Anda di halaman 1dari 6

BAB IV

PEMBAHASAN

Pada kasus ini, diagnosis ini ditegakkan dari hasil anamnesis dan
pemeriksaan fisik yang dilakukan saat pasien datang ke Rumah Sakit. Data
pengkajian yang penulis lakukan pada studi kasus pada klien Ny. R, dengan
gangguan sistem pernafasan: asma bronchial, data-data yang penulis temukan
diataranya adalah: Pasien sesak nafas, batuk dan badan lemah. Tekanan darah
110/80 mmHg, nadi 100x/menit, pernafasan 36x/menit dan temperatur 36,6 0C,
terlihat otot bantu pernafasan aktif dan terdengar adanya wheezing pada auskultasi
kedua paru. Ayah dan tante pasien juga mengalami keluhan sesak seperti pasien.
Diagnosa yang muncul pada klien Ny. R dengan asma bronchial adalah
1) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan spasme jalan nafas,
dibuktikan dengan batuk tidak efektif, sputum berlebih, mengi, dyspnea, gelisah;
2) Pola Nafas tidak efektif berhubungan dengan kelemahan otot pernafasan
dibuktikan dengan penggunaan otot bantu pernafasan, fase ekspirasi memanjang,
pola nafas abnormal (tachypnea, hiperventilasi); 3) Gangguan ventilasi spontan
berhubungan dengan kelemahan otot pernafasan dibuktikan dengan penggunaan
otot bantu nafas, gelisah, tachycardia; dan 4) Intoleransi aktivitas berhubungan
dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen dibuktikan
dengan kelemahan fisik, dyspnea saat beraktivitas.

Pada langkah ini telah dilakukan sesuai dengan rencana keperawatan yang
telah dibuat. Bersihan jalan nafas tidak efektif intervensinya yaitu posisi pasien
semifowler, auskultasi suara nafas pasien, tingkatkan masukan cairan sampai
dengan 3000 ml/hari sesuai toleransi jantung, berikan air hangat, atur penanganan
dengan memberikan nebulizer pada pasien, pasang oksigen sesuai dengan
kebutuhan oksigen pasien, dan lakukan kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian obat. Pola nafas tidak efektif intervensinya yaitu posisi pasien untuk
memaksimalkan potensi ventilasi, lakukan Auskultasi suara nafas pasien, pasang
oksigen sesuai dengan kebutuhan oksigen pasien, pantau humidifier pada alat
oksigen yang terpasang, beritahu klien agar klien minum air hangat yang cukup
untuk membantu menurunkan kekentalan secret, atur penanganan dengan

75
memberikan nebulizer pada pasien, kolaborasi dengan dokter dalam pemberian
obat. Gangguan ventilasi spontan berhubungan dengan kelemahan umum,
ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan O2 intervensinya yaitu pertahankan
kepatenan akses IV, pertahankan kepatenan jalan nafas, memonitor frekuensi,
irama, kedalaman dan kekuatan respirasi, gatur posisi untuk memudahkan
ventilasi yang adekuat, pantau tanda vital, sediakan terapi oksigen, lakukan
kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat. Sedangkan Intoleransi aktivitas
intervensinya adalah Kaji tingkat kemampuan pasien dalam aktivitas, Jelaskan
pentingnya istirahat dan keseimbangan aktivitas dan istirahat kepada ibunya,
Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhannya, Bantu pasien dalam memilih posisi
yang nyaman untuk istirahat, dan libatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan
pasien.
Pada tahap perencanaan, peran perawat sangatlah penting dalam
menentukan rencana tindakan sesuai diagnosa keperawatan yang ada. Pada proses
perencanaan tersebut perlu ditetapkan prioritas masalah, tujuan, rencana tindakan,
yang didukung oleh peran serta keluarga. Adapun perencanaan yang dilakukan
pada klien Ny. R meliputi pendidikan kesehatan, kegiatan hidup sehari-hari
(ADL), terapi somatik, dan terapi lingkungan. Berdasarkan Pedoman Diagnosis
dan Penatalaksanaan Asma di Indonesia (2013), penderita asma persisten ringan
membutuhkan obat pengontrol setiap hari untuk mengontrol asmanya dan
mencegah agar asmanya tidak bertambah berat. Obat pengontrol yang diberikan
berupa kortikosteroid (dexamethason 3x0,5mg mls), obat pelega yaitu agonis 2
kerja singkat, mukolitik dan sekretolitik (ambroxol 3x2,5 mls) untuk membantu
mengeluarkan dahak. Selain itu, diberikan KIE kepada pasien dan keluarganya
mengenai seluk beluk asma, mengenali dan menghindari faktor pencetus,
memeriksakan diri dengan teratur dan menjaga kebugaran.
Pada pelaksanaan, perawatan dapat melaksanakan rencana yang disusun
pada tahap perencanaan yang baik apabila memiliki kemampuan profesional dan
interpersonal, supaya dapat dilaksanakan sesuai kebutuhan klien dan dukungan
fasilitas dan sarana yang ada, serta partisipasi aktif keluarga yang sangat
membantu terhadap kelancaran pelaksanaan asuhan keperawatan yang dilakukan.
Implementasi yang dilakukan sudah efektif dan sudah dilakukan sama dengan

