
sering menguap
relaksasi kepada anakya
O:
seperti menyanyikan lagu
Pasien dapat tidur
sebelum anaknya tidur,
>10 jam sehari
mendengarkan music
A:
kesukaan anaknya yang
Berdasarkan tujuan
lembut supaya dapat tidur
yang di harapkan
semua tujuan
Sleep Enhancement tercapai
1. Menjelaskan kepada ibunya P:
pentingnya tidur selama masa Intervensi
sakit anaknya dihentikan
2. Menginstruksikan pada ibu
pasien, untuk menghindari
jam makan pada saat akan
tidur karena akan
mengganggu pola tidur

EVALUASI AKHIR

Nama klien : An N No. register : 32.70.60


Umur : 1 tahun 8 Bulan Diagnose : Asthma Bronchial
Ruangan : Rasyid Thalib Alamat : Jln.Silaberanti
Lr.Kenanga

N DIAGNOSA
TANGGAL EVALUASI
O KEPERAWATAN
1 18/11/2016 Pola nafas tidak S:
efektif berhubungan
13.00 WIB Ibu Pasien mengatakan klien tidak sesak
dengan penyempitan
bronkus dan
O:
tachypnea
- Frekuensi pernapasan (30 kali/menit)
- Nadi (< 100x per menit)
- Pola napas teratur
- tidak ada pursed lips breathing
- tidak ada penggunan otot bantu napas
A:

tujuan yang diharapkan tercapai semua

P:

Intervensi dihentikan. Klien diarahkan untuk


kontrol ke rumah sakit 1 minggu kemudian
3 18/11/2016 Cemas berhubungan S : Ibu Pasien mengatakan anaknya sudah
dengan hospitalisasi merasa nyaman, namun masih menangis
13.00 WIB
O: Klien masih terlihat cemas dan menangis
saat melihat tim medis
A: Tujuan yang diharapkan belum tercapai
P: Intervensi dilanjutkan

4 18/11/2016 Ketidakseimbangan S:
nutrisi kurang dari Ibu Pasien mengatakan anaknya memiliki
13.00 WIB
kebutuhan tubuh keinginan untuk makan
berhubungan dengan O:
faktor psikologis dan - Asupan nutrisi adekuat
- Jumlah cairan dan makanan yang
biologis yang
diterima sesuai dengan kebutuhan tubuh
mengurangi
pemasukan makanan pasien
- Turgor kulit normal (cubitan kembali < 2
detik)
- Membran mukosa lembab
- Intake dan output cairan seimbang
- BB Meningkat: 9,5 Kg

A: Berdasarkan tujuan yang diharapkan


semua tujuan tercapai
P:
Pertahankan kondisi klien dengan intervensi
baru khususnya dengan Health Education
6 18/11/2016 Gangguan pola tidur S:
berhubungan dengan Ibu Pasien mengatakan anaknya terlihat
13.00 WIB
penyempitan tidak mengantuk, badan anaknya terlihat
bronkus. lebih segar, tidak letih dan lebih rileks serta
tidak sering menguap
O:
- Pasien dapat tidur 8 jam sehari
A:
Berdasarkan tujuan yang di harapkan semua
tujuan tercapai
P:
Intervensi dihentikan

Pasien diperbolehkan pulang oleh dokter yang merawat yaitu dr. Liza Chairani,
Sp.A pada tanggal 18 November 2016 jam 15.00 WIB. Pasien diharuskan kontrol
kembali ke rumah sakit 1 minggu setelah perawatan. Pasien diarahkan untuk
melanjutkan rawatan di rumah. Sebelum pulang ke rumah, pasien telah diberikan
pendidikan kesehatan mengenai penyakitnya supaya tidak berulang kembali.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

Setelah menguraikan asuhan keperawatan pada pasien An. N dengan Asma


Bronkhial di ruang Ibnu Rusyd Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang maka
pada bab ini penulis dapat mengambil kesimpulan dan memberikan beberapa
saran yang mungkin dapat dilaksanakan dan berguna dalam penerapan proses
asuhan keperawatan pasien dengan Asma Bronkhial di ruang Ibnu Rusyd Rumah
Sakit Muhammadiyah Palembang.
A. Kesimpulan
Pada pengkajian pasien dengan Asma Bronkhial sangat tepat
menggunakan konsep menurut Gordon, karena teori tersebut lebih
menekankan pada kesebelas pola fungsional kebutuhan sehari-hari sehingga
mempermudah perawat dalam menetapkan diagnosa keperawatan.
Diagnosa yang muncul pada An. N dengan Asma Bronkhial adalah
Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan tachypnea,
bronchospasme, dan peningkatan peningkatan produksi mucus; Pola nafas
tidak efektif berhubungan dengan penyempitan bronkus dan tachypnea;
Cemas berhubungan dengan hospitalisasi; Ketidakseimbangan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan faktor psikologis dan biologis yang
mengurangi pemasukan makanan; Gangguan pola tidur berhubungan dengan
penyempitan bronkus.
Pada langkah ini telah dilakukan sesuai dengan rencana keperawatan
yang telah dibuat. Intervensinya yaitu auskultasi bunyi napas, posisi semi
fowler, pertahankan lingkungan, memberi air hangat, bantu latihan napas
dalam dan batuk efektif, perawatan mulut, kolaborasi obat dan nebulizer.
Gangguan pola tidur, intervensinya kaji pola tidur setiap hari, beri posisi yang
nyaman, beri lingkungan yang nyaman, anjurkan kepada keluarga dan
pengunjung untuk tidak ramai, jelaskan pada pasien pentingnya keseimbangan
istirahat dan tidur.
Implementasi yang dilakukan sudah efektif dan sudah dilakukan sama
dengan rencana yang telah ditetapkan. Hal ini dikarenakan adanya kerjasama
yang baik antara perawat, dan keluarga pasien.
Evaluasi tindakan keperawatan pada An. N dengan Asma Bronkhial
untuk masalah keperawatan, empat diagnosa teratasi dan satu diagnosa teratasi
sebagian.

B. Saran
1. Saran bagi perawat atau tenaga kesehatan
Perawat yang memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan Asma
Bronkhial harus mengetahui penyebab dari penyakit Asma Bronkhial yang
diderita pasien. Dalam hal ini perawat juga harus bekerja sama dengan
tenaga kesehatan lainya dalam melakukan pengobatan bagi pasien
2. Saran bagi Rumah sakit
Rumah sakit sebaiknya menyediakan atau memberikan fasilitas kesehatan
yang memadai seperti kebersihan dan kenyamanan bagi pasien khususnya
disini pasien dengan Asma Bronkhial yang alergi dengan debu. Alat-alat
kesehatan juga harus diperhatikan seperti alat nebulizer yang sangat
dibutuhkan untuk pasien Asma Bronkhial.
3. Saran bagi pasien dan keluarga
Bagi pasien hendaknya menghindari faktor penyebab yang dapat
menimbulkan serangan Asma, selalu menjaga kebersihan baik itu
kebersihan diri maupun kebersihan lingkungan. Bagi keluarga hendaknya
mengetahui tentang penyakit Asma Bronkhial serta mengetahui penyebab
yang memungkinkan terjadinya serangan Asma yang berulang, keluarga
juga harus siap siaga dalam menjaga dan merawat pasien dengan Asma
Bronkhial.

Anda mungkin juga menyukai