76
rencana yang telah ditetapkan. Hal ini dikarenakan adanya kerjasama yang baik
antara perawat dan keluarga pasien.
Pada evaluasi, perawat dapat melakukan proses yang berkelanjutan untuk
menilai efek dari tindakan keperawatan pada klien. Evaluasi ini dilakukan terus-
menerus pada klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan.
Evaluasi yang digunakan ini dalam bentuk SOAP.
Evaluasi tindakan keperawatan pada klien Ny. R dengan asma
bronchial untuk masalah keperawatan, empat diagnosa teratasi semua dan klien
diperbolehkan pulang oleh dokter yang merawatnya pada tanggal 18 Februari
2017 jam 14.00 WIB. Pasien diharuskan kontrol kembali ke rumah sakit 1 minggu
setelah perawatan. Pasien diarahkan untuk melanjutkan rawatan di rumah.
Sebelum pulang ke rumah, pasien telah diberikan pendidikan kesehatan mengenai
penyakitnya supaya tidak berulang kembali.
Discharge Planning pada klien Ny. R dengan gangguan sistem
pernafasan: asthma bronchial ini adalah:
1. Pasien dengan asma kambuhan harus menjalani pemeriksaan, mendeteksi
substansi yang mencetuskan terjadinya serangan.
2. Menghindari agen penyebab serangan antara lain bantal, kasur (kapas),
pakaian jenis tertentu, hewan peliharaan, kuda, sabun, makanan tertentu,
jamur dan serbuk sari.
3. Menganjurkan pasien untuk segera melaporkan tanda-tanda dan gejala
yang menyulitkan seperti bangun saat malam hari dengan serangan akut
atau mengalami infeksi pernafasan.
4. Hidrasi adekuat harus dipertahankan untuk menjaga sekresi agar tidak
mengental.
5. Pasien harus diingatkan bahan infeksi harus dihindari karena infeksi dapat
mencetuskan serangan.
6. Menggunakan obat-obat sesuai dengan resep.
7. Kontrol ke dokter sesuai pesanan.

77
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Setelah melaksanakan asuhan keperawatan pada klien Ny. R dengan
gangguan sistem pernafasan: asma bronchial di ruang rawat inap Ahmad
Dahlan (penyakit dalam) Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang, maka
penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut :
1. Dalam tahap pengkajian, perlu kemampuan mengumpulkan data dan
penganalisaan yang tepat didasari pada teori yang ada, sehingga dapat
merumuskan masalah dan diagnosa keperawatan yang tepat.
2. Dari 10 Nursing Care Plan secara teoritis, terdapat 4 diangosa
keperawatan yang muncul pada klien Ny. R dengan gangguan sistem
pernafasan: Asma Bronchial. Diagnosa keperawatan yang terkait masalah
klien Ny. R dengan gangguan sistem pernafasan: asma bronchial
adalah :
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan spasme jalan
nafas, dibuktikan dengan batuk tidak efektif, sputum berlebih, mengi,
dyspnea, gelisah;
b. Pola Nafas tidak efektif berhubungan dengan kelemahan otot
pernafasan dibuktikan dengan penggunaan otot bantu pernafasan,
fase ekspirasi memanjang, pola nafas abnormal (tachypnea,
hiperventilasi); dan
c. Gangguan ventilasi spontan berhubungan dengan kelemahan otot
pernafasan dibuktikan dengan penggunaan otot bantu nafas, gelisah,
tachycardia.
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen dibuktikan dengan kelemahan fisik,
dyspnea saat beraktivitas.
3. Pada pasien ini dilakukan pencegahan tersier yaitu mencegah terjadinya
serangan yang dapat ditimbulkan oleh berbagai jenis pencetus tadi untuk
memperbaiki kondisi asma dan menurunkan kebutuhan pasien terhadap

78
obat. Yang dapat dilakukan yaitu memberikan informasi yang jelas
kepada pasien dan keluarganya untuk meningkatkan kepatuhan pasien.
Keluarga pasien menerima diagnosis asma pada klien, percaya bahwa
asma pada klien dapat bermasalah/berbahaya, dan ia beresiko untuk
mendapatkan bahaya tersebut, sehingga keluarga klien dapat merubah
perilaku klien untuk mengontrol faktor-faktor pencetus asma, tidak
terlalu lelah dalam beraktivitas, dan meminum obat asmanya secara
teratur serta kontrol teratur. Selain itu, edukasi untuk menurunkan
pajanan tersebut juga dapat menjadi pecegahan primer bagi keluarga
klien yang belum menunjukkan gejala asma.
4. Dengan aplikasi asuhan keperawatan yang tepat, 4 masalah keperawatan
yang muncul pada klien Ny. R dengan gangguan sistem pernafasan:
asma bronchial dapat teratasi dengan baik dan klien dapat pulang setelah
diberikan discharge planning untuk meningkatkan dan mempertahankan
status kesehatannya.

B. Saran
Dengan adanya makalah tentang asuhan keperawatan pada klien Ny. R
dengan gangguan sistem pernafasan: asma bronchial di ruang rawat inap
Ahmad Dahlan (penyakit dalam) Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang
saran yang diajukan penulis berupa saran yang bersifat membangun dan
bermanfaat.
1. Bagi Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang
Rumah sakit sebaiknya menyediakan atau memberikan fasilitas
kesehatan yang memadai seperti kebersihan dan kenyamanan bagi
pasien khususnya disini pasien dengan Asma Bronchial yang alergi
dengan debu. Alat-alat kesehatan juga harus diperhatikan seperti alat
nebulizer yang sangat dibutuhkan untuk pasien Asma Bronchial.

79
2. Bagi STIKes Muhammadiyah Palembang
Dapat bermanfaat sebagai bahan masukan dan perkembangan bagi
mahasiswa keperawatan, serta dapat dijadikan bahan referensi untuk
pendidikan.

3. Bagi Mahasiswa
Dapat menambah informasi, pengetahuan serta mendiagnosa dan
memberikan asuhan keperawatan yang tepat.

80

Anda mungkin juga menyukai